Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Kristi Endah Murni
"Wilayah udara merupakan asset yang tidak hanya penting untuk pertahanan keamanan namun juga untuk berbagai kepentingan sosial dan ekonomi. Di bidang ekonomi, pengelolaan wilayah udara antara lain melalui perjanjian hubungan udara bilateral yang merupakan perjanjian diantara dua negara untuk mengatur bagaimana penerbangan berjadwal suatu perusahaan penerbangan dapat dilaksanakan pada kedua negara tersebut. Adanya perjanjian hubungan udara bilateral dimulai ketika pertemuan para wakil bangsa-bangsa gagal menyepakati secara multilateral pertukaran hak-hak angkut pada Konperensi Chicago tahun 1944. Indonesia hingga saat ini mempunyai 71 perjanjian hubungan udara bilateral. Masing-masing perjanjian mempunyai karasteristik yang berbeda yang disesuaikan dengan kepentingan Indonesia dan masing-masing Negara mitra. Dengan adanya kecenderungan liberalisasi angkutan udara yang telah menjadi kecenderungan global, kiranya diperlukan suatu perumusan perjanjian hubungan udara bilateral yang dapat mengakomodasi kebutuhan mobilitas orang maupun barang yang aman, selamat, cepat, teratur dan ekonomis tanpa mengabaikan keselamatan sehingga dapat meningkatkan peran strategis pertumbuhan ekonomi namun tetap menyesuaikan dengan kemampuan dan daya saing perusahaan nasional. Untuk mengantisipasi perubahan global tersebut, International Civil Aviation Organization (ICAO) telah menyampaikan beberapa perumusan perjanjian hubungan udara bilateral yang disarikan dare. 3600 perjanjian hubungan udara yang ada. Penerapan model perumusan sebagaimana direkomendasikan oleh ICAO tersebut tentu harus diimbangi dengan kebijakan yang tepat dan terarah agar hasilnya dapat benar-benar dinikmati oleh pengguna angkutan udara pada khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya.

The air space is an important asset that can be used not only for security defense aspects, but also having the important roles on social and economic issues. The arrangements of traffic rights for the implementation of international air transport services for each country had been formulated through the Bilateral Air Services Agreement mechanism between two countries. The bilateral air services agreement started when the representative of nation failure to approved to exchange the traffic rights through multilateral agreement approach in Chicago Convention 1944. To date, Indonesia has 71 (seventy one) Bilateral Air Services Agreement with the partner countries. Each agreement have different characteristic according to the benefit for the national interest. To anticipate the globalization era, which will influence the air transport industry, it is necessary to define some models of bilateral air services agreement which could accommodate the needs for the movement of passenger and goods rapidly, smoothly, securely and safely, by considering :
- To increase the strategic of economic growth;
- To increase nation air carrier competitiveness. International Civil Aviation.
Organization (ICAO) had proposed some models of Bilateral Air Services Agreement which is summarized from 3600 Bilateral Air Services Agreement registered. The implementation models of the Bilateral Air Services Agreement as recommended by ICAO must be followed with the precise and reasonable policies for the benefit to all of the customer of air transport fields.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Welly
"Dalam dunia perdagangan internasional terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya sengketa dalam perjanjian internasional, antara lain perbedaan kewarganegaraan para pihak, perbedaan budaya hukum, sistem hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu, para pihak berupaya mencari alternatif penyelesaian sengketa yang menguntungkan kedua belah pihak. Arbitrase merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang sering digunakan dalam perjanjian internasional. Menyadari pentingnya peran arbitrase dalam dunia bisnis internasional, maka masalah pelaksanaan putusan arbitrase asing di Indonesia menarik untuk dikaj i lebih dalam dengan melakukan studi kasus Bankers Trust Company dan Bankers Trust International Plc. melawan PT. Mayora Indah Tbk dan PT. BT Prima Securities Indonesia.
Beberapa permasalahan yang dibahas meliputi: pertama., apa yang menjadi dasar Pengadilan Nasional untuk melakukan penolakan putusan arbitrase asing; kedua, apakah ada upaya hukum terhadap penolakan pelaksanaan putusan arbitrase di Indonesia; ketiga, bagaimanakah penerapan Konvensi New York 195 8 terhadap kasus Bankers Trust Company dan Bankers Trust International Plc. melawan PT. Mayora Indah dan PT. BT Prima Securities Indonesia.
Berdasarkan pembahasan permasalahan tersebut disimpulkan bahwa Pengadilan Nasional dapat melakukan penolakan putusan arbitrase asing berdasarkan alasan bertentangan dengan ketertiban umum. Suatu putusan arbitrase asing yang ditolak permohonan eksekuaturnya oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dapat dilakukan upaya kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Penerapan ketentuan dalam Konvensi New York 1958 terhadap kasus Bankers Trust Company dan Bankers Trust International Plc. melawan PT. Mayora Indah Tbk, dimana permohonan eksekuatur atas putusan Arbitrase Internasional Pengadilan London - Arbitrase N o . 8119 ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan alasan bertentangan dengan ketertiban umum, dan permohonan kasasi ditolak oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan alasan tidak memenuhi persyaratan formil yaitu terlambat dalam pengajuan kasasinya karena melampaui tenggang waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana diatur dalam pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T36679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Evy Setyowati Handayani
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini makin marak produk kosmetika
yang menggunakan bahan kimia berbahaya khususnya yang
dapat merugikan dan membahayakan bagi konsumennya.
Oleh karena itu sangat diperlukan Perlindungan
Konsumen Terhadap Bahan Kimia Berbahaya Dalam
Kosmetika Ditinjau Dari Perspektif Keamanan dan
Keselamatan Konsumen. Dalam tesis ini dibahas tentang
pengaturan tentang kosmetika yang dapat melindungi
konsumen dari kosmetika yang mengandung bahan kimia
berbahaya, pengawasan terhadap produk kosmetika
berbahaya oleh instansi terkait, dan penanganan
sengketa konsumen oleh Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen serta kasus-kasus yang dialami oleh konsumen
akibat penggunaan produk kosmetika berbahaya yang
telah dilaporkan ke Unit Layanan Pengaduan Konsumen
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Bentuk perlindungan konsumen yang diberikan
oleh pemerintah adalah dengan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan, peraturan pemerintah atau
penerbitan standar mutu barang. Disamping itu yang
tidak kalah pentingnya adalah melakukan pengawasan
pada penerapan peraturan ataupun standar-standar yang
telah ada. Guna melindungi konsumen, Pemerintah
menginstruksikan kepada produsen/distributor untuk
melakukan penarikan produk yang membahayakan keamanan
dan keselamatan konsumen dari peredaran dan
memusnahkannya.

