Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aprisunadi
"Rentang perawatan pasien ortopedi sangat bervariasi mulai dari kasus sederhana hingga kasus yang kompleks, sehingga menuntut perawat untuk berpikir kritis. Berpikir kritis memiliki kaitan dalam proses pengambilan keputusan dan penilaian klinis yang akan menjadi penentu pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas, namun beberapa penelitian tentang hubungan berpikir kritis dengan kualitas asuhan keperawatan masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan berpikir kritis perawat dengan kualitas asuhan keperawatan di unit ortopedi.
Penelitian ini menggunakan desain survey analitik cross sectional study pada 45 responden perawat yang diukur kecenderungan berpikir kritisnya kemudian kualitas asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat dinilai berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara berpikir kritis perawat dengan kualitas asuhan keperawatan (p=0,017; α 0,05). Perawat yang berpikir kritis berpeluang 6 kali menunjukkan kualitas asuhan keperawatan yang baik.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah diperlukan adanya penyusunan dan pelaksanaan program pelatihan berpikir kritis bagi perawat untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan instrumun pengukuran berpikir kritis spesifik untuk perawat.

The range of orthopedic patient care varies widely from simple cases to complex cases, thus requires nurses to think critically. Critical thinking has links in decision making and clinical judgments that will be the determinant of the quality of nursing care, but some research on the relationship of critical thinking with the quality of nursing care still show inconsistent results. This study aimed to identify the relationship of nurses critical thinking with the quality of nursing care on an orthopedic unit.
This study is an analytic cross sectional study in 45 nurses who measured the tendency to think critically and then the quality of nursing care made by nurses assessed based on the documentation of nursing care.
The result showed that there was a significant relationship between nurses critical thinking with the quality of nursing care (p = 0.017; α 0.05). Nurses who think critically chance 6times to showed a good quality of nursing care.
Recomendations from this finding are need to design and perform a critical thinking training for nurses to increase the quality of nursing care, and need to perform further studies to developed an instrument to measure critical thinking spesifically for nurses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Dewi
"Status higienitas genitalia yang tidak terjaga dengan baik pada perempuan dapat menyebabkan terjadinya transmisi bakteri dari anus ke orifisium uretra dan vagina sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada sistem urogenital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status higienitas genitalia mahasiswi di Universitas wilayah Depok serta determinannya. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 365 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster Sampling.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan Regresi logistik menunjukkan bahwa determinan status higienitas genitalia adalah kebiasaan berkemih (p = 0,024), kebiasaan menggunakan pakaian dalam (p = 0,011) dan jenis fakultas (p = 0,023). Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada mahasiswi untuk menjaga area genitalia tetap kering setelah berkemih dan membawa cadangan pakaian dalam saat bepergian.

Genital hygiene status is not well preserved in women can cause transmission of bacteria from the anus to the urethra and vaginal orifice so that it can cause an infection in the urogenital system. The purpose of this research is to get the picture of genital hygiene status and its determinants in female university students at several universities in Depok. This study uses a Cross sectional method. A questioner was completed by 365 female university students which were taken by Cluster sampling.
A Multivariate analysis with Logistic Regression reveals the determinants of genital hygiene status which involve voiding habits (p = 0,024), underwear used (p = 0,011) and type of faculty (p = 0,023). The result from this study recommends the students to keep their genital area dry after voiding and bring extra panty when going out."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sakti Oktaria Batubara
"CAPD merupakan suatu tehnik dialisis dengan menggunakan membran peritoneum sebagai membran dialisis yang memisahkan dialisat dalam rongga peritoneum dan plasma darah dalam pembuluh darah peritoneum. Berbagai komplikasi dapat timbul pada penanganan CAPD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko terjadinya komplikasi CAPD.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah 130 pasien CAPD di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang dipilih dengan cara purposive sampling.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap prosedur standar ( p = 0,019) dan higienitas saat penggantian cairan dialisat (p = 0,013) memiliki hubungan yang bermakna dengan komplikasi CAPD. Pasien dengan higienitas kurang baik saat mengganti cairan dialisat berisiko untuk mengalami komplikasi CAPD 3,82 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang higienitasnya baik setelah dikontrol oleh variabel kepatuhan terhadap prosedur standar CAPD.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap kemampuan perawatan CAPD dirumah.

