Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryadipa Rachmana
"Salah satu unsur logam tanah jarang adalah lantanum. Lanthanum dapat dipisahkan dengan beberapa teknik seperti ekstraksi solven, pertukaran ion, dan metode pengendapan fraksional. Salah satu sumber lantanum adalah mineral pasir silika, dan Indonesia memiliki jumlah pasir silika yang cukup berlimpah sehingga dapat dijadikan potensi produksi lantanum yang tinggi.Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi lanthanum dari mineral pasir silika. Pemisahan logam lantanum dari pasir silika menggunakan ekstraksi padat cair, karena sifat fisik dari pasir silikanya sendiri.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode Heap Leaching menggunakan H2SO4, metode ini digunakan karena merupakan metode yang murah, praktis, tidak perlu destruksi, dan preparasi yang tidak rumit.Metode pengendapan menggunakan natrium sulfat kemudian dilakukan untuk memisahkan logam-logam maupun pengotor yang terdapat dalam larutan. Selanjutnya dilakukan pemisahan kembali darilogam pengotor menggunakan asam fitat untuk kemudian diperoleh hasil ion lantanum yang lebih murni. Didapatkan hasil lantanum yang berhasil didapat.

One of rare earth metal element is lanthanum. Lanthanum can be separated by several techniques such as solvent extraction, ion exchange, and fractional precipitation methods. One of many source of lanthanum is the silica sand mineral, and Indonesia has a considerable amount of silica sand that can be used as a high lanthanum production potential. In this research, the extraction of lanthanum from silica sand mineral will be done. Separation of lanthanum metal from silica sand using liquid solid extraction is done due to the physical properties of the silica sand itself.
The extraction method that is used in this research is Heap Leaching method using H2SO4. This method is used because it is a cheap, practical method, no need for destruction, and the preparation is not complicated. The precipitation method using sodium sulfate is then carried out to separate the metals and impurities present in the solution. Furthermore, the separation of the impurity metal using phytic acid is then obtained to produce purer lanthanum ions. The result of lanthanum obtained by this method ide 0.709 ppm with percent extraction is 11.3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metha Listia Chaerani
"Katalis basa heterogen akhir-akhir ini banyak digunakan untuk sintesis metil ester karena tidak membentuk sabun dan mudah dipisahkan dari reagennya. Namun, karena aktivitasnya, dalam pembuatan katalis basa heterogen digunakan senyawa lain sebagai pendukung pada proses katalitik. Senyawa tersebut dapat berupa senyawa anorganik oksida dan biopolimer. Pada penelitian kali ini telah dilakukan sintesis nanokomposit sebagai katalis untuk proses transesterifikasi minyak kelapa menjadi biodiesel menggunakan CaO dengan katalis pendukung SiO2 dan senyawa kopolimer berupa Alginat-CMC. Nanokomposit Alginat-CMC/SiO2/CaO yang terbentuk dikarakterisasi dengan SEM, FTIR, dan XRD. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas katalitik dan hasil transesterifikasi dikarakterisasi menggunakan GC-MS. Konversi minyak kelapa menjadi metil ester sebesar 89,18% dicapai pada kondisi optimum suhu 60⁰C, rasio molar minyak : metanol sebesar 1:6 dan jumlah katalis sebesar 0,09 gram. Metil ester yang terbentuk diuji dengan GC-MS dan dihasilkan dodecanoic acid methyl ester (lauric acid methyl ester) sebagai metil ester yang paling banyak kelimpahannya dengan waktu retensi selama 6,822 menit. Evaluasi terhadap kinetika mengikuti persamaan pesudo-orde pertama.
