Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Aulia Herdiyana
"Latar Belakang: Palsi serebral atau Cerebral palsy (CP) adalah salah satu penyebab utama disabilitas anak secara global. Gangguan muskuloskeletal, termasuk kontraktur unit otot-tendon dan kelainan bentuk tulang berkontribusi pada mobilitas yang terbatas pada pasien CP. Tatalaksana pasien dengan membutuhkan keahlian dari berbagai profesi yang bekerja secara kolaboratif dan efisien. Tujuan utama dari manajemen pasien CP adalah optimalisasi kemampuan fungsi, meminimalisasi disabilitas dan membangun kemandirian dalam keseharian dan partisipasi dalam lingkungan komunitas. Kerangka kerja International Classication of Functioning, Disability, and Health (ICF) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berguna untuk menilai dampak palsi serebral pada seorang individu. Domain-domain dijelaskan dari perspektif tubuh, individu dan masyarakat dalam dua fungsi dasar: (1) Fungsi dan Struktur Tubuh; dan (2) Aktivitas dan Partisipasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi luaran fungsional tindakan operasi pada ekstremitas bawah pasien dengan palsi serebral ambulatori di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan faktor yang berhubungan .
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif kohort single-arm untuk mengetahui luaran fungsional pasien anak dengan palsi serebral ambulatori yang menjalani operasi ekstremitas bawah RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2021-2023, yang dianalisis secara deskriptif perbedaan rentang gerak sendi panggul, lutut dan pergelangan kaki, skor Functional Mobility Scale (FMS), Functional Independence Measure for Children (WeeFIM), dan Cerebral Palsy Quality of Life (CPQOL); serta dilakukan analisa untuk melihat hubungan antara usia saat operasi, dan ketaatan mengikuti fisioterapi dengan luaran fungsional tersebut.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel 18 pasien. Terdapat perbaikan rentang gerakan pada sendi panggul, lutut dan pergelangan kaki yang dilakukan operasi. Skor FMS pada 5m, 50m, dan 500m terlihat perbaikan bermakna pasca operasi (p=0,014, p=0,025 dan p=0,025). Skor WeeFIM dan CPQOL juga mengalami perbaikan pasca operasi secara bermakna (p=0,008). Ketaatan menjalani program rehabilitasi medis berhubungan dengan perbaikan skor WeeFIM (p=0,037)
Kesimpulan: Anak palsi serebral ambulatori yang menjalani operasi ekstremitas bawah di RSUPN Cipto Mangunkusumo mempunyai luaran fungsional yang baik, dibuktikan dengan perbaikan rentang gerak sendi, skor FMS, skor WeeFIM, dan skor CPQOL pre dan post operasi. Ketaatan menjalani program rehab terlihat mempunyai hubungan bermakna dalam memperbaiki kemandirian anak palsi serebral yang menjalani operasi ekstremitas bawah.

Introduction: Cerebral palsy (CP) is one of the main causes of childhood disability globally. Musculoskeletal disorders, including muscle-tendon unit contractures and skeletal deformities contribute to limited mobility in CP patients. Patient management requires expertise from various professions working collaboratively and efficiently. The main goal of management of CP patients is to optimize functional abilities, minimize disability and build independence in daily life and participation in the community environment. The World Health Organization's (WHO) International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF) framework is useful for assessing the impact of cerebral palsy on an individual. The domains are explained from the perspective of the body, individual and society in terms of two basic functions: (1) Body Function and Structure; and (2) Activities and Participation. The aim of this study is to evaluate the functional outcomes of surgery on the lower extremities of patients with ambulatory cerebral palsy at the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital and the factors that might influence it.
Method: This study is a single-arm retrospective cohort study to determine the functional outcomes of pediatric patients with ambulatory cerebral palsy that underwent lower extremity surgery at RSUPN Cipto Mangunkusumo in 2021-2023, which was analyzed descriptively for differences in hip, knee and ankle joint range of motion, Functional Mobility Scale (FMS) scores, Functional Independence Measure for Children (WeeFIM) scores, and Cerebral Palsy Quality of Life (CPQOL) scores. Analysis was carried out to see the relationship between age at the time of surgery and compliance to physiotherapy program with functional outcomes.
Results: A total of 18 patients was studied. There is an improvement in the range of movement in the hip, knee and ankle joints following surgery. FMS scores at 5m, 50m and 500m showed significant improvement after surgery (p=0.014, p=0.025 and p=0.025). WeeFIM and CPQOL scores also improved significantly after surgery (p=0.008). Adherence to undergoing a rehab program is associated with improvements in WeeFIM score (p=0.037)
Conclusion: There were good functional outcomes after lower extremity surgery in ambulatory cerebral palsy pediatric patients at RSUPN Cipto Mangunkusumo as evidenced by improvements in joint range of motion, FMS scores, WeeFIM scores, and CPQOL scores pre and post-surgery. Compliance to rehabilitation program appears to have a significant correlation on improving the independence of children with cerebral palsy undergoing lower extremity surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajrin Armin F.
"CTEV idiopatik memiliki tingkat keberhasilan koreksi awal yang tinggi menggunakan metode Ponseti (90%), namun angka rekurensi tetap signifikan (3,7%–67,3%), terutama akibat ketidakpatuhan terhadap penggunaan foot abduction orthosis (FAO). FAO direkomendasikan digunakan selama 4 tahun, tetapi penelitian Iowa menunjukkan pemakaian selama 2 tahun menghasilkan angka rekurensi 56%, artinya 44% pasien tidak mengalami rekurensi meskipun hanya menggunakan FAO selama 2 tahun. Penelitian ini bertujuan menganalisis skala maturasi medial malleolus, talus dan kalkaneus pada pasien CTEV idiopatik yang menjalani tahap pemeliharaan protokol Ponseti. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang pada 20 pasien usia 2 dan 4 tahun di RSUPN Cipto Mangunkusumo (2018-2023) menggunakan ultrasonografi. Hasil menunjukkan skala maturasi medial malleolus (108,1%) dan talus (93,6%) lebih tinggi pada usia 2 tahun dibanding usia 4 tahun (99,9% dan 75,7%), sedangkan kalkaneus lebih tinggi pada usia 4 tahun (111,9%) dibanding usia 2 tahun (95,8%). Perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Faktor jenis kelamin menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05), di mana laki-laki memiliki skala maturasi medial malleolus lebih tinggi dibanding perempuan. Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan bermakna pada skala maturasi antar kelompok usia, tetapi jenis kelamin memengaruhi skala maturasi medial malleolus

