Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Darmadi
"Studi ini mengevaluasi program sosial kewirausahaan terpadu Jakpreneur. Jakpreneur adalah program yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatan berwirausaha. Program ini diberlakukan dalam rangka menumbuhkembangkan potensi kewirausahaan yang ada di masyarakat lokal dengan bantuan berbagai modal yang diusahakan oleh pemprov DKI Jakarta. Tujuan studi evaluasi ini adalah mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat dicapai melalui program ini. Cakupan studi ini adalah peserta program Jakpreneur yang berdomisili di Jakarta Utara dan pengelola program. Penilaian kinerja program dianalisis dari segi pemberdayaan masyarakat, seperti enabling, empowering, dan protecting yang dirasakan oleh penerima manfaat. Selain itu, penilaian kinerja dilihat dari segi kapasitas sumber daya internal program, seperti societal, process, decision, dan system yang diidentifikasi oleh pengelola program. Evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya dan pemberitaan di media Indonesia mengenai program ini menyatakan bahwa Jakpreneur dinilai efektif dan membantu pengembangan usaha masyarakat yang tergabung dalam program. Akan tetapi, evaluasi tersebut memiliki kelemahan karena terbatas di wilayah tertentu dengan jumlah responden yang terbatas dan berdasarkan pendapat pengelola program tersebut. Untuk memperoleh penilaian yang objektif, peneliti mengevaluasi dari segi kinerja, implementasi, dan aksesibilitas program kepada penerima manfaat program dan pengelola program. Evaluasi ini meliputi sembilan informan yang terdiri dari lima orang penerima manfaat/anggota program dan empat orang pengelola program. Informan dipilih menggunakan metode purposive sampling berdasarkan wilayah yang ada di Jakarta Utara. Program jakpreneur telah berjalan dan berhasil membina dan membantu ratusan wirausahawan mengembangkan usaha mereka. Akan tetapi, perlu ada perbaikan pada dimensi enabling dan protecting karena masih ditemukan anggota yang kurang mendapat pendampingan yang cukup guna mengoptimalkan usahanya.

This study evaluates Jakpreneur's integrated social entrepreneurship program. Jakpreneur is a program organized by the provincial government of DKI Jakarta to empower the community through entrepreneurship activities. This program is implemented in order to develop the entrepreneurial potential that exists in local communities with the help of various capitals managed by the DKI Jakarta provincial government. The purpose of this evaluation study is to find out how community empowerment is achieved through this program. The scope of this study is Jakpreneur participants who live in North Jakarta and program managers. The program performance assessment is analyzed in terms of community empowerment, such as enabling, empowering, and protecting that is perceived by the beneficiaries. In addition, performance appraisal is viewed from the perspective of the capacity of the program's internal resources, such as societal, process, decision, and system identified by the program manager. Previous evaluations and reports in the Indonesian media regarding this program state that Jakpreneur is considered effective and helps the development of community businesses that are members of the program. However, this evaluation has a weakness because it is limited to certain areas with a limited number of respondents and is based on the opinion of the program manager. To obtain an objective assessment, researchers evaluate in terms of performance, implementation, and program accessibility to program beneficiaries and program managers. This evaluation includes nine informants consisting of five program beneficiaries/members and four program managers. Informants were selected using a purposive sampling method based on the area in North Jakarta. The Jakpreneur program has been running and has succeeded in fostering and helping hundreds of entrepreneurs develop their businesses. However, there needs to be improvements in the enabling and protecting dimensions because there are still members who do not receive sufficient assistance to optimize their business."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Hastiditto
"Riset Evaluasi program ini bertujuan untuk menganalisis aspek dampak dan faktor determinan penting dari program pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan menggunakan metode Main Analytical Categories (MAC) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Metode MAC menggunakan 3 dimensi yakni Relevansi, Dampak, dan Keberlanjutan, sementara metode IKM menggunakan 3 dimensi yaitu Relevansi, Partisipasi, dan Dampak. Literatur terdahulu menunjukan bahwa program pemberdayaan masih cenderung memiliki masalah dalam pencapaian dampak sehingga perlu dielaborasi lebih lanjut faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, riset evaluasi ini dilakukan untuk menganalisis dampak dan keberlanjutan dari program ini untuk melihat kemampuan masyarakat secara mandiri melaksanakan kegiatan yang sudah dilatih melalui program ini. Hasil evaluasi ini menunjukan program sangat relevan dengan kebutuhan penerima manfaat, program juga sangat berdampak pada perbaikan kualitas hidup penerima manfaat dalam sejumlah hal. Namun, keberlanjutan program ini cenderung rendah karena kapasitas dan kemandirian penerima manfaat belum optimal. Konteks lokal politik desa juga rentan membuat program tidak berlanjut dengan baik, padahal program sudah mencoba mensinergikan bidang kesehatan dengan pemberdayaan ekonomi sebagai pilar pentingnya. Dalam penilaian IKM program ini masuk ke dalam kategori sangat baik dengan skor kepuasan masyarakat sebesar 4.2 dari skala 5. Partisipasi memberikan pengaruh yang lebih kuat pada variabel dampak dibandingkan relevansi. Hasil evaluasi secara konseptual menunjukan bahwa dampak dan juga keberlanjutan akan lebih optimal apabila partisipasi juga bisa ditingkatkan dengan desain pelibatan masyarakat yang lebih jelas. Pemetaan sosial yang akurat dalam intervensi program juga penting untuk mengelola tantangan-tantangan dari politik lokal desa terkait program.

