Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Yanti
"Bayi mengalami pertumbuhan sangat cepat. Setelah usia 6 bulan merupakan masa paling kritis karena pada saat itu pemberian ASI saja tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan gizi. Gangguan pertumbuhan pada periode ini berkaitan dengan praktik pemberian makan bayi karena itu jika pemberian MPASI tidak diberikan secara tepat akan menyebabkan gangguan pertumbuhan optimal. Penelitian tentang program peningkatan MPASI menemukan bahwa masih banyak ibu belum mengerti cara pemberian dan waktu tepat memberikan MPASI. Menurut SDKI 2002-2003 sekitar 47,9% bayi mendapat makanan pralakteal dan 50 % bayi sudah mendapat MPASI pada usia kurang dari 1 bulan, bahkan pada usia 2-3 bulan sudah mendapat makanan padat. Di Kabupaten Bangka belum pernah dilakukan penelitian tentang MPASI sebelumya.
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian MPASI pada bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka 2008. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang. Sampel adalah ibu mempunyai bayi usia 0-12 bulan yang tinggal di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka pada saat penelitian dengan kriteria inklusi masih menyusui, belum pernah diberikan bantuan MPASI oleh pemerintah atau MPASI program gakin dan bersedia mengikuti penelitian. Cara pengambilan sampel menggunakan survei cepat dengan rancangan klaster. Sebagai klaster adalah kelompok ibu yang mempunyai karakteristik homogen di wilayah posyandu di Kecamatan Sungailiat. Jumlah sampel 270 orang dan 30 klaster, pemilihan secara acak sehingga setiap klaster dibutuhkan 9 responden. Variabel dependen penelitian adalah praktik pemberian MPASI, sedangkan variabel independen adalah umur ibu, paritas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, pengetahuan ibu tentang MPASI, pendapatan keluarga dan peran petugas kesehatan. Analisis dengan menggunakan univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan praktik pemberian MPASI pada bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Sungailiat tahun 2008 sudah dilaksanakan sebesar 87,0%. Dari responden melaksanakan praktik tersebut sebanyak 54,7% dengan praktik pemberian MPASI baik dan kurang baik sebesar 42,6%. Hasil uji bivariat dengan chi square ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu (p=0,086), pengetahuan MPASI ibu (p=0,002, OR=2,394 ; CI (1,410-4,065) dan peran petugas kesehatan (p=0,000, OR=10,605 ; CI (5593-20,108) dengan praktik pemberian MPASI pada bayi usia 0-12 bulan di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka 2008. Analisis multivariat dengan regresi logistik menghasilkan faktor paling dominan adalah peran petugas kesehatan. Ibu dengan peran atau dukungan kurang baik oleh petugas kesehatan memberikan peluang 10,538 kali untuk melakukan praktik pemberian MPASI kurang baik dibandingkan ibu dengan peran atau dukungan petugas kesehatan baik setelah dikontrol oleh umur ibu, pendidikan , pekerjaan dan pengetahuan ibu tentang MPASI. Faktor determinan adalah peran petugas kesehatan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan di bidang gizi khususnya dalam memberikan makanan tepat pada bayi sesuai dengan waktu dan cara pemberian. Pentingnya pemberian ASI eksklusif serta manajemen laktasi pada ibu mempunyai bayi di seluruh Kecamatan Sungailiat secara benar dan terus menerus. Meningkatkan promosi praktik pemberian MPASI sehat dan higienis di posyandu, puskesmas dan pertemuan warga, penyediaan sarana penyuluhan dan klinik gizi seperti poster, leaflet, booklet, food model atau contoh MPASI dan makanan bergizi seimbang. Meningkatkan promosi ASI eksklusif dengan sasaran remaja atau wanita usia subur belum menikah dan meningkatkan motivasi petugas kesehatan yang berprestasi di tingkat puskesmas.

