Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ponco T. Widagdo
"Shin and Stulz (2000) menentang dogma hubungan antara risiko dan return (imbal hasil) saham dengan membuktikan adanya hubungan terbalik antara risiko perusahaan dengan imbal hasil saham perusahaan itu (volatilitas asimetrik). Penelitian ini melengkapi seri penelitian tentang perilaku tingkat pengembalian saham yang dimulai oleh Pratt (1966) pada disertasinya yang mengambil sample di New York Stock Exchange tahun 1926 sampai 1959. Solfdosky dan Miller (1969) melanjutkan penelitian Pratt dengan mengambil sampel antara tahun 1951 sampai 1966 dan menemukan hal yang serupa dengan Pratt.
Penelitian lanjutan di bidang ini telah menemukan beragam hasil, sebagian mendukung seluruhnya, dan ada juga yang menolak pembuktian Pratt, Solfdosky, dan Miller. Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya perbedaan rentang waktu dan jenis sampel yang diambil, metodologi penelitian yang digunakan, dan sampel bursa yang diambil. Dalam skripsi ini, model utama yang digunakan adalah model dari Shin dan Stulz yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Mereka mengggunakan perubahan volatilitas pada tahun t sampai t+1 sebagai proksi dari kepemilikan opsi riil perusahaan. Eksekusi opsi riil dinilai akan mempengaruhi volatilitas arus kas perusahaan, yang lalu akan tercermin dalam perubahan volatilitas imbal hasil saham di bursa. Shin dan Stulz (2000) menyebut penerapan aplikasi manajemen risiko perusahaan yang kurang baik sebagai salah satu penyebab hubungan negatif antara imbal hasil dan volatilitas. Kelemahan utama penelitian ini adalah periode waktu dan jumlah sampel yang tidak sebanyak Shin dan Stulz.

Shin and Stulz (2000) argues the traditional tenets of risk and return relationship. They proved that the relation between risk and return is negative. This research is complementary to previous research on return behaviour started by Pratt (1966) on his dissertation that took sample in New York Stock Exchange from 1926 to 1959. Pratt?s work is continued by Solfdosky dan Miller (1969) by taking sample in another year, 1951 untill 1966 and they found similar conclusion with Pratt (1966). Many other scholars have continued this subject and they have found variety of conclusion. The differences mainly caused by the differences in time range, market where they took their sample, and the methodology they used.
This research derived it?s methodology from Shin and Stulz (2000). Volatility is measured with variant and they used the volatility change (variant change) in year t until t+1 as a proxy for real option exercise from the company. Real option exercise will change the volatility of firm cash flow that will be reflected in their return?s variant. Shin and Stulz (2000) blaming the firm risk?s management as one of the factor that causing negative relation between volatility change and shareholder return. The main weakness of this research is time period and firm sample that considerably far more fewer than Shin and Stulz (2000).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Annida
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh kinerja perusahaan terhadap imbal hasil saham di pasar modal Indonesia. Sampel yang digunakan yaitu saham ? saham LQ 45 (45 saham yang termasuk 60 saham berkapitalisasi pasar dan memiliki nilai dan frekuensi transaksi terbesar, memiliki kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan yang bagus, yang dirilis oleh divisi riset dan engembangan bursa efek Indonesia) yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dalam terminologi imbal hasil saham tahunan. Dengan menggunakan beberapa ukuran sebagai proxy untuk kinerja perusahaan, regresi sederhana dan berganda digunakan untuk menentukan, pada tingkat perusahaan, analisis pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap imbal hasil saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa beberapa ukuran kinerja perusahaan memiliki sebagian kemampuan untuk menjelaskan imbal hasil saham selama periode pengujian. Disamping imbal hasil saham tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor selain kinerja nya.

