Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspita Gaharu Nisaa
"Perlindungan kesehatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yakni setiap upaya pembangunan harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat. Untuk mencapainya, pemerintah telah mengupayakan suatu Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKBM. Salah satu bentuk UKBM untuk pekerja sektor informal adalah Pos Upaya Kesehatan Kerja Pos UKK. Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan Pos UKK di wilayah kerja 6 puskesmas Kota Tangerang tahun 2016 mulai dari pembentukan organisasi, kegiatan pembinaan oleh puskesmas, hingga pemberian pelayanan kesehatan oleh kader. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa untuk mendorong aktifnya penyelenggaraan Pos UKK diperlukan membentuk kerjasama yang kuat dengan lintas sektor terkait, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanggung jawab program Pos UKK serta kader, dan pengelolaan sumber keuangan.

Health protection and effort to improve public health has been regulated in Law Number 36 year 2009 on Health, that every effort should pay attention to the development of public health, and is the responsibility of both government and society. To achieve that, the government has sought an Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKBM. One form of UKBM for informal sector workers is Pos Upaya Kesehatan Kerja Pos UKK. This study focus on the implementation of Pos UKK in the workplace of 6 Health Centers Tangerang City in 2016, ranging from the establishment of the organization, develompment activities, to the provision of occupational health services by the cadres.the results of this study suggest that to encourage active implementation of Pos UKK needed to form strong alliances with across relevant sectors, increase skills and knowledge of the person incharge and cadres of Pos UKK, and management of financial resources."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhandi Mulia
"Berdasarkan hasil kajian literatur, aktivitas hauling, loading, dan dumping merupakan aktivitas berisiko tinggi di pertambangan (Kecojevic dan Radomsky, 2004; MSHA, 2018). Pada tahun 2015 sampai 2018, di PT. XYZ telah terjadi beberapa kecelakaan pada aktivitas tersebut, sehingga menyebabkan fataliti. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian risiko mendalam terkait tiga kegiatan tersebut di PT. XYZ. Kajian risiko dilakukan dengan metode failure modes and effects analysis (FMEA). Ditemukan 71 mode kegagalan potensial di PT. XYZ, terdiri dari 7 temuan tahap persiapan, 18 temuan proses pemuatan, 35 temuan proses pengangkutan, dan 11 temuan proses pembongkaran. Dari 71 mode kegagalan, 25% mode kegagalannya memiliki tingkat risiko sangat tinggi, seperti kerusakan ban dumptruck akibat batu tajam, kegagalan fungsi rem, ban bocor saat berjalan, unit loader menabrak batu besar ketika manuver, unit loader terkena pentalan batu dan mengenai kabin ketika pengisian, ban unit loader mengalami sayatan besar akibat ceceran batu tajam, unit dumptruck terperosok di permukaan labil, kendaraan ringan terjatuh saat berjalan di tebing. Oleh karena itu, perlu dilakuan peningkatan perawatan pada unit alat berat, lingkungan kerja aman, dan peningkatan kompetensi operator.

