Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bramadita Satya
"Pit Fissure Sealant berbahan resin merupakan salah satu produk pencegahan karies. Pada penelitian sebelumnya, ditunjukkan adanya pelepasan komponen dan material tersebut ke lingkungannya yang menimbulkan respon hipersensitifitas.
Tujuan : untuk mengetahui biokompatibilitas dari Resin Pit Fissure Sealant terhadap sel keratinosit kulit yang dicerminkan dari viabilitas sel HaCaT.
Material dan Metode: Spesimen Resin Pit & Fissure Sealant dibuat pada cetakan akrilik (N=18; diameter 15mm; ketebalan 1mm) menurut ISO 4049 dan dipolimerisasi dengan UV dari QTH (Quartz Tungsten Halogen) ( = 400 nm). Spesimen dipersiapkan dan disterilisasi untuk menghindari kontaminasi dari bakteri atau jamur. Setelah itu, spesimen direndam dalam DMEM (5mL) dan disimpan dalam inkubator (370C) selama 1, 2, dan 7 hari. Kultur sel dipersiapkan pada 96 well dan diinkubasi selama 24 jam. Rendaman spesimen dipaparkan ke setiap well dan diuji tingkat viabilitas selnya menggunakan MTT assay. Tingkat viabilitas sel diukur dengan microplate reader = 490 nm. Signifikansi diukur dengan metode analisis ragam satu arah Anova.
Hasil : Viabilitas sel menurun pada hari pertama dan setelah hari kedua.
Kesimpulan : Waktu perendaman mempengaruhi viabilitas sel, tetapi masih cukup aman untuk digunakan untuk perawatan gigi.

Resin based Pit Fissure Sealant is one of dental caries prevention product. Previous research of resin showed that some components leached into aqueous environment and cause hypersensitivity responses.
Objectives: To observe the biocompatibility of Resin Pit Fissure Sealant due to skin keratinocytes which is determined by viability of HaCaT Cell lines.
Material & Methods : Resin based Pit Fissure Sealant were made in acrylic mould (N= 18; diameter 15mm; thickness 1mm) according to ISO 4049 and polymerized by UV light from QTH (Quartz Tungsten Halogen) ( = 400 nm). Specimen were prepared and sterilized to avoid contamination from bacterial or germs. After that, Specimens were immersed in DMEM (5mL) and stored in incubator (370C) for 1, 2, and 7 days. Cell Culture were prepared into 96 well and stored in incubator for 24 hours. The elution of specimens was exposed into every well, and examined the viability of cells by MTT assay. Viability Cell were counted in 490 nm microplate reader. Significance were measured by One Way Anova.
Results : The viability of HaCaT Cell Lines were decreased in first and after second days.
Conclusion : The elution time of Resin based Pit Fissure Sealant affect the viability of HaCat Cell line, but still safe to be used in dental clinic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devie Falinda
"Pendahuluan. Persentase indeks karies oklusal gigi mendekati 90 % dimana area pit & fissure gigi memiliki risiko karies 8x lebih besar daripada permukaan licin lainnya pada gigi. Resin pit & fissure sealant merupakan bahan restorasi gigi yang digunakan untuk menutup pit dan fissure oklusal gigi posterior guna mencegah karies. Oleh karena lokasi restorasi tersebut berada di dalam mulut, maka resin tersebut akan berkontak dengan saliva yang kandungan utamanya adalah air. Air tersebut akan diserap oleh matriks resin pit & fissure sealant sehingga mengakibatkan perubahan pada kekerasan permukaannya.
Tujuan. Untuk menganalisa pengaruh waktu perendaman resin pit & fissure sealant di dalam air terhadap kekerasan permukaan material tersebut.
Metode. Spesimen resin pit & fissure sealant (diameter 15 mm & tebal 1 mm) sebanyak 24 buah dimanipulasi sesuai petunjuk pabrik dan dibuat dengan menggunakan cetakan akrilik. Jumlah tersebut dibagi dalam 4 kelompok uji, yaitu kelompok kontrol (tidak direndam dalam air), kelompok uji perendaman 1 hari, 2 hari dan 7 hari, dimana setiap kelompok uji menggunakan 6 spesimen. Spesimen direndam dalam air akuabides 40 ml dan dimasukkan ke dalam cornic tube kemudian disimpan dalam inkubator 370C. Sebelum direndam, setiap spesimen ditimbang 3 kali dengan timbangan elektronik Shimadzu hingga diperoleh massa konstan (M1). Kemudian spesimen tersebut direndam dalam air akuabides selama 1, 2, dan 7 hari, kecuali kelompok kontrol yang langsung diuji kekerasan permukaannya dengan alat uji Vicker. Setelah direndam, spesimen ditimbang 3 kali hingga didapat massa konstan (M2). Setelah itu, spesimen diuji kekerasan permukaannya dengan alat Vicker. Indentasi pada uji kekerasan permukaan dilakukan pada 5 area untuk setiap spesimen.
