Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisniati Arifah
"Underground economy adalah fakta yang terjadi di seluruh negara di dunia, dan telah menjadi perhatian bagi para peneliti untuk mempelajarinya. Beberapa penelitian terdahulu oleh Wibowo, Sharma (2001), Schneider (2005) dan Panjaitan (2007) telah mengestimasi underground economy di Indonesia dalam kurun waktu penelitian yang berbeda-beda dan menghasilkan estimasi underground economy yang bervariasi.
Penelitian ini berfokus pada estimasi underground economy di Indonesia dan mengukur besarnya tax evasion selama kurun waktu penelitian tahun 1976-2007 dengan menggunakan Currency Demand Method. Hasil dari penelitian ini bahwa estimasi underground economy di Indonesia selama kurun waktu penelitian 1976-2007 rata-rata adalah sebesar 2,85% terhadap GDP dengan estimasi tahun 2007 adalah sebesar 7,24% dari GDP atau sebesar 286 triliun rupiah. Besarnya tas evasion selama masa penelitian adalah sebesar rata-rata 3,19% terhadap total penerimaan pajak dengan estimasi tahun 2007 adalah sebesar 8,65% dari total penerimaan pajak atau sebesar 42,475 triliun rupiah.
Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya, bahwa ketika terjadi shock pada perekonomian, besaran underground economy akan meningkat tajam sebelum akhirnya menurun kembali setelah kondisi perekonomian membaik, yang untuk kasus Indonesia terjadi ketika krisis ekonomi tahun 1998. Hal menarik lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terjadi tren peningkatan yang cukup signifikan pada tas evasion setelah tahun 2000, yaitu setelah dilakukannya reformasi perpajakan.

Underground economy is a fact of life that happened in every country in the world. It had become a major issue for the scientists to studying it. Several previous studies, by Wibowo, Sharma (2001), Schneider (2005) and Panjaitan (2007) had tried to estimated the underground economy di Indonesia in different period of time and had resulted a various size and amount of underground economy in Indonesia.
This study focuses in estimating underground economy di Indonesia and measuring tax evasion over the time period 1976-2007 by using Currency Demand Method. The results demonstrated that the underground economy di Indonesia for the selected time period is averaging 2,85% of the reported GDP with the estimation for 2007 is 7,24% of the reported GDP or 286 billions rupiah. Tax evasion for the selected time period is averaging 3,19% of the total tax revenue with the estimation for 2007 is 8,65% from the total tax revenue or 42,475 billions rupiah.
The results of this study also confirms the previous study, that the size of underground economy will raise enermously during an economic shocks, before retum to normal when the economic conditions is recovered. It happened in Indonesia during Asian crisis in 1998. Another interesting finding is that a significant increasing trend is happened in tax evasion in Indonesia after the year of 2000, which is happened after the major tax reforms.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh pendapatan riil masyarakat (GDP riil), suku bunga, inflasi, nilai tukar rupiah, dan foreign direct invcstment (FDI) terhadap permintaan uang nominal di Indonesia pada periode 2000 - 2008. Data yang digunakan berbentuk triwulan, yang bersumber dari International Financial Statistics (IFS) yang dikeluarkan oleh IMF dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEK1) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Metode estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM) dan uji kointegrasinya dengan prosedur Johansen’s dan Engle-Granger.
Hasil estimasi model permintaan uang di Indonesia selama observasi adalah, daiam model jangka panjang, permintaan uang di Indonesia dipengaruhi oleh pendapatan riil masyarakat dengan koefisien estimasi sebesar 2,282 dan foreign direct investment dengan koefisien estimasi sebesar 0,041. Model jangka pendek, pertumbuhan permintaan uang dipengaruhi oleh pertumbuhan nilai tukar dengan koefisien estimasi 0,26 dan pertumbuhan suku bunga dengan koefisien estimasi 0,016. Speed of adjustment, yaitu seberapa cepat ketidakseimbangan pada periode sebelumnya mengkoreksi pada periode sekarang, sebesar 0,796% atau 11 bulan.