Recently heterogeneous catalysts are widely used for the synthesis of methyl ester because they do not form soap and are easily prepared from their reagents. However, due to its small activity, another composition is used as a support in the catalytic process. The compound can consist of inorganic oxide compounds and biopolymers. This research has carried out the synthesis of nanocomposites as a catalyst for the transesterification of coconut oil into biodiesel using CaO with catalysts supporting SiO2 and copolymer compounds to Alginate-CMC. Alginate-CMC/SiO2/CaO nanocomposites formed were characterized by SEM, FTIR, and XRD. Furthermore, catalytic activity tests were carried out and the results of transesterification were characterized using GC-MS. Conversion of coconut oil into methyl esters of 89.18% reaches an optimum temperature of 60⁰C, oil: methanol molar ratio of 1: 6 and the amount of catalyst of 9 gram. The resulting methyl esters were distributed by GC-MS and dodecanoic acid methyl ester (lauric acid methyl ester) was produced as the most abundant methyl ester with a retention time of 6,822 minutes. Evaluation of kinetics follows the first-order pesudo-equation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hazim Mu'aafii
"Ketersediaan minyak bumi di dunia semakin menipis serta penggunaan bahan bakar fosil telah menyebabkan pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Sehingga diperlukan pengembangan sumber energi terbarukan untuk menjadi subtitusi kebutuhan bahan bakar berbasis minyak bumi. Biodiesel dapat menjadi alternatif bahan bakar. Biodiesel adalah metil ester dapat disintesis melalui esterifikasi asam lemak misalnya adalah asam oleat yang banyak terkandung dalam minyak kelapa sawit. Proses esterifikasi memerlukan katalis asam. MIL-101(Cr) adalah metal organic framework yang tersusun dari logam kromium dan ligan asam tereftalat. MIL-101 (Cr) memiliki luas permukaan BET tinggi dan material ini memiliki potensi situs asam Lewis. Karenanya MIL-101 (Cr) dapat menjadi kandidat yang baik untuk katalis dalam esterifikasi asam lemak seperti asam oleat. Biodiesel juga bisa disintesis melalui transesterifikasi minyak nabati. Sehingga, dilakukan impregnasi logam Nikel pada MIL-101 (Cr) untuk meningkatkan kemampuan katalitiknya. Dalam penelitian ini hasil sintesis katalis MIL-101(Cr) dan Ni@MIL-101 (Cr) dilakukan karakterisasi dengan FTIR, XRD, SEM-EDS dan NH3-TPD. Hasil karakterisasi dapat diketahui struktur MIL-101 (Cr) sudah sesuai dan impregnasi Ni tidak merusak struktur MIL-101 (Cr). Hasil esterifikasi diperoleh untuk MIL-101 (Cr) memiliki persen konversi sebesar 96,06% sedangkan Ni@MIL-101 (Cr) memiliki persen konversi sebesar 12,95%. Untuk melihat metil ester yang terbentuk, hasil esterifikasi diuji GCMS. Dari hasilnya terbukti hampir semua asam lemak dapat terkonversi dengan katalis MIL-101 (Cr), dan masih banyak asam oleat yang belum terkonversi menjadi metil ester dengan katalis Ni@MIL-101 (Cr). Hasil transesterifikasi dengan minyak goreng kelapa sawit dapat dilihat terbentuknya 9-Octadecenoic acid, methyl ester dengan menggunakan katalis Ni@MIL-101 (Cr) dan tidak terbentuk metil ester dari asam oleat pada transesterifikasi menggunakan katalis MIL-101 (Cr).