Infant grows very fast. The critical period is started after the age of six months. This is because, in that period giving breastfeeding exclusively to the infant does not sufficiently fulfill the nutrition need. Growth interference in this period is closely related with the infant's feedings. Therefore, if complementary feeding is not given correctly, it will cause the interference of optimal growth. The research result of complementary feeding increasing program finds that there is a big number of mothers who still do not understand about the way and the right time of complementary feeding. Based on SDKI's data, in 2002-2003, 47,9% of the infant were given pralacteal food and 50% of the infant had been given complementary feeding in the age of less than one month, and in the age of 2-3 months the infant were given solid food. There has not ever been a research about complementary feeding being done in Bangka District.
The aim of this research is to obtain the information about related factors dealing with complementary feeding practices to the infant ages 0-12 months in Sungailiat, Bangka District on 2008. The research uses quantitative approach and cross sectional design. The samples are mothers who have 0-12 months infant and live in Sungailiat, Bangka District. The mothers are characterized as follows; breasting, never been given MPASI donation from the government or complementary feeding program for poor family, and able to participate in the research. The samples are taken by using a rapid survey with cluster design. The cluster is a group of mothers who have homogenic characteristic in the area of Integrated Health Service at Sungailiat. The sample number is 270 people and 30 clusters, which are chosen randomly. Therefore, each cluster needs 9 respondents. The dependent variable of the research is complementary feeding practices, and the independent variables are mothers' ages, mothers' education, mothers' works, the number of family member, mothers' knowledge about complementary feeding, family income, and the role of medical officers.
The research result shows that complementary feeding practices to the infant ages 0-12 months in Sungailiat has been done and reached 87,0%. 54,7 % of the respondents have complementary feeding practices well and 42,6% of the respondents have not complementary feeding practices very well. The brivariat test by using chisquare shows that there is a relationship between mothers' education (p=0,086), mothers' knowledge about complementary feeding (p=0,002, OR=2,394; CI (1,410-4,0645) and medical officers' role (p=0,000, OR=10,605; CI (5593-20,108) with complementary feeding practices to the infant age 0-12 months in Sungailiat on 2008. Multivariate analysis with logistic regression shows that the most dominant factor is the role of medical officers, after controlled by variables of mothers' ages, education, works and mothers' knowledge about complementary feeding practices. Since the determinant factor is the role of medical officers, therefore increasing their knowledges and abilities in nutrition field especially in giving the right food in the right time for infant is the best solution. The importance of giving breastfeeding exclusively and lactation management for mothers who have infant in Sungailiat should run well and continually. Increasing the promotions of giving a health and hygienic complementary feeding Integrated Health Service, Public Health Service and people's meetings, providing the meetings facilities, and nutrition clinic, such as poster, leaflet, booklet, food model. Increasing the promotions of giving brestfeeding exclusively to the teenagers or unmarried woman who are in the fertilities ages, and increasing the motivation for the medical officers especially those who have good achievement in the area of public health service.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41276
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Defry Lesmana
"Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan sistole darah ≥ 140 mmHg dan diastole ≥ 90 mmHg (Schumann et al., 2011). Di Indonesia sendiri, prevalensi untuk hipertensi dinilai tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi Asia Tenggara, yaitu 30,9% (WHO, 2012). Prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Barat adalah 29,4%, lebih besar daripada provinsi DKI Jakarta dengan prevalensi 28,8% dan provinsi Banten dengan prevalensi 27,6%. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hasil analisis kandungan zat gizi cookies untuk hipertensi dan daya terima dari cookies untuk hipertensi pada kalangan usia dewasa di kampus Unpas Kota Bandung tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode rancangan acak lengkap dengan pola satu arah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Juni 2013. Panelis dalam uji hedonik ini adalah 30 orang pria dan wanita dewasa dengan usia 21 tahun ke. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan gizi yang terkandung dalam cookies untuk hipertensi memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk natrium dan kalium, namun belum dapat memenuhi kebutuhan kalsium sehari untuk usia dewasa. Perlakuan cookies yang terbaik adalah perlakuan 703 dengan kandungan gizi: air 6,93%; abu 1,01%; protein 6,62%; lemak 18,60%; serat kasar 5,11%; karbohidrat 61,73%; natrium 0,08%; kalium 1,14%; dan kalsium 130,93 mg.

