Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Nahrisah
"AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome telah menjadi perhatian serius bagi setiap negara. Dari angka kumulatif pengidap AIDS di Indonesia, cara penularan melalui IDU sebanyak 50,5%, heteroseksual 38,7% dan homoseksual 4,7%. Hal ini semakin membuktikan bahwa penularan melalui penggunaan jarum suntik tidak steril menjadi penularan utama. Seiring hal tersebut, Indonesia memerlukan suatu intervensi untuk mencegah penularan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok Penasun yakni dengan Pengurangan dampak buruk Napza (harm reduction)., salah satu pendekatannya adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Sebagai salah satu Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon, Puskesmas Kecamatan (PKC) Tg. Priok perlu mempertahankan kualitas pelayanan dan mampu memenuhi standar Pelaksanaan yang tertuang dalam Pedoman Nasional agar program terapi tersebut mampu mempertahankan kualitas dan nilai manfaat serta tetap mampu menjadi rujukan bagi daerah lain. Akan tetapi, sepanjang berdirinya Program Terapi Rumatan Metadon, PTRM PKC Tg. Priok belum melaksanakan pelayanan yang optimal dan sesuai dengan pedoman nasional tersebut. Ruang lingkup penelitian ini mengenai evaluasi pelaksanaan meliputi input, proses, dan output Program Terapi Rumatan Metadon di PKC Tg. Priok tahun 2008 seperti sarana, prasarana, tempat cuci tangan, peralatan, SDM, proses penatalaksanaan pelayanan PTRM, serta pencatatan dan pelaporan, yang mengacu kepada Pedoman Nasional PTRM. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara melakukan observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen. Informan pada penelitian ini berjumlah tujuh orang dengan perincian enam orang petugas PTRM yaitu penanggungjawab, koordinator, dokter PTRM, perawat, apoteker, dan petugas keamanan (security), dan satu orang pasien yang masih aktif. Dari enam informan yang diwawancarai, lima informan telah mengetahui, membaca, atau memahami tentang pedoman PTRM. Lokasi PTRM PKC Tg. Priok berpotensi besar mengganggu kenyamanan pasien RB dan belum sesuai Pedoman.
Ruangan PTRM dapat dikatakan baik karena telah memiliki sedikitnya 5 ruangan yang sesuai Pedoman Nasional. Intensitas cahaya baik dan memadai. PTRM tidak memiliki limbah kecuali botol bekas. Peralatan telah baik, karena memiliki sedikitnya 5 peralatan sesuai Pedoman Nasional. SDM dapat dikatakan baik, karena telah memiliki SDM sedikitnya terdiri dari 7 multidisiplin ilmu sesuai Pedoman Nasional. Kompetensi yakni sikap dan profesionalisme cukup baik, kemampuan menilai pasien dan rencana terapi baik, penatalaksanaan pasien sangat baik, pengorganisasian baik. Input disimpulkan sarana (lokasi buruk, ruangan baik), prasarana, peralatan dan SDM baik. Angka pasien droup out cukup tinggi (51 %=belum berhasil), hasil tes urin sewaktu kurang atau sama dengan 30%, angka pasien yang bekerja mancapai 52 %, dan terjadi peningkatan kondisi pasien (berhasil). Keamanan ketersediaan metadon cukup baik karena hanya memenuhi kurang dari enam variabel yang sesuai dengan Pedoman Nasional akan tetapi pelaksanaan pelayanan tidak terhambat. Proses disimpulkan pengorganisasian, alur pasien, hari pelayanan, kriteria keberhasilan baik, keamanan ketersediaan cukup baik. Pencatatan dan pelaporan (output) hanya satu yang belum dipenuhi yakni belum terdapat laporan enam bulanan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bowo Waluyo Bunyamin
"Ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision) alat kesehatan hanya ditunjukkan dari kegiatan kalibrasi yang benar, dan dibuktikan melalui hasil pengukuran dapat ditelusuri kembali ke standar internasional. Tak terkecuali alat kesehatan baru, tetap harus dikalibrasi dahulu sebelum dioperasikan. Suatu sikap yang sebaiknya diambil sebagai pegangan untuk setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui kalibrasi dan pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik. Dengan melaksanakan kegiatan kegiatan tersebut diatas akan didapat tersedianya Alat Kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat.