ABSTRACT
Recently more and more cosmetics product using
dangerous chemicals especially can harm and endangers for
the consumer. Therefore hardly is required Consumerism To
Dangerous Chemicals In Cosmetics Evaluated From Consumer
Security and Safety Perpective. In this thesis studied
about arrangement about cosmetics which can protect
consumer from cosmetics which is containing dangerous
chemicals, observation to dangerous cosmetics product by
related institution, and handling of consumer dispute by
The Agency of Consumer Dispute Solution and cases
experienced by consumer as result of usage of dangerous
cosmetics product which has been reported to Consumer
denunciating Service Unit from The Agency of Drugs and
Food Supervisor.
Consumerism form given by government is by releasing
law and regulation, governmental regulation or
publication of standard quality of goods. Side that which
is not less important is do observation at regulation
applying and or standards which there have. To protect
consumer, the Government instructs to
produsen/distributor to do withdrawal of product
endangering security and safety and safety of consumer
from circulation and annihilates it."
2008
T37112
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aziezah Kebahyang
"ABSTRAK
Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menganalisis sejauhmana tanggung jawab
pengurus koperasi terhadap pinjaman anggota khususnya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pengurus Koperasi Pegawai Departemen Agama (KOPDA) bila anggota
wan prestasi. Dengan menganalisis kasus pada pemberian pinjaman/pemberian kredit
Koperasi Pegawai Departemen Agama atau disingkat KOPDA adalah salah satu koperasi
yang dibentuk karena profesi. Dalam menjalankan fungsi sebagi lembaga ekonomi,
KOPDA menyelenggarakan usaha dan kegiatan sosial ekonomi seperti membentuk unit
usaha simpan pinjam, unit usaha pedagangan, unit usaha pelayanan jasa dan unit usaha
lain yang sah.
Kegiatan usaha simpan pijam adalah salah satu usaha KOPDA yang sangat diminati oleh
anggotanya, jika teijadi pinjam meminjam uang akan menimbulkan hak dan kewajiban
antara kedua belah pihak. Di lain pihak dalam hal ini pengurus mempunyai tanggung
jawab terhadap pemberian pinjaman/kredit kepada anggotanya, dan anggota yang
meminjam terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Apabila
dalam pemberian pinjaman ini tidak tertib administrasi atau tidak mememenuhi prosedur
yang telah ditentukan. Hal ini akan menimbulkan permasalahan yang menyangkut
kewaj iban dan tanggung terhadap pemberian pinjaman tersebut dan apabila anggota wan
prestasi dalam rangka melaksanakan kewajibannya.
Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat yuridis normatif dan empiris, yang
mengacu pada norma-norma hukum y an terdapat dalam peraturan perundang-undangan
tentang perkoperasian dan doktrin ulira vires; serta melalui wawancara langsung dengan
pihak-pihak terkait dalam hal ini pengurus, karyawan dan anggota KOPDA, serta pejabat
dan staf di lingkungan Kementerian Negara Urusan Koperasi dan U KM yang
menghasilkan jawaban yang bersifat evaluatif-analistis. Kesimpulan pemecahan masalah
dalam tesis ini, adalah bahwa pengurus sebagai perangkat organisasi dari suatu badan
hukum koperasi, yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum
dan upaya-upaya hukum untuk atas nama koperasi, bertanggung jawab atas teijadinya
peijanjian pinjam meminjam uang yang dilakukan dengan anggota koperasi dan
perbuatan lainnya, apabila perbuatannya tersebut menimbulkan resiko kerugian pada
koperasi. Ketentuan ini didasarkan pada Pasal 34 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang perkoperasian, yang dijadikan sebagai pedoman dalam hal pengaturan
pertanggungjawaban pengurus koperasi. Dalam hal pengurus melakukan tindakan yang
melebihi kewenangannya (ultra vires) sebagaimana diberikan oleh anggaran dasar, maka
dibutuhkan otoritas pengawasan yang secara terus menerus terhadap aktifitas pengurus
dalam usahanya mengelola koperasi.

