Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariani Hasanah Soejoeti
"Kekerasan seksual di kampus merupakan tindak kejahatan dengan tingkat pelaporan yang sangat rendah. Sementara itu, berdasarkan sejumlah penelitian terdahulu, diketahui bahwa kekerasan seksual merupakan sebuah peristiwa traumatis yang sangat berdampak pada kesehatan mental dan fisik korbannya. Oleh karenanya, tesis ini membahas seputar permasalahan kriminologis kekerasan seksual di ranah perguruan tinggi, khususnya kebijakan pencegahan dan penanggulangan di Perguruan Tinggi X dan Y. Penelitian ini adalah penelitian kriminologi feminis dengan menggunakan pendekatan kritis. Hasil penelitian menyarankan bahwa model kebijakan yang ideal harus mencakup aspek Pelaporan, Penanganan, Pencegahan, Pendanaan, Monitoring dan Evaluasi.

Campus sexual assault is the most underreported crime. Meanwhile, previous studies reveal that sexual violence is a traumatic event that has major impacts on the mental and physical health of its victims. Against that background, this thesis discusses the criminological problem of campus sexual assault, particularly the prevention and response policy aspect at University X and Y. This research is a criminology-feminist study using a critical approach. The result of the study suggests that the ideal policy model must include Reporting, Response, Prevention, Funding, Monitoring and Evaluation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Rustinawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami alasan serta menggali pengalaman perempuan non-heteroseksual dalam menjalani perkawinan heteroseksual, termasuk dalam menghadapi kompleksitas tekanan dan implikasi terhadap hak seksualitasnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelusuran sejarah kehidupan terutama babak-babak khusus dalam kehidupan narasumber seperti proses melela, proses memasuki perkawinan, kehidupan dalam perkawinan. Untuk memahaminya persoalan tersebut, pembahasan dalam tesis ini menggunakan kerangka teori Kewajiban Heteroseksual yang dicetuskan oleh Adrienne Rich, Teori Hukum Ayah yang dipopulerkan oleh Mary Murray dan Teori Agensi Sherry B. Ortner. Studi ini menelusuri sejarah kehidupan enam perempuan non-heteroseksual yang berada di Jakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perempuan non-heteroseksual yang memasuki perkawinan merupakan perempuan yang mempunyai pengalaman hidup dan latar belakang yang beragam. Enam narasumber mengatakan bahwa melela (coming out) sangat dibutuhkan namun penerimaan diri (coming in) dirasa lebih penting. Stigma, pengucilan, dan upaya “penyembuhan” dilakukan oleh keluarga, dan orang sekitar. Perkawinan yang mereka lakukan terjadi karena desakan orang tua, keluarga dan karena mereka ingin membuat orang tua bahagia, berbakti kepada orang tua. Kewajiban heteroseksual mereka jalani dengan mengorbankan fisik, psikis bahkan kekerasan seksual dialami. Hak seksualitas mereka sebagai perempuan non-heteroseksual harus dijalani dengan sembunyi-sembunyi dan mengakhiri perkawinan merupakan salah satu dari kebebasan yang mereka dapatkan. Perempuan non-heteroseksual dalam penelitian ini merupakan korban dari heteronormativitas namun demikian mereka bukanlah korban yang pasif, dan pasrah. Upaya-upaya terus mereka lakukan sejak menyadari dirinya sebagai perempuan non- heteroseksual hingga mereka dalam perkawinan untuk menjadi diri mereka sendiri.

