Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retnowati Suryo
"Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi serta individu di dalam organisasi. Dengan mengetahui profil gaya kepemimpinan para manajer di rumah sakit diharapkan dapat dijadikan asupan dalam pemecahan masalah interpersonal, konsultasi karier dan pelatihan, pembentukan kinerja, serta tujuan organisasional lainnya.
Penelitian dilakukan di rumah sakit Kanker Dharmais dengan 40 responden yang terdiri dari 24 orang manajer laki-laki dan 18 orang manajer perempuan berusia 29 tahun - 55 tahun berasal dari ketiga fungsi unit yaitu Pelayanan Medis dan Penelitian, Penunjang Medis dan Pendidikan, Umum dan Keuangan dengan tingkat jabatan Manajer Menengah dan Manajer Bawah. Latar belakang pendidikan dari responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu Medis dan Non Medis. Sebagai alat pengumpulan data digunakan tes baku dan tes manajemen yang digunakan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yaitu "Edward's Personal Preference Schedule" (EPPS) dan "Management Style Diagnostic Test" (MSDT).
Berdasarkan analisa bivariat diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, fungsi unit serta tingkatan jabatan para manajer tersebut dengan gaya kepemimpinannya baik yang dominan, supporting maupun sintesis . Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara tingkatan jabatan dengan gaya suportif (p value 0,0418). Berdasarkan analisa multivariat diketahui bahwa 60% dari responden yang diteliti ternyata memiliki gaya birokrat (bureaucrat). Gaya ini merupakan gaya sintesis sebagai adaptasi gaya kepemimpinan individual manajernya dengan gaya yang dibutuhkan oleh organisasi.
Sisanya memiliki gaya "developer" 20%, gaya "deserter" 12,5% dan "missionary" 7,5%. Keempat gaya kepemimpinan tersebut merupakan gaya yang tidak berorientasi pada tugas dimana skor "Task Oriented" lebih kecil daripada 2 (TO < 2). Munculnya keempat gaya tersebut di RSKD membuktikan bahwa gaya kepemimpinan lebih dipengaruhi oleh situasi pekerjaan daripada karakteristik personal manajer. Besarnya peran Pemerintah dalam pengelolaan RSKD mengurangi fungsi Yayasan "Dharmais" serta tidak berkembangnya karakteristik individual yang positif terhadap kemajuan RSKD.
Dalam mengantisipasi globalisasi di tahun mendatang, sebaiknya RSKD berorientasi pada tugas dengan mengembangkan gaya "benevolent autocrat" yang sudah ada sebagai gaya individual sebagian manajer RSKD. Caranya ialah dengan memperjelas uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang jabatan struktural dan fungsional, meningkatkan koordinasi kinerja, serta memperbesar pendelegasian wewenang untuk pekerjaan yang rutin. Mengurangi campur tangan Perintah dengan membuat ketentuan mengenai hak, tanggung jawab dan wewenang Yayasan "Dharmais" dalam pengelolaan RSKD serta merealisir program rumah sakit swadana.
Berdasarkan analisa kualitatif diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan kebutuhan antara manajer perempuan dengan manajer laki-laki. Kebutuhan yang menonjol pada responden pada saat ini adalah kebutuhan "achievement" untuk kelompok kebutuhan Tiga Serangkai Manajemen, kebutuhan "autonomy" pada kelompok kebutuhan Pimpinan - Bawahan, kebutuhan "exhibition" pada kelompok kebutuhan Penentu Antar Pribadi, kebutuhan "Order" untuk kelompok kebutuhan Faktor-faktor Tugas. Supaya kita dapat meningkatkan kemampuan dan koordinasi para manajer, maka harus memahami gaya kepemimpinan serta kebutuhan-kebutuhan psikologis mereka.

Analysis Of Middle And Lower Manager Leadership Style At The "DHARMAIS" Cancer HospitalLeadership style is a form of procedure used by a leader to achieve the objectives of the organization and the individuals within that organization. Knowing the profile of the leadership style, hospital managers are expected to use it as a reference to solve interpersonal problems, for career consultation and training, the establishment of the work ethics, or other organizational issues.