The availability of fossil fuel in the world is decreasing and the use of fossil fuels has caused environmental pollution and global warming. It is necessary to develop renewable energy sources to replace the need for fossil fuels. Biodiesel can be an alternative fuel. Biodiesel is a methyl ester that can be synthesized through the esterification of fatty acids, for example, oleic acid, which is abundant in palm oil. The esterification process requires an acid catalyst. MIL-101(Cr) is a metal organic framework composed of chromium metal and terephthalic acid ligands. MIL-101(Cr) has a high BET surface area and this material has potential of Lewis acid sites. Therefore MIL-101 (Cr) can be a good candidate for catalyst in the esterification of fatty acids such as oleic acid. Biodiesel can also be synthesized through plant based oil transesterification. Because of that, Nickel metal impregnation was carried out on MIL-101 (Cr) to increase its catalytic ability. In this study the results of the synthesis of MIL-101(Cr) and Ni@MIL-101(Cr) catalysts were characterized by FTIR, XRD, SEM-EDS and NH3-TPD. Based on the characterization results, the MIL-101 (Cr) structure is suitable and the Ni impregnation does not damage the MIL-101 (Cr) structure. The esterification results obtained for MIL-101 (Cr) have a conversion percentage of 96.06% while Ni@MIL-101 (Cr) has a conversion percentage of 12.95%. To see the methyl ester formed, the esterification results were tested by GCMS. The results show that almost all fatty acids can be converted with the MIL-101 (Cr) catalyst, and there is still a lot of oleic acid that has not been converted into methyl esters with the Ni@MIL-101 (Cr) catalyst. The results of transesterification with palm cooking oil can be seen from the formation of 9-Octadecenoic acid, methyl ester using Ni@MIL-101 (Cr) catalyst and no methyl ester from oleic acid in transesterification using MIL-101 (Cr) catalyst."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Amalia
"Tepung terigu kini menjadi bahan makanan alternatif terbesar pengganti nasi. Konsumsi yang kian meningkat tiap tahunnya disebabkan oleh banyaknya kegunaan tepung terigu sebagai bahan baku beberapa produk makanan, salah satunya adalah mie. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2020, Indonesia kini menjadi negara dengan konsumsi mie instan kedua terbesar di dunia setelah Cina. Pati tepung terigu yang dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan mie perlu memenuhi beberapa kriteria agar menghasilkan produk mie yang baik. Penelitian ini berhasil memodifikasi pati melalui metode ikat silang terhadap tepung terigu sebagai bahan pembuatan mie dan diamati pengaruh dari modifikasi tersebut terhadap cooking-loss dan daya cerna pati mie. Karakterisasi dengan FTIR pada tepung terigu hasil modifikasi menunjukkan terjadinya ikatan silang antara pati dengan natrium trimetafosfat (STMP) yang ditandai dengan kemunculan peak pada 1295 cm-1 . Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tepung terigu hasil modifikasi ikat silang terjadi perubahan pada sifat fungsional pati seperti menurunnya nilai swelling power dan meningkatnya kelarutan. Persen fosfor dan derajat substitusi dari tepung terigu hasil modifikasi ikat silang menunjukkan terjadinya kenaikan. Tepung terigu hasil modifikasi ikat silang juga mengalami penurunan daya cerna pati dibandingkan dengan tepung tanpa modifikasi, yang mana penurunan terbesar terjadi hingga 25,29% relatif terhadap tepung terigu tanpa modifikasi. Pembuatan mie dari tepung terigu hasil modifikasi ikat silang berhasil pula dilakukan dan diperoleh hasil yaitu mie yang dibuat menggunakan tepung terigu hasil modifikasi mengalami peningkatan cooking-loss, namun daya cernanya menurun dibandingkan dengan mie kontrolnya yang dibuat dari tepung terigu tanpa modifikasi ikat silang.

Wheat flour is now the largest alternative food ingredient to replace rice. Consumption of wheat flour is increasing every year due to the many uses of wheat flour as a raw material for several food products, one of which is noodles. According to the 2020 National Socio-Economic Survey, Indonesia is now the country with the second largest consumption of instant noodles in the world after China. Wheat flour starch that is used as an ingredient for making noodles needs to meet several criteria in order to produce a good noodle product. This study succeeded in modifying starch through the crosslinking method of wheat flour as an ingredient for making noodles and observing the effect of these modifications on cooking-loss and digestibility of noodle starch. Characterization by FTIR on modified wheat flour showed the occurrence