CAPD is a dialysis technique using peritoneal membran as a dialysis membrane that separate the dialysate in the peritoneal cavity and blood plasma in the blood peritonium vessels. This study aimed to identify the risk factors of complications on CAPD.
The study used a descriptive design with cross sectional analytic. The population in this study was 130 CAPD patients in hospitals RSUD Dr. Moewardi Surakarda and RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, selected by using purposive sampling.
The results of the study indicated that adherence to standard procedures (p = 0.019) and hygiene during the dialysate fluid replacement (p = 0.013) had a significant association with complications of CAPD. The patients with poor hygiene during dialysat replacement had a risk for experiencing complication of CAPD at about 3.82 times greater than patients who had good hygiene when controlled by variable of adherence to standard procedures CAPD.
The recommendation of this study was the necessity of conducting periodic evaluation of the patient?s ability of CAPD treatment at home.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Tuty Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan penelitian case control. Jumlah responden kelompok kasus adalah 23 orang dan kelompok kontrol 46 orang. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal tahap akhir adalah lama menderita DM (p = 0,028), kebiasaan merokok (p = 0,027), minum minuman beralkohol (p = 0,034), pola diit (p = 0,000), hipertensi ( p = 0,036 ). Pada analisis regresi logistik diketahui bahwa pola diit merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gagal ginjal tahap akhir pada pasien DM tipe 2 (p = 0.008). Diharapkan perawat perlu mengembangkan standar asuhan keperawatan yang berfokus pada upaya preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi terutama gagal ginjal tahap akhir.

This research aims to know the risk factors which related to end stage renal disease. Research design is analitic description with case control approaching. The number of case group respondent are 23 people and control group respondent are 46 people. Bivariat analysis showed that risk factors corellated with end stage renal disease is duration of DM suffered (p = 0.028), smoking habit (p = 0,027), drinking alcoholic (p = 0.034), diet pattern (p = 0.000), Hypertension (p = 0.036). In logistic regression analysis is known that diet pattern is the most influencing factor in end stage renal disease in type 2 DM patient ( p = 0,008). It's recommended that nurses develop a nursing care standardization focused on preventif effort to prevent complication, especially end stage renal disease.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hertuida Clara
"Osteoartritis pada lutut (OA genu) merupakan OA yang bersifat idiopatik, yang ditandai dengan degenerasi tulang rawan lutut yang berdampak terhadap terjadinya kecacatan atau disability. Akibat disability yang dialaminya, pasien kesulitan untuk melakukan perawatan diri atau self care. Terkait hal tersebut, peran perawat spesialis keperawatan medical bedah diperlukan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan pendekatan teori self care Orem pada pasien dengan osteoartritis genu.
Peran perawat juga diperlukan dalam penelitian antara lain menerapkan praktik keperawatan berbasis bukti (Evidence based practice nursing) pada pasien ortopedi yang akan menjalani pembedahan dengan anestesi umum untuk mencegah pneumonia post operasi melalui intervensi oral hygiene dengan chlorhexidine mouthwash 0.12%.
Hasil penerapan EBN ini efektif yaitu dapat mencegah infeksi pneumonia post operasi pada seluruh partisipan. Sebagai inovator, kegiatan inovasi yang dilakukan adalah membuat buku panduan komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) yang fokus kepada masalah-masalah keperawatan pada kasus ortopedi untuk digunakan oleh perawat di ruangan pada saat handover.