The research was conducted at the "Dharmais" Cancer Hospital using 40 respondents which consist of 24 male and 18 female middle and lower level managers, age 29-55 years, coming from the three functional units namely, Medical Service and Research, Medical Support and Education, General and Finance. Their academic background is divided into 2 groups : medic and non-medic. For the data gathering instrument, the research employs the standard test and the management test used by the Faculty of Psychology of the University of Indonesia, namely the Edward's Personal Preference Schedule (EPPS) and the Management Style Diagnostic Test (MSDT).
Based on the bivariate analysis there is no relation between age, sex, background education, functional units and the level of managerial position of the respondents with a dominant, supporting or synthetic leadership style . There is a statistical significant relation between the manager's level of position and the supporting style (p value = 0,0418). Based on the multivariate analysis 60% of the respondents have the bureaucratic style. This style belongs to the synthetic style as an adaptation of the manager's individual style with the style needed by the organization. The rest have a developer style (20%), the deserter style (12,5%) and the missionary (7,5%). -These four leadership styles- are not task oriented where the Task Oriented score is smaller than 2 (TO < 2).
The emergence of these four styles at the Dharmais Cancer Hospital (RSKD) shows that the leadership style is more influenced by the work situation rather then the personal characteristics of the manager. The extent of the government?s role in the management of the RSKD limits the function of the Dharmais Foundation and puts restraint on a positive characteristics of the individual towards the advancement of the hospital. To anticipate globalization impacts in the near future, it is advisable that the RSKD focuses it self on the task of developing the already existing "benevolent autocratic" style as a personal style for some of the present RSKD managers. This could be done by providing a more distinct and detailed job description, responsibilities and authority for structural and functional positions, along with the enhanced coordination of performance and more delegation of authority for routine tasks. There should also be an effort to increase the Foundation's autonomy by limiting the government?s intervention by more explicit rules and regulations on the rights and responsibilities of the Dharmais Foundation in managing the RSKD and put into realization the program for self-funding hospital.
Based on the qualitative analysis, there is no difference in needs between female and male managers. The prevailing concern of the respondent in the fulfillment of the achievement need from the Triad Management Needs groups , the need for autonomy of the Boss-Subordinate group, the need for exhibition in the Interpersonal Determinant needs group, and the need for order in the Task Factors need group. To enhance the ability and the coordinator of the managers, one must understand their leadership style and their psychological needs."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdinand
"Pandemi COVID-19 telah menyebabkan efek psikologis terhadap tenaga kesehatan, mereka mengalami peningkatan beban kerja/jam kerja serta kekurangan APD. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menilai efek psikologis Pandemi COVID-19 pada tenaga kesehatan di RSUD Ahmad Yani Kota Metro, Lampung. Populasi penelitian adalah dokter, bidan dan perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada periode April-Mei 2022. Penilaian menggunakan kuisioner GAD-7, PSS-10, dan Work-Family Balance untuk menilai efek psikologis. Hasil penelitian mendapatkan bahwa tenaga kesehatan dengan masa kerja yang lama, usia yang dewasa dan sudah memiliki anak cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah, namun tidak terdapat hubungan antara masa kerja, usia dan keberadaan anak dengan tingkat kecemasan dan keseimbangan pekerjaan-keluarga. Hasil lainnya adalah terdapat hubungan antara status pekerjaan dan tingkat stres, namun tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, status pekerjaan dan pekerjaan dengan tingkat kecemasan, tingkat stres dan keseimbangan pekerjaan-keluarga. Tidak terdapat perbedaan efek psikologis tenaga kesehatan berdasarkan unit kerja dan perbedaan profesi antara dokter dan perawat. Kesimpulan pada penelitian ini terdapat efek psikologis Pandemi COVID-19 dalam berbagai tingkatan pada tenaga kesehatan di RSUD Ahmad Yani Kota Metro, Lampung. Rekomendasi yang disampaikan adalah perlu strategi penanggulangan untuk mengatasi permasalahan psikologis menggunakan model HCPS dengan dukungan dari manajemen, termasuk penyiapan persyaratan diantaranya ketersediaan tim psikologi.

