Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Peter Kasenda
"Studi ini mencoba mempelajari pemikiran Soekarno yang dituangkan melalui tulisan-tulisan pada Indonesia Moeda. Soeloeh Indonesia Moeda dan Fikiran Ra_jat, pledoi pembelaan Indonesia merdeka dan risalah Mencapai Indonesia Merdeka yang ditulis oleh Soekarno antara tahun 1926 - 1933. Melalui tulisan-tulisan diatas akan di coba untuk mempelajari gagasan-gagasan Soekarno tentang bagaimana caranya menumbangkan kekuasaan kolonial Hindia Belanda yang telah mencengkram tanah airnya yang begitu indah, kaya dan subur itu. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bukanlah metode kajian eksploratif dan bukan pula sepenuhnya kajian deskriptif dan bukan sekedar kajian eksplanatoris, melainkan sebuah kajian gabungan yang menggunakan baik metode deskriptif maupun eksplanatoris secara bersama-sama.Melalui Machtsvorming dan Machtsaanwending, Soekarno berusaha menggulingkan kekuasaan kolonial Hindia Belanda tetapi usahanya hanya membawa ke balik terali dan ke pengasingan. Dan kekuasaan Kolonial yang ingin dihancurkan Soekarno itu ternyata hanya mampu digulung oleh perang Pasifik yang telah diramalkan oleh Soekarno akan datang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soewarsono
"Skripsi 'Kaum Pergerakan dalam Gerakan Buruh (Persa_toean Pergerakan Kaoem Boeroeh, 1918-1921), merupakan sebuah penelusuran terhadap keterlibatan atau aktivitas beberapa figur pergerakan nasional dalam soal-soal perburuhan, khususnya dalam gerakan buruh, sejalan dengan kondisi tingkat kehidup_an buruh karena pecahnya Penang Dunia Pertama (PD-1). Di antara figur-figur tersebut adalah Sosrokardono, Alimin, Haji Agus Salim, Semaoen, Soerjouranoto, Mas Marco Kertodikromo, dan Tjokroaminoto. Selain dari aktivitas membantu dan mendorong berdirinya berbagai serikat buruh (pekerja), seperti diperlihatkan peran Sosrokardono dalam pembentukan Perserikatan Pegawai Pegadean Boemipoetra (PPPB). Keterlibatan nampak pula dari ak-tivitas membantu aksi pemogokan yang dilancarkan buruh sebagaimana yang dilakukan oleh Semaoen dalam kasus-kasus pemogokan di Semarang sepanjang tahun 1918 hingga 1920, dan Soerjopranoto pada pemogokan buruh industri pula tahun 1920. Bahkan nampaknya ikut pula, pada akhirnya, dalam meletakkan dasar pola dan soal-soal bagi gerakan buruh yang berkembang kemudian. Ini terlihat jelas dengan mengamati proses terbentuknya sebuah pusat organisasi buruh (vakcentraal) yang diusahakan oleh mereka, meniru prestasi yang dicapai kalangan aktivis perburuhan di lingkungan dinas dan perusahaan pemerintah kolonial, yang berhasil membentuk Verbond van Landsdienaren (VVL). Vakcentraal yang disepakati dibentuk oleh kalangan per_gerakan tersebut, Persatoean Pergerakan Kaoem Boeroeh (PPKB), meskipun diusahakan secara keras karena membutuhkan beberapa kali pertemuan, pertemuan Semarang 1918, kongres PPPB ke-III 1919, kongres CSI ke-IV 1919, pertemuan Jogjakarta 1919, ter_nyata tidak berlangsung lama. PPKB hanya mampu bertahan kurang lebih selama satu setengah tahun (Desember 1919 hingga Juni 1921), karena sesudah itu terpecah menjadi dua, PPKB (yang dipertahankan) dan Revolutionnaire Vakcentrale (RV). Suatu pemecahan yang selain bersumber dari adanya rivalitas di antara tokoh-tokoh utama PPKB, nampaknya juga berakar dari perbedaan pemahaman mengenai pola dan soal-soal dalam pergerakan buruh, khususnya dalam kaitannya, dengan gagalnya rencana pemogokan umum PFB sebagai salah satu anggota PPKB."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sjamsiar Issom
"Tesis ini mengkaji tentang Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito sebagai sosok wanita pergerakan Indonesia, sejak Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928 hingga terpilihnya menjadi anggota DPR dan Konstituante berdasarkan hasil Pemilihan Umum yang pertama tahun 1955. Dalam mengkaji sosok Sukaptinah sebagai wanita pergerakan, terungkap bagaimana lingkungan sosialnya mendukung pembentukan kepribadiannya sebagai sosok wanita yang berpikiran maju, peduli terhadap penderitaan kaumnya dan bangsanya, konsisten serta memiliki jiwa kemandirian yang kuat.
