Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meliala, Jimmy Pridonta Sembiring
"Latar Belakang: Tenaga kesehatan (nakes) menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di saat pandemi COVID-19. Tidak hanya dokter, perawat atau bidan dan nakes penunjang seperti petugas radiologi rentan untuk risiko terinfeksi COVID-19. Zona kerja nakes merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap risiko terinfeksi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian COVID-19 pada nakes yang bekerja di perawatan isolasi COVID-19.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode total sampling pada tenaga kesehatan yang bekerja di ruang rawat inap isolasi COVID-19 periode Maret sampai Desember 2020. Respons kuesioner penelitian elektronik yang disebarkan akan ditabulasi dan dianalisis.
Hasil Penelitian: Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 292 orang dengan mayoritas berusia ≥30 tahun (75,7%), profesi nondokter (91,8%), bekerja di zona kerja non-ICU (70,2%) dan hasil PCR COVID-19 negatif (64%). Zona kerja non-ICU, jenis kelamin, kekerapan kadang-kadang, jarang dan tidak pernah dalam penggunaan APD level 3 serta pelatihan PPI dari RS dalam hal standar APD era pandemi bermakna meningkatkan peluang risiko kejadian COVID-19. Sedangkan, kepatuhan protokol kesehatan dalam hal kontak erat dengan selain orang serumah, salah satu tidak memakai masker dan lama kontak >15 menit, pemasangan kanula hidung dan kontak dengan kolega positif COVID-19 bermakna menurunkan peluang risiko kejadian COVID-19.

k Berbahasa Inggris:
Background: : Health workers are at the forefront of health services during the COVID-19 pandemic. Not only doctors, nurses or midwives and supporting health workers such as radiology officers are vulnerable to being infected with COVID-19. The health worker's work zone is one of the factors that influences the risk of contracting COVID-19. This study aims to determine the risk factors for the occurrence of COVID-19 in health workers who work in isolation care for COVID-19.
Methods: This research is a cross-sectional study using total sampling method on healthcare workers who work in the COVID-19 isolation ward from March to December 2020. The responses of the distributed electronic research questionnaire will be tabulated and analyzed.
Results: There were 292 subjects who met the inclusion criteria with the majority aged ≥30 years (75.7%), non-doctors (91.8%), working in non-ICU work zones (70.2%) and negative COVID-19 PCR results (64%). Non-ICU working zone, gender, frequency of sometimes, rarely and never in the use of level 3 PPE as well as PPI training from hospitals in terms of PPE standards in the pandemic era significantly increased the risk of COVID-19 incident. Meanwhile, adherence to health protocols in terms of close contact with other than people in the household, one of them does not wear a mask and the duration of contact is >15 minutes, installation of nasal cannulae and contact with positive COVID-19 colleagues significantly reduced the COVID-19 incident.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Pranindya Sari
"Pendahuluan: Neutrofil merupakan sel inflamasi yang diyakini berperan pada patogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Telah terdapat bukti korelasi antara hambatan aliran udara pada pasien PPOK dengan kadar neutrofil sputum. Penelitian beberapa tahun terakhir membuktikan nilai rasio neutrofillimfosit (RNL) dan protein C-reaktif (CRP) dari darah perifer berpotensi menjadi petanda inflamasi sistemik, tidak terkecuali PPOK. Beberapa penelitian membuktikan nilai RNL dan CRP lebih tinggi pada pasien dengan PPOK dibanding orang normal. Begitu pula saat kondisi eksaserbasi, nilai RNL dan CRP lebih tinggi daripada kondisi stabil. Selain itu terdapat bukti korelasi antara hasil spirometri dengan nilai RNL dan CRP. Hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan sejauh ini menunjukkan bahwa nilai RNL dan CRP dapat menjadi suatu penilaian yang layak diperhatikan dalam PPOK.
Tujuan: Memperoleh data mengenai nilai RNL dan CRP pada pasien PPOK eksaserbasi dan stabil di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.
Metode: Analisis observasional kohort prospektif di RS Persahabatan, Jakarta Indonesia sebanyak 31 sampel dari Juli 2018 hingga Desember 2018. Kami mengikutsertakan 31 pasien PPOK eksaserbasi untuk dilakukan pemeriksaan spirometri dan pemeriksaan darah dan membandingkan hasil pemeriksaan pasien yang sama pada kondisi stabil.
Hasil: Petanda inflamasi yang diperiksa pada penelitian ini RNL dan CRP keduanya menunjukkan penurunan kadar pada kondisi stabil, bertutut-turut dari 7,95 ± 6,8 menjadi 4,6 ± 5,5 dan 43,4 ± 71 menjadi 12,2 ± 18,5 dengan nilai p < 0,01. Didapatkan pula korelasi negatif yang bermakna antara RNL dan nilai VEP1/KVP pada kondisi eksaserbasi. Nilai CRP menunjukkan korelasi negatif hanya dengan VEP1 pada saat eksaserbasi. Di samping itu, terdapat pula subjek penelitian dengan nilai CRP yang sangat tinggi pada saat eksaserbasi, meninggal dunia dalam kurun waktu dua bulan setelah eksaserbasi.
Kesimpulan: Nilai RNL dan CRP pada subjek dengan PPOK lebih tinggi pada kondisi eksaserbasi dan mungkin dapat menggambarkan status eksaserbasi pada pasien PPOK.

Introductions: Although COPD has been believed to be characterized by respiratory disease, currently limited study conducted to evaluate inflammation markers and exacerbation rate in COPD by noninvasive method. We observed the COPD severity, future exacerbation by using peripheral blood test. We did a prospective cohort study to observe the alteration of Neutrophyl-Lymphocyte Ratio (NLR) and C-reactive protein (CRP) in COPD patients to find any possible correlation with COPD exacerbation status.
Aims: To study the value of NLR and CRP of COPD patients during exacerbation and stable in Persahabatan Hospital, Jakarta.
Methods: Starting from July to December 2019, a prospective cohort study was performed with blood and pulmonary function test in 31 COPD patients in two different conditions: during exacerbation and stable. The mean of both inflammation markers was compared and correlated them with pulmonary function test.
Results: Both inflammation markers NLR and CRP value decreased during stable condition (from 7,95 ± 6,8 to 4,6 ± 5,5 and 43,4 ± 71 to 12,2 ± 18,5) with p < 0,01 respectively. In addition, we also found a significant inverse correlation between NLR and FEV1/FVC during exacerbation but not during the stable condition, and CRP showed inverse correlation only with FEV1 during exacerbation. Another interesting finding was subject with very high CRP whose value remained above nomal limit during stable, died within 2 month after exacerbation.
Conclusions: NLR and CRP in COPD patients increased during exacerbation and may reflect lung function and exacerbation status in COPD patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library