The COVID-19 pandemic has caused psychological effects health workers, they have increase in workload or working hours and lack of Personal Protective Equipment. This study aims to identify and assess the psychological effects of the COVID-19 pandemic on health workers at Ahmad Yani Hospital, Metro, Lampung and population are doctors, midwives and nurses. This study is a quantitative with a cross sectional study design and was conducted in April-May 2022. The assessment used the GAD-7, PSS-10, and Work-Family Balance questionnaires to assess psychological effects. The results found that health workers with long tenure, mature age and children have lower stress levels, but there is no relationship between tenure, age and having children with anxiety levels and work-family balance. Another result, there is a relationship between work status and stress levels, but there is no relationship between gender, work status and work with anxiety levels, stress levels and work-family balance. There are no differences in the psychological effects of health workers based on work units and differences in professions. The conclusion is there are psychological effects of COVID-19 pandemic at various levels on health workers at Ahmad Yani Hospital, Metro, Lampung. Recommendation submitted is prevention strategy needs to overcome psychological problems using the HCPS model with support from management, including the preparation of requirements such as availability of psychology team."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Inayah
"ABSTRAK
Penerapan asuhan keperawatan di rawat jalan rumah sakit umum saat ini belum optimal. Masalah yang ditemukan di rawat jalan adalah klien belum mampu merawat diri, belum puas terhadap asuhan keperawatan, dan belum mendapatkan informasi tentang perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh implementasi model asuhan keperawatan rawat jalan Inayah (AKRJI) terhadap perawatan diri dan kepuasan klien di rawat jalan rumah sakit umum. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metoda quasi eksperimen dan analisis Uji-T Paired, Uji-T Unpaired, analisis regresi linier ganda dan R Square untuk menilai Kesesuaian Fit Model. Penelitian ini dilakukan di Rawat Jalan Rumah Sakit Umum. Intervensi dilakukan pada 9 perawat pelaksana di rawat jalan medikal bedah yang dilatih menggunakan model AKRJI, setelah itu perawat tersebut melaksanakannya pada 1000 klien rawat jalan. Sampel penelitian ini 2000 klien untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi rawat jalan medikal bedah.
Hasil penelitian memperlihatkan kenaikan kemampuan perawatan diri dan kepuasan secara bermakna pada klien intervensi yang menunjukkan lebih tinggi hasilnya dibandingkan kelompok kontrol. Faktor yang paling berpengaruh adalah pelaksanaan Model AKRJI. Kesesuaian model AKRJI fit menjelaskan model yang dapat meningkatkan perawatan diri dan kepuasan klien. Saran Model AKRJI dapat dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rawat jalan rumah sakit umum.

ABSTRACT
Application of nursing care in outpatient general hospital currently not optimal. Problems were found in outpatient client is not able to care for themselves, not satisfied with the nursing care, and no information about self care. This study aimed to identify the effect of implementasion Inayah outpatient nursing care models (IONC) to self care and satisfaction in outpatient general hospital. This study uses the quantitative method with quasi-experimental and analysis T Test, multiple linear regression analysis and R Square to assess the suitability Fit Model. This research was conducted at the Outpatient General Hospital. Interventions conducted on 9 nurses in medical-surgical outpatient, who trained using IONC model, after which the nurse implement at 1000 outpatient clients. The research sample is 2000 clients for the control group and the intervention group outpatient medical-surgical.