Suatu penelitian cross-sectional telah dilaksanakan di RSCM dan ditunjang oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi BATAN dan Penyalur Alat Kesehatan sebagai pelaksana kalibrasi. Data penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 16 responden, dengan keabsahannya melalui triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukan kebijakan kalibrasi alat kesehatan di RSCM didasarkan pada mata anggaran No.350, dengan pelaksanaannya dipercayakan kepada Penyalur Alat Kesehatan untuk alat canggih yang ada di ICU dan Radiologi, Pusat Standardisasi dan Penelitian Keselamatan Radiasi BATAN untuk alat yang mengandung bahan radiasi dan pesawat radioterapi dan alat kesehatan yang sederhana dilakukan sendiri oleh Instalasi Pemelihara Sarana RSCM. Sedangkan kemampuan sumberdaya di RSCM Tenaga yang ada masih kurang, dengan latar belakang pendidikan bidang S1 elektro, D3 elektro medik dan penata ronsen, biaya pemeliharaan alat kesehatan 30% dari biaya pemeliharaan keseluruhan.
Guna meningkatkan mutu alat kesehatan, prinsip kecermatan dan ketelitian perlu ada pada setiap alat kesehatan, dengan melaksanakan kalibrasi untuk selang waktu tertentu dan disarankan alat kesehatan yang dioperasionalkan di RSCM selalu laik pakai.

The accuracy and precision of medical devices only comes from the right calibration which is proven through its measurement results which in turn can be traced back to the international standard. Even though the medical devices are still new, they should remain calibrated before operated. One disposition should be kept as a principle that each instruments should be considered not good until it is proven that the instrument is really good through calibration and testing.
A cross-sectional research has been done in the Cipto Mangunkusumo Hospital and supported by the Bureau 1 Laboratory for Safety of Health Facilities, the Center of Standardization and Research of Radiation Safety of BATAN (National Atomic Agency) and Distributor of medical devices performance of the calibration. The data is obtained from in-depth interview of 16 respondents, with the verification through the resource triangulasi.
The proceeds of the research indicate that the calibration policy of the medical devices in the Cipto Mangunkusumo Hospital based on the budget item N.350, the realization of which is authorized to the Distributor of the medical devices for sophisticated instruments which is available in the ICU and Radiology, Standardization Center and Research for Radiation Safety of BATAN(National Atomic Agency) for instruments which contain the radiation material and radiotherapy equipment and other simple ones. While the ability of the human resources in the RSCM is still limited: lack of the personnel with educational background of graduate study of electronics, Diploma program of electronics and x-ray operator, the maintenance cost of the medical devices is 30% of the total maintenance cost.
In order to increase the quality of the medical devices, the accuracy and precision principle should be exist for each medical devices by performing the calibration for certain time interval and the medical devices should be proposed to be calibrated."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T1072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adria
"IPSRS Medik merupakan unit fungsional dari RSUD Koja yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan alat medik agar peralatan kesehatan selalu berada dalam kondisi lain pakai sehingga dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama.
Dari data yang ada di IPSRS Koja selama ini pemeliharaan alat-alat medis dilakukan dengan menerapkan sebagian pemeliharaan alas dasar gangguan / kerusakan sehingga pernah terjadi kerusakan di unit radiologi pada alat CT' Scan pada tahun 2002, yaitu kerusakan pada Laser Printer CT-Scan dengan biaya sebesar Rp. 70.961.484,-yang menimbulkan gangguan pelayanan. Seperti diketahui bahwa pemeliharaan atas dasar kerusakan merupakan cara yang paling tidak ekonomis dibandingkan dengan cara pemeliharaan prefentif.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran operasional pelaksanaan IPSRS medik di RSUD Koja tahun 2003. Penelitian ini bersifat studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metoda yang digunakan adalah analisis deskriptif.Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Informan penelitian terdiri dari wakil direktur, pimpinan IPSRS medik, pelaksana lapangan dan pelaksana lainnya yang terkait.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapatnya sistem pemeliharaan alat - alat medik di RSUD Koja.

IPSRS medic is a functional unit in RSUD Koja which executing maintenance activity of medical instrument in order to make all of medical instrument remain in good condition and durable.
The medical equipment maintenance at RSUD Koja is based on the breakdown of the equipment, which is the most uneconomical way compared to the preventive maintenance of the equipment. One example is the breakdown of the CT Scan laser printer at 2002 resulted in the obstruction of the health care that cost the hospital Rp.70.961.484.﷓
The research is aimed to acquire a figure of the medical IPSRS operational implementation at RSUD Koja in the year 2003. The research is a case study using the qualitative approach. The method used in the research is descriptive analysis. Data collection was made using in-depth interviews_ observations_ and documents study. The information for the research was collected from the Vice Director, the medical IPSRS person in charge, field executors, and other interconnect executors.