ABSTRACT
Purpose of writing this thesis is to analyze how far responsibility manager of cooperation
to member loan especially about obligation and responsibility manager employee
Cooperation of Religion Department (KOPDA) if when member of achievement. In this
case gift lender/vesting credit at the Employee Cooperation of Religion Department or
shortened KOPDA is the one of cooperation to build by profession. In implementing
function as economy institute, KOPDA carries out business and social economic activity
just like as forming saving and loan business unit, commerce business unit, business unit
of service activities and other business unit.
The activity saving and loan business is the one effort KOPDA a real enthused by his
member, it’s happened to loan the money will generate rights and obligations between
both parties. On the other this case manager have a responsibility to give a credit for their
member, and borrowing member particularly must fulfill clauses which has been
determined. If in this lending not administration order or doesn't fulfill procedure which
has been determined. This thing will generate problems concerning obligation and
responsibility manager to the lending and if member of achievement for to do the
obligation.
By using method of research which the yuridis nonnatif and empiric, is referring to law
norms there is in legislation of co-operation and doctrine of ultra vires, and through
direct interview with related sides in this case manager, employee and member of
KOPDA, and official and staff in area Ministry of State Business Cooperation and UKM
which the results answer which the evaluatif-analistic. The conclusion o f troubleshooting
in writing of this thesis, be that official member as peripheral organization from
a legal cooperation, the authority given to do law actions and law efforts for on behalf of
cooperation, responsibility to the agreement to borrow the money with member of other
cooperation and the other action, if the action to come a loss risk at cooperation, this rule
based on article 34 Number 25 the 1992 year’s about cooperation, taken as the leader in
the of arrangement of responsibility of member cooperation.
In this case the members of conducting action exceeding the authority (ultra vires) as
given by statutes, so it’s need a continually controlling authority to activity manager in
business managing cooperation."
2008
T37162
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benedetto Setyo Satrio Utomo
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peraturan perundang-undangan terkait pembatalan Putusan Arbitrase Internasional dan prakteknya di lembaga peradilan di Indonesia berdasarkan aspek-aspek Hukum Perdata Internasional. Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketentuan mengenai pembatalan Putusan Arbitrase Internasional dalam UU Arbitrase belum jelas dan memadai. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aturan mengenai pembatalan Putusan Arbitrase Internasional dan alasan-alasan pembatalan putusan arbitrase. Lembaga peradilan di Indonesia pada prakteknya masih inkonsisten dalam menerapkan aturan-aturan tersebut.
Contohnya adalah kasus antara PT Sumber Subur Mas, Yusman Tamara, Imelda Irawan melawan Transpac Capital Pte. Ltd., dan Transpac Industrial Holdings Limited ;dan kasus antara PT Daya Mandiri Resources Indonesia (d/h PT Risna Karya Wardhana Mandiri) dan PT Dayaindo Resources melawan Suek AG.