The results showed the increase in the ability of self care and satisfaction significantly in the intervention showed a higher result than the control group. The most influential factor is the implementation of the IONC Model. IONC fit fitness model describes a model that can improve self care and satisfaction. Suggestions the IONC Model can be carried out on an outpatient nursing care in general hospitals.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Handiyani
"Insiden cedera tertusuk jarum suntik CJS pada mahasiswa keperawatan masih tinggi. Penelitian ini bertujuan menghasilkan Model Pembelajaran berbasis Keselamatan MPbK untuk membentuk perilaku mencegah CJS mahasiswa keperawatan di wahana praktik. Desain penelitian ini adalah quasi experimental pre and post-test with control group. Penelitian terdiri dari dua tahapan yaitu penyusunan dan pengujian MPbK. Penyusunan MPbK dilakukan berdasarkan hasil systematic review dan focus group discussion pada 10 pembimbing klinik. Pengujian MPbK dilakukan pada 165 mahasiswa praktik profesi keperawatan dengan membandingkan perubahan pengetahuan, sikap, dan intensi perilaku. Responden dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu 26 mahasiswa mendapatkan MPbK 1 intervensi individu reedukasi pengingat harian, intervensi kelompok, dan organisasi ; 72 mahasiswa mendapat MPbK 2 intervensi individu reedukasi dan organisasi , 31 mahasiswa mendapat MPbK 3 intervensi kelompok dan organisasi , dan 36 mahasiswa tanpa intervensi. Intervensi individu meliputi reedukasi dan pengingat harian pencegahan CJS melalui pesan singkat teks dan video. Intervensi kelompok meliputi pengingat dan contoh peran dari pembimbing klinik yang telah dilatih pencegahan CJS. Intervensi organisasi meliputi kontrak program keselamatan dan penyediaan fasilitas penunjang pencegahan CJS. Penelitian tahap 1 menghasilkan MPbK yang diuji pada penelitian tahap 2. Hasil uji GLM-RM pada penelitian tahap 2 didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap mencegah CJS dapat ditingkatkan secara signifikan menggunakan MPbK 1, 2, dan 3 p

Needle Stick Injury NSI incident in nursing student is constantly high. This research aimed to develop Safety based Learning Models MPbK in Indonesia to shape preventive behaviors of NSI among nursing students during clinical practices. Quasi experimental pre and post test design with control group was employed in this study. The study comprised two stages MPbK development and testing stages. The during the first stage, systematic reviews and a focus group discussion with 10 clinical instructors were conducted to generate MPbK. While, the testing stage was performed to measure the changes in students rsquo knowledge, attitudes, and intention before and after the implementation of MPbK. A sample of 165 nursing professional program students was selected for the second stage, dividing into 4 main groups 26 students participated in MPbK1 individual, group, and organizational interventions , 72 students participated in MPbK2 individual and organizational interventions , 31 students participated in MPbK3 group and organizational interventions , and 36 students received no interventions. Individual interventions comprised re education and daily reminders through short message and video. Group interventions included role model clinical instructors whereas organizational interventions were safety programs contract between the university and hospitals, along with the provision of appropriate infrastructure and facilities to promote safety. Results of GLM RM analysis demonstrated the use of MPbK1, 2, and 3 significantly increased the knowledge and atitudes of students p 0,001 , the intention of student behavior to prevent NSI can be increased, but not yet significan p 0,110 0,993 . NSI incidents can be reduced using MPbK1 zero incident . The study suggested nursing educational institutions, hospitals and nursing professional organizations to use MPbK as a reference to develop policies of NSI prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
D2258
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muliyadi
"Keselamatan dan kepuasan pasien merupakan indikator kualitas pelayanan belum terpenuhi secara optimal. Model budaya belajar perawat membentuk perawat kompeten dalam penerapan sasaran keselamatan pasien. Penelitian bertujuan mengidentifikasi budaya belajar tentang keselamatan pasien, mengembangkan model budaya belajar perawat dan mengidentifikasi pengaruhnya terhadap kompetensi perawat, keselamatan dan kepuasan pasien. Desain operasional riset, tahap pertama kualitatif fenomenologi dengan sembilan partisipan, tahap kedua pengembangan model, dan tahap ketiga desain quasi eksperiment pre-post test design with control group dengan 139 responden perawat dan 240 responden pasien.
Hasil penelitian tahap pertama didapat sembilan tema yaitu arti keselamatan, persiapan penerapan, fokus keselamatan, implemetasi, masalah, tahapan budaya belajar, aktivitas pembelajaran dan dukungan pengembangan budaya belajar. Tahap kedua diperoleh model budaya belajar "SAYA perawat" tentang sasaran keselamatan pasien dengan komponen, perawat; Sistem dukungan, aktivitas pembelajaran dan tahapan budaya belajar. Tahap ketiga model budaya belajar "SAYA Perawat" tentang sasaran keselamatan pasien berpengaruh secara bermakna terhadap kompetensi perawat dalam penerapan sasaran keselamatan pasien (p 0,0001), keselamatan (p 0,0001) dan kepuasan pasien (p 0,0001). Terdapat hubungan bermakna kompetensi perawat dalam penerapan keselamatan pasien dengan keselamatan (p 0,0001) dan kepuasan pasien (p 0,0001). Model budaya belajar ini agar dapat diimplementasikan di ruang perawatan untuk memenuhi keselamatan dan kepuasan pasien.

