Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firly Maiyang Sariwati Dewi
"ABSTRACT
Batik telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-19 dan menjadi warisan budaya Indonesia. Batik sendiri memiliki karakteristik yang beragam di berbagai daerah, salah satunya yaitu batik Indramayu atau Dermayon. Karakteristik tersebut dapat diketahui salah satunya dari bentuk ragam hias batiknya sebagai gambaran seperti apa daerah batik tersebut diproduksi. Untuk mengetahui ragam hias batik Indramayu apa saja yang paling merepresentasikan daerah produksinya, maka batik Indramayu dinilai dengan dua dasar, yaitu Outstanding Universal Value (OUV) dan Indikasi Geografis (IG). Selain itu, dengan penilaian tersebut dapat diketahui pola keruangan yang terbentuk dari hasil penilaian batik Indramayu berdasarkan OUV dan IG. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif di mana dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan kepada perwakilan dari pemilik usaha batik Indramayu maupun pengrajin batik Indramayu yang tersebar di 22 lokasi produsen batik tulis Indramayu. Hasil dari penelitian ini adalah ragam hias sekar niem dan kapal kandas mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan IG, sedangkan ragam hias dengan nilai paling rendah yaitu merak berunding, lokchan, liris, parang teja, rajeg wesi, banji, dan sawat riweh. Sementara itu, ragam hias yang paling tinggi nilainya berdasarkan OUV antara lain sekar niem, ganggeng, iwak etong, sisik, iwak petek, kapal kandas, dan bokong semar, sedangkan ragam hias yang paling rendah nilainya antara lain merak berunding, liris, parang teja, dan banji. Ragam hias batik Indramayu yang memiliki penilaian paling baik berdasarkan OUV dan IG adalah ragam hias sekar niem dan kapal kandas, sedangkan ragam hias merak berunding, liris, parang teja, dan banji merupakan ragam hias dengan nilai terendah. Ragam hias kultural memiliki cakupan paling besar dibandingkan dengan ragam hias natural maupun natural dan kultural. Daerah ragam hias kultural tersebar di bagian utara dan meluas di bagian selatan, daerah ragam hias natural lebih terkonsentrasi di pusat dan ke barat, dan daerah gabungan ragam hias kultural dan natural berada di pusat, tetapi daerah ini meluas ke barat dan ke timur.

ABSTRACT
Batik has been known in Indonesia since the 19 century and has become an Indonesian cultural heritage. Batik itself has various characteristics in various regions, one of which is Indramayu or Dermayon batik. These characteristics can be seen from one of the forms of batik ornament as an illustration of what the area of batik was produced. To find out which Indramayu batik ornaments represent the production area the most, Indramayu batik is judged on two grounds, namely Outstanding Universal Value (OUV) and Geographical Indication (GI). In addition, with this assessment, it can be seen the distribution pattern formed from the results of the assessment of Indramayu batik based on OUV and GI. This study used a qualitative method in which the data collection was carried out by interviewing questionnaires to representatives of Indramayu batik business owners and craftsmen spread across 22 locations of Indramayu batik producers. The results of this study are sekar niem and kapal kandas ornament get the highest value based on IG, while the ornament with the lowest value are merak berunding, lokchan, liris, parang teja, rajeg wesi, banji, and sawat riweh. Meanwhile, the highest value of ornament based on OUV includes sekar niem, ganggeng, iwak etong, sisik, iwak petek, kapal kandas, and bokong semar, while the lowest value of ornamentation is merak berunding, liris, parang teja, and banji. The Indramayu batik ornament that has the best rating based on OUV and IG is sekar niem dan kapal kandas, while the ornament of merak berunding, liris, parang teja, and banji are the lowest value decoration. Cultural ornament has the largest coverage compared to natural and natural and cultural ornaments. The area of cultural ornament is spread in the north and extends to the south, the area of natural ornament is more concentrated in the center and extends to the west, and the combined area of cultural and natural decoration is in the center, but this area extends to the west and east."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lius Lisanyoto