of crosslinking between starch and sodium trimetaphosphate (STMP) which was indicated by the appearance of a peak at 1295 cm-1 . The results obtained showed that the modified crosslinked flour resulted in changes in the functional properties of the starch, such as a decrease in the value of swelling power and an increase in solubility. The percentage of phosphorus and the degree of substitution of crosslinked modified wheat flour showed an increase. Wheat flour resulting from crosslinked modification also experienced a decrease in starch digestibility compared to flour without modification, where the largest decrease occurred up to 25.29% relative to wheat flour without modification. Making noodles from modified crosslinked wheat flour was also successfully carried out and the results obtained were noodles made using modified wheat flour experienced an increase in cooking-loss, but their digestibility decreased compared to the control noodles made from unmodified wheat flour.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurafni Setiawati
"Bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang sering digunakan hingga saat ini. Namun, penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus akan menyebabkan krisis energi dan kerusakan lingkungan akibat gas rumah kaca yang dihasilkan. Hal tersebut mendorong para peneliti untuk mengembangkan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Hidrogen merupakan kandidat terkuat untuk dijadikan energi terbarukan karena memiliki densitas energi yang tinggi dan hasil pembakaran hidrogen hanya air, sehingga tidak menghasilkan gas polutan. Hidrogen dapat diproduksi dengan proses pemecahan air menggunakan air asin yang ketersediaannya berlimpah di alam. Teknologi pemecahan air banyak dikembangkan saat ini melalui fotokatalisis dengan memanfaatkan cahaya matahari menggunakan sel fotoelektrokimia dengan fotoelektroda berbasis bahan semikonduktor. Penelitian inimelakukan sintesis R-TiO2 nanotubes/BiVO4/Co-Pi sebagai fotoanoda pada sel fotoelektrokimia untuk produksi hidrogen (H2) dari air berkadar garam tinggi. Sintesis TiO2 nanotubes dilakukan dengan metode anodisasi, kemudian direduksi dengan reduksi elektrokimia untuk menghasilkan R-TiO2 nanotubes. Waktu reduksi divariasikan dengan 90, 180, dan 300 detik. Semakin lama waktu reduksi, energi celah pita semakin kecil dan densitas arus yang dihasilkan semakin besar. Sehingga, waktu reduksi optimum R-TNA berada pada 300 detik dengan energi celah pita sebesar 2,82 eV dan densitas arus sebesar 0,0017 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Modifikasi R-TNA dengan BiVO4 dilakukan dengan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) yang menghasilkan energi celah pita lebih kecil sebesar 2,53 eV dan densitas arus yang lebih besar sebesar 0,0035 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Modifikasi R-TNA/BiVO4 dengan Co-Pi dilakukan dengan metode elektrodeposisi yang menghasilkan densitas arus lebih besar sebesar 0,0071 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE. Rangkaian sel fotoelektrokimia menggunakan R-TNA/BiVO4/Co-Pi sebagai fotoanoda dan R-TNA/Pt sebagai katoda dengan waktu pengujian 3 jam menghasilkan hidrogen dengan konsentrasi sebesar 0,0826% dari air berkadar garam tinggi.

Fossil fuel is an energy source that is often used today. However, the continuous use of fossil fuels will cause an energy crisis and environmental damage due to the greenhouse gases produced. This encourages researchers to develop alternative energy more eco-friendly. Hydrogen is the strongest candidate to use as renewable energy because it has high energy density and the product of hydrogen combustion is only water, so it doesn’t produce pollutants. Hydrogen can be produced by the process of water splitting from salty water, which is abundantly available in nature. Water splitting is currently being developed through photocatalysis by utilizing sunlight using photoelectrochemical cells with photoelectrodes based on semiconductor material. This study synthesized R-TiO2 nanotubes/BiVO4/Co-Pi as a photoanode in a photoelectrochemical cell for hydrogen production from salty water. TiO2 nanotubes were synthesized by anodizing method, then reduced by electrochemical reduction to produce R-TiO2 nanotubes. The reduction time was varied by 90, 180, and 300 seconds. The longer reduction time gives the smaller band gap energy and the larger photocurrent. Thus, the optimum reduction time of R-TNA is 300 seconds with a band gap energy of 2.82 eV and photocurrent of 0,0017 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Modification of R-TNA with BiVO4 was carried out using the Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method has smaller band gap energy of 2.54 eV and larger photocurrent of 0,0035 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Modification of R-TNA/BiVO4 with Co-Pi was carried out by electrodeposition method has the largest photocurrent of 0,0071 mA/cm2 at 1,23 V vs RHE. Photoelectrochemical cell using R-TNA/BiVO4/Co-Pi as photoanode and R-TNA/Pt as cathode for 3 hours produced hydrogen with a concentration of 0,0826% from salty water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferari Yanuar Al-Fahrezi