Hasil. Spesimen kontrol memiliki nilai kekerasan permukaan yang tertinggi. Nilai kekerasan permukaan antar kelompok spesimen yang direndam tidak menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan. Hasil penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan one-way ANOVA, p<0,05 berarti terdapat perbedaan bermakna nilai kekerasan permukaan antara kelompok kontrol dengan semua kelompok perendaman. Sedangkan nilai kekerasan permukaan antar tiap kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna, dengan p>0,05. Kesimpulan. Waktu perendaman 1 hari resin pfs dalam air menyebabkan penurunan kekerasan permukaan secara signifikan. Namun, waktu perendaman selama 2 & 7 hari tidak menunjukkan penurunan kekerasan permukaan yang signifikan.

Introduction. Percentage of occlusal caries teeth approximately 90 % and pit & fissure tooth have caries risk about 8 times than other smooth surface of tooth. Pit and fissure sealant resin is tooth restorative material which is used to seal pit and fissure on occlusal of posterior tooth to prevent caries. Due to the location of restoration in oral cavity, it will contact with saliva which have major content is water. Water will be absorbed by resin`s matrix therefore cause changing of surface hardness.
Objectives. The purpose of this research is to analyze effect of immersion time to the surface hardness of pit & fissure sealant resin.
Methods. 24 specimens pit & fissure sealant resin (15 mm in diameter & 1 mm in thick) are manipulated according to factory manual in acrylic mould. The number of specimens is divided to 4 groups of specimen. These are control group (doesn`t immersed in water), specimen groups which is immersed for 1 day, 2 days and 7 days. Each of these group uses 6 specimens. The specimens are immersed in 40 ml aquabidest and inserted to cornig tube and then storage in incubator 370C. Before specimens is immersed in water, it is weighed 3 times by Shimadzu electronic balance until mass constant is regained (M1). After that, the specimens are immersed in aquabidest for 1 day, 2 days and 7 days, except control group which is surface hardness tested immediately with Vicker surface hardness tester. After the specimens are immersed in aquabidest, it is weighed 3 times until mass constant is regained. And then, the specimens is tested for Vicker surface hardness. Indentation of surface hardness test have done on 5 areas for each specimen.
Results. Specimens control have the highest value of surface hardness. Surface hardness value between immersed specimen groups doesn`t show different value significantly. This result is analyzed statistically with one-way ANOVA, p<0,05. According it, there were significant difference among control group and all of immersed groups. Meanwhile no significant difference in surface hardness value among immersed groups (p>0,05). Conclusion. Immersion of pit & fissure sealant resin in water for 1 day cause significantly decreasing of surface hardness but immersion time for 2 & 7 days doesn`t significantly decreased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marcel Hertanto
"PENDAHULUAN : Pit dan fissure sealant merupakan bahan restorasi yang sering digunakan untuk perawatan pencegahan khususnya pada permukaan oklusal gigi anak. Semua bahan restorasi yang berkontak dengan air akan mengalami 2 mekanisme: penyerapan air, yang menyebabkan pembengkakan matriks serta meningkatnya massa dan kelarutan air, terlepasnya komponen dari monomer yang tidak bereaksi dan menyebabkan berkurangnya massa.
TUJUAN: Mengetahui pengaruh peningkatan waktu perendaman resin PFS terhadap penyerapan air dan kelarutan resin PFS di dalam air.