Safety and patient satisfaction which are indicators of quality cannot be optimaly fulfilled. Learning culture models about patient safety form nurses competent in the application of patient safety. This study aims to identify nurses learning culture about patient safety, develop a model of nurse learning culture and identify its affect on nurses competency, patient safety and satisfaction. The research design used operational research, the first phase used qualitative phenomenology with nine participants, the second stage is the development of the model, and the third stage is the quasi experimental design pre-post test design with control group with 139 nurses and 240 patient respondents.
The results of the first phase of research obtained nine themes, namely the meaning of safety, preparation for application, focus on safety, implementation, problems, stages of learning culture, learning activities and support for the development of a learning culture. The second stage was obtained learning culture models "SAYA Nurses" about patient safety goals is fit and valid there have components, nurses as the subject of development; support systems, learning activities and the learning culture stage . The third stage of the learning culture model "SAYA Nurses about patient safety goals has a significant effect on nurses' competence (p 0,0001), patient safety (p 0,0001) and satisfaction (p 0,0001). There is a significant relationship between nurses' competence with patient safety (p 0,0001) and satisfaction (p 0,0001). The learning culture models to be implemented in the ward to safety and satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
D2659
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Afriani
"Aktivitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit masih belum sesuai dengan ruang lingkup keperawatan dan amanah undang-undang keperawatan. Perawat banyak melakukan aktivitas diluar tugas dan kewenangannya sehingga beban kerja perawat dan asuhan yang terlewatkan meningkat. Hal ini juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Model ini dikembangkan melalui tahapan yaitu penelitian kualitatif deskriptif, observasi aktivitas perawat dan derivasi dari teori keperawatan yaitu teori Human Need dari Virginia Henderson teori Goal Attainment dari Imogene King dan teori Aktivitas dari Yurjo Engestrom. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model Alokasi Aktivitas Perawat (AAP) terhadap beban kerja, asuhan yang terlewatkan dan kepuasan pasien. Desain yang digunakan adalah Pra-Eksperimen (Pra-Experiment Design) tanpa control group dengan tiga kali pengukuran yaitu sebelum intervensi, setelah 1 bulan dan pengukuran 2 bulan setelah intervensi. Responden yang terlibat dalam penelitian terdiri dari 48 perawat pada dua ruangan intervensi. Pengukuran juga dilakukan pada pasien sejumlah 257 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model AAP diterapkan melalui asuhan keperawatan dan berpengaruh secara signifikan terhadap beban kerja (p-value 0,009), asuhan yang terlewatkan (p-value 0,001) dan kepuasan pasien (p-value 0,035). Model AAP mampu menurunkan beban kerja dari 66,89 menjadi 62,75 dari nilai tertinggi 100 (turun 6,2%), mampu menurunkan asuhan yang terlewatkan dari 25,56 menjadi 21,88 dari nilai tertinggi 100 (turun 14,4%) dan mampu meningkatkan kepuasan pasien dari 77,99 menjadi 82,60 dari nilai tertinggi 100 (naik 6%). Model ini disarankan untuk digunakan pada pelayanan keperawatan terutama di rumah sakit dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

The nurse's activities in providing nursing care in the hospital are still not in accordance with the scope of nursing and the mandate of nursing law. Nurses do a lot of activities outside of their duties and authorities so that the workload of nurses and overlooked care increases. It also affects patient and family satisfaction. This study aims to test the effect of the Nurse Activity Allocation model on workload, missed care and patient satisfaction. The design used is a quasi-experiment without control with three measurements, namely before the intervention, after 1 month and measurement 2 months after the intervention. The respondents involved in the study consisted of 48 nurses in two intervention rooms. Measurements were also taken on 257 patients. The results showed that the AAP model can be applied through nursing care and has a significant effect on workload (p-value 0.009), missed care (p-value 0.001) and patient satisfaction (p-value 0.035). The AAP model was able to reduce the workload score from 66.89 to 62.75 (down 6,2%), was able to reduce missed care from 25.56 to 21.88 (down 14,4%) and was able to increase patient satisfaction from 77.99 to 82.60 ( up 6%) from the highest score 100. This model is recommended to be used in nursing services, especially in hospitals in an effort to improve the quality of nursing care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Ungsianik