Loading, hauling, and dumping activities are high risk acitivities in mining, based on the literatur review (Kecojevic dan Radomsky, 2004; MSHA, 2018). During the period of 2015 to 2018, there were several accidents related to loading, hauling, and dumping activities that causing fatalities at PT. XYZ. Therefore, detail risk assessment need to be performed of these three activities at PT. XYZ. The failure modes and effects analysis (FMEA) method was used in this study. 71 potential failure modes were identified, consist of 7 failure modes at preparation step, 18 failure modes at loading process, 35 failure modes at the hauling process, and 11 failure modes at the dumping process. About 25% of the 71 potential failure modes were very high risk level. They were dumptruck tire failure due to scattered sharp stones, brake failure while operating dumptruck, tire damage while operating, loader unit crahsed with big stones while maneuvering, loader cabin hit by hanging stones while loading, scratched tire of the loader unit due to scattered sharp stones, the dumptruck caught in the labile surface, and light vehicle fell down from benches. As recommendation, it is important to strengthen maintenance of heavy equipment, improve safe environment, and increase operator competence."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Kesumaningtyas
"Di Indonesia masih banyak terdapat usaha informal yang belum memilliki akses mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Permasalahan program kesehatan kerja seringkali terjadi dikarenakan pergantian dokter puskesmas, kurangnya pengetahuan dari petugas dan kader kesehatan kerja. Di Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung terdapat empat puskesmas yang menjadi percontohan program upaya kesehatan kerja dimana sudah diberikan pelatihan kepada dokter dan pemegang program tentang kesehatan kerja serta sudah pernah dilakukan bimbingan teknis serta monitoring. Akan tetapi, program upaya kesehatan kerja di puskesmas belum berjalan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kendala apa saja yang ada dalam implementasi program upaya kesehatan kerja pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan fungsi manajemen menggunakan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran, Kepala Seksi Kesehatan Khusus dan Matra, Kepala Puskesmas, Pemegang program dan perwakilan dari sasaran. Hasil dari penelitian ini yaitu program upaya kesehatan kerja belum menjadi prioritas dikarenakan bukan merupakan program pokok di puskesmas namun ada juga yang mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan antara program prioritas dan program pengembangan. Masih kurangnya pengetahuan, jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam program upaya kesehatan kerja. Dari segi anggaran, program upaya kesehatnan kerja memiliki alokasi anggaran baik sehingga program upaya kesehatan kerja masih terintegrasi dengan program kesehatan lain.
Selain itu, program upaya kesehatan kerja juga tidak didukung oleh peralatan yang memadai serta tidak ada rencana kerja. Dan juga keterlibatan sasaran yang kurang aktif serta kondisi lingkungan yang tidak mendukung dari sisi keamanan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa program upaya kesehatan kerja di Kabupaten Pesawaran belum menjadi prioritas dikarenakan masuk kedalam program pengembangan dan belum diukung adanya sumber daya manusia yang memadai, tidak ada alokasi anggaran, tidak ada peralatan serta rencana kerja, keterlibatan masyarakat masih kurang aktif serta lingkungan yang kurang mendukung.
Oleh karena itu, program upaya kesehatan kerja perlu dimasukkan dalam rencana kerja baik itu di dinas kesehatan dan puskesmas. serta adanya alokasi anggaran untuk program serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dan juga peralatan yang menunjang program serta di butuhkan kerjasama lintas sektor untuk lebih memaksimalkan implementasi program upaya kesehatan kerja di puskesmas.

In indonesia there are still many informal businesses who have not have access occupational health services. Occupational health problems program often occurred due to the doctor puskesmas, the lack of knowledge of officers and kader occupational health. In Pesawaran District, there are the four be pilot programs health effort work where already provided training to medical doctors and holder programme about occupational health and is has been done technical training and monitoring.But, program health effort work at puskesmas not run. This study aims to identify the constraints all that is for the implementation of program health effort work in the planning stages, the implementation and also evaluating.
This research qualitative by using function management uses the method in-depth interviews and review of documentation. Informants in this research was head of district health pesawaran, head of specific health and matra, the head of puskesmas, holders the program and representatives of the target. The result of this research namely the program health effort work had not been priority because not is a program basic puskesmas but some are suggested that there is no difference between priority programs and development program. There is a lack of knowledge, the number of human resources involved in the program health effort work. On the budgeting side, program efforts kesehatnan work are budget allocation good and the health effort work still integrated with other health program.
In addition, health effort program work also are not supported by proper equipment and had no work plan. And also the involvement of a target that is less active as well as environmental conditions that not in favor of security side. This research concluded that the program working health effort in kabupaten pesawaran had not been a priority because entered into a program to develop and has not diukung the presence of human resources sufficient, there was no budget allocation, there is no equipment and the work plan, the involvement of the community is still less active as well as the environment less supportive.