"Limbah pewarna merupakan salah satu limbah yang paling banyak dihasilkan dari industri tekstil. Salah satu zat berbahaya yang terdapat dalam limbah pewarna adalah Rhodamin B. Rhodamin B tergolong pewarna berbahaya karena yang memiliki sifat karsinogenik dan mutagenik pada manusia dan hewan. Untuk menghilangkan Rhodamin B pada limbah dari industri tekstil dapat dilakukan dengan fotodegradasi. Fotodegradasi dapat dilakukan dengan menggunakan material fotokatalis yang disebut sebagai degradasi dengan fotokatalisis. Oleh karena itu dikembangkan fotokatalis yang efektif digunakan dalam proses ini, salah satunya adalah metal organic frameworks (MOF) yang merupakan material semikonduktor berpori. Perpaduan logam dengan ligan yang bersifat fotoaktif serta modulasi dalam MOF dapat meningkatkan sifat fotokatalitik MOF. Pada penelitian ini disintesis MOF berbasis zirkonium dengan ligan perylene-3,4,9,10-tetrakarboksilat termodulasi asam amino glisina dengan metode solvotermal yang diuji sifat fotokatalitiknya dengan degradasi Rhodamin B. Dalam penelitian ini disintesis MOF dengan energi celah pita yang kecil pada kisaran 1,7-1,9 eV sehingga dapat digunakan sebagai fotokatalis. MOF dengan penambahan modulator sebanyak 10 ekuivalen memiliki respon fotokatalitik terbaik dengan persen degradasi 55% pada degradasi Rhodamin B 10 ppm dengan waktu degradasi selama 90 menit.

Dye waste is one of the most waste generated from the textile industry. One of the hazardous substances contained in dye waste is Rhodamine B. Rhodamine B is classified as a dangerous dye because carcinogenic and mutagenic. To remove Rhodamine B in waste, it can be done by photodegradation. Photodegradation can be carried out using photocatalyst materials which is known as photocatalytic degradation. Therefore, an effective photocatalyst was developed to be used in this process, one of which is metal organic frameworks (MOF), which is a porous semiconductor material. The combination of metal with photoactive ligands and modulation in MOF can increase the photocatalytic properties of MOF. In this study, zirconium-based MOF was synthesized with perylene-3,4,9,10-tetracarboxylic ligand modulated by the amino acid glycine by the solvothermal method which was tested for photocatalytic properties by degradation of Rhodamine B. In this study, MOF was synthesized with a small band gap energy in the range of 1,7-1,9 eV so that it can be used as a photocatalyst. MOF with the addition of 10 equivalents of modulator has the best photocatalytic response with a degradation percentage of 55% at 10 ppm Rhodamine B degradation in 90 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Mulyani
"Superkapasitor merupakan perangkat penyimpanan energi yang memiliki waktu pengisian dan pengosongan cepat dan umur siklus yang panjang. Pada penelitian ini telah dilakukan studi mengenai bimetalik MOF (metal organic frameworks) dari logam nikel dan seng, serta ligan asam 2,5-furandikarboksilat (FDCA) yang belum banyak digunakan sebagai bahan elektroda untuk aplikasi superkapasitor. Sintesis NiZn MOF FDCA pada permukaan busa nikel (NiZnMOF FDCA@NF) berhasil dilakukan menggunakan metode solvotermal dengan perbandingan Ni:Zn adalah 2:1. Performa NiZn MOF@NF sebagai elektroda kerja superkapasitor diuji dengan metode cyclic voltammetry, galvanostatic charge-discharge, dan electrochemical impedance spectroscopy menunjukkan bahwa kapasitansi spesifik sebesar 418,66 F g-1 pada densitas arus 0,1 A g-1 dan stabilitas 75,2% retensi setelah mencapai 1000 siklus berhasil dicapai. Nilai kapasitansi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NiMOF FDCA@NF dan ZnMOF FDCA@NF yang menunjukkan kapasitansi spesifik sebesar 207,24 F g-1 dan 74,74 F g-1 pada densitas arus 0,1 A g-1. Hasil ini mengindikasikan bahwa MOF bimetalik, yang secara efektif meningkatkan konduktivitas dan luas area spesifik terjadinya transfer elektron, menghasilkan kapasitansi spesifik yang lebih baik dibandingkan dengan MOF monometalik. Riset ini menunjukkan  bahwa MOF bimetalik berbasis ligan furan merupakan material yang menjanjikan sebagai elektroda kerja untuk superkapasitor.