Hypertension is a condition which systolic blood pressure ≥ 140 mmHg and diastolic ≥ 90 mmHg. Prevalence for hypertension in Indonesia is higher than South East Asia which has 30.9%. Hypertension prevalence in West java is 29.4% which higher than DKI Jakarta (28.8%) and Banten (27.6%). The main goals for this research are to know the result of nutrition analysis for cookies for hypertension and to know the acceptance for these cookies in adult-aged group at Pasundan University Bandung on 2013. This research is an experimental research which using completely randomized design method. This research was conducted on January to June 2013. Panelists for hedonic test are 30 people of men and women with age 21 or above. The result of this research shows that the nutrition content for cookies for hypertension have fulfilled the daily needs of sodium and potassium for adult-aged group but not for the daily needs of calcium. Cookies with the best treatment is cookies 703 with nutrients are: water 6,93%; ash 1,01%; protein 6,62%; fat 18,60%; crude fiber 5,11%; carbohydrate 61,73%; sodium 0,08%; potassium 1,14%; and calsium 130,93 mg.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Kosasih
"Penelitian ini merupakan pembuatan produk makanan inovasi, berupa penambahan sayuran sawi hijau dan wortel pada produk siomay, untuk menghasilkan produk jajanan yang rendah lemak, tetapi tinggi serat pangan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sayuran terhadap kadar serat pangan dan kandungan gizi, serta hasil uji hedonik pada produk siomay. Terdapat 4 jenis siomay yang diteliti, yaitu siomay tanpa penambahan sayuran, sebagai variabel kontrol, dan tiga jenis siomay dengan perlakukan penambahan 20%, 30%, dan 40% sayuran. Perbandingan penambahan sayuran sawi hijau dan wortel adalah 50%:50%. Analisis kadar serat pangan dan kandungan gizi lainnya dilakukan di Laboratorium analisis pangan PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Sedangkan, uji hedonik ketiga jenis siomay sayuran dilakukan pada 65 murid SMPN 200 Jakarta Utara pada bulan April 2013. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Bonferroni. Jenis siomay sayuran yang mempunyai kadar serat pangan tertinggi dan tingkat kesukaan tertinggi adalah siomay 40% sayuran. Kandungan dalam 100 gram siomay 40% sayuran adalah 5,24 g serat pangan; 62,94 g air; 1,72 g abu; 5,46 g protein; 1,02 g lemak; 28,86 g karbohidrat; dan 125,5 kkal energi.

This study was conducted by creating innovative food products, with the addition of chinese flowering cabbage and carrots on Siomay products, to produce snacks which are low fat, but having high content of dietary fiber. This experimental study was aimed to determine the effect of vegetables addition to dietary fiber content and nutritional values along with hedonic test result on siomay products. There were 4 types of siomay which were observed, the first one was siomay without the addition of vegetable, as control variable, and the other types were siomay with additional treatments containing 20%, 30%, 40% vegetables. The comparison of the addition of chinese flowering cabbage and carrots are 50%: 50%. The analysis of dietary fiber content and other nutritional values was carried in food analysis laboratories PT. Saraswati Indo Genetech, Bogor. Meanwhile, the hedonic test from three types of vegetable siomay conducted on 65 students of SMPN 200 Jakarta Utara in April 2013. These data had been analyzed by Anova test and continued by Bonferroni test. The vegetable siomay that had the higest dietary fiber content and highest preference level was siomay containing 40% vegetables. The content in 100 grams siomay containing 40% vegetables were 5,24 g dietary fiber; 62,94 g water; 1,72 g ash; 5,46 g protein; 1,02 g fat; 28,86 g carbohydrate; and 125,5 kkal energy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maura Octavia
"