In addition, health effort program work also are not supported by proper equipment and had no work plan. And also the involvement of a target that is less active as well as environmental conditions that not in favor of security side. This research concluded that the program working health effort in kabupaten pesawaran had not been a priority because entered into a program to develop and has not diukung the presence of human resources sufficient, there was no budget allocation, there is no equipment and the work plan, the involvement of the community is still less active as well as the environment less supportive. Hence, health effort program work will need to be included in the work plan whether it is in health department and public health center. And the existence of the budget allocation for the program as well as improving the quality of human resources and also that support equipment of the program and need cooperation cross-sectors to be more maximize the implementation of health effort program work in public health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Dina Elisabet
"Diesel particulate matter baik fine maupun ultrafine particulate berkontribusi terhadap pajanan personal harian pekerja. Pajanan diesel particulate matter dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang dapat mengganggu kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut antara lain menyebabkan perubahan glukosa, HbA1c dan lipid. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan menganalisis pajanan diesel particulate matter yang dikaitkan dengan peningkatan HbA1c dalam darah. Sampel penelitian adalah petugas uji mekanis berjumlah 18 orang dan 13 petugas administrasi di Unit Pengelola Pengujian Kendaraan Bermotor Cilincing dan 18 kelompok pembanding. Adapun variable penelitian adalah pajanan diesel particulate matter, kadar HbA1c, usia, Indeks Masa Tubuh (IMT), lama kerja, dan kebiasaan merokok. Pengukuran pajanan particulate matter menggunakan pompa Leland legacy dan Sioutas cascade impactor dan perhitungan konsentrasi pajanan menggunakan metode gravimetric. Penimbangan filter debu hasil sampling menggunakan alat Neraca Mikro Mettler Toledo. Pengukuran kadar HbA1c dalam darah bekerja sama dengan Laboratorium Kesehatan. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat dan berkorelasi positif antara konsentrasi pajanan personal PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 dan PM0.25 dengan tingkat kadar HbA1c dalam darah.

Diesel particulate matter both fine and ultrafine particulate contribute to daily personal exposure of workers. Exposure to diesel particulate matter in the short term and in the long term can disrupt health. These health problems include changes in glucose, HbA1c and lipids. This study is an analytical study that aims to analyze the exposure of diesel particulate matter associated with increased HbA1c in the blood. The samples were mechanical test officer totaling 18 people and 13 administrative officers in Cilincing Motor Vehicle Testing Unit and 18 comparison groups. The research variables are diesel particulate matter exposure, HbA1c level, age, body mass index (BMI), length of service, and smoking habit. Measurement of particulate matter exposure using Leland legacy and Sioutas cascade impactor pumps and calculation of exposure concentration using gravimetric method. Weighing of sampling dust filter using Mettler Toledo Micro Balance tool. Measurements of HbA1c levels in the blood work in conjunction with the Health Laboratory. The results showed a strong and positively correlated relationship between the personal exposure concentrations of PM10, PM2.5, PM1, PM0.5 and PM0.25 with levels of HbA1c in the blood."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Ramadhani
"Pajanan diesel partikulat (DPM PM0.25) dapat menyebabkan gangguan sistem saluran pernapasan dan keluhan kesehatan terhadap pekerja, namun belum banyak penelitian dilakukan di Indonesia mengenai hal tersebut padahal IARC telah mengkategorikannya sebagai senyawa karsinogenik. Analisis pajanan dan hubungannya terhadap keluhan gangguan pernapasan subjektif dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit terhadap pekerja. Penelitian dilakukan terhadap petugas penguji kendaraan di UP PKB Cilincing sebanyak 24 orang melalui pengukuran pajanan personal DPM PM0.25 dan Black Carbon (BC) (20 orang) dan wawancara (24 orang). Konsentrasi pajanan BC personal berkisar antara 12,05 μg/m,3 sampai dengan 84,87 μg/m3. Keluhan yang dialami petugas penguji kendaraan adalah bersin dan hidung tersumbat (masing-masing sebanyak 50%), sakit tenggorokan dan batuk kering (masing-masing sebesar 41.7%), sesak nafas (20.8%), batuk berdahak (33.3%), nafas bunyi (mengi) (12.5%) dan sakit dada (8.3%) . Diduga BC bukan merupakan satu-satunya pemicu dan bukan penyebab langsung dalam kejadian keluhan gangguan penapasan subjektif.

