Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idham Sumarto Pratama
"Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan, food conversion ratio, dan kelangsungan hidup juvenil abalon Haliotis asinina yang dipelihara dalam sistem resirkulasi dengan menggunakan biofilter sekam padi dan tanpa biofilter. Penelitian menggunakan juvenil abalon berukuran SL 34,52 ± 2,66 mm. Juvenil abalon diberi pakan Gracilaria dan dipelihara selama 90 hari dalam keranjang yang diapungkan dalam tangki. Padat penebaran yang digunakan, yaitu 200 ind/m2 (D1), 300 ind/m2 (D2), dan 400 ind/m2 (D3).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan biofilter sekam padi memiliki pertumbuhan relatif cangkang (relative growth shell length/RGSL), laju pertumbuhan cangkang (growth rate shell length/GRSL), feeding rate (FR), food conversion ratio (FCR), dan survival rate (SR) yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa penggunaan biofilter. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan padat penebaran terhadap kebutuhan ruang untuk memperoleh pakan pada sistem yang menggunakan biofilter sekam padi.

The effects of different stocking densities on the growth, food conversion ratio and survival rate of three density groups (200 abalones/m2 for D1, 300 abalones/m2 for D2 and 400 abalones/m2 for D3) of the tropical juvenile abalone Haliotis asinina were determined. Three culture trials were conducted in net cages floated in two ton size tank respectively, using 34,52 ± 2,66 mm abalone juveniles, treated for 90 days. Two different types of recirculating aquaculture system (with rice husk media biofilter and without biofilter) were constructed. The animals were fed by sufficient amounts of the red algae, Gracilaria, throughout the experiment.
The results revealed that juveniles reared in system with rice husk media biofilter show higher relative growth shell length (RGSL), growth rate shell length (GRSL), feeding rate (FR), food conversion ratio (FCR), and survival rate (SR) compared to the juveniles reared in system without biofilter. There was density-dependance for space and food for juveniles reared in system with biofilter.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmala Sari Suisa
"Penelitian mengenai keragaman dan prevalensi ektoparasit pada ikan bandeng (Chanos chanos (F.)) di area pertambakan Marunda, Jakarta Utara telah dilakukan pada bulan Januari hingga Maret tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keragaman ektoparasit pada ikan bandeng di area pertambakan Marunda, Jakarta Utara dan nilai prevalensi serta intensitas ektoparasit yang ditemukan. Sampel ikan bandeng yang digunakan berjumlah 60 ekor yang diambil dari 3 stasiun penelitian secara acak. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan pada bagian luar tubuh ikan yaitu operkulum, insang, sisik, dan sirip.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 marga ektoparasit yang teridentifikasi, yang terdiri dari 4 marga dari kelompok protozoa dan 2 marga dari kelompok crustacea. Marga kelompok protozoa, yaitu Chilodonella, Ichthyophthirius, Trichodina, dan Epistylis, dan kelompok crustacea yaitu Lernaea dan Argulus. Nilai prevalensi ektoparasit tertinggi terdapat pada Trichodina sebanyak 35%. Nilai intensitas ektoparasit tertinggi terdapat pada Lernaea dan Chilodonella sebanyak 2 individu parasit per ikan.

Research on varians and prevalence of ectoparasites of milkfish (Chanos chanos (F.)) in brackish water ponds of Marunda, North Jakarta was conducted on Januari and March 2013. The aims of this study was to know varians ectoparasites of milkfish in brackish water ponds of Marunda, North Jakarta and prevalence and also intensity ectoparasites that found. Samples were taken randomly at 3 station with total amount 60 samples of milkfish. Investigation of parasites was conducted at operculum, gills, scales, and fins of fish.
The result showed that 6 genus ectoparasites was identified, consist of 4 genus from protozoan and 2 genus from crustacean. Protozoan are Chilodonella, Ichthyophthirius, Trichodina, dan Epistylis, and crustacean are Lernaea dan Argulus. Ectoparasite with highest prevalence value is Trichodina as 35 %. Ectoparasites with highest intensity value are Lernaea and Chilodonella as 2 individual parasites per fish.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tety Ariska
"Penelitian mengenai struktur komunitas lamun di perairan Muara Binuangeun, Banten, telah dilakukan pada tanggal 6--9 November 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun yang mencakup persentase tutupan, frekuensi, kerapatan, indeks nilai kepentingan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks dominansi pada setiap stasiun di Muara Binuangeun. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis lamun yang diperoleh di Muara Binuangeun sebanyak 3 jenis dari 2 suku. Persentase tutupan lamun di setiap stasiun berkisar antara 28,40--61,60%. Kerapatan lamun di setiap stasiun berkisar antara 637--1655 individu/m2. Jenis Thalassia hemprichii memiliki frekuensi tertinggi berkisar 86,67--100%, sedangkan Halodule uninervis merupakan jenis dengan frekuensi terendah berkisar 6,67--20%. Thalassia hemprichii memiliki indeks nilai kepentingan tertinggi di Muara Binuangeun berkisar 138--300%, sedangkan Halodule uninervis memiliki indeks nilai kepentingan terendah yang berkisar antara 4--12%. Nilai indeks keanekaragaman di Muara Binuangeun tergolong rendah berkisar antara 0--0,73, dengan nilai indeks dominansi yang tergolong tinggi pada stasiun 1 dan 2 (1,00), tergolong sedang pada stasiun 3 (0,53) dan tergolong rendah pada stasiun 4 (0,49). Nilai indeks kemerataan pada stasiun 1 dan 2 yang tergolong rendah (0), serta stasiun 3 (0,63) dan 4 (0,67) yang tergolong tinggi. Secara umum, struktur komunitas lamun pada lokasi penelitian tergolong tidak stabil karena tingkat keanekaragaman dan kemerataan yang rendah serta tingkat dominansi yang tinggi.