This research evaluation program aims to analyze the impacts and important determinant factors of health community empowerment programs through the Main Analytical Categories (MAC) and Community Satisfaction Index (CSI). MAC method uses three dimensions, such as Relevance, Impact, and Sustainability, while CSI uses Relevance, Participation, and Impact. Previous works of literature show that community empowerment programs are prone to have problems in impact achievement therefore the factors need to be elaborated further. In consequence, this evaluation research was carried out to analyze the impacts and sustainability of the program to identify the community's ability to independently carry out trained activities through the program. The result of the evaluation shows the program is very relevant to the beneficiaries' needs and has a significant impact on improving the wellbeing of beneficiaries in many ways. However, the sustainability of this program tends to be low as the capacity and independence of beneficiaries is not optimal. The local context of village politics is also prone to making the program not run well, even though the program has tried to synergize the health sector with economic empowerment as its fundamental pillar. In the CSI assessment, this program is in the very good category of 4.2 out of a scale 5 for community satisfaction. Participation has a stronger influence on the impact variable than relevance. The result of the conceptual evaluation shows that impact and sustainability will be more optimal if participation can also be increased with a clearer design for involvement of the community. Accurate social mapping in program interventions is also important for resolving challenges from local village politics related to the program."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nurhuda Nelson
"Riset ini bertujuan mengevaluasi tata kelola dan dampak program pembelajaran yang dilaksanakan oleh NGO pada pelajar dari kelas menengah bawah perkotaan. Studi sejenis menunjukan kecenderungan evaluasi hanya sampai ke tataran output, sehingga dampak kurang menjadi perhatian. Salah satunya karena keterbatasan metode yang valid dan reliabel untuk mengukur dampak. Riset ini mengevaluasi Program Education Centre sebagai program pendidikan berkarakteristik community development yang diimplementasikan dalam bentuk kursus bimbingan belajar gratis. Adapun evaluasi ini akan membandingkan efektivitas capaian dampak antara metode pembelajaran luring dan daring. Evaluasi dilaksanakan menggunakan metode SWOT untuk mengkaji aspek tata kelola program, dan metode SROI untuk memetakan dan menilai dampak. Hasil SWOT menunjukan kekuatan, potensi, dan keberhasilan yang menonjol pada metode pembelajaran luring dibandingkan daring. Kekuatan utama dari adalah dapat diakses oleh kalangan ekonomi lemah, potensi utamanya adalah lingkungan pembelajaran yang kondusif, sementara standarisasi materi menjadi sorotan kelemahan utama. Terdapat dua aspek utama yang menjadi perbedaan dari kedua metode ini, yakni aspek komunikasi dan aspek aksesibilitas dari program. Di sisi lain hasil SROI menunjukan adanya outcome yang bervariasi dengan nilai monetisasi yang jauh lebih besar pada dampak implementasi melalui metode luring. Nilai dampak program secara luring adalah Rp. 10,8 : 1, sementara nilai dampak pembelajaran daring hanya sebesar Rp. 5,26 : 1. Evaluasi ini merefleksikan bahwa substansi program yang diimplementasikan dengan metode yang berbeda, meskipun pada segmentasi penerima manfaat yang sama, dapat bermuara pada hasil dan dampak program yang berbeda secara signifikan. Program ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan kesulitan akses akibat keterbatasan sumber daya, melainkan secara laten juga mendorong perubahan normatif dalam pandangan mengenai pendidikan yang dianggap mahal.

