Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwita Pratiwi
"Background: Tooth discoloration or stain is pigmented deposits on tooth surface which cause an esthetic problem. Smoking cigarette and oral hygiene habit has effects on tooth discoloration.
Aim: To determine the relation between smoking and oral hygiene habit with tooth discoloration.
Method: The information was taken from interview about smoking history, type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing, and also clinical examination by Shaw and Murray of tooth discoloration index of 72 subjects at Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
Results: The results showed that there were 32 smokers, and 40 non smokers. Statistical test showed that there was a relation between smoking cigarette and tooth discoloration (p<0.05), however there was no relation between the type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing with tooth discoloration (p>0.05).
Conclusion: A relation between smoking cigarette and tooth discoloration was evident among the subjects, however there was no relation between the type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing with tooth discoloration.

Latar belakang : Diskolorasi gigi atau stain adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi yang merupakan masalah estetik bagi sebagian orang. Diskolorasi gigi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain merokok dan penjagaan kebersihan mulut yang kurang baik.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara diskolorasi gigi dengan kebiasaan merokok dan menyikat gigi.
Metode : Dilakukan wawancara mengenai riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok per hari, lamanya merokok, frekuensi menyikat gigi, dan teknik menyikat gigi serta pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks stain menurut Shaw dan Murray pada 72 orang subyek di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Hasil : Didapatkan 32 perokok dan 40 bukan perokok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat merokok dengan diskolorasi gigi (p<0,05), dan tidak terdapat hubungan antara jenis rokok, banyaknya rokok per hari, lama merokok, frekuensi menyikat gigi, dan teknik menyikat gigi dengan diskolorasi gigi.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara riwayat merokok dengan diskolorasi gigi (p<0,05). Tidak terdapat hubungan antara jenis rokok, banyak rokok per hari, lama merokok, dan kebiasaan menyikat gigi dengan diskolorasi gigi (p>0,05) pada masyarakat sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Miranti
"Background: Gingival inflammation is a response of the gingival to bacterial plaque and clinically characterized by red, swollen, tender gums that bleed easily. The accumulation of bacterial plaque was due to bad oral hygiene and predisposed by smoking habit.
Aim: To determine the relation between smoking and oral habit with gingival inflammation.
Method: The information was taken from interview about smoking history, type of cigarette, quantity and duration of smoking, frequency and technique of tooth brushing, and also clinical examination of gingival status by Loe and Silness gingival index of 72 subjects at Faculty of Dentistry, University of Indonesia.
Results: The result showed that there were 32 smokers and 40 non smokers. Statistical test showed that no relation between smoking history, type of cigarette, quantity of smoking, duration of smoking, and frequency of tooth brushing with gingival inflammation (p>0,05), however there was a relation between the tooth brushing technique and gingival inflammation (p<0,05).
Conclusion: A relation between tooth brushing techniques with gingival inflammation was evident among the subject however there was no relation between smoking habit and tooth brushing frequency with gingival inflammation.

Latar Belakang: Keradangan gingiva adalah inflamasi pada gingiva dengan gambaran klinis berupa perubahan warna jaringan, perubahan bentuk jaringan dan perdarahan. Penyebab langsung keradangan gingiva adalah plak yang terbentuk karena kebersihan mulut yang buruk dan dapat diperberat oleh merokok.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi dengan keradangan gingiva.
Metode: Dilakukan wawancara mengenai riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok per hari, lama merokok, teknik menyikat gigi, serta frekuensi menyikat gigi. Pemeriksaan klinis keradangan gingiva menggunakan indeks gingiva menurut Loe dan Silness pada 72 masyarakat di sekitar fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Hasil: Didapatkan 32 perokok dan 40 bukan perokok. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat merokok, jenis rokok, banyaknya rokok yang dihisap, lamanya merokok, dan serta frekuensi menyikat gigi dengan keradangan gingiva (p>0,05) namun teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva (p<0,05).
Kesimpulan: Teknik menyikat gigi berhubungan dengan keradangan gingiva namun kebiasaan merokok dan frekuensi menyikat gigi tidak berhubungan dengan keradangan gingiva pada masyarakat di sekitar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentina Medina K.
"Background: dental plaque is defined as the deposits that form the biofilm adhering to the tooth surface or other hard surfaces in oral cavity. The dental plaque accumulations caused by many factors such as bacteria attached on biofilm, oral hygiene, and smoking habit. Dental plaque cannot be removed only with gargling.