ALAT & METODE: Sesuai spesifikasi ISO 4049 (2000). Delapan belas spesimen dibuat dari cetakkan (15x1mm) yang dimanipulasi sesuai petunjuk pabrik. Spesimen dimasukkan ke dalam desikator selama 1 hari (T 37 °C; 22 jam dan 23ºC ; 2 jam) ditimbang berulang kali sampai didapat massa konstan (M1). Spesimen direndam selama 1, 2 dan 7 hari di dalam akuabides kemudian dikeringkan dengan kertas penghisap dan digetarkan di udara selama 15 detik setelah itu ditimbang berulang kali sampai massa konstan didapat (M2). Kemudian spesimen dimasukkan lagi ke dalam desikator selama 2 hari (T 37 °C; 22 jam dan 23ºC ; 2 jam) x 2 dan segera ditimbang berulang kali sampai didapatkan massa konstan (M3). Nilai penyerapan air dan kelarutan bahan dari setiap spesimen dihitung menurut perubahan berat sebelum dan setelah perendaman dan pengeringan.
HASIL : Dianalisis secara statistik dengan uji non-Parametrik Kruskal-Wallis dengan Post Hoc Mann-Whitney, p<0,05. Nilai penyerapan air meningkat secara signifikan seiring lamanya perendaman dan berbeda bermakna di antara setiap waktu perendaman sedangkan nilai kelarutan air meningkat tertinggi pada 1 hari perendaman dan tidak berbeda bermakna diantara setiap waktu perendaman, kecuali dengan 0 hari (kontrol).
KESIMPULAN : 1) Peningkatan waktu perendaman menyebabkan peningkatan penyerapan air. 2) Peningkatan waktu perendaman berpengaruh terhadap kelarutan bahan hanya pada hari 1.

INTRODUCTION : Pit and fissure sealant is one of the restorative material that often used as a preventive treatment, especially at occlusal surface of child dentition. All of restorative material that contact with water will experienced 2 mechanism: water sorption, which leads to swelling and mass increase and water solubility, elution of unreacted monomer which leads to a reduction of mass.
OBJECTIVE: To evaluate the effect of different time of immersion to the value of water sorption and water solubility in aquabidest.
METHOD AND MATERIALS: According to ISO (4049) specification. Eighteen disks (15 x 1 mm) of each material are prepared according to the manufacturers' instructions. Specimens are first desiccated for 1 day (T 37 °C; 22 hr dan 23ºC ; 2 hr) weigh several times until a consistent mass is obtained (M1). Specimens are immersed for 1, 2 and 7 days in aquabidest, remove then dried with absorbent paper, waved in the air for 15 second then immediately weighed after this period (M2). After that the specimen is inserted in dessicator again for 2 days (T 37 °C; 22 hr and 23ºC ; 2 hr) x 2 and weighed several times until constant mass is reached (M3). The value of water sorption and solubility of each specimen were calculated according to the change in its weight as observed before and after immersion and desiccation periods.
RESULTS: This result is analyzed statistically with nonparametric test Kruskal-Wallis with post hoc test Mann-Whitney p<0,05. The value of water sorption is increasing significantly along the time of immersion and different significantly from the other time of immersion while water solubility reach its maximum value in the first day and doesn?t different significantly with other time of immersion, except with control.
CONCLUSIONS: 1) The longer time of immersion increases the value of water sorption 2) The longer time of immersion only affect the first day value of water solubility.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Latifa Ayu Leonita
"Latar belakang: Penelitian sebelumnya telah membuat LCU-LED prototip iradiansi 1000mW/cm2 dengan penyinaran 20 dan 10 detik.
Tujuan: Menganalisis pengaruh waktu penyinaran terhadap viabilitas sel dari komposit resin nanofil yang dipapar ke sel HaCaT.
Metode Penelitian: Sampel berupa komposit resin nanofil yang disinar menggunakan LCU-LED prototip selama 20 atau 10 detik. Viabilitas sel diperoleh dengan pemaparan sel HaCaT pada larutan ekstrak komposit resin, dan diukur menggunakan MTT assay.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara viabilitas sel dari sampel yang disinar menggunakan LCU-LED prototip selama 20 dan 10 detik (p>0,05).
Kesimpulan: LCU-LED prototip yang digunakan untuk menyinar komposit resin selama 20 atau 10 detik menghasilkan viabilitas sel yang sama.

Introduction: Previous study has made LED-LCU prototype with irradiance of 1000mW/cm2 with curing time of 20 and 10 seconds.
Objective: To analyze the influence of curing time on cell viability of nanofilled composite resins which is exposed to HaCaT cell-line.
Methods: Samples of nanofilled resin composite were cured by LED-LCU prototype for 20 or 10 seconds. Cell viability was obtained by exposing HaCaT cell-line to extract solution of the samples and evaluated using MTT assay.