Diesel particulate exposure (DPM PM0.25) may cause respiratory system disease and health complaints to the worker. Limited research found about this subject in Indonesia, yet IARC has categorized it as a carcinogenic compound. Analysis of exposure and its relation to respiratory health complaints as one of the prevention of disease in the workplace. The research was conducted on 24 mechanics at UP PKB Cilincing through the measurement of personal exposure DPM PM0.25 and Black Carbon (BC) (20 people) and interview (24 people). The concentration of BC personal exposure ranged from 12.05 μg / m3 to 84.87 μg / m3. The common complaints experienced by mechanics were sneezing and nasal congestion (50% each), sore throat and dry cough (41.7% respectively), dyspnea (20.8%), wet cough (33.3%), wheezing (mengi) (12.5%) dan chest pain (8.3%) . Allegedly BC is not the only factor and act not as the direct cause in the incidence of subjective respiratory health complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Amin Arigo Saci
"Pola hidup kurang aktifitas fisik, dan stress banyak dialami oleh pegawai perkantoran yang umumnya melakukan aktifitas mulai dari pagi hari hingga sore hari, bahkan sampai malam hari jika ada tugas tambahan.Kondisi ini tentu akan berdampak pada kesehatannya antara lain bisa memicu terjadinya Sindrom Metabolik (SM). Konsekuensi selanjutnya berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit degenaritf. Akibat nya secara keseluruhandapat membuat perusahaan menjadi rugi. Menurut ILO diperkirakan kerugian yang dialami perusahaan sebagai dampak penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja setiap tahun lebih dari US$ 2,8 triliun atau sekitar 4% dari produk domestic bruto. Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi ancaman yang sangat serius. Pada tahun 2008 World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa ada 57 Juta kematian terjadi di dunia, sebanyak dua pertiganya atau setara lebih kurang 36 juta disebabkan oleh PTM. Dalam menghadapi permasalahan kesehatan global, WHO membuat sebuah landasan dalam kerangka berpikir yang telah di adopsi oleh banyak negara yaitu Piagam Ottawa. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat peranan promosi kesehatan di tempat kerja dalam mencegah SM pada karyawan di PT Angkasa Pura Kargo (APK) Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan design Rapid Assist Procedure (RAP). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang yang terdiri dari 5 informan utama dan 2 informan kunci. Dalam proses penelitian ini pengolahan dan analisis data dimulai dengan mendokumentasikan hasil wawancara dan catatan lapangan yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan pada aspek health policy belum ada kebijakan yang secara khusus mengenai SM, dari aspek supportif environment yang terbagi menjadi fisik yang ditinjau dari fasilitas dan nonfisik berupa budaya kerja, secara lingkungan fisik PT APK telah menyediakan fasilitas sarana lingkungan kerja yang kondusif supaya pekerja dapat nyaman dalam melakukan pekerjaan nya dan sarana olahraga untuk melakukan aktifitas fisik, sedangkan aspek lingkungan nonfisik yakni budaya khusus untuk mencegah SM belum ada, meskipun demikian perusahaan telah membuat upaya budaya sehat dengan membuat media informasi ditiap meja agara karyawan mebiasakan posisi duduk yang ergonomi. Dari aspek community action yang terdiri dari internal dan eksternal. Secara internal telah ada kegiatan penggerakan aksi masa dalam upaya pencegahan SM yaitu olahraga bulutangkis. Namun bersifat sukarela. Aspek personal skill untuk mencegah SM ditempat kerja belum ada, karena informan tidak mngetahui SM. Namun, informan mempunyai cara yang berbeda dalam meningkatan nya, ada yang lewat media onlin dll. Dan aspek terakhir yaitu aspek reorient health menunjukan hasil bahwa perusahaan belum mempunyai klinik khusus. Meskipun begitu, terdapat upaya kesehatan yang diberikan induk perusahaan, yaitu dengan penyediaan klinik Sentra Medika sebagai fasilitas kesehatan pertama. Kesimpulan Berdasarkan kajian mengenai peranan promosi kesehatan ditempat kerja dalam mencegah SM pada karyawan PT APK Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang 2019 aspek yang paling mendekati pemenuhan nya adalah aspek supportive environment secara fisik. Hal ini dapat terlihat dari perusahaan yang telah menyediakan sarana olaharaga untuk dimanfaatkan dan lingkungan kerja yang kondusif untuk melakukan kegiatan bekerja.