"ABSTRAK
Ekspansi permukiman merupakan bagian dari perubahan tutupan lahan yang terjadi pada sebuah kota. Perubahan tutupan lahan sendiri terjadi karena adanya proses pembangunan yang dinamis. Tercatat pada tahun 2014-2015 Kota Singkawang mengalami penurunan luasan lahan sawah sebesar 5,33, yang berdampak kepada peningkatan luasan lahan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola spasial dari ekspansi permukiman yang terjadi di Kota Singkawang, dan kemudian dengan menggunakan metode Cellular Automata Markov Chains CAMC pola tersebut digunakan untuk memodelkan kondisi permukiman di Kota Singkawang pada tahun 2032 berdasarkan pada faktor penggerak yang diberikan kedalam model. CAMC merupakan metode yang menggangap bahwa tiap sel piksel yang ada akan merepresentasikan tutupan lahan yang unik dan akan saling mempengaruhi sel yang ada disekitarnya, setelah model dihasilkan kemudian akan di overlay dengan model kesesuaian lanskap permukiman Kota Singkawang dengan menggunakan metode Spatial Multi Criteria Evaluation SMCE. Hasilnya menunjukan adanya ekspansi luasan permukiman yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan pembangunan pada Kota Singkawang. Sehingga pada akhirnya perlu dilakukan analisis antara model dengan rencana tata ruang wilayah Kota Singkawang RTRWK Singkawang untuk melihat ketersediaan terhadap ruang untuk pembangunan permukiman secara berkelanjutan.

ABSTRACT
Settlement expansion is part of the land cover change that occurs in a city. The changes in the land cover itself caused by the dynamic development process. Recorded in 2014 2015 Singkawang City has decreased the area of paddy fields by 5.33, which has an impact on the increase of built up areas. The aims of this study are to analyze the spatial pattern of settlement expansion in Singkawang City and then using Cellular Automata Markov Chains CAMC method, the pattern is used to create a model of Singkawang City settlement in 2032 based on the driving factor that is given into the model. CAMC is a method which assumes that each cells pixel represents a unique land cover and it will affect each other around the cell. After that, the model then will be overlaid with the suitability model landscape for settlement of Singkawang City using Spatial Multi Criteria Evaluation SMCE. The result shows the expansion of the settlement area is influenced by physical and development factors in Singkawang city. Finally, an analysis has to be done for the model with the spatial plan of Singkawang City RTRWK Singkawang to see the availability of space for the sustainable development of settlements."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayati Wuskha Zulkarnaini
"Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Kabupaten Bekasi menampilkan beragam program yang tersebar merata di wilayah pesisir dan kawasan industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya CSR yang terfokus pada kebutuhan mendasar masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada wilayah pesisir, program-program CSR disesuaikan dengan tantangan khusus, terutama perlindungan pantai dari abrasi dan banjir rob. Upaya penghijauan melalui penanaman mangrove menjadi bagian penting dalam pelestarian lingkungan pesisir. Selain itu, program CSR juga melibatkan peningkatan aspek ekonomi melalui pelatihan dan infrastruktur dasar. Di kawasan industri, CSR merespons berbagai kebutuhan yang beragam, mulai dari perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan hingga infrastruktur jalan. Namun, dampak implementasi CSR masih belum merata. Lokasi geografis mempengaruhi sejauh mana CSR dapat dirasakan, dengan wilayah yang lebih dekat pusat industri cenderung mendapatkan bantuan CSR yang lebih komprehensif. Meskipun telah memberikan dampak positif pada bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, implementasi CSR masih menghadapi beberapa kendala. Program CSR belum sepenuhnya mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan. Selain itu, implementasi ini belum mempengaruhi secara menyeluruh pola ruang di wilayah-wilayah tersebut. Adanya perbedaan dalam penerimaan dan dampak CSR dipengaruhi oleh lokasi geografis dan tingkat keterlibatan perseroan di wilayah tersebut.

The implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) in Bekasi Regency features a variety of programs spread evenly across coastal areas and industrial areas. This research aims to analyze CSR efforts that focus on the basic needs of local communities. The research results show that in coastal areas, CSR programs are adapted to special challenges, especially coastal protection from abrasion and tidal flooding. Reforestation efforts through planting mangroves are an important part of preserving the coastal environment. Apart from that, the CSR program also involves improving economic aspects through training and basic infrastructure. In industrial areas, CSR responds to a variety of needs, from improving education and health facilities to road infrastructure. However, the impact of CSR implementation is still uneven. Geographic location influences the extent to which CSR can be felt, with areas closer to industrial centers tending to receive more comprehensive CSR assistance. Even though it has had a positive impact on the economic, social and environmental fields, CSR implementation still faces several obstacles. CSR programs have not been able to significantly improve the quality of life of the community. Apart from that, this implementation has not yet completely affected the spatial patterns in these areas. Differences in the acceptance and impact of CSR are influenced by geographic location and the level of company involvement in the region.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyono
"Daerah Aliran Sungai I nk I Jlo HnIn yang bersumber dan Pegwmngan Serayn Selatan path
tahun-tahun belakangan mi terutama pada musim penghujan dirnana curah hujannya cukup linggi,
suing mengalami banjir.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam tulisan mi
aclalah hagaimana huhmgan antara hentnk medan, penggunaari tanah clan ounih hujan terhaclap
banjir di Daerah Aliran Sungai Luk Ulo Hulu path tanggal 11 Oktober 1992?
Yang dimaksud dengan banjir adalah air tergenang yang melebihi debit rata rata, tidak
dibudidayakan dan menipakan bencana yang merugikan penduduk path wilayah yang relatif luas
serta te1genang secara tempnrer atnu pertodik.
Analisa dilakukan dengan metode korelasi peta daii variabel-vaiiabel bentuk medan, curah
hujan dan penggunaan tanah terhadap wilayah banjir. Hasil dan analisa menunjukkan bahwa
penyebab teijadmya banjir di Daerah Aliran Sungai Luk Ulo Hulu tanggal 11 Oktober 1992 adalah:
1. Ranjir terjadi di I emhah Tlepnk pada ketinggian 25 meter di atas permnkaan laut clan path
kerniringan 0 - 2 %, yang melanda desa-desa Logandu, Kalibening, Wonotirto, Kebakaian,
Karangrejo, Karangsambung, Langse dan kaligending. Dimana wilayah mi mempunyai bentuk
medan yang datan yang nierupakan cekungan yang dikelilingi oleli perbukitan. Dilihat daii jaringan
sllngainya wilayah hanjir terdapat path pertemuan alur sungai antarn Sungai I .uk I un, Simgai
Cacaban, Sungai Gebang dan Sungai Wetarang. Disarnping itu badan dan alur Sungai Luk Ulo path
wilayah iiii berkelok-kelok.
2. Berdasarkan kondisi penggunaan tanahnya, path tahun 197 ididominasi oleh jenis penggunaan
tanah hutan, sedang pada tahun 1992 didoniinasi oleh jenis penggimaan tanab sawab. Dengan
deniikian telah tei:jadi perubahan tutupan -vegetasi - dari . tutupan vegetasi lebat menjadi tutupan
vegetasi yang kurang/tidak lebat, yang berarti kualitas penggunaan tanahnya semakin menurun
sehubungan dengan teijadinya banjir. Dengan kondisi penggunaan tanah yang seperti mi jika terjadi
cnrah hujan dengan intensitas tinggi air hujan akan langsung mengalir ke tempat-tempat yang Iehih
rendah karena thya intersepsi dan infiltrasinya sudah menurun, melalui badan-badan sungai dan
akan segera terkumpul path wilayah banjir tersebut di atas.
3. Banjir yang teijadi pada tanggal 11 Oktober 1992, disebabkan pula oleh curah hujan path saat itu
dengaii curah hujan hanan rata-rata path sehirab wilayah penelitian sehesar 97)25 mm atan intensitas
curah hujannya sebesar 19,08 mm/jam, dimana intensitas curah hujan rata-rata pada bulan Oktober
sebesar 4,71 mm/jam.