This study aims to identify, understanding the reasons, exploring the experiences of non-heterosexual women entering heterosexual marriages, the pressure and implications as well as the complexities of heterosexual marriages on their sexual rights. This research is qualitative research using the method of tracing life herstory through special chapters in the life of subject such as the process of coming out, the process of entering into marriage, and their marriage life. To understand this problem, the discussion in this thesis used the theory of Compulsory Heteronormativity by Adrienne Rich, the theory of The Law of the Father by Mary Murray and Sherry B. Ortner about theory of Agency. This study traces the life of six non-heterosexual women living in Jakarta and Yogyakarta. The results of this study indicate that non-heterosexual women who enter marriage have diverse life experiences and backgrounds. Six subjects are said that coming out was really needed, but self-acceptance (coming in) was felt to be more important. Stigma, exclusion, and therapy conversy are carried out by the family and society. Subjects was agreed to marriage because of pressure from their parents, family and because they want to make their parents happy and devoted to their parents. They carry out their heterosexual obligations at the expense of physical, psychological and even sexual violence. Their sexuality rights as non-heterosexual women must be lived in secret and terminating marriage is one of the freedoms they get. Non-heterosexual women in this study are victims of heteronormativity however they are not passive victims, and surrender. They have continued to make efforts since they realized themselves as non-heterosexual women until they were married to be themselves."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyo Soemandoyo
"ABSTRAK
Tesis ini ditulis berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2006 terhadap tayangan televisi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui representasi perempuan dan bagaimana konstruksi realitas sosial tentang seks di televisi dalam tiga tayangan berformat investigative yaitu "Fenomena" (Trans TV), "Hiitam Putih" (Indosiar) dan "Sisi Gelap" (Lativi) . Ketiga program tersebut sering ditegur Komisi Penyiaran Indonesia (KP1) karena menonjolkan unsur seksual serta berkesan cabul.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif feminis. Metodenya dengan analisis wacana mengadopsi metode analisis yang dikemukakan oleh Rahmi Rizal (2004). Metode ini menghubungkan antara dimensi teks, konteks sosial dan kognisi sosial. Analisis teks yang dilakukan adalah dengan analisis pembingkaian (framing) model Pan dan Kosicki yang telah disesuaikan dengan mengacu pada dimensi pembingkaian itu sendiri, yaitu seleksi dan penonjolan. Analisis dilakukan per adegan (scene).
Pada tayangan 'Fernomena The Journey' episode "Sang Lelaki", konstruksi realitas atas seks difokuskan pads pengungkapan pentingnya keperkasaan lelaki dalam hal hubungan seksual. Makna keperkasaan laki-laki pada akhirnya berkorelasi dengan hubungan kekuasaan yang represif yang menempatkan perempuan selaku objek. Usaha "Sang Lelaki" untuk membuat dirinya perkasa adalah bagian dari peneguhan ideologi patriarki laki-laki. Tayangan 'Hitam Putih' episode "Pesona Hiburan a/a Thai", konstruksi realitas terfokus pada seks sebagai bagian dari faktor pendukung pariwisata di Thailand. Perempuan menjadi objek yang tak terpisahkan dari proses komodifikasi dan transaksi bisnis seks. Tayangan 'Sisi Gelap' episode "Seks Pinggir Jalan", menunjukkan bahwa perempuan dikonstruksikan sebagai objek. Terbukti dari bingkai yang dihasilkan yakni perempuan adalah objek pelampiasan seksual kaum lelaki, baik dalam posisi sebagai kekasih maupun pekerja seks komersial yang ada di pinggir jalan. Perempuan tidak mampu bargaining dalam mengambil posisi. Di sisi lain, stasiun menampilkan realitas sosial dengan mencoba berlindung dibalik ketaatan pada etika dan peraturan dengan melakukan rekayasa, manipulasi dan trik-trik. Ketiga tayangan yang diteliti hadir pada konteks sosial dimana tayangan seks semakin marak ditayangkan di televisi swasta. Reaksi sosial muncul dari masyarakat dan lembaga penyiaran seperti KPI.