Lifestyle less physical activity, and stress experienced by many office employees who generally carry out activities ranging from morning to evening, even at night if there are additional tasks. This condition will certainly have an impact on his health, among others, can trigger the Metabolic Syndrome (SM). Subsequent consequences have the potential to cause degenerative disease. The overall consequence can make the company a loss. ILO (International Labour Organization) (2013) the estimated losses suffered by companies as a result of occupational diseases and work accidents every year are more than US $ 2.8 trillion or around 4% of gross domestic product. Currently Non-Communicable Diseases (NCD) pose a very serious threat. In 2008 the World Health Organization (WHO) revealed that there were 57 million deaths occurred in the world, as many as two-thirds or equal to approximately 36 million caused by NCD. In dealing with global health problems, WHO is making a foundation in the mindset adopted by many countries, the Ottawa Charter. In this study, researchers wanted to see the role of health promotion in the workplace in preventing SM in employees at PT Angkasa Pura Cargo (APK) Soekarno Hatta International Airport, Tangerang in 2019. This study used a qualitative method with the design of Rapid Assist Procedure (RAP). Data collection is done by in-depth interviews, observations, and document review. There are 7 informants in this study consisting of 5 main informants and 2 key informants. In this research process data processing and analysis begins by documenting the results of interviews and field notes obtained during the study. The results showed that in the health policy aspect there was no specific policy regarding SM, from the aspect of supportive environment which was divided into physical in terms of facilities and non-physical form of work culture, PT APK has provided a conducive working environment in the physical environment so that workers can comfortable doing his work and sports facilities to do physical activities, while nonphysical environmental aspects namely special culture to prevent SM not yet exist, however the company has made a healthy cultural effort by making information media on each desk so that employees are accustomed to sitting in an ergonomic position. From the aspect of community action consisting of internal and external. Internally there have been mass mobilization activities in the prevention of SM, namely badminton. But it is voluntary. Personal skill aspect to prevent SM in the workplace does not yet exist, because the informant does not know SM. However, the informants have different ways to improve it, some through online media, etc. And the last aspect is the reorientation health aspect shows the results that the company does not have a special clinic. Even so, there is a health effort provided by the parent company, namely by providing the Sentra Medika clinic as the first health facility. Conclusion Based on a study of the role of health promotion in the workplace in preventing SM in the employees of PT APK of Soekarno Hatta International Airport Tangerang in 2019, the aspect that most closely meets its aspects is the physical supportive environment. This can be seen from companies that have provided sports facilities to be utilized and a work environment conducive to conducting work activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Rinaldi Ardiansyah