Obesitas merupakan keadaan yang terjadi akibat akumulasi lemak yang berlebihan dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga berat badan. Salah satu kelompok masyarakat yang berisiko terhadap obesitas adalah pekerja terutama pekerja kantoran. Para pekerja cenderung tidak memperhatikan pola makan serta melakukan aktvitas fisik yang rendah. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi faktor internal (riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik), faktor eksternal (tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, status perkawinan, dan jenis pekerjaan), dan faktor konsumsi (persen asupan energi, persen asupan protein, dan konsumsi gorengan) terhadap kejadian obesitas pada pekerja di PT Juara Abadi Bersama Tahun 2023. Penelitian dilakukan secara luring selama bulan November – Desember 2023. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan metode random sampling untuk mendapatkan 117 responden. Hasil analisis menyatakan bahwa adanya perbedaan proporsi obesitas berdasarkan riwayat keluarga (p value = 0,000), aktivitas fisik (p value = 0,013), asupan energi (p value = 0,001), dan konsumsi gorengan (p value = 0,021). Saran yang diberikan kepada pihak perusahaan serta sivitasnya yaitu untuk lebih aktif dalam mencari informasi terkait gizi dan kesehatan, serta dilakukannya pencegahan terkait obesitas dengan memperhatikan asupan makan yang tepat, melakukan pemantauan terkait status gizi, dan melakukan upaya pencegahan bersama seperti olahraga bersama.


Obesity is a condition that occurs due to excessive accumulation of fats and lasts for a long time hence the increasing of body weight. Workers are one of the group of people who are at risk of obesity, especially office workers. Workers tend not to pay attention to their diet and carry out low levels of physical activity. This study aims to find the proporstion differences between internal factors (family history, age, gender, and, physical activity) external factors (level of education, level of knowledge, marital status, and work section) and consumption factors (percentage of energy intake, percentage of protein intake, and comsumption of fried foods) towards obesity among workers in PT Juara Abadi Bersama in 2023. This study was conducted offline during November – December 2023. This study uses cross sectional design and random sampling methode to get 117 respondents. The outcome from the analysis stated that there is a proportion differences obesity according to family history (p value = 0,000), activity factor (p value = 0,013), energy intake (p value = 0,000), and fried food consumption (p value = 0,021). Advice given to the company and its community members is to be more active in seeking information related to nutrition and health, as well as to prevent obesity by paying attention to appropriate food intake, monitoring nutritional status, and carrying out joint prevention efforts such as exercising together.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Early Vici Azmia
"Prevalensi balita wasting di Indonesia tahun 2022 sebesar 7,7%, menurut WHO masalah wasting ini sudah termasuk masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Wasting adalah masalah gizi pada balita yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2023, menggunakan desain cross-sectional, metode proportionate stratified random sampling dengan sampel penelitian 136 balita usia 6–59 bulan. Data dianalisis univariat dan bivariat menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 9,6% balita usia 6–59 bulan di Kelurahan Cimpaeun Kota Depok Tahun 2023 menderita wasting, dan termasuk pada masalah kesehatan masyarakat yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan energi, asupan protein, pengetahuan gizi ibu, dan pendapatan keluarga berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 6–59 bulan. Risiko wasting lebih tinggi pada balita dengan asupan energi dan protein yang kurang, pengetahuan gizi ibu yang kurang, serta pendapatan keluarga yang rendah.

