Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fennieka Kristianto
"Akuisisi saham adalah pengalihan seluruh atau sebagian saham perseroan yang dapat merubah pengendalian perseroan, semakin banyak dilakukan, terutama melalui transaksi jual-beli saham perseroan. Undang-Undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun 1995 (UUPT) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998(PP 27) mengatur mengenai tata cars pelaksanaan akuisisi saham perseroan. Sebelumnya transaksi jual bell saham perseroan menggunakan ketentuan dalam anggaran dasar perseroan dan ketentuan dalam Buku 111 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Menurut Pasal 103 ayat (6) UUPT akuisisi saham ada yang langsung diprakarsai dan dilakukan oleh pemegang saham, dan yang tidak langsung melalui Direksi perseroan. Akuisisi yang tidak langsung mengikuti ketentuan yang diatur dalam Pasal 103 ayat (3) sampai ayat (5) UUPT. Tata cam bagi akuisisi yang langsung tidak dijelaskan disini. Peraturan yang tidak jelas itu perlu dipahami melalui ketentuan umumnya yaitu Buku I11 KUHPer yang mengatur mengenai jual-beli. Tujuan penelitian memperoleh data dan kejelasan atas maksud ketentuan-ketentuan akuisisi dalam UUPT khususnya Pasal I03 dan bagian ketiga PP 27 mengenai pengambilalihan, khususnya kejelasan persyaratan dan tata caranya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yang bersumber pada data sekunder bahan hokum. Berdasarkan analisa isi diperoleh kesimpulan berikut. Melalui jual-beli saham, perseroan terakuisisi memperoleh dana. Ketentuan dalam UUPT merupakan "lex specialis" dari ketentuan jual-beii dalam KUHPer. UUPT ternyata hanya mengatur tata cars pelaksanaan pengalihan saham. Secara materiil pengalihan hak atas saham sudah diatur sebelumnya di KUHPer. Pengambilalihan yang merubah pengendalian harus Imengikuti ketentuan Pasal 103 ayat (3) sampai ayat (5) UUPT dan bagian ketiga PP 27 Tahun 1998. Akuisisi saham yang tidak merubah pengendalian dapat dilakukan dengan ketentuan jual-beli biasa. Tata cara akuisisi perlu dibedakan antara yang langsung melalui pemegang saham dan merubah pengendalian perseroan dengan yang tidal( merubah pengendalian. Juga yang tidak langsung melalui direksi perseroan dan merubah pengendalian dengan yang tidak merubah pengendalian perseroan. Tata cara yang diatur dalam UUPT penting bagi kreditur perseroan yang akan diakuisisi. Unsur merubah pengendalian yang terutama. Sistematika dari pasal-pasal pengambilalihan perlu disempurnakan, yaitu Pasal 103 ayat (6) UUPT bila ditujukan hanya untuk membedakan yang iangsung dan yang tidak langsung. Maka ayat (6) ini perlu ditiadakan, karena sudah diatur di KUHPer tentang jual-beli. Sistematika yang ada bisa diterima apabila unsur merubah pengendalian menjadi penting dalam akuisisi."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T19865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fennieka Kristianto
"Akuisisi saham adalah pengalihan seluruh atau sebagian saham perseroan yang dapat merubah pengendalian perseroan, semakin banyaRk dilakukan, terutama melalui transaksi jual-beli saham perseroan. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 (UUPT) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 (PP 27) mengatur mengenai tata cara pelaksanaan akuisisi saham perseroan. Sebelumnya transaksi jual beli saham perseroan menggunakan ketentuan dalam anggaran dasar perseroan dan ketentuan dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer). Menurut Pasal 103 ayat (6) UUPT akuisisi saham ada yang langsung diprakarsai dan dilakukan oleh pemegang saham, dan yang tidak langsung melalui Direksi perseroan. Akuisisi yang tidak langsung mengikuti ketentuan yang diatur dalam Pasal 103 ayat (3) sampai ayat (5) UUPT. Tata cara bagi akuisisi yang langsung tidak dijelaskan disini. Peraturan yang tidak jelas itu perlu dipahami melalui ketentuan umumnya yaitu Buku III KUHPer yang mengatui mengenai jual-beli. Tujuan penelitian memperoleh data dan kejelasan atas maksud ketentuan-ketentuan akuisisi dalam UUPT khususnya Pasal 103 dan bagian ketiga PP 27 mengenai pengambil alihan, khususnya kejelasan persyaratan dan tata caranya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yang