Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhistira Kurnia
"Latar Belakang: Kondisi MS akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan atrium kiri secara progresif dan menyebabkan remodelling serta dilatasi atrium kiri. Proses ini akan berakhir dengan penurunan komplians dari atrium kiri dan menyebabkan perubahan secara morfologis dan fungsional. Beberapa studi menunjukkan pengukuran Strain atrium kiri pada pasca tindakan balloon mitral valvuloplasty (BMV) menunjukkan perbaikan yang bermakna. Namun belum ada yang menilai hubungan antara perubahan Strain atrium kiri dengan perbaikan kapasitas fungsional pada pasien MS pasca tindakan BMV.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara perubahan Strain atrium kiri dengan perubahan kapasitas fungsional pada pasien MS pasca tindakan BMV.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah studi dengan one group pre-post design. Penelitian ini menggunakan data pemeriksaan ekokardiografi dan data kapasitas fungsional pasien mitral stenosis yang dilakukan tindakan BMV pada Maret 2019 hingga April 2020. Dilakukan pengukuran strain atrium kiri dengan metode speckle tracking echocardiography. Data sebelum dan sesudah BMV dianalisis untuk mencari hubungan variabel terhadap perubahan kapasitas fungsional.
Hasil: Pasca tindakan BMV, terjadi perbaikan signifikan kapasitas fungsional yang ditandai dengan perbaikan median lama latihan (241 (18 – 1080) ke 606 (80 – 1900) detik, p <0.0001) dan perbaikan median nilai VO2max estimasi (18,8 (10,2 – 51,4) ke 33(12,6-83,2) mlO2/kg/menit, p <0.0001). Strain atrium kiri mengalami perubahan signifikan pasca tindakan BMV dari median 8(2-23)% ke 11(4-27)%. Dari uji korelasi didapatkan bahwa pre-MVG (r 0,23, adjusted R2 = 4,9%) berkorelasi terhadap perubahan kapasitas fungsional. Pada analisis bivariat dan multivariat didapatkan bahwa perubahan strain atrium kiri tidak berhubungan dengan perubahan kapasitas fungsional. Nilai pra MVA >1 cm2 (OR 7,37, IK 95% 1,0-54,35; p = 0,05) pra MVG > 10 mmHg (OR 6,6, IK 95% 1,71-25,5; p = 0,006) dan pra mPAP < 25 mmHg (OR 5,96, IK 95% 1,37-25,9; p = 0,017) berkorelasi terhadap perbaikan lama latihan pasca tindakan BMV.
Kesimpulan: Perubahan strain atrium kiri tidak berhubungan dengan perubahan kapasitas fungsional pada pasien MS pasca tindakan BMV.

Background: MS conditions will cause a progressive increase in left atrial pressure, remodelling and left atrial dilatation. This process will end with a decrease of left atrial compliance, causing morphological and functional changes. Several studies have shown that left atrial strain measurements after the BMV procedure showed significant improvement. However, no study has assessed the relationship between changes in left atrial strain and improvements in functional capacity in MS patients after the BMV procedure.
Objectives: This study aimed to evaluate the association between left atrial strain changes and functional capacity changes in MS patients after BMV procedures
Method: This is a one group pre-post design using retrospective data. This study used echocardiographic and functional capacity data of mitral stenosis patients who underwent BMV procedures from March 2019 to April 2020. Left atrial strain was measured using the speckle tracking echocardiography method. Data before and after BMV were analyzed to find the association of variables to changes in functional capacity.
Results: After the BMV procedure, there was a significant improvement in functional capacity as indicated by an improvement in the median length of exercise (241 (18 – 1080) to 606 (80 – 1900) seconds, p <0.0001) and an improvement in the median estimated VO2max value (18.8 (10.2). – 51.4) to 33(12.6-83.2) mlO2/kg/min, p < 0.0001). The left atrial strain underwent a significant change after the BMV procedure from a median of 8(2-23)% to 11(4-27)%. From the correlation test it was found that pre-MVG (r 0.23, adjusted R2 = 4.9%) correlated with changes in functional capacity. In bivariate and multivariate analysis, it was found that changes in left atrial strain were not associated with changes in functional capacity. Pre MVA value >1 cm2 (OR 7.37, CI 95% 1.0-54.35; p = 0.05) pre MVG > 10 mmHg (OR 6.6, CI 95% 1.71-25.5 ; p = 0.006) and pre mPAP < 25 mmHg (OR 5.96, CI 95% 1.37-25.9; p = 0.017) correlated with the improvement in duration of exercise after the BMV action.