This research aims to know how the effect of the society’s real Gross Domestic Product (GDP), interest rate, inflation, rupiah’s exchange rate, and foreign direct investment (FDI) are toward nominal money demand in Indonesia in the period of 2000-2008. The date of the research is in quarter form and based on International Financial Statistics (IFS) issued by IMF and Economic Statistics and Indonesian Financial (SEKI) issued by Bank Indonesia. Error Correction Model (ECM) is used as the estimation method of the research and Johansen’s and Engle-Granger is as its co-integrated test.
The estimation result of the money demand model in Indonesia during the observation are that in long-term model, money demand in Indonesia was effected by GDP with non linier estimation is 2,282 and foreign direct investment with non linier estimation is 0,041. The growth of the money demand, in short-term model, is influenced by exchange rate growth with the non linear estimation is in 0,26 and the interest rate growth with the non linear estimation is in 0,016. Speed of adjustment is how fast the unbalance in the previous period corrects the nowadays period, in the amount of 0,796% or 11 months.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26465
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rasbin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor speculative bubbles dan nkk premium mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di Indonesia dan kuartal 3 tahun 1998 sampai dengan kuartal 4 tahun 2006 baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada penelitian ini digunakan 3 (tiga) jenis variabel yaitu variabel fundamental yang dapat diobservasi Iangsung, variabel fundamental yang tidak dapat diobservasi Iangsung, dan variabel ekspektasi nilai tukar rupiah di masa depan (untuk mengindikasikan ada tidaknya speculative bubbles). Variabel fundamental yang tidak dapat diobservasi Iangsung meliputi shock to money demandlndonesia dan Amerika Serikat, risk premium, nilai tukar riil, sedangkan variabel fundamental yang dapat diobservasi Iangsung mellputi perbedaan jumlah uang beredar antara Indonesia dan Amerika Serikat dan perbedaan tingkat output antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi prosedur Johansen dan Engle-Granger untuk melihat hubungan jangka panjang dari seluruh variabel dan Error Correction Mode/ (ECM) untuk mengestimasi hubungan jangka pendek, Dengan teknik analisis tersebut dapat dilihat besarnya pengaruh dari variabel speculative bubble dan risk premium terhadap perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang baik variabel speculative bubbles dan rlkk premium mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Sementara itu, dalam jangka pendek tidak terjadi speculative bubbles yang mempengaruhi nilai tukar rupiah, sedangkan variabel risk premium secara statistik tidak signifikan mempengaruhi nilal tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah akan menuju kondisi keseimbangan jangka panjang setelah 5,274 = 5 bulan sejak awal mula tenjadinya perubahan yang terjadi pada variabel speculative bubbles dan 113k premium, Oleh karena itu, dalam rangka penentuan kebijakan untuk menstabilkan nilal tukar rupiah perkembangan variabel speculative bubbles dan risk premium harus menjadi salah satu pertimbangannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T33625
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Ruswita Sari
"Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh keterbukaan sektor keuangan dan faktor lainnya seperti makroekonomi, fundamental perusahaan, dan indikator pasar terhadap likuiditas pasar saham di Indonesia. Penelitian ini mengggunakan sampel 149 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan periode observasi sejak tahun 2005 hingga 2013. Metode estimasi yang digunakan adalah data panel dinamis Arellano-Bond GMM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik keterbukaan sektor keuangan berpengaruh positif terhadap likuiditas pasar saham di Indonesia. Faktor makroekonomi, fundamental perusahaan, dan indikator pasar secara statistik juga terbukti memiliki pengaruh terhadap likuiditas pasar saham di Indonesia. Variabel dummy Krisis AS 2008 secara statistik terbukti menunjukkan adanya perbedaan likuiditas sebelum dan setelah Krisis AS 2008. Implikasi kebijakan dalam upaya peningkatan likuiditas adalah otoritas sektor keuangan dan pemerintah dapat mendorong keterbukaan sektor keuangan melalui peningkatan insentif bersifat agresif dalam meningkatkan jumlah perusahaan tercatat dan investor di Bursa Efek Indonesia, memperkuat fungsi pengawasan pasar saham dan mempertajam fungsi CMP (Crisis Management Protocol), sementara itu, Bank Indonesia diharapkan pula dapat meningkatkan peran serta dalam menjaga stabilitas makroekonomi dalam upaya peningkatan likuiditas pasar saham.