Research on community structure of seagrass in waters of Muara Binuangeun, Banten, was conducted on November 6th -- November 9th, 2015. The study aims to determine the community structure of seagrass which includes diversity, cover percentage, frequency, density, importance values, diversity index, evenness index, and dominance index at all of station in Muara Binuangeun. The location of sampling was determined by purposive sampling. The results showed that there are 3 species of seagrass from 2 family in Muara Binuangeun. Percentage seagrass covering in each station ranged from 28,40--61,60%. Seagrass density at each station ranged from 637--1655 individuals/m2. Thalassia hemprichii is the highest frequency (86,67--100%), while Halodule uninervis is the lowest frequency (6,67--20%). Thalassia hemprichii has the highest importance index in Muara Binuangeun (138--300%), while Halodule uninervis has the lowest importance index(4--12%.). The diversity index value in Muara Binuangeun was considered as low (0--0,73), with the dominance index value was high at stations 1 and 2 (1,00), was moderate at station 3 (0,53) and was low in station 4 (0,49). Evenness index values at stations 1 and 2 were considered as low (0), was moderate at station 3 (0,63) and was high at station 4 (0,67). In general, the community structure of seagrass in Muara Binuangeun is unstable because of the diversity and evenness were low, and also dominance were high.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Setiawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S31232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E.V. Inge Bollita Pradiasuri
"ABSTRAK
Penelitian mengenai komunitas alga bentik laut di rataan terumbu P. Semak Daun, Teluk Jakarta telah dilakukan pada bulan Januari 1991 dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kehadirannya dan asosiasi genusnya pada substrat karang di empat lokasi penelitian (Utara, Selatan, Barat, dan Timur). Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda garis transek dan analisis data dilakukan dengan menggunakan tes X2 (Chi-square) asosiasi (Gilbertson dkk. 1985: 210). "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni R. Kamah
"Nyamuk Aedes aegypLi merupakan vektor demam berdarah yang tersebar luas, terutama di perkptaan n Pengendalian populasi larva /le. aegypti dengan menggunakan ikan predator telah lama diketahui. Suatu penelitian deskriptif eksperimental tentang kemampuan makan ikan ApLocheilus panchax (Cypr inodontidae ) j CoLisa Ictlia ( Anaban t idae ), dan Poecilia. r&ticuLctta (Poecilidae) telah dilakukan di laboratorium. Metode pengamatan adalah pengamatan secara langsung, yaitu melihat jumlah larva yang dimangsa/ikan/hari selama 4 hari. Banyaknya ulangan untuk setiap jenis ikan adalah 10 kali. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan kemampuan memangsa larva pada ketiga jenis ikan yang diamati; (2) C. Lalia adalah pemangsa larva yang rakus, diikuti oleh A. panchax, dan terakhir P. reticulata; (3) Pada ikan A. panchax dan P- reticulata terdapat korelasi positif antara rata-rata panjang total tubuh dengan jumlah larva yang dimangsa/ikan/hari"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Prihardhyanto
"ABSTRAK
Situ baru terletak di Kelurahan Sukmajaya Kecamatan Sukmajaya, sedangkan Situ Rawa Besar terletak di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Kedua situ tersebut berada di kota Administratif Depok. Situ Baru dihuni. oleh 7 jenis ikan dan 4 famili dan di dominasi oleh famili Cyprinidae , sedangkan Situ Rawa Besar dihuni oleh 15 jenis ikan dari 10 famili serta didominasi oleh famili. Anabantidae. Untuk mengetahui tingkat kesamaan antara 2 komunitas ikan di atas dihitung indeks Similaritas Stander (SIMI). Pemeriksaan kandungan lambungikan dilakukan dengan metoda frekkuensi kehadiran, data yang didapat dianalisis dengan indeks Similaritas Sorensen. Data tersebut disajikan dalam bentuk matriks dan divisualisasikan ke dalam bentuk diagram dengan analisis kelompok."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Srie Redjeki