Results: There was no signifficant difference between cell viability of samples which cured using LED-LCU prototype for 20 and 10 seconds (p>0,05).
Conclusion: LED-LCU prototype that was used to cure resin composite for 20 or 10 seconds showed similar cell viability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Surya Heri Itanto
"Latar Belakang: Perawatan restorasi resin komposit nanofilled dan nanohybrid memerlukan prosedur pemolesan untuk mengurangi tingkat kekasaran permukaan sehingga permukaan halus dan mengkilap.
Tujuan: Membandingkan kekasaran permukaan resin komposit nanofilled dan nanohybrid setelah pemolesan menggunakan teknik multiple-step.
Metode: 40 spesimen resin komposit yang dibagi ke dalam 2 kelompok 20 spesimen nanofilled Filtek Z350XT A dan 20 spesimen nanohybrid Filtek Z250XT B dipersiapkan kemudian dipoles. Setelah direndam dalam saliva buatan selama 24 jam, tingkat kekasaran permukaan diukur dengan surface roughness tester.
Hasil: Hasil rerata tingkat kekasaran permukaan beserta standar deviasi kelompok A adalah 0,0967 m 0,0174 sedangkan kelompok B adalah 0,1217 m 0,0244. Secara statistik p=0,05 terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelompok.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa tingkat kekasaran permukaan resin komposit nanofilled setelah pemolesan dengan teknik multiple-step lebih baik dibandingkan dengan nanohybrid.

Background: Restorative treatment using nanofilled and nanohybrid composite should be finished and polished to reduce surface roughness and create smoother surface of the composite.
Objective: To compare the surface roughness nanofilled and nanohybrid composite resin after polishing using multi step technique.
Method: 40 composite resin specimens were divided into 2 groups 20 nanofilled specimens Filtek Z350XT A and 20 nanohybrid specimens Filtek Z250XT B was prepared and then polished. After immersion in artificial saliva for 24 hours, the surface roughness is measured with a surface roughness tester.
ResultL The mean surface roughness results along with standard deviation of group A is 0,0967 m 0,0174 while group B is 0,1217 m 0,0244. Statistically with p 0.05 , there are significant differences between each group.
Conclusion: Surface roughness of nanofilled composite resin after polishing with multiple step technique is better than nanohybrid.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendry Kharima Nirmala Aisya
"Latar Belakang : Salah satu kandungan aktif dalam obat kumur di pasaran adalah Eugenol (Eugenia caryophyllata oil). Namun eugenol mempunyai efek menghambat polimerisasi resin komposit bila digunakan sebagai basis pada restorasi resin komposit.
Tujuan : mengetahui pengaruh lama perendaman resin komposit dalam obat kumur mengandung eugenol terhadap kekerasan resin komposit tipe hibrid.
Metode : 20 Spesimen resin komposit dibuat (Filtek Z250 3M ESPE), kemudian dikelompokkan ke dalam dua kelompok perlakuan, yaitu perendaman dalam obat kumur eugenol (n = 10) dan dalam akuabides (n = 10). Masing-masing kelompok direndam selama 180 menit dan dihitung kekerasannya setiap 60 menit.
Hasil : Terdapat perubahan signifikan pada masing-masing kelompok perlakuan, namun kelompok spesimen yang direndam dalam obat kumur mengalami penurunan lebih besar dibanding spesimen yang direndam dalam akuabides. Di samping itu hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok.
Kesimpulan : Penggunaan obat kumur yang mengandung Eugenia caryophyllata oil dapat digunakan bagi pasien dengan restorasi resin komposit.

Background : One of mouthwash active ingredients is Eugenol (Eugenia caryophyllata oil). In the other hand, eugenol has an adverse effect to composite resin polymerization whether it uses as a restorative base.
Purpose : Determine the effect of immersion time of composite resin in mouthwash containing eugenol to hybrid composite resin?s surface hardness.
Methods : 20 specimens were prepared (Filtek Z250 3M ESPE), then were divided into two groups; the treatment group immersed in mouthwash containing eugenol (n = 10) while the control group immersed in distilled water (n = 10). Each groups were immersed for 180 minutes dan were tested their surface hardness every 60 minutes.
Result : there was significant effect for each group, but the mouthwash group showed the greater effect in decrease than the control group. Overall, the result showed no significant effect between the two groups.