Berbagai fakta yang diperoleh dalam penelitian ini, yang diperoleh baik dari sumber tertulis maupun lisan mengungkapkan bahwa berbagai kemajemukan variabel yang mempengaruhi pertumbuhan sosok Sukaptinah sebagai wanita pergerakan. Latar belakang kehidupan keluarga aktivis Muhamadiyah dalam lingkungan tradisional abdi dalem kraton Yogyakarta, dimana wanita lebih banyak berperan dalam wilayah domestik mengurus rumah tangga, berinteraksi dengan pendidikan Barat sekuler yang kontras dengan pendidikan kebangsaan Taman Siswa. Ia mempunyai kedekatan emosional dan kultural yang unik dengan tokoh pembaharu pendidikan, baik pasangan Kyai dan Nyai Dahlan maupun Ki Hajar dan Nyi Hajar Dewantara.
Pada tahun, 1928 sebagai aktivis Jong lslamieien Bond Dames Afdeeling, pemudi Sukaptinah berpartisipasi aktif dalam Kongres Perempuan Indonesia ke-1 tanggal 22 Desember yang kemudian diperingati sebagai Hari Ibu. Sebagai ketua organisasi Istri Indonesia yang independen selama 3 periode pada dekade 1930-an Sukaptinah -yang selanjutnya dikenal sebagai Ny. Sunaryo Mangunpuspito - mempunyai audit yang tidak sedikit dalam meningkatkan kesadaran wanita Indonesia ke arah kehidupan bemasyarakat dan berbangsa menuju Indonesia Raya.
Pada tahun 1938, perjuangan isteri Indonesia agar wanita Indonesia duduk dalam Gemeenteraad (dewan kota) berhasil di Semarang, Surabaya, Cirebon dan Bandung. Salah seorang diantaranya adalah Ny.Sunaryo Mangupuspito di Semarang. Menjelang pecahnya Perang Pasifik, organisasi lsteri Indonesia yang dipimpinnya memprakarsai Rapat Umum bersama beberapa organisasi wanita lainnya di Jakarta dan Semarang melakukan protes terhadap Volksraad karena tidak ada anggota wanita dalam lembaga tersebut. Ia juga mengorganisir organisasi-organisasi wanita untuk mendukung aksi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yang menuntut Indonesia mempunyai parlemen sendiri.
Kongres Perempuan Indonesia ke-4 di Semarang (1941) yang dipimpinnya menghasilkan keputusan yang progresif, seperti mengusulkan kepada Volksraad agar memasukkan Bahasa Indonesia dalam rencana pelajaran sekolah HMS dan AMS, memberi dukungan kepada GAPI atas penolakannya terhadap ordonansi wajib militer (militiedienstplicht) buat bangsa Indonesia, serta mengirim mosi kepada pemerintah kolonial agar hak memilih (actief kiesrecht) anggota dewan haminte juga diberikan kepada wanita Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang, Ny. Sunarjo Mangunpuspito mendampingi Empat Serangkai memimpin kantor bagian Wanita Putera dan menjadi ketua Hujinkai pusat. Dilibatkannya istri pamongpraja dalam aktivita Hujingkai, mengakibatkan para istri pamongpraja tersebut tidak mungkin lagi mengisolir diri di menara gading dan menjaga jarak dengan rakyat kebanyakan seperti pada masa Hindia Belanda. Mereka dituntut harus menyatu dengan masyarakat untuk mengadakan dapur umum, mengorganisir rapat-rapat yang bersifat politis untuk memobilisasi kaum wanita membantu Jepang. Di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Ny, Sunaryo Mangunpuspito bersama dengan Ny. Maria Ulfah Santoso SH., berhasil memperjuangkan terjaminnya kesamaan hak wanita dan pria dalam konstitusi UUD-RI 1945 (pasal 27).
Bagi Ny.Sunaryo Mangunpuspito, perjuangannya membela tanah air untuk lepas dari penjajahan merupakan perwujudan dari ajaran agama Islam dan ia tetap konsisten memperjuangkan perbaikan dan kemajuan kedudukan wanita. Ia tetap aktif dalam Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) disamping menjadi Ketua Umum Muslimat Masyumi.
Karir legislatif Sukaptinah Sunup Mangunpuspito, yang dimulainya sejak menjadi anggota Gemeenteraad Semarang, BPUPKI pada akhir masa pendudukan Jepang, setanjutnya setelah Indonesia merdeka sebagai anggota KNIP dan Badan Pekerja KNIP, anggota DPRS (1950-1955), mencapai puncak dengan terpilihnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan merangkap sebagai anggota Kontituante hasil Pemilu 1955. Meskipun demikian aktivitasnya dalam organisasi wanita tetap ditekuni hingga usia senja dalam memperjuangkan kemajuan wanita dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang dijamin dalam konstitusi."
2000
T11814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library