Supercapacitors are energy storage devices with rapid charging and discharging times and have long cycle life. This research studied bimetallic MOFs (metal organic frameworks) consists of nickel and zinc metals, and the 2,5-furandicarboxylic acid (FDCA) ligand, which has not been widely used as an electrode material for supercapacitor applications. The synthesis of NiZn MOF FDCA on nickel foam (NiZnMOF FDCA@NF) was successfully synthesized using the solvothermal method with Ni: Zn ratio of 2:1. The performance of NiZn MOF@NF as a supercapacitor working electrode was tested using cyclic voltammetry, galvanostatic charge-discharge, and electrochemical impedance spectroscopy, showing a specific capacitance of 418,66 F g-1 at current density of 0.1 A g-1 and stability retention of 75.2% after 1000 cycles. Compared to NiMOF FDCA@NF and ZnMOF FDCA@NF, which showed specific capacitances of 207.24 F g-1 and 74.74 F g-1 at a current density of 0.1 A g-1, respectively, these results indicate that bimetallic MOFs effectively enhance conductivity and the specific surface area for electron transfer, resulting in better specific capacitance compared to monometallic MOF. This research demonstrates that furan-based bimetallic MOF are promising materials as working electrodes for supercapacitors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Jamal S.
"Mineral liat seperti bentonit dapat dimodifikasi dengan memasukkan hidroksikation ke dalam ruang antar lapisannya membentuk pilar, yang membuat struktur liat tersebut terbuka secara permanen. Pilarisasi dilakukan pada bentonit alam Tapanuli, Sumatera Utara. Agen pemilar adalah polikation Al tipe keggin [Al13O4(OH)24(H2O)12]7+ yang dibuat dengan mencampurkan larutan AlCl3 dengan NaOH hingga mencapai rasio molar OH-/Al3+ sebesar 2,2. Setelah dikalsinasi pada 400oC selama 6 jam, karakteristik bentonit terpilar memperlihatkan terjadinya peningkatan jarak ruang basal dari 7,19 ? (B) menjadi 15,49 ? (B4) dan 16,05 ? (B10). Uji daya serap bentonit terhadap ion Co2+, Ni2+, dan Cd2+ dilakukan pada konsentrasi ion logam 100, 150, dan 200 mg/L., konsentrasi ion yang tersisa diukur dengan alat AAS. Terjadi perbedaan urutan adsorpsi ion logam, dimana pada bentonit alami urutannya adalah Ni2+>Co2+>Cd2+ sedangkan pada bentonit terpilar urutannya Co2+>Cd2+>Ni2+. Dibuat bentonit teraktivasi terpilar, yaitu bentonit terpilar yang proses pemilarannya dilakukan setelah bentonit diaktivasi terlebih dahulu. Aktivasi dilakukan dengan pemanasan pada 200oC (seri BP) dan dengan H2SO4 0,025 M (seri BA). Ternyata, daya serap bentonit teraktivasi terpilar ini lebih baik dari sebelumnya, dan BP10 merupakan bentonit terpilar dengan daya serap paling besar. Uji pengaruh pH terhadap daya serap bentonit terpilar (B4, BP4, dan BA4) dilakukan dengan buffer fosfat pH 4, 5, dan 6. Bentonit terpilar yang diuji menyerap lebih baik pada pH 6. Kata kunci : bentonit, pilarisasi, polikation Al. x + 49 hal ; gbr ; tab ; lamp"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Nurdianti
"ABSTRAK Kinetika dan mekanisme reaksi pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5-dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari melalui pengukuran spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode batch, metode high speed stirring (HSS) dan metode centrifugal liquid membrane (CLM). Molar rasio pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) yang diperoleh adalah [HL] : [Fe] = 2 : 1, sehingga kompleks yang terbentuk ialah kompleks netral Fe(II)L2 dan kompleks kation Fe(III)L2+. Ligan 5-Br-PADAP dalam pelarut heksana menghasilkan spektrum absorpsi UV-Vis pada ??maks = 450 nm dengan nilai absorptivitas molar, ?? = 2,95 x 104 M-1 cm-1, serta koefisien distribusi, KD = 8,81. Melalui pembentukan kompleks dengan metode batch diketahui bahwa kompleks Fe(II)L2 yang terbentuk akan terekstrak dalam fasa organik (dengan ??maks = 533 nm dan 750 nm), sedangkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kompleks kation Fe(III)L2+ tidak terekstrak pada fasa organik tapi terlarut pada fasa air (dengan ??maks = 512 nm). Adsorpsi zat pada antarmuka diselidiki dengan menggunakan metode high speed stirring (HSS). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa saat kondisi kecepatan pengadukan tinggi (4500 rpm), sebagian besar ligan 5-Br-PADAP dan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP akan teradsorpsi pada antarmuka. Tetapi saat kecepatan pengadukan dihentikan (stop), sebagian besar zat akan kembali terekstrak ke dalam fasa organik. Nilai konstanta adsorpsi ligan 5-Br-PADAP pada antarmuka (K??) heksana-air dengan metode ini didapat sebesar 3,15 x 10-4 cm. Juga diperoleh konstanta adsorpsi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP pada antarmuka heksana-air sebesar 2,73 x 10-3 cm. Pembentukan kompleks dengan metode CLM menghasilkan spektra absorpsi dengan ??maks ( kompleks Fe(II)L2: 550 nm dan 750 nm, serta kompleks kation Fe(III)L2+: 523 nm ) yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari metode batch, disimpulkan bahwa kompleks tersebut berada pada antarmuka. Penggunaan ligan dengan konsentrasi tinggi pada pembentukan kompleks dapat menghasilkan aggregat kompleks (kumpulan kompleks), yang ditunjukkan dengan pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau batokromik). Aggregat jenis ini disebut J-aggregat. Pembentukan kompleks Fe ?V 5-Br-PADAP yang diamati menggunakan metode CLM dipengaruhi oleh konsentrasi ligan dan pH. Dari hasil kinetika reaksi pembentukan monomer kompleks dan aggregat kompleks, dapat diketahui mekanisme reaksi yang terjadi pada antarmuka sistem heksana-air. Untuk pembentukan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 8,63 x 102 M-1 s-1 dan kagg = 6,26 x 102 M-1 s-1, sedangkan untuk pembentukan kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 4,20 x 10 M-1 s-1 dan kagg = 6,36 x 10 M-1 s-1. Kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP dapat direduksi menjadi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP menggunakan asam askorbat dan kinetika reaksi reduksinya diamati dengan metode CLM. Diperoleh konstanta laju rata-rata reaksi reduksi sebesar 9,76 x 10 M-1 s-1. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Afriani
"ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pembuatan komposit anoda grafit bermatriks polimer yang berbentuk lembaran tipis. Komposit anoda grafit dibuat dengan metode doctor blade, yaitu dengan melakukan homogenisasi antara grafit, carbon black, dan LiClO4 yang bervariasi 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 % yang berfungsi sebagai filler, dengan matriks polimer EVA. Polimer Ethylene Vynil Acetate (EVA) berfungsi sebagai binder dan Polyethylene glycol (PEG) sebagai plasticizer. Pengamatan struktur kristal menggunakan difraksi sinar-X menunjukkan tidak terdapat perubahan struktur kristal dari grafit dengan penambahan LiClO4 dan polimer. Dari analisa DTA, menunjukkan tidak terjadi dekomposisi LiClO4 selama proses pembuatan. Analisa SEM menunjukkan terbentuk komposit anoda grafit bermatriks polimer yang homogen serta terjadi interaksi yang kuat dan baik antara LiClO4 dengan matriks polimer EVA. Konduktivitas listrik komposit anoda meningkat dengan penambahan LiClO4 dan mencapai nilai optimum pada penambahan 4% LiClO4 yaitu sebesar 3,838 x 10-5 Scm-1 untuk nilai konduktivitas total dan sebesar 9,512 x 10-5 Scm-1 untuk nilai konduktivitas elektron. Melalui analisa AAS diketahui konsentrasi optimum litium dalam komposit anoda grafit pada penambahan LiClO4 6%. Kata kunci : komposit, anoda, baterai litium, PMC,EVA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>