Conclusion: Changes in left atrial strain are not associated with changes in functional capacity in MS patients after the BMV procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Praise Jeremiah
"Latar Belakang: Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular dan kematian di seluruh dunia. Polimorfisme gen methylenetetrahydrofolate Reductase (MTHFR) C677T diketahui berhubungan dengan penurunan aktivitas enzim MTHFR yang berujung pada hiperhomosisteinemia sebagai penyebab hipertensi. Polimorfisme tersebut juga berhubungan dengan penurunan afinitas dan pelepasan yang lebih cepat dengan flavin adenine dinucleotide yang merupakan kofaktor enzim MTHFR yang berasal dari riboflavin. Kabupaten Natuna merupakan kabupaten dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara asupan riboflavin dan polimorfisme MTHFR C677T terhadap kejadian hipertensi pada penduduk Kabupaten Natuna.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang analitik menggunakan menggunakan data sekunder berupa hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan food recall yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dietisen pada penduduk dewasa yang tinggal di Kabupaten Natuna pada Juli 2019, serta data primer berupa pemeriksaan genotip MTHFR C677T dari sampel darah yang sudah tersimpan di laboratorium RSJPDHK pada bulan September 2019. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan antara asupan riboflavin dan polimorfisme MTHFR C677T dengan kejadian hipertensi.
Hasil: Terdapat 268 penduduk Natuna yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari seluruh sampel, 128 (45,9%) subjek memiliki hipertensi, 49 (17,5%) memiliki genotip MTHFR 677 mutan (CT+TT), dan 158 (56,4%) subjek memiliki asupan harian riboflavin rendah. Analisis bivariat menemukan bahwa polimorfisme MTHFR C677T berhubungan dengan hipertensi [p=0,001, OR (IK 95%) = 3,387 (1,724–6,654)]. Analisis interaksi menunjukkan bahwa penduduk dengan genotip MTHFR 677 mutan dan asupan riboflavin rendah memiliki hubungan yang bermakna terhadap hipertensi [p<0,001; OR(IK 95%) = 19.320 (4.498–82.980)].
Kesimpulan: Polimorfisme MTHFR C677T berhubungan dengan hipertensi sedangkan asupan riboflavin tidak berhubungan dengan hipertensi. Terdapat hubungan antara asupan riboflavin dan polimorfisme MTHFR C677T dengan kejadian hipertensi pada penduduk Kabupaten Natuna.

Background: Hypertension is major risk factor that contribute to development of cardiovascular disease and death globally. Methylenetetrahydrofolate Reductase (MTHFR) C677T polymorphism is associated with decreased MTHFR enzyme activity that leads to hyperhomocysteinemia resulting in hypertension. MTHFR C677T polymorphism is also associated with lower affinity and faster unbinding of flavin adenine dinucleotide, a riboflavin-derived cofactor for MTHFR enzyme. Natuna district is a district with the highest prevalence of hypertension in Indonesia.
Objective: This study aimed to investigate the association between riboflavin intake in conjunction with MTHFR C677T polymorphism to hypertension on natuna district population.
Method: This is an analytic cross sectional study using secondary data of anamnesis, physical examination, and food recall conducted by healthcare worker and dietician from adult population living in Natuna district in July 2019, and primary data of MTHFR C677T genotyping from blood sample stored in laboratorium in National Cardiovascular Center Harapan Kita (NCCHK) in September 2019. Statistical analysis was conducted to evaluate association between riboflavin intake in conjunction with MTHFR C677T polymorphism with hypertension.
Result: There were 268 Natuna population who met for inclusion and exclusion criterias. Of the whole sample 128 (45,9%) had hypertension, 49 (17,5%) had mutant MTHFR 677 genotype (CT + TT), and 158 (56,4%) had low daily riboflavin intake. Bivariate analysis showed that MTHFR C677T polymorphism was associated with hypertension [p=0.001; OR (CI 95%)= 3.387 (1.724 – 6.654)]. Interaction analysis showed that population with mutant MTHFR 677 genotype and low riboflavin intake had significant association with hypertension [p<0,001; OR (CI 95%) = 19.320 (4.498–82.980)].
Conclusion: MTHFR C677T was associated with hypertension, while riboflavin intake was not. There was association between riboflavin intake in conjunction with MTHFR C677T with hypertension on Natuna district population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library