This study attempts to analyze relationship between firms performance with stocks return in the Indonesia stock market. Sample that used is LQ 45 stocks (top 45 stocks that include top 60 biggest market capitalization and highest transaction value and frequency, have a good financial performance and growth prospect that released by research and development division of Indonesia stock exchange) listed in the Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2007 in terms of annual stock returns. Using several measures to proxy for the firms performance. Simple and multiple regressions are performed to determine, at the firm level, analysis of relationship these variables with stock return. The results indicate that some firm performance measures had some explanatory power of the stock return during our testing period. Instead, they were driven by several non-performance factors."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
6582
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Yusuf
"Stock Market Crash yang terjadi di pasar modal membuat regulator berpikir untuk menemukan sistem perdagangan yang dapat mencegah terjadinya crash. Shiller (1984) dan De Long, Shleifer, Summers, dan Waldmann (1989, 1990) berpendapat harga saham dapat melenceng dari nilai fundamentalnya karena aktivitas perdagangan uninformed serta terdapat penelitian yang membuktikan pada 19 Oktober 1987 terjadi aktivitas pembelian yang signifikan oleh insider serta perusahaan yang dibeli dalam jumlah lebih banyak oleh insider pada periode crash juga menunjukkan pemulihan signifikan harga secara lebih besar pada periode pasca crash.1 Uniformed trading terjadi karena terdapt asymmetrid information. Maka regulator pun menerapkan mekanisme circuit breaker untuk mengatasi aktivitas perdagangan uninformed yang menyebabkan terjadinya crash. Penerapan sistem ini memicu perdebatan di kalangan akademisi maupun praktisi tentang kinerja sesungguhnya dalam mengatasi permasalah asymmetric information. Pendukung circuit breaker meyakini bahwa circuit breaker dapat menurunkan volatilitas harga saham, melawan reaksi berlebihan, dan tidak mengganggu aktivitas perdagangan sementara kritikus circuit breaker menyatakan cicuit breaker dapat meningkatkan volatilitas, mencegah harga mencapai titik equilibriumnya, dan mengganggu aktivitas perdagangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suspensi terhadap volatilitas harga saham, pergerakan harga saham, dan volume perdagangan saham serta kinerjanya dalam mengatasi masalah asymmetric information. Dari hasil penelitian yang menggunakan data saham pada periode 2003 ? 2005 diperoleh kesimpulan supensi meningkatkan aktivitas uninformed trading, terbukti dari periode volume perdagangan tertinggi sama dengan periode volatilitas saham tertinggi, yakni di hari-hari pasca suspensi. Dan di saat perbedaan harga dengan nilai fundamental saham mulai mengecil (karena walaupun volatilitas turun namun arah pergerakan harganya masih menjauhi nilai fundamental saham) aktivitas perdagangan justru berkurang. Sehingga manfaat suspensi di BEJ dipertanyakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Eva Chaharani
"Penelitian ini menguji hubungan antara cuaca lokal di Jakarta terhadap imbal hasil saham pada saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Mengikuti yang dilakukan oleh Saunders (1993), Hirshleifer dan Shumway (2003), dan Chang et al. (2007), penelitian ini menguji pengaruh dari cloud cover terhadap imbal hasil saham. Dimana, penelitian ini menghipotesiskan terdapat hubungan antara cloud cover dan imbal hasil saham. Fokus dari penelitian ini ada pada cloud cover. Hal ini karena berdasarkan Saunders (1993) dan Hirshleifer dan Shumway (2003), yang menyatakan bahwa sinar matahari merupakan variabel cuaca paling penting yang memengaruhi mood [Chang et al. (2007)]. Peneliti meregresikan imbal hasil saham dalam cloud cover. Karena efek dari cloud cover dapat didorong oleh kondisi cuaca yang berlawanan, maka mengikuti Chang et al. (2007), peneliti memasukkan variabel-variabel cuaca lain ke dalam regresi meliputi tingkat hujan, temperatur, dan kecepatan angin. Sebuah variabel dummy untuk tingkat hujan (Dhujan) didefinisikan sebagai 1 jika data dari BMG menunjukkan bahwa terjadi hujan selama observasi. Suhu diukur dalam Celcius, dan kecepatan angin (angin) diukur dalam knot. Mengikuti Chang et al. (2007), peneliti juga mengendalikan efek day-of-the-week dan month-of-the-year. Oleh karena itu peneliti memasukkan variabel dummy untuk hari Senin (DMon), Jumat (DFri), Januari (DJan), Desember (DDec) ke dalam perhitungan regresi. Peneliti melakukan dua penghitungan regresi. Dimana dalam penghitungan pertama, dengan mengikuti Hirshleifer dan Shumway (2003), peneliti