Summary : the using of moutwash containing Eugenia caryophyllata oil is save for patients who have composite resin restoration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Dwi Purnomo
"Tujuan perendaman desinfektan dala.m kasus gigi tiruan, adalah mematikan mlkroorganisme patogenik yang terdapat dalarn gigi tiruan dan basisnya dan secara tidak langsung mencegah terjadinya penularan penyakit, Perendaman tersebut mengakibatkan perubahan sifat fisik, kimia dan mekanis bahan gigi timan dan basisnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam de:sinfektan terhadap sifat resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan, dengan menitikberatkan pada sifat Transverse Strength yang merupakan sifat kelahanan basis gigi tiruan menahari beban sejam proses pengunyahan. Penelitian dilakukan dengan melakukan perendaman akrilik jenis Polymethyl Methacrylate (PMMA) dalam desinfelctan Chlarhexidine dan Glutaraldehyde, selama 6 jam, lO jam dan 72 jam (3 hari). Pada hasil perendaman dilakukan pengujian Transverse Strength, serta pengujian kekerasan dan besar penyerapan cairan sebagai penunjang. Pengujian juga dilakukan pada PMMA yang tidak direndam sebagai pembanding Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan jenis deslnfektan yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap Transverse Strength PMMA Hal yang sama ditunjukkan terhadap hasH pengujian kekerasan dan penyerapan cairlin. Pengujian juga menunjukkan bahwa Transverse Strength PMMA lebih dipengaruru oleh lamanya perendaman saja. Transverse Sirength PM:MA cenderung menurun dengan bertambahnya lama perendaman, yaitu sebesar 14 % untuk PMMA yang direndam dalam Ch!orhexidine dan 11 % untuk yang direndam dalam Glutaraldehyde setelah perendaman 3 harL Adapun sedikit perbedaan hasii antara yang direndam dalam Chlorhexidine dan Glutaraldehyde lebih karena perbedaan konsentras1 desinfek:tan yang digunakan. Dari penelitian terlihat bahwa desinfektan yang lebih baik digunakan untuk merendarn akrilik atau Pl\1MA adala.h Glutaraldehyde. mengingat nilai Transverse Strength PMMA yang direndam dalam Glutaraldehyde tidak lebih rendah dan yang d irendam dalam Chlorhexidim:, dan Glutaraldehyde lebih ampuh serta harganya lebih murah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Nerito
"Pemutihan gigi kini menjadi pilihan untuk mengembalikan warna gigi yang mengalami diskolorasi. Salah satu teknik pemutihan gigi yang menjadi pilihan adalah teknik pemutihan gigi in-office yang dilakukan oleh dokter gigi. Namun pada praktiknya, aplikasi bahan pemutih gigi tidak hanya mengenai jaringan gigi yang sehat tapi juga jaringan gigi yang mengalami tumpatan, contohnya tumpatan sewarna gigi resin komposit. Untuk memaksimalkan kegunaan dari resin komposit, bahan ini haruslah halus, karena permukaan yang kasar dapat menjadi tempat retensi plak, mengiritasi gingiva dan juga mengurangi kenyamanan pasien.
Tujuan : Mengetahui adanya pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 38% terhadap kekasaran resin komposit hibrid. Material dan Metode :20 spesimen resin komposit berdiameter 6mm dan tebal 3mm dibuat secara inkremental dan dipolimerasi menggunakan sinar halogen selama 30 detik. Spesimen dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok aplikasi sebanyak 10 spesimen yang diberi aplikasi bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 38% selama 30 menit dan dilanjutkan sampai 60 menit. Sedangkan kelompok kontrol hanya direndam dalam aquabides selama 30 menit dan dilanjutkan sampai 60 menit.
Hasil : Terjadi peningkatan nilai kekasaran permukaan resin komposit hidrid setelah aplikasi bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 38% baik selama 30 menit maupun 60 menit.
Kesimpulan : Bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 38% dapat meningkatkan nilai kekasaran permukaan resin komposit hibrid. Peningkatan kekasaran ini dapat menyebabkan berkurangnya nilai estetika resin komposit hibrid.

Bleaching is one of the technique that used to get back the colour of the discolour tooth. One of the bleaching technique than can be use is in-office bleaching that should be applied by the dentist. But, in the fact, bleaching agent not only applied on the healthy tooth but also in a tooth that has been restorated,by resin composite. To optimize the benefit of resin composite, it has to be smooth, because the rough surface of resin composite can increase the plaque retention, irritate the gingiva, and also make the patient uncomfortable.
