Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Rondhi
"Melalui studi tentang mobilitas penduduk akan dapat diketahui pola tingkah laku mobilitas serta konsekuensinya (Hornby, 1980; Hugo, 1981; Abustam, 1989:1). Perlu diketahui bahwa perpindahan penduduk yang dimulai sejak beberapa tahun lalu telah mengakibatkan heteroginitas penduduk di beberapa wilayah di Indonesia (Mantra, 1984). Konsekuensi dari perpindahan penduduk tersebut di samping tidak meratanya distribusi penduduk di berbagai daerah juga berakibat pada bidang ekonomi maupun social. Dengan demikian mobilitas penduduk penting bukan hanya karena masalah tersebut merupakan penyebab utama variasi pertumbuhan penduduk antar wilayah di Indonesia, tetapi juga karena peran pengaruhnya di dalam perubahan social dan ekonomi di wilayah tempat penduduk yang bersangkutan (Hugo, 1987, Bandiyono, 1991)).
Oleh karena itu pula maka Pemerintah Indonesia telah mengatur mobilitas penduduk tersebut melalui berbagai program dan kebijaksanaan yang nyata dalam upaya memadukan antara distribusi populasi dengan sumber daya lingkungan misalnya dalam program transmigrasi. Sejak awal tahun 1970, pemerintah Indonesia juga telah memusatkan sebagian besar program pembangunannya di Irian Jaya. Dengan bantuan internasional, Pemerintah Indonesia telah memusatkan pada peningkatan infrastruktur dan komunikasi, perluasan pelayanan kesehatan dan pendidikan, peningkatan pertanian terutama melalui program transmigrasi. Meskipun demikian usaha pemerintah tersehut hanya merangsang pertumbuhan ekonomi yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi propinsi yang lain bahkan juga dengan tetangganya yaitu Papua New Guinea (Manning, 1999).
Harapan bagi penanam modal swasta di bidang industri tidak terpenuhi, dan kegiatan ekspor di bidang perikanan dan perkayuan juga pengaruhnya terbatas pada pendapatan dan kesejahteraan regional (Manning, 1909). Distribusi perubahan ekonomi dan manfaatnya juga tidak merata dalam pengertian geografis maupun sosial antara penduduk asli dan para pendatang. Kota-kota di bagian utara dan daerah pedalaman di sekitarnya, karena lancarnya hubungan dengan Jawa maupun Sulawesi - mengalami peningkatan perdagangan.
Peningkatan pendapatan yang disebabkan oleh investasi yang cukup besar di bidang infrastruktur dan pembangunan pertanian khususnya di daerah transmigrasi juga cukup bisa dirasakan. Akan tetapi hambatan sistem ekonomi dan keadaan alam telah membatasi menyebarnya pengaruh perkembanggan ekonomi di utara terhadap wilayah di daerah selatan dan dataran tinggi. Sebagian penduduk asli Irian Jaya masih hidup dengan pertanian subsistensi, berburu, dan memelihara binatang ternak. Hasil kegiatan pertanian penduduk asli di wilayah itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Yuniarto
"ABSTRAK
Ketahanan energi nasional merupakan aspek penting di dalam kelangsumgan
pembangunan nasional. Ketergantungan terhadap energi fosil yang
ketersediaannya semakin berkurang telah menyebabkan peningkatan harga bahan
bakar minyak. Nuklir merupakan pilihan alternatif sumber energi listrik yang
dapat dipertimbangkan dalam konteks bauran energi. Studi pemilihan tapak PLTN
di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1990-an di Jepara. Pada tahun 2010, studi
awal tapak PLTN dilakukan di Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di Bangka
Barat dan Bangka Selatan. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
konstruksi PLTN adalah adanya dampak radiologi terhadap masyarakat akibat
potensi lepasan material radioaktif ke atmosfer melalui cerobong. Dalam kajian
radiologi lepasan zat radioaktif ke lingkungan dari suatu instalasi nuklir, pola
sebaran polutan merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Penelitian
ini mengkaji pengaruh tinggi lepasan efektif dan jumlah sumber lepasan terhadap
pola sebaran zat radioaktif. Dari hasil perhitungan, dispersi zat radioaktif pada tiap
lokasi tapak (Bangka Barat dan Bangka Selatan) memiliki pola yang berbeda.