Arbitral Award with the practice of Indonesian Court in accordance with the aspects of Private International Law. The author uses a juridical-normative research method with an addition of literature studies.
This research shows that the regulation about the annulment of international arbitral award in Law of Arbitration has not been clear and sufficient. This can be seen from numerous rules about the annulment of International Arbitral Award and the grounds of the annulment of arbitral awards. The Indonesian Court has been inconsistent to implement these regulations.
The examples are the case between Transpac Capital Pte. Ltd., and Transpac Industrial Holdings Limited; and the case between PT Daya Mandiri Resources Indonesia (d/h PT Risna Karya Wardhana Mandiri) and PT Dayaindo Resources melawan Suek AG.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiadiningdyah
"Skripsi ini membahas penyelesaian sengketa investasi asing di sektor pertambangan minerba di Indonesia dalam kaitannya dengan hukum perdata internasional. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Hasil penelitian menyarankan agar Majelis Arbitrase Internasional dan para pihak dalam KK dan PKP2B untuk lebih memperhatikan penerapan hukum Indonesia sebagai hukum yang berlaku dalam KK dan PKP2B (governing law), sekaligus sebagai hukum materiil (substantive law) dalam proses arbitrase internasional untuk menyelesaikan perkara-perkara utama HPI di dalamnya.

The focus of this study is the settlement of foreign investment dispute in mineral and coal mining sector in Indonesia in relation to private international law. This study uses a juridical normative and empirical methods. The results suggest that the International Arbitration Tribunal and the parties in KK and PKP2B to pay more attention to the implementation of Indonesian law as the governing law in KK and PKP2B, as well as the substantive law in the process of international arbitration to resolve major matters of HPI in it."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S53538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dida Hayuningtri
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis pengaturan mengenai yurisdiksi Majelis Arbiter berdasarkan Konvensi ICSID dan penerapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Pasal 25 Konvensi ICSID, yurisdiksi Majelis Arbiter dalam mengadili suatu sengketa ditentukan oleh adanya kesepakatan para pihak, ketentuan ratione materiae dan ratione personae. Pentingnya ketiga persyaratan tersebut untuk dipenuhi dalam menentukan yurisdiksi Majelis Arbiter dapat dilihat dalam perkara Pemda Kaltim melawan PT Kaltim Prima Coal dkk. Dalam perkara tersebut, ketentuan ratione personae tidak terpenuhi sehingga Majelis Arbiter ICSID menyatakan diri tidak memiliki yurisdiksi untuk mengadili perkara tersebut.

This research is aimed to describe and analyze the rules regarding the Arbitral Tribunal`s jurisdiction based on the ICSID Convention and its implementation. The result of this research shows that based on Article 25 of the ICSID Convention, the ICSID Arbitral Tribunal`s jurisdiction is determined by the consent of the disputing parties, requirements ratione materiae and ratione personae. In GPEK v. PT Kaltim Prima Coal and others, it is obvious that the compliance of those requirements is very fundamental in determining the Tribunal`s jurisdiction over the dispute. In the mentioned case, requirements ratione personae were not fulfilled. Consequently, the Tribunal lacks of jurisdiction over the dispute."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meisita Kusuma
"ABSTRACT
Dalam proyek investasi lintas negara, proyek investasi seringkali dilakukan melalui beberapa kontrak. Pada saat terjadi sengketa atas proyek investasi yang dilaksanakan melalui beberapa kontrak, tidak jarang claimant mengajukan claim yang didasari beberapa kontrak yang berbeda dalam satu proses persidangan arbitrase. Pengaturan mengenai pemeriksaan claim yang didasari beberapa kontrak dalam satu proses persidangan arbitrase tidak ditemukan dalam aturan arbitrase pada lembaga ICSID. Untuk menganalisis permasalahan ini, digunakan penelitian hukum normatif dengan metode deskriptif analitis. Hasil dari penelitian menunjukkan penerapan prinsip-prinsip pemeriksaan claim yang didasari beberapa kontrak dalam satu proses persidangan arbitrase yang diterapkan dalam praktik arbitrase internasional oleh majelis arbitrase ICSID.

ABSTRACT
In cross-border investment projects, it is common to find an investment project made through several contracts. When dispute over an investment project made through several contracts arises, the claimant in some case submitted a claim based on several contracts in a single proceeding. The rules regarding the hearing of claim based on several contracts in a single proceeding cannot be found in the arbitration rules of ICSID. Normative research with descriptive-analysis method is used to analyse this matter. The result of the research shows the application of principles of the hearing of claim that based on several contracts in a single proceeding that are applied in international arbitration practice"
2014
S56768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>