bersumber pada data sekunder bahan hukum. Berdasarkan analisa isi diperoleh kesimpulan berikut. Melalui jual-beli saham, perseroan terakuisisi memperoleh dana. Ketentuan dalam UUPT merupakan "lex specialis" dari ketentuan jual-beli dalam KUHPer. UUPT teryata hanya mengatur tata cara pelaksanaan pengalihan saham. Secara materiil pengalihan hak atas saham sudah diatur sebelumnya di KUHPer. Pengambil alihan yang merubah pengendalian harus mengikuti ketentuan Pasal 103 ayat (3) sampai ayat (5) UUPT dan bagian ketiga PP 27 Tahun 1998. Akuisisi saham yang tidak merubah pengendalian dapat dilakukan dengan ketentuan jual-beli biasa. Tata cara akuisisi perlu dibedakan antara yang langsung melalui pemegang saham dan merubah pengendalian perseroan dengan yang tidak merubah pengendalian. Juga yang tidak langsung melalui direksi perseroan dan merubah pengendalian dengan yang tidak merubah pengendalian perseroan. Tata cara yang diatur dalam UUPT penting bagi kreditur perseroan yang akan diakuisisi. Unsur merubah pengendalian yang terutama. Sistematika dari pasal-pasal pengambil alihan perlu disempumakan, yaitu Pasal 103 ayat (6) UUPT bila ditujukan hanya untuk membedakan yang langsung dan yang tidak langsung. Maka ayat (6) ini perlu ditiadakan, karena sudah diatur di KUHPer tentang jual-beli. Sistematika yang ada bisa diterima apabila unsur merubah pengendalian menjadi penting dalam akuisisi."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
S20965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyetti
"Dalam kegiatan di pasar modal, laporan keuangan perusahaan yang go publik merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi mengenai laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laba akuntansi yang sering digunakan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba per lembar saham (earning per share).
Penelitian ini merupakan event study yang tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana reaksi harga saham dan volume perdagangan saham di sekitar waktu pengumuman laba akuntansi. Apabila pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham dan volume perdagangan saham disekitar waktu pengumuman. Dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah ada hubungan yang positif antara besarnya laba tak terduga (unexpected EPS) dengan besarnya reaksi harga (abnormal return) dan antara perubahan harga saham dengan perubahan volume perdagangan. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan di luar negeri oleh Ball & Brown (1968), Beaver (1968), dan Dale Morse (1981), dan di dalam negeri oleh Affandi & Utama (1997), Husnan, Hanafi dan Wibowo (1995), menemukan bahwa disekitar pengumuman labs akuntansi terjadi perubahan harga saham dan volume perdagangan saham yang signifikan. Sedangkan penelitian oleh Linda Smith Bamber (1986&1987) serta Bamber & Atiase (1994), menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara besarnya unexpected EPS dengan besarnya abnormal return dan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan.
Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Laba akuntansi (EPS) dikelompokkan atas 2 yakni kelompok EPS naik dimana !aim aktual lebih besar dari !aim prediksi dan kelompok EPS turun dimana laba aktual lebih kecil dari laba prediksi. Laba prediksi diasumsikan sama dengan laba tahun sebelumnya. Ada 4 pendekatan yang digunakan untuk menentukan expected return yakni market model, aktual return, market adjusted return dan mean adjusted return serta 2 pendekatan untuk menentukan expected volume yakni pendekatan median dan pendekatan mean. Uji statistik yang digunakan selain uji parametrik juga menggunakan uji non parametrik.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, dengan uji parametrik maupun non parametrik bahwa selama periode 1994-1996 dengan menggunakan empat pendekatan pengukuran abnormal return yang berbeda, pengumuman laba mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Hal ini terlihat dari nilai kumulatif abnormal return yang positif dan signifikan disekitar pengumuman kenaikan EPS dan kumulatif abnormal return yang negatif dan signifikan disekitar pengumuman penurunan EPS. Begitu juga halnya dengan volume perdagangan.