"Perancah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu pekerjaan konstruksi, Pekerjaan perancah berkontribusi pada munculnya faktor risiko gangguan otot tulang rangka akibat kerja (gotrak) atau musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko terjadinya gotrak pekerja perancah di PT X. Jenis penelitian adalah potong lintang dengan responden karyawan di PT X sebanyak 156 karyawan. Penilaian faktor risiko ergonomi di tempat kerja dilakukan dengan pendekatan penilaian tingkat risiko pekerjaan dan keluhan subjektif pekerja. Responden memberikan informasi karakteristik individu, risiko ergonomi menggunakan metode (Rapid Entire Body Assessment atau REBA) dengan hasil yang mencapai nilai tinggi dan sangat tinggi. Tingkat risiko ergonomi menunjukkan 66,23% responden termasuk kategori risiko tinggi dan 33,77 % responden termasuk kategori risiko rendah. Analisis keluhan gotrak pada pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map menghasilkan 3 keluhan tertinggi yaitu leher bahu dan tangan/pergelangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya Gotrak pekerja perancah di PT X pada gotrak 12 bulan yaitu usia ≥ 30 tahun OR 1,91(95% CI 1,37-3,25), masa kerja ≥ 10 tahun OR 2,42(95% CI 1,39-4,19), Jenis Pekerjaan perancah OR 8,77() (95% CI 3,93-19,55) dan Skor REBA tinggi OR 2,81 (95% CI 1,39-5,67). Sedangkan faktor risiko gotrak yang menyebabkan absen 12 bulan terakhir adalah usia ≥ 30 tahun OR 1.32 (95% CI 1.18-1.76), masa kerja ≥ 10 tahun OR 1.65 (95% CI 1.03-2.65), jenis pekerjaan perancah OR 10,98(95% CI 4,26-28,26), skor REBA tinggi 2,53(1,78-3,00), demands at work tinggi OR 1.65 (95% CI 1.02-2.51), work organization and job contents tinggi OR1.44 (95% CI 1.28-2.93), untuk faktor risiko 7 hari terakhir yaitu jenis pekerjaan perancah OR 2,79(95% CI 1,28-6,07), health and wellbeing rendah OR 1.43 (95% CI 1.09-1.84).

Scaffolding is an inseparable part of a construction work. Scaffolding work contributes to the emergence of risk factors for skeletal muscle disorders due to work (gotrak) or musculoskeletal disorders (MSDs). The purpose of this study was to analyze the risk factors for the occurrence of scaffolding at PT X. This type of research was crosssectional with 156 employees as respondents at PT X. Ergonomics risk factor assessment in the workplace is carried out with an approach to assessing the level of occupational risk and subjective complaints of workers. Respondents provided information on individual characteristics, ergonomic risks using the method (Rapid Entire Body Assessment or REBA) with the results achieving high and very high scores. The level of ergonomics risk shows that 66.23% of respondents are in the high risk category and 33.77% of the respondents are in the low risk category. The analysis of cough complaints on workers using the Nordic Body Map questionnaire resulted in the 3 highest complaints, namely neck, shoulders and hands/wrist. This study shows that the risk factors for the occurrence of Gotrak scaffold workers at PT X at 12 months old are age 30 years OR 1.91 (95% CI 1.37-3.25), working period 10 years OR 2.42 (95 % CI 1.39-4.19), awkward posture OR 6.24 (95% CI 2.40-16.21). While the risk factors for gotrak that caused the absence of the last 12 months are age 30 years OR 1.32 (95% CI 1.18-1.76), years of service ≥ 10 years OR 1.65 (95% CI 1.03-2.65), type of work OR 10.98 (95% CI 4.26- 28.26), REBA score 2.53 (1.78-3.00), demands at work OR 1.65 (95% CI 1.02-2.51), work organization and job contents OR1.44 (95% CI 1.28-2.93, for risk factors for the last 7 days, namely type of work OR 2.79 (95% CI 1.28-6.07), health and wellbeingOR 1.43 (95% CI 1.09-1.84)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library