"Penelitian tentang pengaruh ablasi mat a uniia^teral dan bila'keral 'telah dilakukan barhadap stadiun juvonil udang Galah (MacrobrachiuMi rosenbergii do Man). Tujuan penoli'tian inx adalah untuk nongotiahui pejrbodaan ponga— ruh ablasi mata unilateral dan bilateral terhadap laju pertumbuhan dan persentase nortalitas stadiun juvenil udang Galah. Metoda penelitian yang dipakai adalah metoda eksperimental, nenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 9 kali. Perlakuan yang diberikan yaitu ablasi mata unilateral (Al) dan bilateral (A2) serta tanpa ablasi mata (TA). Ablasi mata dilakukan dengan memecah bola mata dan memijat keluar seluruh isi bola mata. Parameter yang diukur adalah laju pertumbuh an berdasarkan pertambahan berat rata-rata (gram) dan panjarig rata—rata (cm), serta persentase mortalitas. ^ji Tukey dengan taraf nyata o. ~ 0,05 menunjukkan adanya laju pertumbuhan berat yang berbeda nyata antara ke-3 perlakuan. Sedangkan hasil uji Tukey terhadap laju pertumbuhan panjang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan TA-Al dan TA—A2, serta tidak ada per bedaan nyata antara perlakuan A1-A2. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Ablasi mata pada stadium juvenil udang Galah meningkatkan laju pertumbuhan; (2) Stadium juvenil udang Galah yang diablasi mata bilateral nenunjukkan peningkatan laju pertumbuhan dan persentase nortalitas yang lebih besar dibandingkan dengan udang yang diablasi nata unilateral dan udang yang tanpa ablasi nata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Saraswati
"Penelitiaii ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ransum harian yang efisien yang dibutuhkah untuk riiendukung pertumbuhan optimum udang galah yang diablasi pada stadium juvenil. Sifat penelitiah adalah eksperimehtal, menggunakan metOde raneangan adak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sebagai perlakuan, udang galah yang diablasi diberikan pakan berupa pelet komersial berkadar protein 38% sejumlah 5%, 10%, 15%, 20%, 25% berat badan, dan sebagai kontrOl adalah udang galah yang tidak diablasi dengan pemberian ransum harian sejumlah 5% berat badan. Uji analisis variansi menunjukkan adanya pengaruh tingkat pemberian ransum harian terhadap pertumbuhan relatif, dan efisiensi kOnversi pakan, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan harian. Rata-rata pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada pemberian ransum harian lO% berat badah, kemudian diikuti dengan pemberian ransum 5%, 20%, 15%, kontrol, dan 25%. Uji Tukey menunjukkah antara pemberian ransum 5% dan 10% tidak berbeda nyata. Rata-rata efisiensi konversi pakan yang paling baik diperoleh pada pemberian ransum harian sejumlah 5%, kemudian diikuti dengan kontrol, pemberian ransum 10%, 15%, 20%, dan 25%. Uji Dukey menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara pemberian ransurti hariafi 5% dan 10%"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christiana Retno Sawitri
"Penelitian pengaruh perbedaan jumlah inokulum terhadap pertumbuhan Fuglena sp. dalam 50 ml medium Calvayrac telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologij FMIPA-UI, Depok. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh enam variasi jumlah inokulum, yaitu inokulum 10.000 sel/ml, 50.000 sel/ml, 100.000 sel/ml, 150.000 sel/ml, 200.000 sel/ml, dan 300.000 sel/ml terhadap pertumbuhan Fuglena sp. dan korelasinya. Parameter yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak, kerapatan sel saat peak, dan laju pertumbuhan Fuglena sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak berkisar dari 2,75 hari pada inokulum 300.000 sel/ml sampai 8 hari pada inokulum 10.000 sel/ml. Rerata laju pertumbuhan terkecil (0,780) dicapai oleh inokulum 300.000 sel/ml dan terbesar (0,888) pada inokulum 10.000 sel/ml. Sedangkan rerata kerapatan sel saat peak berkisar dari 1.745.686,75 sampai 1.787.418,75 sel/ml. Hasil analisis variansi satu faktor pada(/= 0,01 menunjukan bahwa, enam variasi jumlah inokulum berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak, namun tidak berpengaruh terhadap kerapatan sel saat peak dan laju pertumbuhan Fuglena sp. Terdapat korelasi negatif antara variasi enam jumlah inokulum dan waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak, serta laju pertumbuhan Euglena sp. Selanjutnya disimpulkan bahwa jumlah inokulum yang efektif dalam hal kerapatan sel awal dan waktu untuk mencapai peak, yaitu kerapatan sel awal relatif se.dikit dengan waktu untuk mencapai peak yang relatif singkat pula adalah inokulum 150.000 sel/ml (4,25 hari)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>