Informasi pengumuman laba akuntansi digunakan oleh investor untuk melakukan transaksi di pasar modal, sehingga disekitar waktu pengumuman laba akuntansi aktifitas perdagangan saham meningkat dan menyebabkan investor memperoleh abnormal volume. Akan tetapi reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ball & Brown (1968), Beaver (1968), Dale Morse (1981), Affandi & Utama (1997) dan Husnan, Hanafi & Wibowo (1995), walaupun dipasar modal Indonesia reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Uji korelasi dengan korelasi spearman menunjukkan bahwa selama periode 1994-1996, membuktikan bahwa hubungan antara besarnya unexpected EPS dengan abnormal return adalah positif. Demikian juga halnya dengan uji korelasi pearson, kecuali untuk tahun 1994-1995, dimana tidak ada satupun koefisien korelasi yang signifikan.
Begitu juga dengan uji korelasi antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan, baik uji korelasi spearman maupun korelasi pearson menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan. Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda Smith Bamber (1986 &1987) dan Bamber & Atiase (1994)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T1536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Brian Ronggur Adobe
"Industri reksa dana di Indonesia mengalarni fenomena yang menarik pada periode 2003 sampai dengan 2006. Pertumbuhan NAB yang pesat dari Rp 8 triliun tahun 2001 mencapai puncaknya Rp 113 triliun pada bulan Februari 2005, Kemudian terjadi gelombang redemption yang menjatuhkan NAB menjadi Rp 29 triliun pada bulan Desember 2005. Tetapi dalam periode pengatnatan penelitian ini, reksa dana saham adalah satu-satunya jenis reksa dana yang mengalami pertumbuhan NAB positif. Hal ini mengindikasikan meningkatnya minat masyarakat kepada reksa dana saham. Untuk itu penelitian ini dilakukan sebagai referensi investor dalam melakukan penilaian dan pemilahan reksa dana saham.
Penelitian ini menganalisis 15 reksa dana saham yang memenuhi batasan yang telah ditetapkan. Untuk mengukur kinerja reksa dana saham, digunakan metode pengukuran kinerja Sharpe's Measure, Treynor's Measure, Jensen's Measure, dan Appraisal Ratio. Data perhitungan yang digunakan adaiah NAB mingguan reksa dana saham, IHSC mingguan, dan tingkat suku bunga SBI mingguan. Selain itu dibahas juga reksa dana terbaik dalam tiga skenario investasi investor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reksa dana saham dengan Sharpe's Measure terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas. Reksa dana saham dengan Treynor's Measure terbesar adalah reksa dana saham Arjuna. Reksa dana saham dengan Jensen's Measure dan Appraisal Ratio terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas.
Dengan menggunakan cut-off tiga besar dalam tiap-tiap metode yang digunakan, penelitian ini memilih lima reksa dana saham terbaik dalam periode pengamaian. Yaiat reksa Jana saham Si Dana Saharn, Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, Panin Dana Maksima, dan Arjuna. Untuk menentukan reksa dana saham yang terbaik bagi tiap investor, penelitian ini menyimpulkan bahwa reksa dana saham Rencana Cerdas adalah reksa dana saham terbaik jika skenario investasi investor adalah total investasi investor dan skenario campuran portofolio aktif dengan portofolio indeks pasar pasif, Sedangkan reksa dana saham Arjuna adalah reksa dana saham terbaik untuk skenario investasi sub-pcirtofolio dalam sebuah investment fund yang besar.
Mengingat risiko investasi di reksa dana saham memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan reksa dana lainnya, maka scbaiknya investor mcmiliki horizon investasi jangka panjang dalam reksa dana saham. Seiain itu, dalam memilih reksa dana saham, investor hares memilih reksa dana saham dengan profil imbal Vasil dan risiko yang sesuai dengan dirinya dart mempertin hangkan skenario investasinya.

The period of 2003 to 2006 illustrates an interesting phenomenon in the mutual fund industry in Indonesia, After a rapid net assets value (NA V) growth from 8 trillion rupiahs in 2001 to its peak of 113 trillion rupiahs in February 2005, the inrhtstg suffer- a huge loss due to a lot of redemptions throughout 2005. By December 2005, the NA V was 29 trillion rupiahs. In this period, equity mutual f utd was the only mutual_f utd with positive NAV growth. This indicates that the interest and confidence to equity mutual f nrd is increasing. This research is conducted to add reference for investors to evaluate and choose equity mutual frurd.