Representasi perempuan yang tampil dalam tiga tayangan mengindikasikan perempuan sebagai pihak yang tersubordinat, inferior atau pihak yang didominasi dan terobjektifikasi. Tayangan-tayangan tersebut ditafsirkan - sebagai bentuk wahana transmisi ideologi patriarki dan merupakan aktualisasi ideologi dalam tayangan televisi. Padahal, ketiganya adalah produk jurnalistik yang sudah sewajamya disusun dengan pendekatan kaidah jurnalistik yang baku, tidak melanggar etika dan norma serta disepakati bersama sebagai sebuah produk intelektual."
2007
T 20741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Prasetijani
"UU No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik dan UU No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu memberikan jaminan sekaligus peluang bagi keterwakilan politik perempuan. Perempuan yang menempati setengah dari jumlah penduduk berhak untuk terlibat dalam proses penyusunan kebijakan utamanya yang berdampak langsung bagi kepentingan perempuan. Masuknya perempuan dalam ruang penyusunan kebijakan membawa harapan bahwa mereka akan mewarnai produk hukum dan kebijakan yang dihasilkan oleh DPR RI. Salah satu produk kebijakan yang dihasilkan oleh DPR RI periode 2004-2009 adalah UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Pembahasan RUU Pornografi ini sejak awal sudah menuai berbagai polemik dan kontroversi yang membelah masyarakat menjadi kelompok pendukung dan penolak. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran respon politis perempuan dalam proses penyusunan Undang-undang yang berhubungan dengan kepentingan perempuan. Sebagai studi kasus dalam penelitian ini dilihat proses penyusunan UU Pornografi. Secara spesifik, penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkap proses penyusunan UU Pornografi dan dinamika yang terjadi selama proses penyusunan, bagaimana perempuan menghadapi konflik kepentingan, bagaimana aspek pembentuk respon, dan faktor apa saja yang memengaruhi respon mereka. Sebagai penutup pembahasan, saya juga mengungkap bagaimana respon perempuan pada akhir pembahasan sampai saat pengesahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berperspektif perempuan dengan menerapkan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Temuan penelitian ini adalah tidak mudah bagi perempuan untuk merespon pembahasan UU Pornografi yang dapat memuaskan semua pihak. Pada akhirnya, respon perempuan anggota DPR RI kebanyakan tidak terbangun dari perspektif feminis. Respon perempuan tidak akan melampaui garis kebijakan partai. Perempuan menginternalisasi nilai—nilai yang dianggap ‘feminis’ atau perspektif perempuan dari lingkungannya terutama keluarga dan pengalaman hidupnya.

Bill No. 2 year 2008 on Political Parties and Bill No. 10 year 2008 on General Election guarantee as well as provide opportunities for female political voice to be represented. Half the population, women deserve the rights to be involved in the composition of major policies which have immediate impact on their interests. The inclusion of women in the space of policy making has sparked hopes that they will enrich the law and policies produced by Indonesian House of Representative.
One of the policies issued by The House in the period of 2004-2009 is the Bill No. 44 year 2008 on Pomography. Discussions on BilI’s Draft have triggered both polemics and controversy which divide the society into those supporting and those opposing. This paper illustrates the political response of women in the process of writing Bills related to the interests of women. The process of writing Pomography Bill is used as a case study in this research. Specifically, this research is also aimed to reveal the process and dynamics involved in the making of Pomography Bills as well as how women react to conflicts of interests, what aspects build the response, and what factors affecting their responses.