The research result shows that there is no clear organizational structure, job description, and authorization at the medical IPSRS of the hospital. Other than that, the research also found the lack of quality and quantity and the non-existence of standard operating procedure for the operators in executing the optimal maintenance of the medical equipment, and no documentation for the monitoring, evaluating, and reporting purposes.
The proposal for achieving the optimal medical equipment implementation at the RSUD Koja is by establishing the organizational structure, task acid authorization. and to have an appropriate recording and reporting administration of even. maintenance activity for evaluation purposes. For RSUD Koja , the appropriate maintenance system for the hi-tech medical equipment would be a Joint Operation using revenue sharing method with a third party.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadli Maulana
"Proses perencanaan obat yang tidak optimal menyebabkan terjadinya permasalahan stok obat seperti obat kadaluarsa atau stock out. Permasalahan ini juga terjadi pada Puskesmas Kecamatan Duren Sawit terutama dalam pengendalian stock Barang Medis Habis Pakai (BMHP) dan stok barang program COVID-19.  Laporan ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan dan prioritas pengadaan alat kessehatan BMHP dan program COVID-19 berdasarkan analisis VEN. Metode yang digunakan adalah pendekatan retrospektif dan studi literatur. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada item yang termasuk ke dalam kategori Vital (V), lalu 54 item yang termasuk ke dalam kategori Esensial (E), sedangkan yang masuk dalam kelompok Non esensial (N) adalah 61 item.

The drug planning process that is not optimal causes drug stock problems such as expired drugs or stock outs. This problem also occurs at the Duren Sawit District Health Center, especially in controlling the stock of Consumable Medical Goods (BMHP) and the stock of goods for the COVID-19 program. This report aims to find out the uses and priorities for procuring Consumable Medical Goods and the COVID-19 program based on VEN analysis. The method used is a retrospective approach and literature study. The results obtained showed that there were no items included in the Vital (V) category, then 54 items were included in the Essential (E) category, while 61 items were included in the Non-essential (N) group."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zachlul Adly
"Adanya krisis ekonomi, telah berlakunya undang-undang no. 22 dan undangundang no. 25 tahun 1999, subsidi pemerintah yang makin menurun, jumlah dan jenis pelayanan rumah sakit yang makin meningkat, demand masyarakat yang makin meningkat, bergesernya pola penyakit, tarif sekarang masih berdasarkan Perda No. 15 tahun 1995, adanya persiapan RSUD Pariaman menjadi rumah sakit unit swadana dan telah adanya rencana stratejik RSUD Pariaman tahun 2000-2004, berdasarkan hal-hal tersebut diatas dirasa perlu ditetapkan penetapan tarif yang rasional di RSUD Pariaman, yang dalam penelitian ini dibatasi dalam penetapan tarif di instalasi rawat jalan.
Dalam menetapkan tarif rasional di instalasi rawat jalan RSUD Pariaman dilakukan penelitian biaya di unit-unit penunjang dan unit-unit produksi RSUD Pariaman, meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Data berupa data sekunder dikumpulkan dari catatan/laporan kegiatan, pengelolaan data. dilakukan dengan cara double distribution method, dan kemudian dilakukan perhitungan yang menghasilkan biaya- total dan biaya satuan. Survai kemampuan membayar masyarakat (ATP) dilakukan pada pengunjung rawat jalan dengan wawancara berupa kuiesioner yang telah disiapkan.
Persepsi stakeholders yang terkait dengan penetapan tarif dilakukan dengan wawancara mendalam. Simulasi tarif dilakukan dengan berpatokan pada biaya satuan, tarif saat ini, ATP, persepsi stakeholders dan cost recovery rate, dengan demikian didapat tarif rasional instalasi rawat jalan untuk RSUD Pariaman berkisar antara Rp. 5.000,- - Rp. 12.500,-. Hasil penelitian ditetapkan tarif pada poli umum Rp. 5.000,- dengan CRR 107,8 %, poli gigi Rp. 10.000,- dengan CRR 18,99 % dan poli spesialis Rp. 12.500,- dengan CRR 342,84 %.
Rekomendasi dari penelitian ini dalam penetapan tarif hendaknya berdasarkan tarif yang rasional, pemerintah wajib memberi subsidi pada rumah sakit dan subsidi khusus pada orang miskin.