This research analyzed 15 equity mutual funds that meet the terms set. It employed Sharpe 's Measure, Treynor's Measure. Jensen 's Measure, and Appraisal Ratio to measure the equity mutual fund performance. The data that used are weekly equity mutual fund NA V, weekly Jakarta Composite Index (JCI), and weekly SBI interest rate. Furthermore, it determined the best equitl, mutual find based on three investment scenarios.
The result of the research shows that the equity mutual find with the highest Sharpe's. Measure is Rencana Cerdos. Equity mutual fired with the highest Tremor's Measure is Arjuna. Equity mutual fund with the highest Jensen?s :Measure and Appraisal Ratio is Rencana Cerdas.
Five equity mutual funds fill the best of three in each performance measurentent. These ere Si Dana Saham, Rencana Cerdas. Schroder Dana Prestusi Plus, Panin Dana Maksima, and Arjuna. Moreover, in three different investment scenarios, the best equity mutual fiord is Rencana Cerdas if it represents overall investor investment or if it will be mixed with market portfolio. While Arjuna equity fiord is the best mutual fund if it a sub-portfolio in a large investment fund.
Considering that the risk of equity mutual fiend is higher than the other type of mutual fund, investor should have a long investment horizon in equity mutual fund. Additionally, in selecting equity mutual fund, investors should considering his or her risk-return profile and investment scenario.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Wardhani
"Reksa Dana merupakan salah satu industri yang sedang berkembang. Sejak dicanangkannya tahun 1996 sebagai tahun Reksa Dana industri Reksa Dana mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Hal ini ditandai oleh semakin banyaknya Reksa Dana yang beroperasi. Dengan semakin banyaknya Reksa Dana maka investor memiliki semakin banyak pilihan. Selain mempertimbangkan kemanfaatan yang diberikan oleh Reksa Dana, investor juga harus mempertimbangkan kinerja dari Reksa Dana tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana saham yang ada di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja Reksa Dana. Untuk mengukur kinerja Reksa Dana penelitian ini menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Jensen (1968) dan Carhart (1997). Pada model Jensen kinerja diukur rnelalui intersep dari basil regresi antara kelebihan pengembalian portfolio sebagai variabel dependen dan kelebihan pengembalian pasarsebagai variabel independen. Model carhart merupakan pengembangan dari model Jensen dirnana variabel independennya ditambah dengan ukuran (size) dari portfolio Reksa Dana yang diproxi oleh kap-itolisasi pasar, PBV (price to book value) dari portfolio Reksa Dana dan pengembalian portfolio bulan sebelumnya. Pada penelitian ini variabel independennya ditambah dengan nilai PER (price earning ration) portfolio Reksa Dana.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana yang dibeliti pada penelitian ini adalah kemampuan manajer portfolio dalam hal memilih saham yang tepat dan pada scat yang tepat (stock selection & market lining ablita, kemampuan manajer portfolio dalam mempertahankan kinerjanya (hatbands effect) clan karakteristik Reksa Dana. Untuk mengetahui ada atau tidak stock .selection & market dining ability maka digunakan model yang telah dikembangkan oleh Henriksson dan Merton (1981) ditambah dengan faktor-faktor yang terdapat pada pengukuran kinerja Reksa Dana dengan menggunakan model carhat. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan manajer portfolio dalam mempertahankan kinerjanya diregresikan antara kelebihan pengembalian portfolio periode t sebagai variabel dependen dan kelebihan pengembalian portfolio periode t-1 sebagai variabel independennya. Faktor karakteristik Reksa Dana yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana yang diteliti adalah rasio antara biaya operasional Reksa Dana terhadap Total Aktiva Bersih, Total Aktiva Bersih Reksa Dana, umur Reksa Dana, perputaran portfolio Reksa Dana, jumlah maksimum persentase biaya transaksi, atliasi Reksa Dana dengan perusahaan sekuritas.