Osteoarthritis of the knee (OA genu) is an idiopathic OA, which is characterized by degeneration of knee cartilage that may cause disability. Due to the disability they experienced, patient found it difficult to perform self-care. Related to this, the role of medical-surgical nurse specialist are needed in providing nursing care based on Orem?s theory of self care in patients with osteoarthritis of the knee.
The role of the nurse is also required in research, for example, applying evidence-based nursing practice in patients undergoing orthopedic surgery under general anesthesia to prevent postoperative pneumonia through the intervention of oral hygiene with a 0.12% chlorhexidine mouthwash.
The results of the implementation of this EBN was effective to prevent postoperative pneumonia infection among participants. As an innovator, the innovation activity was a SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) communication guide book which focused on the problems of nursing in orthopedic cases to be used by nurses in the ward while they do handover.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liya Arista
"Praktik Spesialis Keperawatan Medikal Bedah dengan Kekhususan pada Sistem Muskuloskeletal ini bertujuan untuk mengaplikasikan peran perawat sebagai pemberi asuhan, pengelola, pendidik dan peneliti. Peran sebagai pemberi asuhan dilakukan dengan mengelola sebanyak 30 pasien yang mengalami masalah pada sistem muskuloskeletal dan satu pasien kelolaan utama dengan kasus Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah dengan pendekatan teori self-care Orem.
Peran perawat sebagai peneliti dilakukan dengan penerapan tindakan keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (Evidence-Based Nursing Practice) yaitu dengan menerapkan wound drain management untuk mencegah kehilangan darah berlebih post operasi Total Joint Arthroplasty. Sedangkan peran sebagai pengelola dilakukan deengan menyusun suatu panduan komunikasi efektif yang terstruktur dengan metode SBAR untuk mengkomunikasikan kondisi pasien dengan masalah sistem muskuloskeletal. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan asuhan keperawatan holistik dalam meningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Clinical Practice of Medical-Surgical Nursing Specialist in the specialty of Orthopaedic Nursing aims to apply the role of nurses as a direct patient care providers, managers, educators and researchers in the clinical setting. Role as a care provider has done by managed 30 patients with musculoskeletal problems and one patient (major managed cases) with Open Fracture of Lower Extremities using Orem’s Self-Care Nursing Theory Approach.
The role of nurses as a researcher has conducted by applying the nursing action based on scientific evidence (Evidence-Based Nursing Practice), the evidence is wound drain management to prevent excessive blood loss post Total Joint Arthroplasty. The role as a nursing manager has been done by applying SBAR method as a strategy to achieve effective communication at orthopaedic ward. All activities aim to realizing the holistic nursing care in order to improve the quality of nursing services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nori Widiowati
"Pendahuluan: Kejadian fraktur menjadi urutan ketiga di dunia dan ekstremitas bawah sebagai angka tertinggi di Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan tindakan fraktur ekstremitas bawah yang sering digunakan. Salah satu latihan yang dapat mencegah komplikasi imobilisasi yaitu isometrik quadricep dengan pressure biofeedback. Dalam penelitian ini pressure biofeedback diberikan pada pasien post ORIF ekstremitas bawah hari I sampai III. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektivitas pressure biofeedback terhadap kekuatan otot quadricep dan nyeri post ORIF ekstremitas bawah.
Metode: Penelitian ini merupakan Randomized Controlled Trial dengan pre and posttest pada pengukuran skala nyeri dan posttest only pada skor kekuatan otot quadricep. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan kriteria inklusi diantaranya post ORIF ekstremitas bawah hari pertama sampai ketiga dan berusia 18-64 tahun. Responden dengan multipel fraktur, fraktur bilateral, neglected, riwayat DM, kelainan neuromuskular, cacat fisik dan penurunan kesadaran dieksklusikan. Perhitungan sampel dengan menggunakan standar deviasi dan derajat kemaknaan diperoleh 30 responden di RSD Idaman Banjarbaru dan Ratu Zalecha Martapura yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Double blind diterapkan pada responden dan pengambil data. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan (APAIS), nyeri (VAS), dan kekuatan otot quadricep (MMT).
Hasil: Penelitian ini melaporkan bahwa pressure biofeedback secara signifikan meningkatkan kekuatan otot quadricep (p value 0,01; α < 0,05). Namun, berdasarkan hasil uji statistik Paired T-test baik pada responden dengan latihan pressure biofeedback maupun tanpa pressure biofeedback, didapatkan hasil yang signifikan dalam penurunan nyeri (p value 0,00; α < 0,05). Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa pressure biofeedback tidak efektif dalam menurunkan nyeri pasien post ORIF ekstremitas bawah. Begitu pula hasil uji Mann Whitney pada selisih rerata skala nyeri yang menunjukkan bahwa penurunan nyeri yang terjadi tidak dipengaruhi oleh pressure biofeedback.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan isometrik kombinasi pressure biofeedback secara signifikan dapat meningkatkan skor kekuatan otot quadricep pada pasien post ORIF ekstrimtas bawah.