This study investigate the impact of financial openness, macroeconomic variables, company fundamentals, and market indicators on stock market liquidity in Indonesia by using a sample of 149 companies listed on the Indonesia Stock Exchange, with the observation period from 2005 to 2013. Using the Arellano-Bond GMM estimator for the dynamic panel data model, I find that the financial openness has positive impact on stock market liquidity while the macroeconomic variables, the company fundamentals and the market indicators have impact on stock market liquidity as well. Dummy variable of U.S Crisis 2008 shows the differences in liquidity before and after the crisis. The results of this paper could be relevant to the ongoing policy discussion regarding to increase liquidity. The Financial Services Authority and The Government are expected to encourage financial openness, accompanied by considering more incentives for potential companies to be listed on the Indonesia Stock Exchange and more incentives for potential investor, strengthening market supervision as well as enhancing Crisis Management Protocol function. Meanwhile, Bank Indonesia is also expected to improve macroeconomic stability to achieve higher stock market liquidity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Arthameivia Joesoef
"Globalisasi mendorong negara-negara untuk membuka perekonomiannya terhadap perdagangan luar negeri dalam hal arus barang, jasa, modal dan sumber daya manusia. FDI, trade openness, dan kualitas kelembagaan merupakan determinan globalisasi yang memainkan peran penting dalam pembangunan sebuah bangsa. Hal tersebut krusial dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara berkembang. Namun, literatur terdahulu menyediakan hasil yang kompleks dan ambigu mengenai hubungan antara ketiga variabel tersebut dari perspektif pertumbuhan ekonomi. Menggunakan data panel dari 10 negara ASEAN dari tahun 2002 hingga 2019, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara trade openness, FDI, dan kualitas kelembagaan dalam pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga menginkorporasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dalam observasi FDI dan perdagangan internasional. Penelitian ini menekankan pada variabel interaksi antara trade openness, FDI, dan kualitas institusional dalam pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan model fixed effect, trade openness, dan FDI. Sejalan dengan teori ekonomi, hasil penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan trade openness dan FDI memiliki dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ASEAN. Hal yang sama juga terlihat pada hubungan antara kualitas kelembagaan dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, variabel interaksi antara trade openness, FDI dan kualitas institusional berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Apalagi sejak pemberlakuan MEA tahun 2015, trade openness semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun pemberlakuan MEA membuat efek daripada FDI terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi negatif.

Globalisation encourages nations to open their economies to foreign trade in terms of flows of goods, services, capital, and human resources; it becomes the world with no borders. FDI, trade openness, and institutional quality are critical determinants of globalization and significant roles in a nation’s development. They have important roles in enhancing economic growth, especially in developing countries. However, previous literatures have provided complicated and ambiguous results towards the relationship between trade openness, FDI, and institutional quality on economic growth. Using panel data in 10 ASEAN countries during 2002-2019, this study aims to examine the relationship between each trade openness, FDI, and institutional quality on economic growth. Along with the implementation of ASEAN Economic Community 2015 towards trade openness and FDI on economic growth. This study emphasizes on the interaction between trade openness, FDI, and institutional quality on economic growth by conducting the Fixed Effect Model, trade openness and FDI has positive and significant effect on growth of ASEAN growth, higher level of trade openness will increase the economic growth. These results are aligned with the economic theories. Positive and significant results also found in the relationship between institutional quality and economic growth. The main conclusion of this study is that the interaction between trade openness, FDI, and institutional quality has a positively significant relationship to economic growth. Moreover, trade openness since the implementation of AEC 2015 does increase the economic growth but FDI decreases the economic growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosia Setiadi
"Tiongkok dan India merupakan kedua negara dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi di dunia. Kesuksesan kedua negara tersebut dimulai sejak kedua negara tersebut memutuskan untuk melakukan liberalisasi pasar. Namun, kedua negara tersebut memiliki perbedaan dalam kebijakan moneter dan rezim nilai tukarnya, seperti kebijakan moneter Tiongkok yang berbasis Monetary Aggregate Targeting dan rezim nilai tukar tetap, dengan India yang kebijakan moneternya berbasis Inflation Targeting Framework dan rezim nilai tukar mengambang. Untuk melihat komparasi peranan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi dari Tiongkok dan India, penelitian ini menggunakan analisis VAR dan OLS dari tahun 1978 hingga 2020 terhadap pertumbuhan PDB sebagai variabel dependen dan jumlah uang beredar, tingkat inflasi, current account balance, tingkat suku bunga riil, dan policy rate sebagai variabel independen. Hasil yang didapat adalah variabel-variabel kebijakan moneter Tiongkok seperti jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDB Tiongkok, sedangkan variabel-variabel kebijakan moneter India tidak ada yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan PDB India. Hasil dari penelitian ini juga memberikan referensi dan saran bagi Bank Indonesia untuk lebih memperhatikan lagi kontribusi kebijakan moneternya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, lebih meningkatkan kinerja tingkat suku bunga dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih stabil, dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