Determination of the Rational Pricing Out Patient Installation at District Hospital Pariaman in 1999/2000.The economic crisis and decentralization era (Undang-undang No. 22 and 25 /1999) make government subsided will be decreased. The other side quantity and kind of health services are increase, community demand increase, transition of epidemiologic, the pricing on RSUD Pariaman and to be prepared to charge with auto regulation on budgeting of health services and strategic plan of RSUD Pariaman (2000-2004), according to this planning to add health the rational pricing. In this research the rational pricing will be respected on out patient.
In determining the rational pricing out patient installation at RSUD (District Hospital) in Pariaman a research in conducted regarding cost in supporting units and production units of Pariaman RSUD that includes investment cost, operating cost and maintenance cost. The secondary data are collected from notes/activities report. And the data processing is done by double distribution method, and then calculation is done to find out total cost and unit cost. The research towards the people ability to pay (ATP) is done towards the out patient through interview by using questioner prepared previously.
The perception of stakeholders related to the determination of the pricing is done through in-depth interview. The pricing simulation is done with standard of unit cost at this time, ATP, perception of stakeholders and cost recovery rate. Therefore, the rational pricing of out patients can be obtained for Pariaman RSUD that range from Rp. 5.000 - Rp. 12.500 from the result of this research the pricing determined for general policlinic is Rp. 5.000.- with CRR 107.9 % dental policlinic is Rp. 10.000,- with CRR 118.99 % and specialist policlinic Rp. 12.500,- with CRR 34.84.
The recommendation of this research in determining the pricing is that it should be based on the rational pricing, therefore the government is necessary to subsidize the hospital and special subsidy for the need."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelly Windarti
"RSUD Palembang Bari Kota Palembang, yang sebelumnya adalah Puskesmas Panca Usaha, adalah rurnah sakit pemerintah yang diresmikan Tanggal 19 Juni 1995 dan ditetapkan sebagai rumah sakit umum kelas C pada Tanggal 10 November 1997. Bagian IGD adalah salah satu instalasi dari delapan fasilitas pelayanan yang ada di RSUD Palembang Bari.
Alat kesehatan habis pakai yang ada di RSUD Palembang Bari masih dropping dari Dinas Kesehatan Kota Palembang. Fungsi-fungsi manajemen logistiknya masih perlu dibenahi baik dalam perencanaan kebutuhan alat kesehatan habis pakai, penganggaran, pengadministrasian, penyimpanan, pendistribusian dan pengawasan. Kondisi yang ada sekarang bahwa penggunaan alat kesehatan yang ada belum efektif dan belum efisien karena belum dikelola dengan baik.
Dari hasil Analisa ABC ada lima jenis alat kesehatan habis pakai masuk dalam Kelompok A, yakni : Infus Set Dewasa, Spuit 5cc, Abocath No. 20, Abocath No. 22, Abocath No. 24. Dalam Kelompok A tersebut proporsi volumenya adalah 46,33 persen atau sebanyak 7.007 unit dad jumlah seluruhnya sebanyak 15.124 unit, dengan nilai investasi sebesar 26,39 persen atau sebesar 26117.980 rupiah dad total investasi sebesar 98.978.357,00 rupiah.
Terdapat perbedaan antara pengeluaran alat kesehatan yang ada di IGD dengan volume penggunaannya pada Tahun 2002 sebesar 46,76 persen atau sebanyak 3.276 unit dari total volumenya sebesar 7.007 unit, dan sisanya sebanyak 1,11 persen atau 157 unit.
Besarnya perbedaan nilai investasi antara penggunaan dan persediaan alat kesehatan habis pakai di IGD Tahun 2002 adalah sebesar 26,89 persen atau senilai 18.949.715,00 rupiah dad total sebesar 26.117.980,00 rupiah, dan sisanya sebesar 0,56 persen atau senilai 145.255,00 rupiah.
Besarnva pendapatan IGD RSUD Palembang Bari untuk Tahun 2002 sebesar 27.519.500,00 rupiah yang bersumber dari karcis sebesar 11.985.000,00 rupiah dan dari tindakan sebesar 15.534,500,00 rupiah. Profit marginnya sebesar 1.4.01520,00 rupiah jika pendapatan IGD dikurangi dengan besarnya penerimaan alat kesehatan habis pakai, dan ada efisiensi sebesar 8.569,785,00 rupiah jika pendapatan dikurangi dengan penggunaan alat kesehatan habis pakai.