Aim: knowing the relations between smoking and tooth brushing habit with dental plaque accumulations status.
Methods: the information was taken from 72 subjects by interview and clinical examinations. The interview is about smoking history, type of cigarette, quantity of smoking per day, duration of smoking, frequency of tooth brushing, and tooth brushing techniques. Clinical examination is to scoring dental plaque status using Silness & Löe dental plaque index and Ramfjord teeth.
Results: statistical test shows there are no relations (p>0,05) between smoking history, type of cigarette, quantity of smoking per day, duration of smoking, frequency of tooth brushing, and tooth brushing techniques with dental plaque accumulations status.
Conclusion: on this study, there is no relation between smoking and tooth brushing habits, with dental plaque accumulations status.

Latar Belakang: Plak gigi adalah deposit lunak yang menempel pada biofilm, melekat erat pada permukaan gigi dan permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Tingkat akumulasi plak gigi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kebersihan mulut, bakteri, dan kebiasaan merokok. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur keras.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan menyikat gigi terhadap tingkat akumulasi plak gigi.
Metode: Data didapat melalui wawancara dan pemeriksaan klinis terhadap 72 orang subyek (laki-laki 53 orang dan perempuan 19 orang) di sekitar RSGMP FKG UI. Pemeriksaan klinis dengan melakukan pencatatan indeks plak gigi (Silness & Löe) pada enam gigi indeks (16, 21, 24, 36, 41, 44) menurut Ramfjord. Data dikelompokkan berdasarkan riwayat merokok, jenis rokok, banyak rokok, lama merokok, frekuensi menyikat gigi dan teknik menyikat gigi.
Hasil: Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara riwayat merokok, jenis rokok, banyak rokok, dan lama merokok, serta frekuensi dan teknik menyikat gigi dengan tingkat akumulasi plak gigi.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan kebiasaan menyikat gigi dengan tingkat akumulasi plak gigi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chiquita Priyambodo
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan peran kontak prematur dan bloking terhadap bentuk kerusakan tulang alveolar secara klinis. Pengamatan dilakukan pada 92 elemen gigi posterior bawah. Pengamatan secara radiografis dilakukan dengan melihat bentuk kerusakan tulang alveolar, berbentuk vertikal atau horisontal. Sampel diambil dari gigi yang mengalami kontak prematur dan atau bloking dengan kehilangan perlekatan > 5 mm. Penelitian ini diuji dengan uji statistik secara cross sectional dengan Chi kuadrat dengan. koreksi Yates pada p = 0,05. Hasil Penelitian ini memperlihatkan bahwa kontak prematur mesial berbeda bermakna pada sisi distal ( X > 3,84 ), kontak prematur distal berbeda bermakna pada sisi mesial dan distal ( X > 3,84 ), bloking bukal berbeda bermakna pada sisi-distal ( X > 3,84 ), bloking lingual tidak berbeda bermakna pada sisi mesial dan distal ( X < 3,84 ), kontak prematur + bloking berbeda bermakna di sisi mesial dan distal ( X > 3,84 ). Penelitian ini memperlihatkan bahwa kerusakan tulang yang terjadi lebih banyak berbentuk vertikal. Gigi dengan kelainan periodontal memiliki nilai plak > 1.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Oktawati Sarwansa
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar perbedaan antara hasil pengukuran--pengukuran kehilangan perlekatan jaringan periodonsium. Pengukuran-pengukuran tersebut adalah kehilangan perlekatan klinis tanpa anestesi, dengan anestesi, saat operasi dan secara radiografis. Pengukuran dilakukan pada 80 sampel area proksimal gigi posterior bawah. Pengukuran klinis dilakukan memakai prob Williams dengan tekanan yang ringan sedangkan gambaran radiografis dilakukan dengan teknik "bisecting angle.