Dengan demikian kesimpulan yang ditatik dan tulisan mi adalah:
I. Ranjir yang terjadi di I enihah l'lepok path Daerah Aliran Sungai I .uk I Jin I-tutu tanggal 11
Oktober 1992, benlangsung selama kurang lebih 10 jam dengan luas 672,82 Ha.
2. Banjir di Lembah Tiepok terjadi path ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dan path
keniiiingan 0-2 %, dimana wilayah mi mempunyai bentuk medan datar yang merupakan cekungan
yang dikelilingi oleh perbukitan. Sedangkan kcrndisi penggimaan tanah path wilayah penelitian mi
didominasi oleh jenis penggunaan tanah sawah dan berikutnya kebun carnpuran. Path Rilayah.
penelitian ml dengan kondisi fisik seperti di atas, jika teijadi curah hujan dengan intensitas tinggi
seperti path tanggal 11 Oktober 1992, maka air hujan akan mudah mengalir ke tempat-tempat yang
lehih rendah clan air segera terkumpiil terjadilah hanjir di I emhah Tiepok."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Rizky Sulyat
"ABSTRAK
Berjalan kaki (walking) apabila dioptimalkan sebagai basis perencanaan sistem transportasi dapat mendukung terciptanya sistem transportasi berkelanjutan dan merupakan moda transportasi yang paling populis untuk kota negara berkembang seperti Jakarta. Sebagai segmen-segmen jalan penting di kota Jakarta, Jalan M.H Thamrin , Jalan Medan Merdeka Barat, dan Jalan Kebon Sirih menghubungkan berbagai pusat-pusat ekonomi dan bisnis Ibukota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola walkability pada tiga segmen jalan ini dengan melakukan penilaian atribut fisik trotoar dengan mengacu pada Global Walkability Index (GWI), yang terdiri dari tiga komponen Keamanan, Kenyamanan, dan Keselamatan, dan analisis atribut kognitif berupa persepsi para pejalan kaki. Metode analisis yang digunakan dalam ini adalah analisis kualitatif dan deskriptif-spasial. Hasil penelitian menunjukkan segmen MH Thamrin menunjukkan tingkat kelayakan paling tinggi untuk zona perkantoran swasta dan zona komersil. Segmen Medan Merdeka Barat menunjukkan tingkat kelayakan tertinggi untuk zona perkantoran pemerintah. Segmen Kebon Sirih menunjukkan tingkat kelayakan paling rendah untuk zona perkantoran swasta dan zona perkantoran pemerintah. Adapun keterkaitan antara atribut fisik dan kognitif yakni pejalan kaki karena ?keharusan? cenderung berjalan kaki ke zona perkantoran (pemerintah dan swasta) yang memiliki rentang skor tingkat kelayakan tinggi. Sementara itu, pejalan kaki karena ?relaksasi? cenderung berjalan kaki ke zona komersil yang memiliki skor kelayakan trotoar lebih rendah, dan pejalan kaki sebagai ?olahraga/menyehatkan? cenderung berjalan kaki ke zona perkantoran (pemerintah dan swasta) yang memiliki tingkat kelayakan trotoar tinggi.

ABSTRACT
Walking is a type of transportation mode that supports sustainable transportation if optimized properly. For a city in a third world country such as Jakarta, walking can be the most populous mode of transportation. As important street segments in Jakarta, Jalan MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, and Jalan Kebon Sirih Jakarta altogether connect many economic and business centers. This research aims to find out the walkability pattern on these segments. The walkability assessments consist of two types: physical attributes based on Global walkability Index (GWI), consisting of Comfort, Safety, and Security, and cognitive attributes, which focuses on the pedestrian?s perception. The method used in this research is qualitative and spatial-descriptive. The results shows that the pattern of walkability varies. In terms of physical attributes, MH Thamrin segment has the highest score for private office zone and commercial zone. Medan Merdeka Barat segment shows the highest score for government office zone, while Kebon Sirih segment shows the lowest score for private office zone and government office zone. Meanwhile, the correlation between these two attributes (the physical and the cognitive) is as follows: the pedestrians who perceive walking as ?mandatory? tend to walk to the office zones (government office zone and private office zone), the pedestrians who perceive it as a ?relaxation? tend to walk to commercial zone whose score is lower, and the ones who perceives it as a ?sport? tend to walk to the offices zone who have a higher score.