In the conclusion, the responses during the final stage of the BilI’s preparation and legalization are also presented. This research implements a qua!itative approach from the perspective of femafes using in-depth interviews as data gathering technique. The result shows that it is not easy for women to respond to the discussion on Pomography Bill which will satisfy everyone. Eventually, responses from female members of The House are generally not based on feminist’s perspective. Their responses however should not exceed their respective party’s guidelines. Women intemalize the so-called ‘feminist’ values or female perspectives from their environment, particularly families and personal experience.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T26824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Dwianti Putri
"Penelitian ini berangkat dari adanya proses penyebarluasan narasi-narasi tentang kesalehan, ibuisme, dan mitos feminin yang mendorong domestikasi perempuan Muslim milenial di Jabodetabek. Penelitian ini melihat bagaimana proses domestikasi tersebut dilakukan, dan menjelaskan bagaimana perempuan Muslim milenial merekonstruksi konsep perempuan salihah melalui pengalaman mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi, kajian pustaka, dan life story. Subjek penelitian ini adalah lima orang perempuan Muslim yang telah menikah, memiliki anak, berusia 27-42 tahun (generasi milenial), berlatar pendidikan tinggi, dan pernah bekerja formal sebelumnya. Penelitian ini dianalisis menggunakan tiga teori, yaitu teori feminine mystique dari Betty Friedan, teori ibuisme dari Madelon Djajadiningrat-Nieuwenhuis yang dikembangkan oleh Julia Suryakusuma menjadi ibuisme negara, dan teori agensi oleh Saba Mahmood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses domestikasi pada perempuan Muslim milenial berhasil terjadi melalui narasi-narasi keagamaan yang konservatif, dan situasi ini menjadi pengalaman reflektif bagi perempuan karena mereka kehilangan kemandirian ekonomi dan identitas diri. Pengalaman domestikasi membuat perempuan milenial menemukan agensinya karena keberhasilan perempuan dalam merefleksikan makna baru tentang konsep kesalehan. Mereka juga mampu memaksimalkan agensinya untuk mempertahankan identitas dan kontrol diri sebagai seorang perempuan. Reinterpretasi atas konstruksi perempuan salihah berubah dari yang dogmatis menjadi kritis, dari posisi yang subordinat menjadi setara. Perempuan berhasil memperoleh identitas dan otonomi melalui kesadaran tentang aktualisasi diri, relasi dengan suami, dan cara-cara lain untuk mencapai kepentingan diri. Dengan demikian, perempuan Muslim milenial memiliki pemaknaan baru tentang konstruksi kesalehan yang sejalan dengan kepentingannya dan tujuan yang ingin ia capai.

This study departs from the propagation of narratives surrounding piety, ibuism, and feminine myths that drive the domestication of Muslim millennial women in the Jabodetabek area. The research aims to examine how this domestication process occurs, and analyze how millennial Muslim women reconstruct the concept of pious women through their lived experiences. Employing qualitative research methods such as in-depth interviews, observation, literature review, and life story analysis, the study focuses on five married Muslim women aged 27-42 (millennial generation) with a background in higher education and previous formal employment. The research is framed by three theoretical perspectives: the feminine mystique theory by Betty Friedan, ibuism theory by Madelon Djajadiningrat-Nieuwenhuis that is later developed into state ibuism by Julia Suryakusuma, and agency theory by Saba Mahmood. The findings reveal that the domestication process among millennial Muslim women is successfully facilitated through conservative religious narratives, and it becomes a reflective experience for women as they lose economic independence and self-identity. However, this domestication experience does not hinder millennial women from finding new meanings about the concept of piety. They demonstrate the ability to maximize their agency to preserve their identity and self-control as women. The reinterpretation of the pious women construction transforms from dogmatic to critical, and from subordinate to equal position. Women have successfully regained their identity and autonomy through self-actualization awareness, relations with their husbands, and alternative means to achieve personal interests. Thus, millennial Muslim women have developed a new understanding of the concept of piety that align with their interests and goals."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfonso Munte
"Tesis ini menelusuri pengalaman perempuan penyintas korban perkawinan anak dipaksa memasuki lembaga perkawinan pada usia anak. Peneliti menelusuri bagaimana perempuan penyintas perkawinan anak yang berasal dari Sekolah Perempuan mendapatkan akses pengetahuan umum, baik pendidikan formal maupun informal. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari perempuan dewasa penyintas korban perkawinan anak mampu mengatasi berbagai masalah terkait dampak perkawinan anak serta bagaimana mereka membangun otonomi dan kebahagiaan melalui akses pengetahuan formal dan informal dalam kehidupannya kemudian dielaborasi dengan teori Shulamith Firestone dan Sara Ahmed. Peneliti menggunakan metode penelitian wawancara dan dengan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan detail, kemudian dimasukkan ke dalam padatan faktual, kategori dan tema. Hasil penelitian menyimpulkan keempat subjek penelitian mempunyai pengalaman pahit yang tergambar dengan tindak kekerasan seksual. Pengabaian dari suami dan mertua subjek penelitian yang semestinya perempuan penyintas perkawinan anak tersebut mendapatkan tempat aman dan ruang kasih sayang. Beberapa subjek penelitian mengalami kendala akses atas pengurusan administrasi. Akses subjek terhadap pengetahuan umum dan tentang kesehatan reproduksi menjadi penting ketika akses tersebut terhubung dengan percakapan perempuan dewasa korban pernikahan anak dengan petugas kesehatan. Dua perempuan dewasa korban perkawinan anak mendapatkan privilege karena pernah mengecap sekolah perempuan yang merupakan respons atas dasar pilihannya secara mandiri.