The prevalence of wasting under five in Indonesia in 2022 is 7.7%, according to WHO this wasting problem is a bad public health problem. Wasting is a nutritional problem in toddlers that has an impact on morbidity and mortality. The research objective was to determine the factors associated with wasting in toddlers aged 6–59 months in Cimpaeun Village in 2023. This research was conducted in April–June 2023, using a cross-sectional design, proportionate stratified random sampling method with a research sample of 136 toddlers aged 6–59 months. Data were analyzed univariately and bivariately using chi-square. The results showed that 9.6% of toddlers aged 6–59 months in the Cimpaeun Village in 2023 were suffering from wasting, and this is a bad public health problem. The results showed that energy intake, protein intake, mother's nutritional knowledge, and family income were associated with wasting in toddlers aged 6–59 months. The risk of wasting is higher for toddlers with less energy and protein intake, less knowledge of mother's nutrition, and low family income."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyetti
"Remaja mempunyai masalah dengan citra tubuh (body image), gaya hidup, pola makan tidak teratur dan faktor lain seperti aktifitas fisik. WHO (2003) melaporkan di Asia dan Afrika Selatan wanita usia subur (WUS) yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK) sebanyak 21-51%. Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 diketahui prevalensi KEK pada WUS sebesar 13,6%, di Jambi prevalensi KEK pada WUS 9,4%, prevalensi obesitas umum pada perempuan usia 15 tahun ke atas 18,6% dan di Batanghari remaja putri usia 15 tahun keatas dengan IMT kurus 22,9%, obesitas 8,9%.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan citra tubuh (body image), pola konsumsi dan aktifitas fisik dengan status gizi pada remaja putri SMU Negeri 8 Batanghari Propinsi Jambi tahun 2009. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian yaitu 188 orang remaja putri kelas X, XI dan XII SMU Negeri 8 Batanghari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2009 dengan mengambil data primer melalui pengisian kuesioner tentang citra tubuh, pola konsumsi dan aktifitas fisik serta pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dan pengukuran berat badan dengan timbangan seca. Analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan remaja putri dengan status gizi kurang 8 orang (4.3%), gizi lebih 19 orang (10,1%), obesitas 9 orang (4.8%) dan dengan status gizi normal 152 orang (80,9%). Remaja putri yang tidak distorsi citra tubuh (90,4%), dan yang mengalami distorsi (9,6%). Pola konsumsi makan utama 2-3 kali sehari sebanyak (97,9%), 1 kali sehari sebanyak (2,1%). Frekuensi makan siap saji sering sebanyak (29,8%), jarang sebanyak (70,2%). Makan pagi sering sebanyak (38,2%), jarang sebanyak (6,8%). Kebiasaan makan makanan jajanan sering sebanyak (72,3%), jarang sebanyak (27,7%). Untuk aktifitas fisik olah raga sering sebanyak (5,9%), jarang sebanyak (94,1%). Waktu menonton tv atau main kompuer/game lama sebanyak (63,2%), sebentar sebanyak (36,2%). Waktu tidur lama sebanyak (62,2%), sebentar sebanyak (37,8%).
Ada hubungan yang bermakna antara citra tubuh (body image) dengan status gizi dengan p value = 0,000 (p<0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dan aktifitas fisik dengan status gizi. Disarankan kepada remaja putri makan dengan pola gizi seimbang, sarapan pagi, olah raga secara teratur dan dan istirahat yang cukup. Sekolah diharapkan mengadakan pendidikan kesehatan, mengaktifkan UKS dan bekerjasama dengan petugas kesehatan.

Adolescents have body image problem, life style, irregular pattern of consumption, and others factors like physical activity WHO (2003) reported in Asia and South Africa, productive women which feel less of chronicle energy were 21-51%. In Indonesia, According Primary Health Research (Riskesdas at 2007), less of chronicle energy at reproductive women (Muach <23.5 cm) was 13,6%. In Jambi less of chronicle energy prevalens was 9,4 %, general obesity prevales at women more than 15 years old is 18,6% and in Batanghari, girls which are more than 15 years old had body mass index that underweight were 22,9% and obesity were 8,9%.
The goal of this study was to know The Relationship Among Body Image, Consumption Pattern And Physical Activity With Nutrtional Status Among Senior High School Student At SMU Negeri 8 Batanghari Jambi In 2009. Design of study was cross sectional Samples were 188 student at X class, XI class dan XII class SMU Negeri 8 Batanghari.This study was done at October-November in 2009 by using primary data and filling quesioner about body image, consumption pattern and physical activity measuring the height with microtoise and measuring the weight with seca pairs of scales, data analisys used chi square test.