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Reksa Dana yang diobservasi tidak memberikan kinerja yang Iebih baik dari pada kinerja pasar sebagai benchmarknya. Kinerja Reksa Dana selama periode penelitian underperform terhadap pasar sebesar 1.03 basis poin perbulan (berdasarkan model Jensen) atau 12.2 basis pain perbulan (berdasarkan model Carhart). Secara individu hanya 7 dari 18 Reksa Dana dalam sampel yang rnenunjukkan kinerja yang lebih balk atau outperform dari kinerja pasar, yaitu Arjuna, Danareksa Syariah, GTF Sejahtera, GTF Sentosa, indosurya Khatulistiwa, Panin dana Maksima, dan MPF Invests Pesona.. Disamping itu penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengembalian pasar sangat menentukan tingkat pengembalian portfolio Reksa Dana. Kontribusi tingkat pengembalian pasar terhadap tingkat pengembalian )l6stra1 portfolio adaLah sebesar 58 basis poin perbulan (baik berdasarkan model Jensen maupun model Carhart) untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian pasar sebesar 100 basis pain. Sedangkan berdasarkan analisis per individu tingkat pengernbalian pasar memberikan kontribusi signifikan positif terhadap tingkat pengembalian portofolio dengan kisaran 46.8 sampai dengan 110.7 basis poin perbulan untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian pasar sebesar 100 basis pain. Selain itu dari penelitian ini dapat diindikasikan bahwa Ada kecenderungan bahwa Reksa Dana lebih memilih saham-saham yang berkapiitaiisasi besar dalam portfolionya dibandingkan sahamsaham yang berkapitalisasi kecil dan Reksa Dana yang diobservasi menggunakan strategi momentum sederhana dalam pengelolaan portfolionya. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang signifikan positif dari variabel rata-rata size dari saham-saham yang ada dalam portfolio Reksa Dana dan tingkat pengernbalian Reksa Dana bulan sebelumnya terhadap kelebihan pengembakan portfolio Reksa Dana.
Jeleknya kinerja Reksa Dana ini lebih disebabkan oleh ketidakmampuan manajer portfolio dalam memilih saham yang tepat untuk dimasukkan ke dalam portfolionya. Ketidak mampuan dalam hal stock selection ability ini memberikan kontribusi negatif terhadap pengembalian portfolio sebesar 14.8 basis pain per bulan. Sedangkan kemampuan dalam membeli/ menjual saham pada saat yang tepat atau market timing ability hanya memberi kontribusi terhadap peningkatan pengembalian portfolio sebasar 2.03 basis pain per bulan untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian pasar sebesar 100 basis poin. Dan kemampuan untukmempertahankan kinerjanya atau hot hands ectmembedkan kontribusi terhadap peningkatan tingkat pengembalian Reksa Dana adalah sebesar 5.25 basis pain perbulan untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian portofolio bulan sebelumnya sebesar 100 basis poin. Jadi kontribusi negatif dari stock selection ability dari manajer portfolio mendominasi kontribusi positif dari kemampuan manajer portfolio dalam hal market timing ability dan hat hands effectsehingga secara keseluruhan kemampuan manajer portfolio dalam mengelola portfolionya justru menurunkan tingkat pengembalian portfolionya, yaitu sebesar 7.52 basis pain per bulan.
Sedangkan berdasarkan analisis per individu hanya 7 Reksa Dana yang menunjukkan stock selection ability yang positif dengan nilai kontribusi terhadap pengembalian portofolio berkisar antara 9.05 sampai dengan 42.3 basis pain per bulan. Sedangkan untuk market timing ability Reksa Dana memiliki nilai posiitif dengan nilai kontribusi terhadap pengembalian portofolio berkisar antara 1.12 sampai dengan 76.1 basis pain per bulan. Untuk hatbands effect7 Reksa Dana merniliki kemampuan tersebut dengan nilai kontribusi terhadap pengembalian portofolio berkisar antara 1.38 sampai dengan 20.4 basis pain per bulan.