Disarankan dalam rangka menuju rumah sakit swakelola dan mandiri agar RSUD Palembang Bari dapat menerapkan fungsi-fungsi manajemen logisti:, meliputi perencanaan, penganggaran, operasional dan pengawasan logistik. Pembenahan stok harus segera dilakukan terutama dalam pengadministrasian, penyimpanan, pendistribusian, serta menempatkan petugas khusus yang menangani persediaan. Supaya perbedaan antara penggunaan dengan yang dikeluarkan untuk dapat dilakukan pengawasan agar tidak hilang, dapat disadarkan stok awal priode berikutnya sehingga akan terdapat penggunaan yang efektif dan efisien.

Coincidence Of The Usage Of Medical Disposable Equipment In Emergency Installation Palembang Bari Local Hospital Palembang City, In 2002Palembang Bari Local Hospital or RSUD Palembang Bari, formerly named Panca Usaha Community Health Center, is a government hospital legitimatised on June 19, 1995, and decided by the government regulation as the type C public hospital on November 10, 1997. Emergency Installation is one of eight installations serves some facilities for health care in RSUD Palembang Bari.
Conclusion. Stock of medical disposable equipment in RSUD Palembang Bari has been supplied by Health Office of Palembang City. The functions of logistic management in Emergency Installation of RSUD Palembang Bari need some improvements in planning, budgeting, administrating, distributing, and controlling. The real condition about usage of medical disposable equipment indicates inefficiency due to inappropriate management.
ABC Analysis shows there are five kinds of medical disposable equipment which are classified as Group A, that are Adult Infus Set, Spuit 5cc, Abbocath Number 20, Abbocath Number 22, and Abbocath. Number 24. In. that A Group,. the proportion of volume of medical disposable equipment is 46,33 percent or 7.007 units, in which its total volume are 15.124 units. Investment of medical disposable equipment is 26,39 percent or 26.117.980 rupiah, where its total investment is 98.978.357,00 rupiah.
There are some differences between the volume of supply and the usage of medical disposable equipment is RSUD Palembang Bari Emergency Installation. The difference of usage in 2002 is 46,76 percent or 3.276 units of its total volume that is 7.007 units, and its remainder is 1,11 percent or 157 units.
The large difference of its investment between the supply and the usage of medical disposable equipment in RSUD Palembang Bari Emergency Installation in 2002 is 26,89 percent or 18.949.715,00 rupiah, in which its total investment is 26.117.950,00 rupiah, and its remainder is 0,56 percent or 145.255,00 rupiah.
The income Emergency Instalation of RSUD Palembang Bari received as long as 2002 is 27.519.500,00 rupiah, came from ticket is 11.985.000,00 rupiah, and came from medical action is 15.534.000,00 rupiah. Its profit margin as much as 14.01520,00 rupiah if the income used for buying medical disposable equipment, and it can be surplus as much as 8.569.785,00 rupiah if the remainders of stock can be coincided in its usage.
Recommendation. In order to achieve the private hospital, it is recommended tabat RSUD Palembang Bari to implement the functions of logistic management, such as planning, budgeting, operating, and controlling. The reminder of usage of medical disposable equipment must be controlled, and must be accounted in future stock.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Arminsih Wulandari
"Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang seksama. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, rumah sakit juga merupakan tempat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit, yang disebut dengan infeksi nosokomial. Ruangan yang potensial untuk terjadi penularan antara lain kamar operasi, ruang perawatan, ruang UGD, ruang umum. Upaya pengelolaan sanitasi rumah sakit merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Salah satu upaya sanitasi lingkungan rumah sakit dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme adalah kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Dalam mencapai visinya sampai dengan saat ini RSU Bhakti Yudha Depok belum melakukan kegiatan pemeriksaan mikrobiologi udara ruangan (pengukuran angka kuman) dimana kegiatan pengukuran ini dapat mendeteksi terjadinya infeksi nosokomial. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada kamar operasi dan ruang UGD dalam menurunkan jumlah total kuman di udara. Dalam pertumbuhannya mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan dan sebagainya yang mana semua itu diatur dalam Permenkes No. 9861MenkesIPerIXI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Hasil penelitian menunjukkan, jumlah koloni kuman di kamar operasi I pada minggu ke I sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi ada 2 koloni, sedangkan sesudah kegiatan ada 1 koloni sehingga efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi adalah 50%. Sedangkan untuk minggu ke II jumlah koloni kumannya 59 koloni dimana 31 koloni diantaranya adalah bakteri. Tidak dapat dilihat efektivitasnya karena tidak dilakukan kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Identifikasi bakteri menunjukkan jenisnya adalah bukan sterptococcus. Faktor lingkungan yang berpengaruh disini adalah pencahayaan, hasil pengukurannya adalah berkisar antara 16-52 lux.