"Remunerasi yang adil dan proporsional sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja perawat. Sistem remunerasi ini juga perlu didukung oleh sistem informasi yang handal. Tujuan dari penelitian adalah dihasilkannya Sistem Informasi Remunerasi Adil dan Proporsional untuk Perawat Indonesia (SI RAPPI) yang dapat diaplikasikan di rumah sakit dan efektifitasnya terhadap kepuasan kerja perawat. Penelitian ini menerapkan metodologi Design Science Research (DSR). Responden yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 280 perawat, yang terdiri dari 140 perawat pada kelompok intervensi dan 140 perawat pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kepuasan kerja secara umum (p < 0.001), kepuasan kompensasi non finansial (p < 0.001), dan kepuasan kompensasi finansial (p < 0.001) perawat. SI RAPPI merupakan faktor yang paling memengaruhi kepuasan kerja secara umum, kepuasan kompensasi non finansial, dan kepuasan kompensasi finansial perawat. SI RAPPI direkomendasikan untuk digunakan di rumah sakit dalam upaya meningkatkan kinerja perawat dan kualitas pelayanan keperawatan.

Fair and proportional remuneration is needed to improve nurse performance. The remuneration system also needs to be supported by a compatible information system. This research aimed to develop an Information System of Fair and Proportional Remuneration for Indonesian Nurses (SI RAPPI) that can be implemented in hospitals and its effectiveness on nurse job satisfaction. This study applied the Design Science Research (DSR) methodology. Respondents involved in this study were 280 nurses, consisting of 140 nurses in the intervention group and 140 nurses in the control group. The results showed a significant increase in general job satisfaction (p < 0.001), non-financial compensation satisfaction (p < 0.001), and financial compensation satisfaction (p < 0.001) of hospital nurses. SI RAPPI is the factor that most influences nurses' general job satisfaction, satisfaction of non-financial compensation, and satisfaction of financial compensation. SI RAPPI is recommended to be implemented in hospitals in order to improve nurse performance and quality of nursing services."
2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widaningsih
"Pengukuran kinerja perawat dalam sistem layanan kesehatan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatkan kualitas dan citra keperawatan. Ruang perawatan intensif sebagai bagian dari layanan kesehatan yang memiliki karakteristik ruang perawatan berbeda dengan unit lainnya, hingga saat ini belum memiliki instrumen untuk mengukur kinerja perawat pelaksana. Tujuan penelitian terwujudnya instrumen pengukuran kinerja perawat pelaksana ruang perawatan intensif rumah sakit di Indonesia. Penelitian menggunakan desain research and development, dengan jumlah responden sebanyak 722 perawat pelaksana yang ditentukan dengan teknik total sampling. Penilaian kinerja perawat pelaksana diperoleh melalui penilaian diri sendiri, atasan, dan sejawat. Hasil penelitian berdasarkan uji pakar didapatkan nilai Content Validity Index 0.78 untuk keterwakilan, dan 0.70 untuk kejelasan. Nilai validitas dan reliabilitas instrumen berdasarkan uji Alpha-Cronbach untuk penilaian diri sendiri antara 0.25-0.56, dengan reliabilitas 0.86, untuk penilaian pimpinan diperoleh nilai antara 0.73-0.93, dengan realibilitas 0.95, dan penilaian sejawat nilainya antara 0.52-0.83 dengan reliabilitas 0.97. Hasil uji Goodness of Fit menyatakan model fit dengan data, ditunjukkan dengan nilai RMSEA (≤005) untuk evaluasi diri 0.045, atasan 0.05, dan sejawat 0.075. Selanjutnya, hasil penghitungan koefisien loading factor untuk penilaian diri sendiri diperoleh 14 butir pernyataan valid (> 0.5), sedangkan atasan dan sejawat hanya 7 butir pernyataan yang valid. Hasil tersebut menunjukkan semua butir valid mengukur satu hal yang sama, yaitu kinerja perawat pelaksana. Simpulan penelitian bahwa instrumen yang telah dikembangkan dan diberi nama Instrumen WIDA (Work performance Instrument of intensive care nurses Direct Assessment) ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja perawat pelaksana di ruang perawatan intensif rumah sakit. Rekomendasi ditujukan kepada Direktorat Keperawatan Kementrian Kesehatan, instrumen WIDA dapat digunakan sebagai alat pengukur kinerja perawat di ruang intensif berbagai rumah sakit di Indonesia.