Hasil pengukuran kehilangan perlekatan klinis ternyata lebih kecil secara bermakna daripada pengukuran saat operasi, rerata perbedaannya sebesar 0,85 mm. Gambaran radiografis juga memperlihatkan hasil yang lebih kecil secara bermakna daripada pengukuran saat operasi, rerata perbedaannya sebesar 0,588 mm.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivanti Irmadela Devina
"Tujuan penelitian eksperimental klinis ini menganalisis efek obat kumur temulawak terhadap gingivitis secara klinis.Enam puluh penderita gingivitis dibagi menjadi dua kelompok : berkumur dengan temulawak dan plasebo. Indeks plak (PlI) dan Papilla Bleeding Index (PBI) diukur sebelum dan setelah berkumur, dua kali sehari selama empat hari. Nilai PlI dan PBI pada kedua kelompok setelah berkumur lebih rendah daripada saat sebelum berkumur, secara statistik bermakna (uji T berpasangan; p<0,05). Nilai PlI dan PBI pada kelompok temulawak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok plasebo (uji T tidak berpasangan; p<0,05). Berkumur dengan obat kumur yang mengandung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dapat menurunkan gingivitis.

The aim of this clinical experimental study is to analyze the effect of extract temulawak towards gingivitis clinically. Sixty patients gingivitis divided into two groups: rinsed using temulawak and placebo. Plaque index (PlI) and Papilla Bleeding Index (PBI) were measured before and after rinsing, twice a day for four days. The PlI and PBI score after rinsing in both groups were lower than before rinsing(paired T test; p<0,05). The follow up PlI and PBI score of control group were different significantly with the experiment group (independent T test; p<0,05). Rinsing with temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mouthwash can reduce gingivitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond Utomo Salim
"Latar Belakang: Eliminasi Porphyromonas gingivalis (Pg) dan Treponema denticola (Td), dengan skeling dan penghalusan akar (SPA) meningkatkan densitas tulang alveolar. Tujuan: Analisis densitas tulang alveolar serta jumlah bakteri Pg dan Td sebelum dan sesudah SPA pada kasus periodontitis kronis.
Metode: Empat puluh subjek menyetujui informed consent, dilakukan pemeriksaan klinis, radiografis densitas tulang alveolar, penghitungan jumlah Pg dan Td dengan RT-PCR.
Hasil: Perbedaan bermakna jumlah bakteri Pg, Td, serta densitas tulang antara sebelum dan sesudah SPA (p<0,05); Hubungan bermakna antara jumlah bakteri Pg dan Td dengan densitas radiografis (p<0,05).
Kesimpulan: SPA menurunkan jumlah bakteri Pg, Td, dan meningkatkan
densitas radiografis tulang alveolar.

Background: Elimination of Porphyromonas gingivalis (Pg) and Treponema denticola (Td) with scaling and root planing (SRP) can increase the radiographic alveolar bone density.
Objective: To analyze radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP.
Methods: Fourty subjects fill the informed consent, clinical examination, radiographic examination for bone density, count of Pg and Td using RT-PCR.
Result: Significant differences between radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP. Significant association between amount of Pg and Td and bone radiographic density.
Conclusion: Scaling and root planing decrease the amount of Pg and Td and increase radiographic bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Twelvia Caroline Andriani
"Latar Belakang: Menopause adalah salah satu bagian dari siklus alami kehidupan reproduktif perempuan, yang merupakan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Saat menopause, produksi hormon esterogen dan progesteron menurun. Penurunan kedua hormon ini hingga hampir nol berlanjut sampai ke tahap askamenopause, yaitu fase lanjutan dari menopause. Penurunan hormon esterogen dan progesteron menyebabkan munculnya beberapa perubahan klinis pada rongga mulut, terutama pada gingiva yang dapat mengarah ke keradangan gingiva dan kesehatan rongga mulut.
Tujuan: Untuk menganalisis status keradangan gingiva pada perempuan paskamenopause.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-section). Dilakukan wawancara mengenai lama menopause dan pemeriksaan klinis keradangan gingiva menggunakan Papillary Bleeding Index (Saxer dan Muhlemann) pada 93 orang perempuan paskamenopause di wilayah Bekasi.
Hasil: Rata-rata usia perempuan paskamenopause yang diteliti 61 tahun (SD ±7,2). 79 orang perempuan paskamenopause yang diteliti memiliki skor PBI baik, dan 14 orang perempuan paskamenopause memiliki skor PBI sedang. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara keradangan gingiva dengan lama menopause (p>0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara keradangan gingiva (mean 1,15, SD ±0,36), dengan tingkat akumulasi plak gigi (mean 1,91, SD ±0,6), kalkulus gigi (mean 2,12, SD ±0,67), dan tingkat kebersihan mulut (mean 2,25, SD ±0,62), dan antara lama menopause dengan tingkat kebersihan mulut.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status keradangan gingiva sangat berkaitan dengan akumulasi plak gigi, kalkulus gigi, serta tingkat kebersihan mulut perempuan paskamenopause, sehingga prosedur pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan secara berkala.