melakukan deseasonalize terhadap tiap variabel cuaca dengan mengurangi rata-rata variabel cuaca tiap minggu dari rata-rata tiap-tiap hari. Sedangkan dalam penghitungan ke dua, dengan mengikuti Saunders (1993), peneliti tidak melakukan deseasonalize terhadap variabel-variabel cuaca. Dari 17 hasil regresi yang dilakukan, baik dengan menggunakan variabelvariabel cuaca yang telah maupun yang belum di-deseasonalized, terdapat satu variabel terikat yang dipengaruhi oleh cloud cover, yaitu variabel terikat return saham LSIP. Namun, pada sebagian besar sampel penelitian ditemukan bahwa cloud cover tidak memengaruhi imbal hasil saham. Oleh karena itu, untuk sebagian besar sampel penelitian, dapat dikatakan bahwa peneliti gagal menolak hipotesis nol dari penelitian, yang berarti tidak terdapat hubungan antara cloud cover dan imbal hasil saham. Oleh karena itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa investor tidak dapat membuat sebuah strategi aktif dengan menggunakan kondisi cuaca."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Rianti
"Kepemilikan dan analisis yang tepat pada informasi penting untuk dilakukan investor agar mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi. Investor dihadapkan dengan berbagai macam informasi di pasar modal. Data historis seperti volume transaksi dan imbal hasil dapat menjadi informasi yang signifikan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan menggunakan data perdagangan saham intrahari untuk periode 10 Agustus hingga 28 Desember 2007 dari Bursa Efek Indonesia, penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana pengaruh volatilitas imbal hasil saham terhadap volume transaksi dan sebaliknya pada 14 saham teraktif di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian membuktikan bahwa volatilitas imbal hasil dan volume perdagangan memiliki korelasi yang positif. Korelasi ini menunjukkan bahwa ketika volatilitas imbal hasil atau resiko karena variabilitas tingkat pengembalian tinggi, volume perdagangan yang terjadi juga tinggi. Hal ini merupakan indikasi bahwa tipe investor pada 14 saham teraktif di BEI merupakan risk taker. Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara volatilitas imbal hasil dan volume perdagangan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa volatilitas imbal hasil tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume perdagangan dan sebaliknya. Hubungan yang terjadi pada 14 saham teraktif di Bursa Efek Indonesia merupakan aplikasi dari Mixture Distribution Hypothesis.

Ownership and analysis of information are important for investor in order to make profit from investing. Investors face many types of information at stock market. Historical data for example trading volume and return are also has a possibility to become significant information to exploit profit. By using intraday stocks transaction data for period August, 10 until December 28, 2007, this research try to figure out how return volatility influence trading volume and vice versa on Indonesia Stock Exchange?s 14 most active stocks. The concluding remark proved that return volatility and trading volume has positive correlation. The correlation shows at the time volatility or risk from variability to get return high, trading volume also high. This result indicates that profile of investor in 14 most active stocks are risk taker. However, research can not found causality relationship between return volatility and trading volume. This result show that return volatility can not be used to predict trading volume and vice versa. The relationship between return volatility and trading volume on Indonesia Stock Exchange?s 14 most active stocks are the application of Mixture Distribution Hypothesis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6564
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Christiana A. Andyono
"Tujuan dari skripsi ini adalah meneliti mengenai pengaruh dari faktor fundamental perusahaan yang digambarkan dengan book-to-market ratio, kebijakan pendanaan perusahaan, dan ukuran perusahaan, serta kondisi makroekonomi yang digambarkan oleh inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sektor tambang terhadap imbal hasil saham perusahaan pertambangan pada periode 2004-2008 dengan rentang data tahunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa book-to-market ratio, ukuran perusahaan, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB sektor tambang memiliki pengaruh yang signifikan.. Sedangkan kebijakan pendanaan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat imbal hasil saham pertambangan. Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi investor dalam mengambil keputusan-keputusan berinvestasi terutama pada saham-saham pertambangan.