Jumlah koloni kuman untuk kamar operasi II sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada minggu ke I adalah 2 koloni, untuk minggu ke II ada 29 koloni dimana 26 koloni diantaranya adalah bakteri. Untuk kegiatan sesudah disinfeksi dan sterilisasi untuk minggu ke I tidak ada hasilnya karena tidak dilakukan kegitan, sedangkan untuk minggu ke II hasilnya adalah 3 koloni, 2 koloni diantaranya adalah bakteri. Efektivitas kegiatan ini memberikan hasil 89.66%. Parameter pencahayaan masih di bawah standar yaitu 37-186 lux. Untuk ruang UGD jumlah koloni kuman sebelum kegiatan disinfeksi adalah 60 koloni sedangkan hasil sesudah kegiatan adalah 84 koloni. Justru terjadi peningkatan pada kegiatan sesudah disinfeksi sehingga efektivitasnya memberikan hasil -44%. Untuk pencahayaan di ruang UGD juga masih di bawah standar yaitu 13-27 lux.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan disinfeksi dan sterilisasi dapat menurunkan jumlah koloni kuman udara di kamar operasi walaupun pada pada kenyataannya masih ada bakteri yang tertinggal karena faktor lingkungan yaitu pencahayaan yang masih dibawah standar yang ditetapkan oleh Permenkes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Arminsih Wulandari
"ABSTRAK
Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang seksama. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, rumah sakit juga merupakan tempat yang memungkinkan untuk terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau dapat menjadi tempat penularan penyakit, yang disebut dengan infeksi nosokomial. Ruangan yang potensial untuk terjadi penularan antara lain kamar operasi, ruang perawatan, ruang UGD, ruang umum. Upaya pengelolaan sanitasi rumah sakit merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, mengingat rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Salah satu upaya sanitasi lingkungan rumah sakit dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme adalah kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Dalam mencapai visinya sampai dengan saat ini RSU Bhakti Yudha Depok belum melakukan kegiatan pemeriksaan mikrobiologi udara ruangan (pengukuran angka kuman) dimana kegiatan pengukuran ini dapat mendeteksi terjadinya infeksi nosokomial. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada kamar operasi dan ruang UGD dalam menurunkan jumlah total kuman di udara.
Dalam pertumbuhannya mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan dan sebagainya yang mana semua itu diatur dalam Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Hasil penelitian menunjukkan. jumlah koloni kuman di kamar operasi I pada minggu ke I. sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi ada 2 koloni, sedangkan sesudah kegiatan ada 1 koloni sehingga efektivitas kegiatan disinfeksi dan sterilisasi adalah 50%. Sedangkan untuk minggu ke 11 jumlah koloni kumannya 59 koloni dimana 31 koloni diantaranya adalah bakteri. Tidak dapat dilihat efektivitasnya karena tidak dilakukan kegiatan disinfeksi dan sterilisasi. Identifikasi bakteri menunjukkan jenisnya adalah bukan sterplococcus. Faktor lingkungan yang berpengaruh disini adalah pencahayaan, hasil pengukurannya adalah berkisar antara 16-52 lux.
Jumlah koloni kuman untuk kamar operasi II sebelum kegiatan disinfeksi dan sterilisasi pada minggu ke I adalah 2 koloni, untuk minggu ke 11 ada 29 koloni dimana 26 koloni diantaranya adalah bakteri. Untuk kegiatan sesudah disinfeksi dan sterilisasi untuk minggu ke I tidak ada hasilnya karena tidak dilakukan kegitan, sedangkan untuk minggu ke II hasilnya adalah 3 koloni, 2 koloni diantaranya adalah bakteri. Efektivitas kegiatan ini memberikan basil 89.66%. Parameter pencahayaan masih di bawah standar yaitu 37-186 lux
Untuk ruang UGD jumlah koloni kuman sebelum kegiatan disinfeksi adalah 60 koloni sedangkan hasil sesudah kegiatan adalah 84 koloni. Justru terjadi peningkatan pada kegiatan sesudah disinfeksi sehingga efektivitasnya memberikan hasil -44%. Untuk pencahayaan di ruang UGD juga masih di bawah standar yaitu 13-27 lux.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan disinfeksi dan sterilisasi dapat menurunkan jumlah koloni kuman udara di kamar operasi walaupun pada pada kenyataannya masih ada bakteri yang tertinggal karena faktor lingkungan yaitu pencahayaan yang masih dibawah standar yang ditetapkan oleh Permenkes."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Siswo Subagyo
"Terapi rumatan substitusi ketergantungan opioida merupakan komponen penting dalam pendekatan berbasis masyarakat , dalam arti disediakan untuk pasien rawat jalan . Hal ini akan membuat pasien tetap bertahan dalam masa terapi serta peningkatan waktu dan kesempatan untuk tetap berada dalam lingkup layanan kesehatan, psikologi, keluarga, perumahan, pekerjaan, isu finansial dan legal selama berhubungan dengan layanan terapi.