Background: Menopause, which was a part of female?s reproductive life natural cycle, confirmed when women had no menstrual period for 12 consecutive months. When menopause appeared, the production of estrogen and progesterone hormone decreased. The decreasing almost reached zero and continued until postmenopausal phase, which was a continue phase from menopause. The impact of the decreasing estrogen and progesterone hormone has made several clinical changes in oral cavity, especially in gingival, which could lead to gingival inflammation and oral health.
Objective: To analyze the gingival inflammation status in postmenopausal women.
Method: This study was a descriptive analytic study using the cross-sectional study method. Years since the last menopausal period were obtained from 93 postmenopausal women in Bekasi area. Clinical examination of gingival inflammation was studied using Papillary Bleeding Index (Saxer and Muhlemann).
Results: The mean age of postmenopausal women was 61 years (SD ±7, 2). 79 postmenopausal women had a good PBI scores and 14 postmenopausal women had moderate PBI scores. There was no correlation between gingival inflammation and period of time since postmenopausal women had their last menstruation (p>0, 05). There were significant correlation (p<0, 05) between gingival inflammation (mean 1, 15, SD ±0, 36) and dental plaque accumulation (mean 1, 91, SD ± 0,6), with dental calculus (mean 2,12, SD ±0,67), and OHI-S (mean 2,25, SD ±0,62). There was a strong correlation (p<0, 05) between OHI-S and period of time since postmenopausal women had their last menstruation.
Conclusion: Gingival inflammation strongly correlated with dental plaque accumulation, dental calculus, and OHI-S in postmenopausal women, so good oral hygiene procedures were needed periodically."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Melati
"Latar Belakang: Menopause adalah salah satu bagian dari siklus alami kehidupan reproduktif perempuan yang ditandai dengan berhentinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Tahap paskamenopause terjadi segera setelah tahap menopause selesai. Paskamenopause rata-rata terjadi pada perempuan berusia 50 tahun keatas. Seiring bertambahnya usia, terjadi kemunduran pada kondisi fisik dan psikologis yang dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalankan prosedur pembersihan mulut yang maksimal. Prosedur pembersihan mulut dapat mempengaruhi pembentukan plak serta kalkulus gigi. Kalkulus gigi merupakan deposit keras hasil kalsifikasi plak gigi yang melekat erat pada permukaan mahkota klinis gigi asli, gigi tiruan, atau alat-alat yang dipakai dalam mulut lainnya.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara kalkulus gigi dengan perempuan paskamenopause.
Metode: Penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Dilakukan wawancara mengenai riwayat menstruasi terakhir, serta pemeriksaan klinis menggunakan indeks kalkulus modifikasi Ramfjord dengan cara memeriksa jumlah deposit kalkulus pada 2 permukaan bukal dan lingual atau palatal dari gigi 16, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, dan 46 menggunakan kaca mulut serta dental explorer dan/atau periodontal probe pada 105 orang perempuan paskamenopause pada Bulan Oktober 2008 di Wilayah Bekasi.
Hasil: Didapatkan 93 orang yang melengkapi seluruh data. Usia berkisar 46-82 tahun (usia rata-rata 61.3, SD ± 7.3). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara lama menopause dengan tingkat akumulasi kalkulus gigi dan dengan tingkat kebersihan rongga mulut.
Kesimpulan: Lama menopause berhubungan dengan tingkat akumulasi kalkulus gigi dan tingkat kebersihan rongga mulut pada perempuan paskamenopause.

Background: Menopause is one part of the natural cycle of a female's reproductive life, confirmed when a women has no menstrual period for 12 consecutive months. Menopause is always followed by postmenopause. Postmenopause generally occurs at the ages 50 years and above. As the aging, there are certain physiological changes which can affect in doing a maximal oral hygiene practices. A good oral hygiene practice can undermine the process of dental plaque and dental calculus formation. Dental calculus, which is mineralized bacterial plaque, is hard, tenacious mass that forms on the clinical crowns of the natural teeth, on dentures, and other dental protheses.