The purpose of this thesis is to analyze the effects of book-to-market ratio, corporate financing decision, size, inflation rate, risk-free rate (SBI rate), and the growth of Mining Sector GDP for the period of 2004-2008. The range of data used in this research paper is yearly data. The result shows that book-to-market ratio, size, inflation rate, risk-free rate (SBI rate), and growth of Mining sector GDP have a significant effect on the mining companies stock return. Nevertheless, corporate financing decision don?t have a significant effect on mining companies? stock return. This result can be utilized as a reference for investors in order to determine the best investment decisions especially in mining sector stocks."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6626
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haramain Billady
"Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk melihat hubungan antara volume perdagangan intrahari dengan volatilitas imbal Hasil intrahari pada saat ada berita dan pada saat tidak ada berita.
Dalam penelitian ini digunakan data harga saham dan volume perdagangan dari saham saham LQ 45 periode Februari 2006 sampai dengan januari 2007. Adapun berita yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah pengumuman laporan keuangan triwulan pertama dan pengumuman dividen. Adapun metodologi penelitian yang di pakai ialah Pairwise Correlation dan regresi untuk meneliti hubungan contemporaneous (hubungan bersama sama) serta Granger Causality test untuk meneliti hubungan kausalitas.
Sedangkan interval waktu data yang digunakan dalam penelitian ini ialah interval waktu 5 menit. Adapun pembagian periode yang dilakukan ialah periode berita dan periode tanpa berita yang terdiri dari periode sebelum berita dan periode setelah berita. Setelah membagi periode penelitian, Pada periode berita ditemukan bahwa sebagian besar saham dalam periode ini mensudukung Sequential Arrival Information Hypoythesis dimana terdapat hubungan kausalitas yang signifikkan Pada hampir keseluruhan saham dan hubungan contemporaneous (hubungan bersam-sama) yang tidak signifikkan pada sebgaian besar saham.
Sedangkan hubungan kausalitas yang terjadi pada periode ini sebagian besar merupakan hubungan kausalitas satu arah. Sedangkan dalam periode tanpa berita baik sebelum berita maupun sesudah berita ditemukan hubungan kausalitas yang signifikkan pada hampir keseluruhan saham.
Sedangkan Pada hubungan Contemporaneus (hubungan bersama sama) ditemukan karakteristik yang berbeda dari tiap sampel. Pada sampel saham yang mengeluarkan laporan keuangan, ditemukan hubungan contemporaneous yang signifikkan pada sebagian besar saham di 2 periode tanpa berita. Sedangkan pada saham yang mengeluarkan pengumuman dividen ditemukan hubungan contemporaneous yang tidak signifikkan pada sebagian besar saham di 2 periode tanpa berita. Adanya hubungan kausalitas pada hampir keseluruhan saham dari 3 periode dimana hubungan kausalitas yang mendominasi pada 3 periode tersebut ialah volume perdagangan Granger Cause Volatilitas saham menunjukkan bahwa volume perdagangan dapat digunakan investor untuk memprediksi volatilitas suatu saham dan digunakan untuk keputusan transaksi ke depannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Aghita Pratama
"Penelitian mengenai variabel-variabel penentu tingkat pengembalian saham yang banyak dilakukan umumnya selalu menyimpulkan bahwa risiko saham sebagai salah satu variabel penentu sangat mendominasi dalam setiap pertimbangan yang dilakukan oleh para investor dalam memutuskan untuk menginvestasikan dananya di pasar modal. Namun sebenarnya ada variabel penentu lain yang juga akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham yang perlu dipertimbangkan, yaitu likuiditas saham.
Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh risiko saham dalam hal ini adalah risk premium dan likuiditas saham yang diukur dengan besarnya depth to relative spread terhadap imbal hasil saham saham dari perusahaan-perusahaan yang listing di BEI. Dengan menggunakan metode regresi data panel, hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik risk premium maupun likuiditas saham yang diukur dengan depth to relative spread mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil saham dari perusahaan-perusahaan yang listing di BEI. Variabel risk premium mempunyai pengaruh positif terhadap imbal hasil saham, sedangkan variabel depth to relative spread mempunyai pengaruh negatif terhadap imbal hasil saham.

Research on determinant variables of rate of stock return has frequently been undertaken, generally with the conclusion that stock risk is very dominant for an investor in making investment decisions in the capital market. But there is another factor that also needs to be considered, stock liquidity.