Terapi rumatan substitusi opioida ( Program Terapi Rumatan Metadon ) sebagai bagian dari sistem layanan kesehatan, sesungguhnya sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001 dalam rangka untuk mengurangi dampak lanjutan narkoba ( Harm Reduction).
Program ini dalam pelaksanaannya kurang maksimal ( kurang efektif ), cakupan program pengguna narkoba suntik baru mencapai 13,33 % ( program efektifbila cakupannya mencapai 70% ). Maka dengan berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian efektifitas pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon ( Harm Reduction) . Dalam hal ini penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Tebet, kita ketahui bersama bahwa puskesmas merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat (PTRM).
Puskesmas Kecamatan Tebet, Propinsi DKI Jakarta dijadikan tempat untuk pelaksanaan penelitian karena merupakan satu-satunya puskesmas di DKI Jakarta yang menjalin kerjasama dengan Badan Narkotika Nasional dan melaksanakan Program Terapi Rumatan Metadon berdasarkan surat keputusan Ketua BNN Nomor : Skep /60/XI/2007/BNN tentang Pendistribusian Peralatan Dukungan Terapi dan Konseling , Peralatan Sarana Medis untuk OSC & ORC , Peralatan Penunjang dan Meubelair Klinik Adiksi Pusat T&R Lakhar BNN tahun anggaran 2007.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tetang efektifitas pelaksanaan PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan menggunakan metode Kualitatif , dengan cara Deskriptif melalui pendekatan manajerial dan sosial.
Dalam penelitian ini di dapat bahwa , jumlah pasien terdaftar di Puskesmas Kecamatan Tebet pada setahun terakhir adalah sebesar = 239 orang, sedangkan yang aktif mengikuti Program Terapi Rumatan Metadon hanya = 125 orang . Pasien yang Non Aktif berjumlah 114 orang (dengan perincian sebagai berikut : dipenjara = 7 orang, meninggal dunia = 6 orang, pindah ke PTRM lain = 3 orang dan Drop-Out = 98 orang) .
Hasil dari penelitian ini adalah Program Terapi Rumatan Metadon ( PTRM) dinilai efektif , dengan kriteria pasien yang Drop-Out pada tahun I kurang dari 45% ( standar Depkes ). Bila dilihat dari hasil jumlah pasien yang bekerja, hasilnya adalah lebih dari 30% sudah mempunyai kegiatan tetap (bekerja atau sekolah ) dan kondisi kesehatan pasien yang semakin membaik menurut hasil pemeriksaan medis ,tetapi dinilai tidak efektif pada pasien yang dilakukan pemeriksaan urine sewaktu-waktu pada pasien yang dicurigai menggunakan opiat yaitu dengan hasil lebih dari 30% ( standar Depkes).
Program Terapi Rumatan Metadon dapat berjalan dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu faktor internal ( SDM, Dana , Sarana dan Prasarana ) dan faktor eksternal dalam hal ini adalah faktor Lingkungan ( faktor keamanan, ketertiban , kebersihan dan kenyamanan ). Kendala yang ada di Puskesmas Kecamatan Tebet adalah masih kurangnya tenaga profesional yang melayani PTRM juga masih kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Pada penelitian ini disarankan juga pada pihak Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan tenaga ( Psikolog) dan lainnya , serta pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarna yang utama yaitu ruangan pelayanan tempat gudang obat. Karena perawatan metadon membutuhkan waktu yang cukup lama, maka disarankan juga waktu pelayanan sebaiknya lama dan panjang ( saat ini buka hanya 2 jam saja ) , dan dalam pelaksanan kegiatannya terpisah dengan pelayanan umum lainnya .
Demikian gambaran hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat serta dapat dijadikan rekomendasi dalam menetukan kebijakan lebih lanjut, semoga.