China and India are two countries with the highest GDP growth rates in the world. The success of the two countries began when the two countries decided to carry out market liberalization. However, the two countries have differences in monetary policy and exchange rate regimes, such as China's monetary policy based on Monetary Aggregate Targeting and a fixed exchange rate regime, with India whose monetary policy is based on the Inflation Targeting Framework and floating exchange rate regime. To compare the role of monetary policy on economic growth from China and India, this study uses VAR and OLS analysis from 1978 to 2020 on GDP growth as the dependent variable and the money supply, inflation rate, current account balance, real interest rates, and policy rate as an independent variable. The results obtained that China's monetary policy variables such as the money supply and interest rates have a significant effect on China's GDP growth, while India's monetary policy variables do not significantly affect India's GDP growth. The results of this study also provide references and suggestions for Bank Indonesia to pay more attention to the contribution of monetary policy to Indonesia's economic growth, further improve the performance of interest rates in promoting more stable Indonesia's economic growth, and become a reference for further research.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syamil Iklil Abdul Barr
"Integrasi keuangan global dan kemajuan teknologi terbukti memperkuat transmisi kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan moneter. Transmisi moneter internasional yang utamanya disalurkan melalui bank lending dan exchange rate channel menjadi semakin krusial untuk dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan moneter. Dalam studi ini, penulis menganalisis signifikansi kedua channel tersebut di negara-negara G20. Selain itu, penulis juga menganalisis spillover kebijakan moneter AS terhadap negara-negara G20. Studi ini menggunakan dataset BIS dan FRED serta menggunakan VAR sebagai metode analisisnya. Selanjutnya, studi ini menemukan bahwa kedua channel tersebut sebagian besar efektif di ekonomi berkembang dan ekonomi maju non-barat, sedangkan tidak efektif di negara-negara barat yang maju, terutama mereka yang telah menerapkan suku bunga rendah untuk jangka waktu yang lama.