Pola sebaran zat radioaktif pada masing-masing tapak dipengaruhi oleh frekuensi
distribusi arah dan kecepatan angin. Distribusi spasial zat radioaktif untuk variasi
ketinggian lepasan (40, 60 dan 80 meter) pada lokasi tapak yang sama memiliki
kecenderungan yang sama, namun tinggi lepasan yang lebih rendah menghasilkan
konsentrasi maksimum zat radioaktif yang lebih tinggi. Konsentrasi zat radioaktif
di udara baik di Bangka Barat maupun Bangka Selatan jauh di bawah baku tingkat
radioaktivitas yang ditetapkan oleh badan pengawas. Semakin banyak jumlah
sumber lepasan menyebabkan dosis individual yang diterima oleh representative
person semakin besar. Selain dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi zat radioaktif
di udara, besarnya dosis individual juga dipengaruhi oleh perilaku (habit) dari
representative person. Pada kajian ini, representative person di Bangka Barat dan
Bangka Selatan adalah anak-anak yang tinggal dan bersekolah di dekat tapak serta
memakan produk lokal dengan dosis maksimum 3,40 μSv/tahun dan 6,29
μSv/tahun. Pembatas dosis untuk lepasan atmosferik zat radioaktif ditentukan 0,08
mSv/tahun yang diturunkan dari nilai batas dosis anggota masyarakat dan
pembatas dosis anggota masyarakat yang ditetapkan oleh BAPETEN serta
mempertimbangkan kontribusi kegiatan pada tapak yang berpotensi memberikan
dosis radiologi dan lepasan akuatik zat radioaktif. Berdasarkan pembatas dosis
lepasan atmosferik yang ditetapkan, perhitungan batas lepasan atmosferik
dilakukan untuk pedoman operasional fasilitas PLTN sebagai bentuk optimisasi
proteksi dan keselamatan radiasi.

ABSTRACT
National energy sustainability is an important aspect in the continuity of national
development. Dependency on fossil energy which is getting smaller in its
availability has led to an increasing of fuel prices. Nuclear energy is an alternative
source of electricity that can be considered in the context of energy mix. Study on
site selection of nuclear power plant in Indonesia has been started since 1990 in
Jepara. In 2010, initial studies on nuclear power plant sites conducted in the
province of Bangka Belitung, especially in the West and South Bangka. One of
considered aspect in the construction of nuclear power plants is the radiological
impacts on the community due to the potential discharges of radioactive material
to the atmosphere through the reactor stack. When determination on radiological
impact of radioactive material into the environment, the distribution pattern of the
pollutants is an important factor that should be considered. This study examines
the effect of effective release height and the number of discharge sources on the
radioactive materials distribution. Based on calculation results, dispersion of
radioactive materials at each site (West Bangka and South Bangka) have a
different pattern. The dispersion pattern of radioactive materials in each site is
influenced by the frequency distribution of wind direction and speed. Spatial
distribution of radioactive materials for variable of release height (40, 60 and 80
meters) on the same site has same tendency, but lower release height causes
higher maximum concentration of radioactive materials. Air concentration in the
West Bangka and South Bangka are below radioactivity standard level determined
by the regulatory body. Number of sources contribute to individual doses received
by the representative person. In addition influenced by air concentration of
radioactive materials, individual dose is also influenced by habit of representative
person. In this study, representative person in the West Bangka and South Bangka
are children who live and school near the site and consuming local products with a
maximum dose of 3.40 μSv/year and 6.29 μSv/year. Dose constraint for
atmospheric releases of radioactive materials is specified of 0.08 mSv/year
derived from dose limit and dose constraint for members of the public set by
regulatory body and consider public activities at the site that could potentially
contribute to radiological doses and aquatic releases of radioactive materials.
Based on this dose constraint, calculation of discharge limit is performed as a
operational guidance for nuclear power facility and a form of optimization on
radiation protection and safety."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library