Treatment substitution therapy heroin dependence is an important component in community-based approach, in the sense provided for outpatient. This will make the patient still survive in the therapy and increasing the time and opportunity to remain in the scope of health care, psychology, family, housing, employment, financial and legal issues related to the service during the therapy.
Treatment substitution therapy heroin (Program Treatment Therapy Methadone) as part of the system of health care services, the already implemented in Indonesia since 2001 in order to reduce the impact of advanced drugs (Harm Reduction).
This program is under implementation in the maximum (less effective), the coverage of the program a new needle drug users reach 13.33% (effective if -ranging program to reach 70%). But this is based on the need to do research the effectiveness of the program Treatment Therapy Methadone (Harm Reduction). In this research was conducted in the District Health Tebet, we know that with a health clinic is the spearhead of the public health service (PTRM).
Community Health Center Tebet District, DKI Province as a place for the research because it is the only health center in Jakarta that a drug addict cooperation with the Agency and the National Program Methadone treatment therapy decree based on the Chairman of NNB Tax: Skep / 60/XI/2007/BNN Support Tools on the distribution of Therapy and Counseling, Medical Facilities Equipment to OSC & ORC, and Tools Supporting Furniture Clinic Center Addict T & R Daily Activity NNB year 2007 budget.
Research was conducted with the aim to gain insight about the effectiveness of the implementation of the health PTRM Tebet District and the factors that to influence , using Qualitative methods, with the Descriptive through managerial and social.
In this research can be in that, the number of patients registered in the District health Tebet in the last year amounted = 239 people, while the active program Treatment Therapy follow Methadone only = 125 people. On the Non-patient of 114 people (with the details as follows: 7 = in jail person, dies = 6 people, moving to another PTRM = 3 people and Drop-Out = 98 people).
Results from this research program is Treatment Therapy Methadone is considered effective, the patient with the criteria that the Drop-Out in the year I of less than 45% ( Standard Department of Health ). When seen from the number of patients who work, the result is more than 30% already have a fixed activity (work or school) and the health condition of the patients improved according to the results of medical examinations, but not considered effective in patients who conducted urine checks on time patients suspected of using heroin he results with more than 30% (Standard Department of Health).
Treatment Therapy Program can run Methadone influenced by several factors, including internal factors (human resources, funds, facilities and infrastructure) and external factors in this case is Environmental factors (factor security, order, cleanliness and comfort). Constraints in The Health Tebet District is still a lack of professional staff who serve PTRM also still a lack of facilities and infrastructure required.
At this research also suggested the parties to meet the health needs of staff (psychologist) and the other, and the need for facilities and equipment the main room of the warehouse where drugs. Because the treatment methadone take a very long time, it also suggested the service should be long and long (open at this time is 2 hours only), and in the conduct separate activities with other public services.
Such a description of the research has been conducted, expected to be useful and can be a policy recommendation in to determine more, hopefully."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25583
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiati
"Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah satu program untuk mengurangi dampak buruk pada penasun. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas hidup pasien PTRM di Puskesmas Tanjung Priok. Metode penelitian menggunakan Rapid Assesment Procedure (RAP) dengan 7 informan. Hasil penelitian pada dimensi kesehatan fisik lebih sehat, walau masih ada 1 informan mengalami gangguan tidur, dari segi psikologis untuk informan dengan status
bercerai dan tidak bekerja merasakan perasaan negatif. Untuk dimensi sosial ditemukan adanya gangguan disfungsi ereksi (yang tidak mempunyai mitra seks) dan rendahnya dukungan sosial. Pada dimensi lingkungan, sebagian informan mengatakan lingkungan rumah kurang baik. Masih ditemukan 1 informan menggunakan benzodiazepin, disarankan konseling berkala dan dukungan sosial bagi pasien PTRM.
Methadone Maintenance Treatment (MMT) is one of the programs to reduce the bad effect of Injection Drug User (IDU). The aims of this research is to find quality of life of patients Methadone Maintenance Treatment (MMT) patients at Tanjung Priok Public Health Center. This research has used Rapid Assessment Procedure (RAP) method an involved 7 informants. The Results of this research is look more effective base on physical health dimension, even though not perfect
due to one of informant experiencing in sleeping disorders and psychological terms the persistence of negative feelings for the informant due to their status of divorced and jobless. For the social dimension is found for erectile dysfunction (who did not have sexual partners) and low social support. In the environmental dimension, some informants said unfavorable home environment. Still found one
informant using benzodiazepines, it is recommended at regular counseling and social support for patients PTRM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>