The purpose of this research is to test how risk premium and stock liquidity, measured by depth to relative spread, influence stock return of public companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The results from this research show that risk premium and stock liquidity,measured by depth to relative spread, have a significant effect on the stock return of public companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Risk premium variable has a positive effect to stock return, in contrary depth to relative spread has a negative effect to stock return.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6577
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Joshua
"Dalam membuat keputusan investasi, seorang investor pasti mengharapkan akan mendapatkan keuntungan return berupa capital gain atau dividen. Tetapi dalam setiap investasi pastilah mempunyai suatu risiko. Risiko ini muncul karena tidak adanya suatu kepastian bahwa suatu sekuritas akan terus-terusan memperoleh return, tetapi bisa juga mengalami kerugian. Untuk itu terdapat beberapa model yang dapat digunakan dalam memprediksi risk and return suatu saham sehingga investor pada akhirnya dapat mengetahui alternatif investasi yang paling menguntungkan. Salah satunya adalah model Arbitrage Pricing Theory (APT), model ini muncul sebagai respon terhadap kelemahan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model APT mengakomodir sumber risiko yang lebih bervariasi, yaitu systematic risk yang berupa kondisi makroekonomi di suatu negara.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model APT dapat digunakan untuk memprediksi risk and return saham sektor pertambangan. Karena untuk saat ini dan untuk beberapa tahun ke depan saham sektor pertambangan memiliki prospek yang cukup cerah karena komoditasnya yang laris di pasar nternasional dan dijual dalam dollar Amerika. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui apakah return saham sektor pertambangan dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi Indonesia. Ada empat variable makroekonomi yang digunakan, yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi, dan jumlah uang beredar. Penelitian ini menggunakan data time series, yaitu data bulanan dari Januari 2003-Desember 2007. Kemudian pengolahan data dilakukan dengan Eviews dengan meregresikan tiap saham dengan masing-masing variabel dengan menggunakan metode Ordinary Least Square. Dari pengujian tersebut didapatkan hasil bahwa model APT hanya signifikan untuk satu perusahaan yaitu APEX. Dan variabel makroekonomi yang mempengaruhi return saham sektor pertambangan adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shita Kurniawati
"Likuiditas merupakan suatu tingkat dimana transaksi dalam jumlah yang besar dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, biaya yang rendah, dan memberikan dampak yang minimal terhadap harga. Pada pasar likuid, memungkinkan para pemain pasar modal untuk membeli atau menjual sekuritas dalam jumlah yang tidak terbatas dan dalam waktu yang singkat, biaya yang rendah, serta pada harga yang mendekati harga yang telah diperhitungkan. Sedangkan, pada pasar yang tidak likuid para pemain membeli atau menjual sekuritas pada harga yang berbeda dengan harga terakhir sekuritas tersebut diperdagangkan dan transaksi tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat (ada time lag). Melihat terdapatnya dampak likuiditas terhadap harga maka pengukuran likuiditas menjadi penting.
Terdapat empat dimensi likuiditas yaitu immediacy, width, depth, dan resiliency. Penelitian ini terfokus pada pengukuran resiliency tujuh saham perbankan sebagai salah satu dimensi likuiditas yang akan dipaparkan secara eksploratif/deskriptif dengan menggunakan kejadian empat ledakan bom yang terjadi di Indonesia (bom Bali I, Hotel JW Marriot, Kedubes Australia, dan Bali II) sebagai suatu shock yang menyebabkan ketidakseimbangan arus order di pasar modal. Pengukuran resiliency dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan agar harga bid dan ask suatu saham kembali ke posisi semula (restored) setelah terjadinya suatu shock dimana semakin cepat waktu yang dibutuhkan maka semakin resilient (kenyal) saham tersebut.
Setelah dilakukan analisis data, tiga saham perbankan dikeluarkan dari sampel penelitian ini sebab dianggap tidak likuid berdasarkan konsep resiliency. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa dari empat saham yang diamati, ternyata saham Bank Permata Tbk. (BNLI) secara rata-rata membutuhkan waktu yang paling cepat agar harga bid dan ask kembali ke posisi semula, sehingga dapat dikatakan bahwa saham BNLI paling resilient yang berarti bahwa kejadian ledakan empat bom tersebut memberikan efek yang singkat terhadap saham BNLI yang ditandai dengan kembalinya posisi harga dalam waktu yang singkat yang mencerminkan nilai fundamentalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S5766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>