Global financial integrations and technology advancements is proven to amplify the transmission of economic policy, including monetary policy. International monetary transmission that is mainly channeled via bank lending and exchange rate channel becoming more crucial to be considered in creating monetary policy. In this paper, author aims to analyze the significance of both channels in the G20. Moreover, author also analyzes the spillover of US monetary policy toward G20 countries. This paper uses BIS and FRED datasets and uses VAR as the method of analysis. Briefly, the study finds that both channels are mostly effective in emerging economies and advanced non-western countries while ineffective in advanced western countries, especially those who already implemented low interest rates for a long period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandji Nadhif Ramadhan
"The primary objective of this study is to investigate the Indonesian LQ45 stock market's reaction to the second US interest rate hike in 2022, as well as the effect of the type of industry (financial or other industries) and the proportion of foreign ownership on the reaction. The event study test revealed that the LQ45 stock market reacted less negatively to the second US interest rate hike in 2022 compared to market expectations, leading to a positive abnormal return during the dates surrounding the event in general, consistent with the findings mentioned and documented in a previous study (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Furthermore, the regression result shows that the negative returns for the financial sector will be lower than for others, thus leading to a less positive abnormal return for the financial sector, which corresponds to the findings of (Jiayi Kang, 2023) who concluded that higher interest rates could lead to higher interest rates in the interest rate market reducing loan demand, and money would also flow from the stock market to the bond market, dealing a huge blow to banking funds. This demonstrates that the type of industry while controlling for foreign ownership levels and debt to equity ratio has significant impact on stock market reaction and provides evidence regarding the performance of the financial industry. Finally, it has been demonstrated that the proportion of foreign ownership does not have any influence on the stock market reaction for all event windows in the length of observation, which is not consistent with the findings of (Jeongsim Kim, 2023).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi reaksi pasar saham LQ45 Indonesia terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022, serta pengaruh jenis industri (industri keuangan atau industri lainnya) dan proporsi kepemilikan asing terhadap reaksi tersebut. Hasil pengujian studi peristiwa menunjukkan bahwa pasar saham LQ45 bereaksi lebih tidak negatif terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengarah pada abnormal return yang positif pada tanggal-tanggal di sekitar peristiwa tersebut secara umum, konsisten dengan temuan yang disebutkan dan didokumentasikan pada penelitian sebelumnya (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Lebih lanjut, hasil regresi menunjukkan bahwa return negatif untuk sektor keuangan akan lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya, sehingga menyebabkan abnormal return yang kurang positif untuk sektor keuangan, yang sesuai dengan temuan (Jiayi Kang, 2023) yang menyimpulkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi di pasar suku bunga yang mengurangi permintaan kredit, dan uang juga akan mengalir dari pasar saham ke pasar obligasi, yang memberikan pukulan besar pada dana perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis industri memiliki dampak yang signifikan terhadap reaksi pasar saham dan memberikan bukti mengenai kinerja industri keuangan. Terakhir, telah telah didemonstrasikan bahwa proporsi kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar saham LQ45 untuk semua rentang waktu pengamatan, yang berarti tidak konsisten dengan temuan (Jeongsim Kim, 2023)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Yusranil Fathi
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak dari krisis global dan bagaimana respon firm level terhadap kebijakan pemerintah mengenai larangan ekspor bahan mentah hasil tambang. Analisis menggunakan metode kuantitatif deskriptif terhadap data panel firm level. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krisis ekonomi berdampak pada penurunan produktivitas perusahaan sebesar 0,69 kali dari produktivitas rata-rata tahunan tanpa terjadinya krisis. Dan produktivitas perusahaan industri pengolahan hasil tambang dalam negeri meningkat sebesar 1,79 kali ketika kebijakan larangan ekspor bahan mentah hasil tambang diberlakukan dibanding produktivitas sebelumnya ketika kebijakan tersebut belum diberlakukan.

ABSTRACT

This thesis aims to analyze the impact of global crisis and how firm level response to the Indonesian government policy concerning export ban of mining`s raw material. The analysis uses descriptive quantitative methods against the panel data of firm level. The results showed that the economic crisis had an impact that resulted to the decreasing of company productivity by 0.69 times the average annual productivity without the occurrence of crisis. And the productivity of the domestic milling industry increased by 1.79 times when the export miner`s export ban policy was enacted compared to previous productivity when the policy had not been enacted."
2018
T54365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Victor M.
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisis pengaruh investasi pemerintah di bidang infrastruktur terhadap investasi swasta domestik (PMDN) di Indonesia. Selain itu pengaruh faktor-faktor lain seperti PDRB, suku bunga, retribusi dan PMA turut diamati dalam penelitian ini.
Analisi pengaruh investasi pemerintah di bidang infrastruktur terhadap investasi swasta domestik (PMDN) di Indonesia menggunakan metode data panel. Data dipergunakan untuk analisis dalam tesis ini adalah data sekunder, yang merupakan kombinasi data cross section dan time series pada tingkat propinsi di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2006. Metode estimasi Random Effect menunjukkan bahwa investasi pemerintah dalam bidang infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi swasta domestik (PMDN) pada tingkat propinsi di seluruh Indonesia. Variabel PDRB dan PMA menunjukkan signifikansi pengaruh terhadap investasi swasta domestik yang bersifat positif, sedangkan suku bunga dan retribusi berpengaruh negatif namun tidak signifikan.

This study attempts to investigate and to analyze the effect of goverment's investment in infrastructure on deomestic private investment in Indonesia. Furthermore, the effects of other factors such as real GDRP, real interest rate, retribution and FDI are also observed in this study.
The analyssisi of public investments's effect in infrastructure on domestic private investment uses the panel data method. Data being used in this study are secondary data , a combination of crosss-section and time series data at the provincial level across Indonesia. Real GDRP and FDI positively and significantly affect the domestic private investment, whereas real interest rate and retribution negatively affect the domestic private investment as expected bu insignificant."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27686
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>