Selain ketidakmampuan manajer portfolio dalam memilih saham yang tepat, perbedaan karakteristik satu Reksa Dana dengan Reksa Dana lainnya menjadi penyebab lain dari jeleknya kinerja Reksa Dana yang diobservasi. Kinerja Reksa Dana dipengaruhi secara signifikan negatif oleh Total Aktiva Bersih, umur Reksa Dana, persentase biaya transaksi. Persentase biaya transaksi memberikan kontribusi terbesar terhadap jeleknya kinerja Reksa Dana. Sedangkan karakteristik Reksa Dana yang berkaitan dengan afiliasi Reksa Dana dengan perusahaan sekuriitas berpengaruh secara signifikan posittf."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Susanta
"Dalam berinvestasi saham mengharapkan keuntungan (return) dari pembagian deviden dan mendapat capital gain. Keuntungan dari deviden akan diperoleh jika perusahaan penerbit saham mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya, sedangkan capital gain akan didapat dari selisih yang positif antara harga beli dan harga jual. Dan biasanya untuk mendapatkan capital gain seorang investor melakukan aktivitas perdagangan saham dipasar sekunder, dengan membeli saham pada saat harga saham mulai meningkat dan menjualnya pada saat harga saham akan turun. Sedangkan untuk memprediksi kapan harga saham akan naik ataupun akan turun itu tidak gampang. Pergerakan harga saham dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro dan ekonomi mikro. Untuk kondisi ekonomi mikro dapat dilihat pada kondisi fundamental perusahaan penerbit saham dan kondisi tersebut hanya dapat mempengaruhi harga saham tertentu. Adapun kondisi ekonomi makro akan berdampak pada pergerakan harga saham secara keseluruhan, termasuk harga saham di sektor pertambangan. Pergerakan harga saham sektor pertambangan di Jakarta Stock Exchange (JSX) cukup tinggi responnya terhadap perubahan kondisi ekonomi makro di Indonesia. Variabel-variabel utama yang signifikan mempengaruhi harga Saham Pertambangan adalah tingkat suku bunga riil SBI, permintaan saham pertambangan, Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) dan tingkat suku bunga US$. Selama terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI dan suku bunga dollar Amerika Serikat ternyata menyebabkan penurunan harga saham sektor pertambangan di JSX. Permintaan saham pertambanan dan IHSG juga mempunyai pengaruh positif terhadap harga saham pertambangan. Dari keempat variabel makro diatas variabel tingkat suku bunga SBI adalah variabel yang paling sensitive karena elastisitasnya paling besar, artinya pada saat terjadi perubahaan pada tingkat suku bunga SBI, maka harga saham pertambangan akan dengan cepat merespon terhadap perubahaan tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vatya Lakshita
"ABSTRAK
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah saham -saham yang
dikategorikan sebagai saham value dapat memberikan imbal hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan saham – saham yang dikategorikan sebagai saham growth,
atau dikenal dengan istilah value premium. Peneliti melakukan penelitian di pasar
modal Indonesia dengan jangka waktu pengamatan selama sepuluh tahun dari
tahun 2002 hingga 2012, dengan periode evaluasi per kuartal. Peneliti
menggunakan P/E dan P/BV sebagai dasar untuk membedakan antara saham
value dengan saham growth. Kelompok saham value maupun saham growth juga
akan dibagi lagi berdasarkan kapitalisasi pasarnya menjadi dua bagian,
kapitalisasi pasar besar dan kapitalisasi pasar kecil dan menengah, dengan cara
membagi dua sama besar seluruh saham di pasar berdasarkan urutan kapitalisasi
pasarnya. Selanjutnya dilakukan penghitungan imbal hasil masing – masing
kelompok yang telah ditentukan, untuk kemudian dianalisa hasilnya. Hasilnya
melalui penelitian ini Peneliti juga mendapatkan kesimpulan bahwa value
premium juga terjadi di pasar modal Indonesia, dan berlangsung sejak kuartal 1
tahun 2002 hingga waktu terakhir dari penelitian ini kuartal akhir 2012.

ABSTRACT
There have been many studies around the world to discovery whether value stocks
could gives a return that beat growth stocks return, or known as value premium.
Reseacher make a research about Indonesia Capital Market during ten years
period of observation from 2002 until 2012, which evaluated quarterly.
Researcher using P/E and P/BV to difference the group of value stocks and
growth stocks. Moreover that group will also divided into two group based on its
market capitalization, big market capitalization and middle and small market
capitalization, by divided two the whole market based on its market capitalization.