This thesis explores the experience of female survivors of child marriage being forced to enter marriage institutions. The researcher explores how women survivors of child marriage from Sekolah Perempuan gain access to general knowledge, both formal and informal education. The purpose of this research is to study that adult women who are victims of child marriage are able to overcome various problems related to the impact of child marriage and how they build autonomy and happiness through access to formal and informal knowledge in their lives and then I elaborated based on theory of Shulamith Firestone and Sara Ahmed. Researcher used interview research methods and research instruments such as list form that contained some detailed questions, then put them into factual solids, categories and themes. The results of the study concluded that the four research subjects had bitter experiences depicted by acts of sexual violence. The neglect of the husband and in-laws of the research subjects, which should have women who survived child marriages, got a safe place and a space of love. Some research subjects experience problems with access to administrative management. Subject access to general knowledge and about reproductive health becomes important when those access were connected with consultation of adult women victims of child marriage with health workers. Two adult women who are victims of child marriages got privileged because they have experienced Sekolah Perempuan which are a response based on their independent choices."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Rosvianti
"Tesis ini memperlihatkan kompleksitas permasalahan yang terjadi pada remaja perempuan yang mengalami KTD, mulai dari Iatar belakang KTD, pc-mmasalahan yang muncul karena KTD, hingga kebijakan atas KTD yang menambah permasalahan mereka. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif menggunakan teknik wawancara dan memakai tcknik snowball pada pencarian pcrempuan di Jabodetabek yang pemah mcngalami KTD di masa remajanya, yakni dalam rentang usia 10-24 tahun.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa KTD yang dialami oleh para pcrcmpuan di usia remajanya adalah sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan seks yang benar serta minimnya peran agen sosialisasi primer dalam mengawal seksualitas mereka hingga mcmbuat mereka teljebak dalam relasi yang timpang dan herpeluang pada tcnjadinya kekerasan dalam pacaran. KTD yang mereka alami pun membawa masalah baru dalam bentuk opresi dan alienasi atas diri dan kehidupan remaja perempuan yang mengalami konflik peran dan slams sebagai remaja sekaligas ibn. Lebih dari itu, tindakan-tindakan yang dilakukan selama ini kepada para remaja dengan KTD justru tidak membantu ataupun menyembuhkan remaja dari situasinya, melainkan memberikan masalah bam yang makin menghambat kehidupan mereka di masa depan.

The objective of this research is to show the complexity happened to teenage girls with unwanted pregnancy, from the pregnancy/?s background to the policies applied towards thc pregnancy. This research has been done with qualitative approach using snowball technique towards women who had been pregnant in her teenage time, which ranges to 10-24 years old.