The assessment of nursing work performance in health care system may influence the improvement of quality and image of nursing working performance. Intensive care unit has specific service that differs from general and other unit in the hospital, and yet has not had a nursing work performance tool to measure their staff within the unit. The purpose of this study was to establish a Nursing Work Performance assessment tool in Intensive Care in Indonesia. This study used a research and development design, and 722 staff nurses were recruited as respondents using a total sampling method. The tool was developed for three types of assessment head nurse, peer & self evalution. Based on an expert review, it was found that. Content Validity Index score is 0.78 for representation, and 0.70 for clarity. The validity score Alpha- Cronbach) for self assessment between 0.25-0.56, and reliability of 0.86. The head nurse assessment had scores between 0.73-0.93, and the reliability of 0.95, whereas the peer assessment score between 0.52-0.83, and the reliability 0.97. The result of Goodness of Fit showed that RMSEA (≤0.05) for self assessment is 0.045, the head nurse assessment is 0.05, and the peer assessment is 0.075. Further,the result of loading factor for self assessment found 14 statement items are valid (> 0.5), whereas the head nurse and the peer assessment are only 7 statement items valid. Those valid items measure the same variable which is nursing work performance. Conclusion: this study had succeeded to establish a valid instrument to measure nursing work performance in intensive care which named as WIDA (Work performance Instrument of intensive care nurses Direct Assessment). A recomendation is directed to Directorate of Nursing at Ministry of Health Republic of Indonesia to utilize the instrument of WIDA as a tool to measure Nursing work performance in variety hospital in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Miladiyah Rahmah
"Kejadian missed nursing care masih tinggi di seluruh dunia. Missed nursing care dapat berdampak terhadap kualitas asuhan keperawatan dan keselamatan pasien. Pengembangan profesional berkelanjutan perawat merupakan salah satu sarana bagi perawat dalam melakukan pembelajaran klinis di ruangan salah satunya sebagai upaya pencegahan missed nursing care di ruang rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran klinis terhadap missed nursing care. Desain penelitian riset terdiri 3 tahap penelitian. Tahap 1 merupakan studi eksplorasi yang dilakukan dengan desain mixed methode dengan pendekatan kualitatif fenomenologi dan kuantitatif deskriptif cross sectional. Hasil tahap 1 didapatkan 7 tema, sementara hasil kuantitatif menunjukan gambaran missed nursing care dan faktor - faktor yang berkaitan pengembangan profesional berkelanjutan. Tahap 2 pengembangan model berdasarkan teori quality of health care model Donabedian, caring Swanson dan Social learning teori Bandura. Hasil pengembangan model tahap 3 didapatkan model yang meliputi 3 komponen yaitu Motivasi, Kepemimpinan dan Aktivitas pembelajaran klinis. Hasil penelitian tahap evaluasi didapatkan perbedaan yang signifikan kompetensi perawat dalam pencegahan missed nursing care sebelum dan sesudah implementasi model pembelajaran “MiLA” (p-value=0,001, α: 0,05). Model ini disarankan untuk digunakan sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, dan upaya pencegahan missed nursing care di rumah sakit.