Objective : To evaluate the effect of 38% hydrogen peroxide ? containing at in-office bleaching agent apllication to the surface roughness of hybrid composite resin. Material and Method: Twenty specimen of hybrid composite resin (6mm diameter & 3mm in thick) were incrementally polimerized by halogen light for 20 seconds. All spesimens were devided into two groups as follow: 10 spesimens were applied with 38% hydrogen peroxide for 30 minutes and continue to 60 minutes. The other group was soak into the aquabidest for 30 minutes and continue to 60 minutes.
Result: The surface roughness (Ra) of hybrid composite resin is increased significantly before and after application of 38% hidrogen peroxide for 30 minutes or 60 minutes.
Conclusions : The in ? office bleaching agent 38% hydrogen peroxide could increase the surface roughness of hybrid composite resin and may be reduce the estetic of hybrid composite resin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani
"Penumpatan gigi yang berlubang dengan menggunakan bahan tumpat gigi sering dilakukan. Alasan dilakukannya penumpatan lubang gigi adalah mencegah perluasan lubang menjadi lebih besar dan juga menjaga kesehatan struktur gigi yang tersisa. Jenis bahan tumpat gigi yang paling sering digunakan di rumah sakit, puskesmas, dan klinik pribadi ialah bahan tumpat amalgam, GIC, dan resin komposit.
Tujuan : Tujuan dari survei ini adalah untuk memaparkan penggunaan bahan tumpat amalgam, GIC, dan resin komposit di RSGMP FKG UI pada tahun 2005, 2006, dan 2007.
Metode : Survei ini merupakan survei deskriptif dengan melakukan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien konservasi RSGMP FKG UI pada tahun 2005, 2006, dan 2007. Jumlah subyek survei yang diambil adalah 364 kartu status, yang kemudian dikategorikan menurut waktu penumpatan, usia pasien, jenis kelamin, dan regio gigi yang ditumpat.
Hasil : Didapatkan informasi bahwa pasien dewasa paling sering mendapatkan perawatan restorasi, pasien wanita lebih banyak mendapatkan perawatan restorasi, regio posterior lebih banyak direstorasi, dan tahun 2007 merupakan waktu penumpatan paling banyak dilakukan.

Teeth restorations using restorative materials are often implemented. The reasons of restoring caries are to prevent it become larger and to conserve tooth structure remains. Restorative materials which are most often used in hospitals, public health center, and private clinic are amalgam, GIC, and composite resin.
Objective : Objective of this survey is to describe the usage of amalgam, GIC, and composite resin at RSGMP FKG UI in 2005, 2006, and 2007.
Method : This survey is a descriptive survey by collecting secondary data from restored patients?s dental status at RSGMP FKG UI in 2005, 2006, and 2007. Total of survey subjects taken are 364 dental status, which are then categorized based on time of restoration, patients?s age, sex, and restored tooth region.
Result : It is known that there are differences between the usage of amalgam, GIC, and composite resin based on time of restoration, patients?s age, sex, and restored tooth region ; adults are more often to get teeth restorations than children, teenagers, and elderly persons ; women are more often to get teeth restorations than men ; posterior teeth are more often to be restored than anterior teeth ; and year 2007 is a year when the most restorations are implemented.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ghardini Ow
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah guna mengetahui kebocoran antara tumpatan resin komposit lama dan baru dengan merek dan jenis yang sama maupun berbeda. Penelitian dilakukan secara invitro pada 68 lempeng komposit yang dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri atas'10 Hybrid dan 20 Mikrofil. Satu kelompok direndam dalam air selama satu hari, yang lainnya direndam selama tujuh hari. Kemudian dibuat 3 kelompok terdiri atas kombinasi resin komposit Hybrid-Hybrid, Hybrid-Mikrofil, Mikrofil-Mikrofil. Dan semua lempengan ini direndam dalam metylen biru 2% selama satu hari. Untuk mengukur penetrasi zat warna digunakan mikroskop stereo merek Nikon.
Data kebocoran dianalisa dengan ANOVA 2 arah dan t test.
Diperoleh hasil bahwa pada perendaman satu hari dan tujuh hari, kebocoran antara komposit lama dan baru yang merek dan jenisnya sama lebih kecil daripada resin komposit yang merek dan jenisnya berlainan.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>