Results found in this research show that lack of parent and school's role in assisting teenagers sexuality have made them trapped in a power-inadequate relationship and easily fall victims in dating violence. Unwanted pregnancy raise new problems to teenage girls' life in a form of oppression and alienation from their life and their body since they have to CDPB with the new role and status: a teenage mother. More over, policies implemented to the pregnant girls does not solve those problem, instead, adding more problems that blocked their future.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T33987
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. A. Budhy Prabowo
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman seksualitas anak jalanan perempuan Kampung Rambutan dan implikasinya pada kesehatan reproduksi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan terlibat. Kasus yang diteliti adalah anak jalanan perempuan yang beraktivitas pada malam hari di Kampung Rambutan. Pengamatan terlibat difokuskan pada aktivitas anak jalanan perempuan dalam upaya mengatasi berbagai ancaman tindak kekerasan, termasuk kekerasan seksual dan stigma yang merugikannya, sekaligus untuk menemukan pola hubungan sosial anak jalanan perempuan. Subjek utama penelitian ditentukan berdasarkan gejala, bukan berdasarkan kedekatan peneliti dengan anak jalanan perempuan. Penelitian ini memperlihatkan, seiring datangnya kesadaran untuk tampil lebih feminin, usia 12-14 tahun merupakan masa yang sangat rawan bagi anakjalanan perempuan, karena mulai terlibat dalam perilaku berisiko dan menjadi objek tindak kekerasan seksual yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD). Dalam hal perilaku seksual, anak jalanan perempuan tidak mempunyai posisi tawar, sehingga menjadi objek kekerasan seksual pacamya. Namun demikian, anak jalanan perempuan bukanlah Jab/ay meskipun beraktivitas pada malam hari. Bagi anak jalanan perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki, akan disikapi dengan pindah lokasi mengamen, dan setelah anaknya lahir semuanya akan difokuskan untuk membesarkan anaknya, karena tidak ada kepedulian dari suamilpacamya. Oleh karena itu anak jalanan perempuan yang mempunyai anak, beranggapan bahwa
masa depannya sudah habis.

ABSTRACT
This thesis is aiming to perceive understanding of street children's sexuality of Rambutan Village Women and the implication on reproduction health. This research using qualitative method so that data gathering is carried out by observation technique involved. The case investigated is street children, woman whose activities in the night days in Rambutan Village. The involved observation focused on street children of women in an effort to solve various threatens of violence actions including sexual harassment and adverse stigma, at one time to find social relation pattern of street women-children. Main subject of the research is specified based on symptom, not based on the researchers proximity to street women-children. This research show, in line with come to realization to appear more feminine, 12 - 14 years old is a very sensitive age for street women­ children, since it start to involved in a risky behavior and to be sexual harassment object act that can result in unintended pregnancy. In term of sexual behavior, street women-children don't have bargaining position, so that to be sexual harassment object of her boyfriend. However, street women-children are not Courtesan though has activity in night day. For street women-children who have an unintended pregnancy, will be posed by moving a location to sing around for money, and after the baby is born all of them will be focused to grow their children, because there is no concern from husband or her boyfriend. Therefore street women-children who have child, assumed that their future has finished.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32415
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sy. Ernaweni
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penanganan hukum kasus kekerasan seksual terhadap anak berdasarkan pengalaman pendamping hukum. Sebuah studi kasus yang memetakan pengalaman pendarnping hukum yang memiliki keberpibakan (perspektil) terhadap korban saat berhadapan dengan proses hukum mulai dari tingkat Kepolisian, Kejaksaan sampai ke Pengadilan. Pengalaman pendamping hukum yang digali dalam penelitian ini adalah dilihat dari sisi kendala-kendala yang dialami oleh pendamping hukum berkaitan dengan substansi bukum yang dikenakan terhadap tersangka/terdakwa, kendala-kendala berkaitan dengan proses hukum, dan akhimya bagaimana pendamping hukum menghadapi kandala-kendala tersebut. Penelitian ini adalah penelitian berperspektif feminis yang melihat pengalaman pendamping sebagai temuan utama yang akan menggambarkan sebuah realitas yang dipahami oleh perempuan, lewat sudut pandang perernpuan. Subjek penelitian ini adalah 5 (lima) orang pendamping bukum yang aktif berkiprah di sebuah Lembaga Bantuan Hukum yang berperspektif perempuan. Semua pengalaman pribadi perempuan yang mcnjadi subjek penelitian ini dilihat dalam kadudukan yang sama, terkait spesifisitasnya. Tidak ada satu pun pengalaman subjek penelitian yang dianggnp lebih balk daripada yang lain. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa masing-masing pendamping hukum menghadapi kendala-kendala yang beragam dan mereka memiliki cara yang hampir seragam dalam menghadapi kendala-kendala tersebut agar korban mendapatkan hak-haknya dalam setiap proses hukum.