This research aims to evaluate the impact of learning programs implemented by NGOs on students from the urban lower middle class. Similar studies show a tendency for evaluation to only reach the output level, so that impact is less of a concern. This is partly due to the lack of valid and reliable methods to measure impact. This research evaluates the Education Centre Program as an educational program with community development characteristics implemented in the form of free tutoring courses. The evaluation will compare the effectiveness of impact achievement between offline and online learning methods. The evaluation is conducted using SWOT method to assess the governance aspect of the program, and SROI method to map and assess the impact. The SWOT results show the strengths, potentials, and successes that stand out in the offline learning method compared to online. The main strength is that it is accessible to the economically weak, the main potential is the conducive learning environment, while the standardization of materials is the main weakness. There are two main aspects that make the difference between these two methods, namely the communication aspect and the accessibility aspect of the program. On the other hand, the SROI results show that there are varied outcomes with a much greater monetization value on the impact of implementation through the offline method. The impact value of the offline program is Rp. 10.8: 1, while the impact value of online learning is only Rp. 5.26 : 1. This evaluation reflects that the substance of the program implemented with different methods, even in the same beneficiary segmentation, can lead to significantly different program results and impacts. This program not only solves the problem of access difficulties due to limited resources, but also latently encourages normative changes in the view of education that is considered expensive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Andinastuti
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana gaya hidup sehat pemuda di Kampung Bojong Jengkol, Kab. Bogor. Penelitian terdahulu terlalu berfokus melihat gaya hidup sehat sebagai fenomena individual yang berfokus pada sosialisasi, pengetahuan, dan sikap pemuda. Peneliti berargumen bahwa penting untuk mempertimbangkan aspek struktur sosial seperti kondisi tempat tinggal dalam pengaruhnya membentuk gaya hidup sehat pemuda. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teori gaya hidup sehat oleh Cockerham untuk melakukan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam terhadap 8 penduduk yang berusia 19-24 tahun, baik itu laki-laki maupun perempuan yang merupakan berasal dari kelompok sosial ekonomi menengah kebawah. Temuan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa pemuda di Bojong Jengkol memiliki peluang yang kecil untuk bisa mengadopsi gaya hidup sehat karena kondisi tempat tinggal yang tidak sehat, seperti perumahan di bawah standar, polusi, kurangnya layanan dan fasilitas publik, kualitas makanan yang buruk, masalah limbah dan drainase, paparan serangga dan hewan pengerat, serta tingginya tingkat pengangguran, kejahatan, alkoholisme, dan penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekitar. Namun, sosialisasi pada sekolah di luar kampung dan media sosial membantu pemuda untuk bisa mengadopsi gaya hidup sehat. Selain itu, pengalaman untuk mengurus anggota keluarga yang sakit juga mendorong pemuda di Bojong Jengkol untuk mengadopsi gaya hidup sehat.

This research aims to describe the healthy lifestyle of young people in Bojong Jengkol Village, Kab. Bogor. Previous research has focused too much on viewing a healthy lifestyle as an individual phenomenon that focuses on the socialization, knowledge and attitudes of young people. Researchers argue that it is important to consider aspects of social structure such as living conditions in their influence on shaping youth's healthy lifestyles. Therefore, researchers used Cockerham's healthy lifestyle theory to conduct research using qualitative methods with observation techniques and in-depth interviews with 8 residents aged 19-24 years, both men and women who came from middle to middle socio-economic groups. lower. The findings in this study indicate that youth in Bojong Jengkol have little chance of being able to adopt a healthy lifestyle due to unhealthy living conditions, such as substandard housing, pollution, lack of public services and facilities, poor food quality, bad problems and bad. drainage, exposure to insects and rodents, and high levels of unemployment, crime, alcoholism, and pollution in the surrounding environment. However, outreach at schools outside the village and social media helps young people adopt a healthy lifestyle. Apart from that, the experience of caring for sick family members also encourages youth in Bojong Jengkol to adopt a healthy lifestyle."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library