Idiopathic CTEV has a high initial correction success rate using the Ponseti method (90%), but recurrence rates remain significant (3.7%–67.3%), primarily due to noncompliance with Foot Abduction Orthosis (FAO) usage. FAO is recommended for 4 years, but a study in Iowa found that 2 years of FAO usage resulted in a recurrence rate of 56%, indicating that 44% of patients did not experience recurrence despite using FAO for only 2 years. This study aims to analyze the maturation scale of the medial malleolus, calcaneus, and talus in idiopathic CTEV patients undergoing the maintenance stage of the Ponseti protocol with FAO. This cross-sectional study included 20 patients aged 2 and 4 years at RSUPN Cipto Mangunkusumo (2018–2023) using ultrasonographic examinations. Results showed that the medial malleolus (108.1%) and talus (93.6%) maturation scales were higher in the 2-year age group compared to the 4-year group (99.9% and 75.7%), while the calcaneus maturation scale was higher in the 4-year group (111.9%) than the 2-year group (95.8%). These differences were not statistically significant (p>0.05). Among analyzed factors, only gender showed a significant relationship (p<0.05), with males having a higher medial malleolus maturation scale than females. In conclusion, there were no significant differences in maturation scales between age groups, but gender influenced the medial malleolus maturation scale."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Agus Maharjana
"Latar Belakang: Developmental Dysplasia of the Hip (DDH) adalah suatu kelainan perkembangan sendi panggul anak yang berkaitan dengan bentuk femur proximal dan acetabulum. DDH usia berjalan memerlukan tindakan operasi rekonstruksi panggul yang kompleks. Rekonstruksi yang baik akan menghasilkan luaran yang baik dari radiologis, fungsional dan pola berjalan. Belum didapatkannya data tentang analisis pola berjalan pasca operasi DDH di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi potong lintang analitik untuk mengetahui deviasi pola berjalan dan korelasinya dengan luaran radiologis dan luaran fungsional pasien anak DDH usia 2-4 tahun yang menjalani operasi rekonstruksi panggul di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian dilakukan pada laboratorium Gait Analysis Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan fisik dan radiologi pelvis AP.
Hasil:Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel 9 pasien (11 panggul). Didapatkan deviasi parameter pola berjalan spasiotemporal yaitu : penurunan jumlah langkah permenit (cadence), peningkatan siklus langkah, penurunan swing phase, peningkatan stance phase, serta penurunan single limb support dibandingkan dengan parameter normal. Didapatkan deviasi parameter kinematik yaitu deviasi parameter kinematik yaitu ankle angle initial contact dan terminal stance, knee angle midstance dan preswing, hip angle midstance, preswing dan initial swing. Didapatkan korelasi kuat dan positif parameter spasiotemporal single limb support dengan acetabular index. Didapatkan korelasi kuat negatif pada komponen kinematik knee angle midstance dengan parameter fungsional, Modified McKay dan Modified Harris Hip Score.
Kesimpulan: Meskipun didapatkan hasil luaran radiologis dan fungsional yang baik, pada pasien DDH usia 2-4 tahun, didapatkan deviasi pada parameter spasiotemporal dan kinematik pola berjalan. Selain operasi, rehabilitasi pasca operasi diperlukan untuk meningkatkan luaran operasi yang baik.

Introduction: Developmental Dysplasia of the Hip (DDH) is hip development disorder in children related to proximal femur dan acetabulum morphology. Walking age DDH need a complex hip reconstruction. Stable and concentric reduction lead to a good radiological, functional and gait outcome. There is no research about post operative DDH gait analysis in Indonesia.
Methods: This is an analytic cross setional study to evaluate post operative gait deviation and the correlation between radiological and functional outcome in the children between 2 until 4 years old in RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. This study took place in Orthopaedic and Traumatologi Polyclinic and Gait Analysis Laboratorium Physical and Rehabilitation Medicine Departement.
Results: This study include 9 patients/11 hips. There are deviation in spatiotemporal parameter : decrease of cadence, increase gait cycle time, decrease swing phase, increase stance phase time, and decrease single limb support compare with normal parameter. There are kinematic parameter deviation : ankle angle initial contact dan terminal stance, knee angle midstance dan preswing, hip angle midstance, preswing dan initial swing. It shown strong and positive correlation between spatiotemporal single limb support with acetabular index, strong and negative correlation between korelasi kinematic knee angle midstance with Modified McKay dan Modified Harris Hip Score.
Conclusion : Despite of a good radiologic and functional outcome in 2-4 years old patient with DDH post operatively, there are deviation in spatiotemporal and kinematic gait parameter. Post operative rehabilition is the important phase to get a excellent clinical outcome after reconstructive hip surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library