This research is aimed to give picture the legal handlings of female child sexual abuse case based on legal advocate experiences. It is a case study which delineates such experiences before the legal processes commenced from the police, the judiciary, until the court level. The probing of the experiences are directed to discover the facts about the undergone problems related to the law substances, legal processes, and eventually on how the advocates deal with them. This research is an inquiry based on feminist perspective considering the experience of advocate as primary findings that would portray a reality understood by woman) through woman's view. Subjects of the research are five women advocates working actively in a Legal Advocacy Organization whose concerns chiefly with women issues. 'The whole of personal experiences that are gone through by these subjects regarded in equal stance. none of them considered higher or superior than other. The conclusion discovers that each of the advocates encounters various problems when doing advocatory process and they have almost uniform manner to deal with them."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T33648
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Junita Ilyas
"Tesis ini membahas seksisme dalam pemberitaan media online terhadap pelaku korupsi perempuan dan laki-laki. Penelitian ini mengangkat empat subjek penelitian yakni dua pelaku korupsi perempuan yaitu Malinda Dee dan Ratu Atut Chosiyah, dan dua pelaku korupsi laki-laki yaitu Ahmad Fathanah dan Tubagus Chaeri Wardana. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana seksisme ditampilkan dalam pemberitaan di situs berita online mengenai kasus korupsi, khususnya pada keempat subjek tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi di tiga situs berita online yakni Detik.com., Kompas.com, dan Tribunnews.com. Hasil penelitian menemukan bahwa pelaku korupsi perempuan ditampilkan sebagai objek seksual dengan banyak menampilkan tubuh dan penampilan sebagai berita yang diluar konteks dan cenderung sensasional, sedangkan pelaku korupsi laki-laki, ditemukan pemberitaan mengenai perempuan-perempuan di sekitar mereka yang juga ditampilkan sebagai objek seksual dan adanya stigma perempuan bersalah atas kasus korupsi yang dilakukan oleh laki-laki. Komentar masyarakat sebagai respon atas pemberitaan kasus tersebut pada umumnya menggunakan kata-kata yang kasar dan seksis, utamanya ditujukan pada perempuan pelaku korupsi dan perempuan di sekitar pelaku korupsi laki-laki.

This thesis discusses sexism in the online news media coverage of female and male corruption perpetrators. The research studied four research subjects; two female corruption perpetrators I.e. Malinda Dee and Ratu Atut Chosiyah, and two male corruption perpetrators I.e. Ahmad Fathanah and Tubagus Chaeri Wardana. The purpose of this research was to describe how sexism is displayed in corruption cases covered by online news sites, focusing on the four subjects. The data collection was done using documentation study of three online news sites, namely Detik.com, Kompas.com, and Tribunnews.com. The study found that female corruption perpetrators were often displayed as sexual objects with news featuring their female body partsor appearance making the newsout of the context and tend to be sensational. On the other hand,news on male corruption perpetratorswere often found to be about the women around them who were also shown as sexual objects and with a stigma that these women were guilty of the corruption committed by these men. Public comments in response to news wereoften found to be using abusive and sexist language, mostly targetted to the female corruption perpetrators and the women around male corruption perpetrators."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>