Introduction: The incidence of fractures is third in the world and lower extremities are the highest in Indonesia. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) is a frequently used procedure for lower extremity fractures. One exercise that can prevent immobilization complications is quadriceps isometrics with pressure biofeedback. In this study, pressure biofeedback was given to post ORIF lower extremity patients on days I to III.
Objective: The aim of this study was to identify the effectiveness of pressure biofeedback on quadricep muscle strength and post-ORIF lower extremity pain. Methods: This study was a Randomized Controlled Trial with pre and posttest on pain scale measurements and posttest only on quadricep muscle strength scores. The sampling technique used simple random sampling technique with inclusion criteria including post ORIF lower extremities first to third day and aged 18-64 years. Respondents with multiple fractures, bilateral fractures, neglected, history of DM, neuromuscular disorders, physical disabilities and decreased consciousness were excluded. Sample calculations using standard deviation and degree of significance obtained 30 respondents at RSD Idaman Banjarbaru and Ratu Zalecha Martapura who were divided into 2 treatment groups. Double blind is applied to respondents and data takers. Instruments used to measure anxiety (APAIS), pain (VAS), and quadricep muscle strength (MMT).
Results: This study reported that pressure biofeedback significantly increased quadricep muscle strength (p value 0.01; α < 0.05). However, based on the results of the Paired T-test statistical test for both respondents with pressure biofeedback training and without pressure biofeedback training, significant results were obtained in reducing pain (p value 0.00; α < 0.05). However, it can be said that pressure biofeedback is not effective in reducing pain in post-ORIF lower extremity patients. Likewise, the results of the Mann Whitney test on the mean difference on the pain scale showed that the reduction in pain that occurred was not influenced by pressure biofeedback.
Conclusion: This study shows that isometric training combined with pressure biofeedback can significantly increase quadricep muscle strength scores in lower extremity post ORIF patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustina
"Spinal Cord Injury (SCI) merupakan suatu gangguan muskusloskeletal yang berdampak besar baik dari segi fisik, sosial dan ekonomi. SCI berdampak kelemahan pada ekstremitas, tingkat keparahan kelemahan bergantung pada area spinal cord yang terganggu. Untuk itu perlu perawatan yang lama dalam pemulihan dan adaptasi terhadap kelemahan terkait aktivitas sehari hari pasien. Laporan ini merupakan hasil analisa kegiatan praktek residensi penerapan Evidence Based Nursing (EBN) dengan pendekatan Model Adaptasi Roy dalam peran care provider, peneliti, innovator dan role model. Hasil dari penerapan model Adaptasi Roy dapat diaplikasikan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal dimana pasien membutuhkan kemampuan adaptasi dalam menjalani perawatan. Hasil penerapan EBN menunjukkan bahwa relaksasi mendengarkan musik dan masase punggung dapat mengurangi nyeri dan kecemasan. Hasil dari kegiatan inovasi adalah panduan format komunikasi SBAAR (Situation, Background, Assesment and Recommendation)

Spinal Cord Injury (SCI) is one of musculosceletal disorder that distrub physic, social and economic faktors. Effect of SCI are extremities weakness, para parese depand on injury areas of spinal cord. Furtermore patients needs adaptation in his/hers paraparese to doing actuvuty daily living (ADL). This article shows tat clinical practice of recidency using Adaptation Roy Model as provider care, researcher, innovator and role model. Result of Adaptation Roy Modelapproach shows that effective in musculosceletal disorder patient care, who nees ability to asaptation in ADL. Result of Evidence Based Nursing shows that relaxation music therapy and back massage effective to reduce pain and anxiety. Result of innovation project format of SBAR (Situation, Background, Assesment and Recommendation)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library