The incidence of missed nursing care is still high worldwide. Missed nursing care can impact the quality of nursing care and patient safety. Continuous professional development of nurses is one of the means for nurses to conduct clinical learning in the room, one of which is an effort to prevent missed nursing care in the inpatient room. This study aims to develop a clinical learning model for missed nursing care. The research design consisted of three stages of research. Phase 1 is an exploratory study conducted with a mixed-methods design with a phenomenological qualitative approach and cross-sectional descriptive quantitative. The results of stage 1 obtained seven themes, while the quantitative results showed an overview of missed nursing care and factors related to continuing professional development. Stage 2 model development is based on Donabedian's quality of health care model, Swanson's caring theory, and Bandura's social learning theory. The results of stage 3 model development obtained a model that includes three components, namely motivation, leadership, and clinical learning activities. The results of the evaluation phase of the study found significant differences in nurse competence in preventing missed nursing care before and after the implementation of the "MiLA" learning model (p-value = 0.001, α = 0.05). This model is recommended to be used in an effort to improve the quality of nursing care and prevent missed nursing care in hospitals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekorini Listiowati
"Patient engagement (PE) belum dimulai secara memadai untuk mencapai perawatan kesehatan yang aman di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perspektif tenaga kesehatan dan penerima layanan (pasien dan caretaker) tentang PE dan bagaimana potensi untuk menerapkannya, serta merumuskan model yang dapat mendukung perawat untuk melibatkan pasien dalam upaya-upaya keselamatan pasien. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada bangsal penyakit kronis RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu: (1) assessment berupa 4 diskusi kelompok terfokus pada 46 profesional kesehatan (perawat dan dokter) dan diikuti dengan 16 wawancara mendalam, serta wawancara mendalam dengan 14 pasien dan 15 caretaker; (2) tahap perumusan model. Tahap perumusan model dilakukan dengan penyusunan model awal, validasi model yang melibatkan pemilik RS, direksi, manajer, dan profesional kesehatan dan penyusunan model akhir. Transkrip verbatim dilakukan dan dilanjutkan dengan analisis tematik. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa PE merupakan strategi untuk mencapai perawatan kesehatan yang aman. Selain itu, telah teridentifikasi peran penerima layanan, perawat, dan organisasi RS yang dapat dikembangkan untuk mewujudkan keselamatan pasien dengan menerapkan PE. Terdapat faktor-faktor pemungkin yang mempengaruhi pelaksanaan PE termasuk penilaian dan harapan penerima layanan  kesehatan, maupun hambatan yang berasal dari aspek budaya, perilaku, kapasitas sumber daya manusia, dan sistem penyelenggaraan layanan kesehatan. Model yang terbentuk menggambarkan kebutuhan langkah-langkah komprehensif untuk mengoptimalkan PE. Kesimpulannya, PE sangat penting untuk keselamatan pasien. Pendekatan ini berpotensi untuk ditingkatkan dengan memperkuat dukungan organisasi, mengintegrasikan ke dalam sistem perawatan kesehatan, meningkatkan kapasitas profesional kesehatan, dan memberdayakan pasien untuk mengatasi hambatan potensial.

Patient engagement (PE) has not been initiated adequately to achieve safe health care in Indonesia. This study aims to explore the perspectives of healthcare professinals and patients and caretakers about PE and how it has the potential to implement it, and to formulate a model that can support nurses to involve patients in patient safety efforts. The method used in this research is a case study in the chronic disease ward of PKU Muhammadiyah Gamping Hospital, Sleman, Yogyakarta Special Region. The research was conducted in 2 stages, namely: (1) assessment in the form of 4 focus group discussions on 46 healthcare professionals (nurses and doctors) followed by 16 in-depth interviews, as well as in-depth interviews with 14 patients and 15 caretakers; (2) the model formulation stage. The model formulation stage was carried out by developing the initial model, model validation involving hospital owners, directors, managers, and health professionals and develop the final model. Verbatim transcripts were carried out and continued with thematic analysis. In this study, it was found that PE is a strategy to achieve safe healthcare. In addition, the roles of patients and caretakers, nurses, and hospital organizations have been identified that can be developed to achieve patient safety by implementing PE. There are enabling factors that influence the implementation of PE including the assessment and expectations of health service recipients, as well as obstacles originating from aspects of culture, behavior, human resource capacity, and health service delivery systems. The model formed illustrates the need for comprehensive measures to optimize PE. In conclusion, PE is very important for patient safety. This approach has the potential to be scaled up by strengthening organizational support, integrating it into the health care system, increasing the capacity of healthcare professionals, and empowering patients to overcome potential barriers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>