"
2016
S65338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Akbar
"Pelabuhanratu merupakan wilayah pesisir yang strategis untuk berkembang. Haltersebut membuat pemerintah setempat menjadikan Pelabuhanratu sebagai GrowthCenter dari Kabupaten Sukabumi. Berkaitan dengan hal itu, perubahan penggunaanlahan terus terjadi dan dikhawatirkan tidak mendukung keberlanjutan lingkungan.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis bagaimana perubahan penggunaan lahankota Pelabuhanratu sampai dengan tahun 2032. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah Cellular Automata-Markov dengan beberapa faktor yangmendorong terjadinya perubahan penggunaan. Faktor penentu dibuat dengan logikafuzzy dengan beberapa variabel yaitu jarak dari jalan, jarak dari point of interest, jarakdari sungai, jarak dari pantai, wilayah ketinggian, kemiringan dan tutupan lahan. Dataini digunakan sebagai masukan pada Cellular Automata-Markov Chain. Tutupan lahandiambil dari google earth pada tahun 2002, 2010 dan 2017. Hasil prediksi menunjukkanbahwa perubahan tutupan lahan sangat signifikan. Nilai akurasi kappa pada modelmencapai 91. Lahan terbangun berkembang linear pada bagian selatan, menyebarpada bagian utara dan beraglomerasi pada bagian barat.

Pelabuhanratu is a strategic coastal area that matter the local government makePelabuhanratu as a Growth Center of Sukabumi Regency. In this regard, landcoverchanges continue to occur and are feared not to support environmental sustainabilitycaused of growing center. The purpose of this study is to analyze how land use changeof Pelabuhanratu city until 2032. The method used in this research is CellularAutomata Markov in with several factors that encourage the land cover change. Drivingfactor made with fuzzy logic with some variables that is distance from road, distancefrom river, distance from coastline, distance from point of interest, elevation, slope andlandcover. This data is used to create suitability area for built up area as input forCellular Automata Markov tools. Land cover was obtained from google earth in 2002, 2010 and 2017 as the basis of model calculation. The prediction result shows that landuse change in Pelabuhanratu city is very significant with the Kappa Standard level ofaccuracy 91. Built up area has extended from the previous condition that coming fromagricultural area. Built up area growth with linear pattern at south area, spread pattern atnorth area and crowded at west area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriska Fitria Mafliyanti
"ABSTRAK
Kunjungan wisatawan menuju daerah tujuan wisata didasari oleh dua hal, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Salah satu faktor pendorongnya yaitu motivasi. Motivasi memiliki 4 tipe, yaitu fisik, budaya, interpersonal, dan status. Keempat motivasi ini menjadi dasar dalam perbedaan kunjungan wisatawan di tiap-tiap atraksi yang jenis kawasannya berbeda, yaitu homogen dan heterogen. Kawasan homogen dalam penelitian ini yaitu kawasan Candi Prambanan dan kawasan heterogennya yaitu kawasan Keraton Yogyakarta. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuota sampling dan wawancara. Data yang diambil berupa motivasi wisatawan. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data, motivasi di tiap-tiap atraksi pada kawasan yang jenisnya berbeda kemudian menghasilkan perbedaan bentuk pola pergerakan di antara kedua kawasan.