The result of study indicate that underweight students were 8 (4.3%), overweight students are 19 person (10,1%), obesity students were 9 person (4.8%) and the normal weight with normally nutrient status are 152 person (80,9%). The respondent which are not distortion of body image are 170 person (90,4%), and having distortion 18 person (9,6%) The main food of consumption pattern was 2-3 times a day was (97,9%), once in a day (2,1%). Fast food were often (29,8%) and rarely (70,2%). Breakfasts was often (38,2%) and rarely (6,8%). For having Snack was often (72,3%) and rarely (27,7%). Physical activity which were often doing sport (5,9%) and rarely (94,1%). Watching television or playing game in computer was long time (63,2%), short time (36,2%). Time for sleeping was long (62,2%) and short time (37,8%).%).
There was a significant relationship between body image and nutritional status (p value = 0,000, p<0,05). There is no relationship between consumtion pattern and physical activity and nutritional status. Suggested to teenager to comsump the balance nutritional food, breakfast, regulary exercise and enough resting. School was hoped to make healthy education, activated UKS and cooperated with professional health provider.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Pratiwi
"

Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk berkurangnya perkembangan kognitif dan fisik, berkurangnya kapasitas produktif dan kesehatan yang buruk dan meningkatnya penyakit degenerative. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukadana Kabupaten Lampung Timur tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 165 anak yang diambil secara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2019 pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 24-59 bulan sebesar 26,1%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu riwayat pemberian ASI Eksklusif dan riwayat pemberian MP ASI setelah dikontrol variabel berat lahir, panjang badan lahir, riwayat pemberian kapsul vitamin A, riwayat pemberian ASI Eksklusif dan penyapihan. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting adalah riwayat pemberian MP ASI. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan stunting dengan memperhatikan praktik PMBA yang benar dan dilakukan penanggulangan stunting dengan melakukan perbaikan gizi tidak hanya pada anak usia 0-23 bulan tetapi juga usia 24-59 bulan


Stunting is a serious public health problem and has long-term effects on individuals and society, including reduced cognitive and physical development, reduced productive capacity and poor health and worsening degenerative diseases. The aim of this study is to know factors related to the incidence of stunting in children aged 24-59 months in the Sukadana Public Health Center (Puskesmas) Working Area in East Lampung District in 2019. This study was a quantitative study with a cross sectional design which has 165 children as sample and used simple random sample as methode. This research was conducted in May-June 2019 by collecting data through direct interviews using questionnaires and anthropometric measurements. The results showed that variables related to stunting were the history of MP ASI contribution after controlled with variables of birth weight, birth length, giving vitamin A capsule, history of exclusive breastfeeding and weaning.

"
2019
T52720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Lidya Sari
"Sugar sweetened beverages (SSBs) merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi kandungan gula tambahan namun rendah nilai zat gizi. Apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan kejadian obesitas dan penyakit tidak menular lainnya pada remaja. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui prevalensi konsumsi SSBs kemasan dan diketahuinya perbedaan proposi tingkat konsumsi SSBs kemasan berdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, aktivitas fisik, dan faktor lingkungan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan karakteristik responden yaitu siswa/I SMA Budhi Warman 2 Jakarta kelas X dan XI sebanyak 185 siswa pada April 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner online berupa google form secara mandiri. Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariat dan bivariat chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,9% siswa SMA Budhi Warman 2 Jakarta mengonsumsi SSBs kemasan tingkat tinggi 2x/hari. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara jenis kelamin, pengetahuan SSBs, kemampuan membaca label informasi nilai gizi, ketersediaan SSBs kemasan di rumah, konsumsi SSBs kemasan ibu, dan pengaruh teman sebaya dengan tingkat konsumsi SSBs kemasan. Peneliti menyarankan agar siswa lebih selektif dalam memilih jenis minuman kemasan dan mempelajari serta memahami label informasi nilai gizi. Pihak sekolah disarankan untuk memberikan edukasi mengenai konsumsi SSBs kemasan, label pangan terutama label informasi nilai gizi, dan gizi seimbang. Masyarakat disarankan untuk memperhatikan persediaan SSBs kemasan di rumah dan menjadi panutan bagi anak dalam menerapkan perilaku konsumsi minuman yang lebih sehat.