After that, researcher count the return from each group made, then analysis the
result. The result from this research, the researcher found that value premium also
happen in Indonesia capital market, and happens since first quarter 2002 until end
of time of this research at last quarter 2012."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldino Nabil Makarim
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tahu pengaruh COVID-19 varian Delta terhadap volatilitas dan return saham pada sektor properti dengan periode yang terbagi menjadi dua, yaitu periode sebelum meledaknya COVID-19 varian Delta yaitu awal tahun 2021 hingga bulan April, dan periode saat meledaknya COVID-19 varian Delta yaitu mulai bulan Mei 2021 hingga akhir tahun 2021. Area pengaruh COVID-19 varian Delta yang dilihat pada penelitian ini merupakan kasus harian infeksi COVID-19, market factor, size factor, value factor. Sampel terdiri dari 87 saham pada sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian yang digunakan merupakan regresi panel data. Ditemukan bahwa COVID-19 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas idiosinkratik yang melekat pada size factor, value factor, dan return dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi, hasil regresi Fama-Macbeth menunjukkan bahwa paparan risiko yang terasosiasi pada tiga faktor Fama-French tidak signifikan baik pada periode sebelum COVID-19 varian Delta dan di periode terjadinya COVID-19 varian Delta.

This study aims to investigate the influence of the Delta variant of COVID-19 on the volatility and stock returns in the property sector, divided into two periods: the period before the outbreak of the Delta variant of COVID-19, which is from the beginning of 2021 until April, and the period during the outbreak of the Delta variant of COVID-19, which is from May 2021 until the end of 2021. The areas of influence of the Delta variant of COVID-19 examined in this study include daily COVID-19 infection cases, market factor, size factor, and value factor. The sample consists of 87 stocks in the property sector listed on the Indonesia Stock Exchange. The research method used is panel data regression. It was found that COVID-19 has a significant influence on idiosyncratic volatility associated with size factor, value factor, and the return of the Composite Stock Price Index (CSPI). However, the Fama-Macbeth regression results show that the risk exposure associated with the three Fama-French factors is not significant in both the pre-Delta variant period and the Delta variant period of COVID-19."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Budi Widiyo Iryanto
"Pokok masalah penelitian ini ialah penetapan harga saham perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan hubungannya dengan laba per saham. Secara rasional pihak emiten menginginkan harga saham perdana tinggi, agar mendapatkan agio saham yang besar. Sisi lain, pihak investor menginginkan harga saham perdana yang rendah, agar mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keeratan hubungan antara harga saham perdana dengan laba per saham; Dan untuk mengetahui apakah harga saham perdana perusahaan yang emisi sampai dengan tanggal 31 Juli 1994, baik ditinjau dari kelompok tahun emisi; penjamin emisi dam jenis industri dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah; Serta untuk mengetahui apakah dalam penetapan harga perdana, telah dikaji lebih dulu prospek dan resiko perusahaan.
Data diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan dalam propektus terutama perkembangan modal sendiri, laba bersih dan kebijakan deviden. Disamping itu mencatat harga saham perdana dan perkembangan harga saham bulanan di BEJ selama lima bulan setelah listing. Metode pengambilan sampel digunakan metode populasi, yaitu seluruh perusahaan yang listing terakhir sampai 31 Juli 1994 di BEJ.
Ada dua model analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Model 1 : Y=a+bX dimana Y = harga saham perdana dan X = laba per saham. Model 1 ini digunakan untuk menguji hipotesis 1 : Dalam penetapan harga saham per dana penjamin emisi mengkaji lebih dulu prospoek emiten. Model 2 : PER = f(pertumbuhan laba, deviden payout ratio, deviasi standar pertumbuhan laba). Model ini digunakan untuk menguji hipotesis 2 sampai dengan hipotesis 5.
Hasil penelitian ditemukan bahwa baik ditinjau seluruh emiten, menurut tahun emisi, penjamin emisi maupun industri, harga saham perdana mempunyai hubungan dengan laba per saham dengan tingkat keeratan berkisar antara sedang sampai sangat tinggi, namun hanya sebagian kecil yang mempunyai hubungan yang signifikan. Dengan menggunakan model 2 ternyata hanya sebagian kecil menurut tahun emisi, industri maupun penjamin emisi yang signifikan untuk memprediksi PER yang diharapkan dan sebagian besar menolak hipotesisi 2, 3 dan 4. Berdasarkan PER yang diharapkan tersebut ternyata bisa membuktikan bahwa sebagian besar harga saham perdana dinilai terlalu tinggi. Ini berarti hipotesis 5 diterima."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T3083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>