ABSTRACT
Tourist arrival to the tourist destinations is based on two things, the push and pull factors. One of the push factor is tourist motivation. Tourist motivation has 4 types, physical motivation, cultural motivation, interpersonal motivation, and status motivation. These four types of motivation become the basic of the tourist arrival differences in each attraction of different types of areas, such as homogeneous and heterogeneous. The homogeneous area in this research is Candi Prambanan area and the heterogenous area in this research is Keraton Yogyakarta area. To collect the data, this research is used quota sampling along with interview method. The data that is collected is tourist motivation. Based on the data collecting and data analysist, motivation in each of attractions of different type of areas then lead to the difference in forming the tourist travel pattern between the two regions that describe tourist movement. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Rustam Hidayah
"ABSTRAK
Unsur-unsur intrinsik film memiliki pengaruh terhadap pariwisata di suatu wilayah yang menjadi latar belakang dalam film tersebut. Hal ini yang kemudian disebut sebagai film-induced tourism. Bentuk wisata yang terjadi dapat bermacam-macam, termasuk wisata kuliner. Film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang sebagian besar ceritanya mengambil latar belakang tempat di Yogyakarta-pun menarik para wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat yang tergambar dalam film tersebut. Terdapat tiga tempat di Yogyakarta dalam film yang berkaitan dengan wisata kuliner, yaitu; Klinik Kopi, Sellie Coffee dan Sate Klathak Pak Bari. Terjadi peningkatan tingkat kunjungan dan volume penjualan pada lokasi wisata kuliner. Kunjungan wisatawan menyebabkan pengaruh terhadap pola ruang pada loakasi wisata. Dari kunjungan wisatawan menghasilkan pola pemilihan tempat duduk. Volume penjualan dapat meningkatkan harga penjualan pada suatu produk yang disajikan dalam penggalan film Ada Apa Dengan Cinta 2. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk melihat keterkaitan unsur intrinsik terhadap perubahan tingkat kunjungan, pola ruang wisatawan, volume penjualan dan harga penjualan.

ABSTRACT
The intrinsic elements of the film have an impact on tourism in a region that became the background in the film. This would later be called as film induced tourism. The forms of tourism that occur can be varied, including culinary tourism. Ada Apa Dengan Cinta 2 movie that mostly takes place in Yogyakarta attracts tourists to visit places that are shown in the film. There are three places in Yogyakarta that were shown on the film that are related to culinary tourism, namely Klinik Kopi, Sellie Coffee and Sate Klathak Pak Bari. An increase in visitors and the volume of sales is shown on these sites of culinary tourism. Tourists visits give impacts on the spatial pattern at tourist sites. The visits create a pattern in choosing seats. The volume of sales may increase the price of products that were presented in Ada Apa Dengan Cinta 2 movie. Thus, this research is conducted to look at the interconnectedness of the intrinsic elements to changes in number of visitors, spatial patterns of the visitors, volume of sales, and sales prices."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Affan Triaji
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Kota Bogor dimana Pemerintah Kota menargetkan untuk menjadi kota yang ramah bagi pejalan kaki dan mempunyai daya tarik untuk wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas jalur pejalan kaki dan menganalisa kualitasnya terhadap fasilitas primer dan fasilitas sekunder pariwiata. Berdasarkan metode GWI untuk menilai kualitas jalur pejalan kaki memiliki empat indikator yatu: keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan daya tarik. Kualitas jalur pejalan kaki di seputaran Istana Kepresidenan Bogor dan Kebun Raya Bogor memiliki kualitas yang sangat baik. Analisis spasial juga dipakai untuk menjelaskan alasan kualitas jalur pejalan kaki yang baik dan kurang baik secara site dan situation. Kualitas jalur pejalan kaki yang sudah baik dan adanya fasilitas primer berupa objek wisata juga fasilitas sekunder dapat menunjang kegiatan wisata berbasis berjalan kaki di Kota Bogor.