Sugar sweetened beverages (SSBs) are drinks with high calories and added sugar but little or no nutrition value. Overconsumption of SSBs may leads to increases obesity and adverse effect on health. The purpose of this study is to know the prevelance of SSBs consumption and to prove the differences of SSBs consumption based on individual characteristic, use of food label, physical activity, and environmental factors. A cross sectional study conducted on 185 students among SMA Budhi Warman 2 Jakarta on April 2020. The data is collected by filling out the online questionnaire (google form) by respondent. The data was analyzed by univariate and bivariate (chi square) method. Based on the result, the prevalence of student with high level of SSBs is 64,9%. Bivariate analysis shows that there are the differences level of SSBs consumption based on gender, knowledge about SSBs, understanding of nutrition label, avaibility of SSBs at home, mothers SSBs consumption, and peer influence. The researcher suggests that student should to choose the drink packaged selectively and learn about nutrition label. The school is advised to give education about SSBs consumption, food label on drink packaged, and balanced nutrition massage. People also advised to pay attention to the types of packaged drink available at home and be role model to consume a healthier drinks for children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiena Nurazizah
"Pemberian ASI eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan ibu (AKI). Salah satu upaya dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif dan IMD adalah dengan memberikan sarana pendidikan dan promosi kesehatan. Salah satu metode promosi pendidikan dan promosi kesehatan melalui penyuluhan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan melalui media KIE mengenai ASI eksklusif dan IMD terhadap pengetahuan ibu hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan Depok. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan rancangan one group pretest dan posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kelurahan Pengasinan, dengan sampel ibu hamil sebanyak 62 ibu hamil.
Intervensi yang dilakukan yaitu memberikan penyuluhan mengenai ASI eksklusif dan IMD kepada ibu hamil oleh kader yang telah diberikan pelatihan terlebih dahulu dengan menggunakan media lembar balik. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah penyuluhan digunakan uji statistik paired sample t-test. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai ASI eksklusif dan IMD. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penyuluhan sebagai sarana pendidikan dan promosi kesehatan dapat memengaruhi peningkatan pengetahuan ibu hamil khususnya mengenai ASI eksklusif dan IMD. Untuk itu diharapkan bagi petugas kesehatan dan kader posyandu dapat memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI eksklusif dan IMD."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afiatul Rahmi Fatty
"Sebagai salah satu upaya untuk mendukung program diversifikasi pangan serta memanfataatkan produk lokal Indonesia, maka dibuatlah bola-bola tempe dan udang rebon. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan udang rebon terhadap kandungan gizi dan hasil uji hedonik bola-bola tempe. Terdapat 4 perlakuan penambahan udang rebon, yaitu 5%, 10%, 15% dan 0% sebagai kontrol. Perhitungan kandungan gizi menggunakan TKPI dan uji hedonik dilakukan di Laboratorium Gizi FKM UI oleh 80 orang mahasiswa FKM UI pada bulan April 2012. Data dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Dunnet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bola-bola tempe dengan penambahan udang rebon 15% memiliki kandungan protein, zat besi dan kalsium tertinggi, yaitu 17,88 g%; 4,36 mg%; dan 305,25 mg%. Produk ini juga merupakan produk yang memiliki hasil uji hedonik tertinggi.

To support food diversification program and also to use Indonesia?s local products are the reasons for making the tempe ball with udang rebon addition. This experimental design aims are to indetify the effects of udang rebon addition to nutritional contents and hedonic test result in Tempe Ball. There were 4 differents amount of udang rebon addition: 5%, 10%, 15% and 0% as control. TKPI was being used to count nutritional contents and a hedonic test had been conducted at Laboratorium Gizi FKM UI by 80 students of FKM UI on April 2012. These data had been analized by Annova test and continued by Dunnet test. The result showed that tempe ball with 15% addition of udang rebon had the highest content of protein, iron and calcium : 17,88 g%; 4,36 mg%; and 305,25 mg%. This product also had the highest result of hedonic test."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>