ABSTRACT
This research study was conducted in Bogor City, where the local government intends to shape Bogor into a pedestrian friendly city and thus attract more tourism. The aim of this paper is to identify the quality of pedestrian pavements and analyze whether this aspect supports development of a city walking tour around Bogor Botanical Garden and Bogor Presidential Palace. GWI rsquo s method is used to assess the quality of pedestrian pavements which encompasses four main variables which are safety, security, comfortability, and attractiveness of each segments. The results conclude that pedestrian pavements around the two aforementioned attractions are of very good quality. Spatial analysis is also used to explain the reasons for good and bad quality footpaths with site and situation used as the factors. As a result, the good quality pedestrian pathways connect some tourist attractions which can support a walking tour in Bogor City. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiona Anastasya
"Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat sejalan dengan tingkat kehidupannya. Dalam pengembangan suatu wilayah, energi memiliki peranan yang sangat penting untuk menggerakkan segala aktivitas perekonomian, tidak terkecuali di wilayah pulau-pulau kecil. Dalam RUPTL PLN 2018-2027dituliskan jika saat ini Kepulauan Seribu telah memiliki sistem tenaga listrik eksisting, namun sistem tenaga listrik eksisting perlu ditingkatkan keandalannya, yang salah satu tahapnya yaitu dengan pemanfaatan PLTS. Sebelum diterapkannya energi terbarukan, partisipasi masyarakat nantinya terhadap penggunaan energi terbarukan perlu dikaji karena partisipasi masyarakat merupakan alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dalam penelitian ini yaitu dengan mengkaji willingness to pay rumah tangga di pulau-pulau yang memiliki peruntukan yang berbeda dengan mengkaitkan pengetahuan masyarakat terhadap tenaga surya dan pola konsumsi listriknya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan geografi humanistik sebagai landasannya. Hasil peneltian menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat di pulau dengan fungsi yang berbeda tidak memiliki variasi kedalaman yang beragam dimana pengetahuan masyarakat sebagaian besar hanya mencakup pada mengetahui secara umum terkait ada nya penerapan tenaga surya. Namun rumah tangga yang anggota keluarga nya memiliki mata pencaharian yang lebih banyak interaksi dan akses lebih tinggi dengan lingkungan luar memiliki pengetahuan yang lebih baik. Sedangkan willingness to pay masyarakat dengan jenis rumah tangga dengan homestay dan rumah tangga dengan usaha di pulau peruntukan wisata dan pulau peruntukan pusat pemerintahan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap tenaga surya, melainkan lebih berorientasi pada jumlah konsumsi listrik yang terbilang dalam jumlah yang cukup besar saat ini. Sementara willingness to pay masyarakat pada jenis rumah tangga biasa baik di pulau permukiman, pulau wisata, dan pulau pusat pemerintahan dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap tenaga surya. Masyarakat yang bersedia membayar pada jenis rumah tangga biasa adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik.

Energy is a basic human need that continues to increase in conjuction with their level of life. In developing a region, energy has a very important role to play in all economic activities, so as in the small islands. In the PLN 2018-2027 RUPTL, Its written that currently in Kepulauan Seribu district already has an existing power system, but the existing power system needs to be improved, which one of the steps is by using solar power. Before the implementation of renewable energy, society participation in the use of renewable energy needs to be reviewed because it involves the community to obtain information about the conditions, needs, and attitudes of the local society. Society participation in this research is by assessing willingness to pay on household that live in islands with different function by associating peoples knowledge of solar power with the pattern of electricity consumption. This research is a qualitative study using a humanistic geographical approach as its foundation. The research results show that the peoples knowledge who live on the island with different functions dont have diverse variations on depth level of knowledge where the knowledge of the majority of people only covers knowing in general the existence of solar power. But households whose family members have livelihoods that have more interaction and higher access to the outside environment have better knowledge. Meanwhile, willingness to pay for types of households with homestays and households with businesses both in island as tourism function and island as government centers function are not influenced by knowledge of solar power itself, but rather is oriented to the amount of electricity consumption. On the other side, knowledge affects the willingness to pay for types of households only either in island as settlements function, island as tourism function, and island as government centers function, whereas those who are willing to pay are people who have deeper knowledge."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>