Aim: To study the crosssectional relationship between dental calculus and postmenopausal women.
Method: This study is a analitic-descriptive study using the cross-sectional study method. Years since the last menstrual period were obtained from 105 subjects of postmenopausal women at Bekasi area on October 2008. Clinical examination of dental calculus was studied using Calculus Index (Ramfjord Modification) to check the amount of calculus deposits at buccal and lingual or palatal surfaces of 16, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, and 46 using a mirror and dental explorer or periodontal probe.
Results: Of the total subjects, 93 were useful for analysis. Age range between 46 and 82 years (mean age 61.3, SD ± 7.3). A strong positive correlations (p<0,05) were found between cross-sectional measurements of dental calculus and years since the last menstrual period. Another strong positive correlations (p<0,05) were also found between cross-sectional measurements of oral hygiene status and years since the last menstrual period.
Conclusion: Years since last menstrual period correlated with accumulated level of dental calculus and oral hygiene status on postmenopausal women."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Widya Utami
"Latar Belakang: Menopause adalah suatu proses fisiologis yang biasanya terjadi pada dekade ke-5 pada kehidupan perempuan dan menyebabkan berhentinya masa menstruasi secara permanen. Paskamenopause akan datang segera setelah menopause. Sejalan dengan bertambahnya usia, proses penuaan pada perempuan paskamenopause disertai dengan proses degenerasi, antara lain kemunduran metabolisme dan penurunan produksi hormon yang akan berdampak bukan hanya pada kesehatan fisik dan psikis tetapi juga terhadap kesehatan rongga mulut. Pada saat memasuki masa paskamenopause, perempuan akan mengalami beberapa pengalaman yang berhubungan dengan rongga mulut, seperti osteoporosis, kehilangan gigi geligi, dan akumulasi plak gigi. Plak gigi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Plak gigi tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paskamenopause terhadap tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kesehatan gigi dan mulut.
Metode: 93 subjek perempuan paskamenopause yang bersedia diwawancara dan mengikuti pemeriksaan klinis, ikut serta dalam penelitian cross-sectional yang dilakukan pada bulan oktober 2008. Pertanyaan yang diberikan pada saat wawancara antara lain mengenai jangka waktu semenjak menstruasi terakhir, kesehatan umum, kebersihan gigi dan mulut dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk menilai tingkat akumulasi plak gigi dengan menggunakan Indeks Plak Silness and Löe dan tingkat kebersihan gigi dan mulut dengan menggunakan OHI-S dan DMFT. Data hasil penelitian dievaluasi dengan menggunakan pengukuran statistik Chi- Square (p<0,05).
Hasil: Usia rata-rata dari perempuan paskamenopause adalah 61.30 years (SD ± 7.27, antara 46-82). Terdapat perbedaan bermakna antara lama menopause dengan tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut. (p<0.05). Tingkat akumulasi plak gigi rata-rata adalah 1.27 (SD ± 0.55). DMFT dan OHI-S rata-rata pada perempuan paskamenopause adalah 13.10 (SD ± 7.74) and 2.71 (SD ± 1.17).
Kesimpulan: Tingkat akumulasi plak gigi dan tingkat kebersihan gigi dan mulut yang sedang serta DMFT yang sangat tinggi, maka sangat diperlukan peningkatan kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut pada perempuan paskamenopause.

Background: Menopause is a physiological process which typically occurs in the fifth decade of life in women and involves permanent cessation of menstruation. Once the event of menopause has occurred, a woman is said to be in postmenopause. Increasing age on postmenopausal women has been associated with the degeneration process, such as deterioration of metabolism and the decreased of hormones production that can impacts not only physical and psychology health but also influences oral health. In the postmenopausal era, women appear to experience an increase in a number of oral symptoms, such as osteoporosis, loss of teeth, and dental plaque accumulations. Dental Plaque is one of influenced factors the oral health. Dental plaque cannot be removed only with gargling.
Objective: This study was perfomed to evaluate the effect of postmenopause on dental plaque accumulations status and oral hygiene status.
Material and Methods: A total of 93 postmenopausal women participated in a cross-sectional study on October 2008 who were willing and eligible to have an interview and clinical examinations. Questions in the interview concerned the period of time since study subjects had their last menstrual period, general health, oral hygiene and utilisation of dental health services. Clinical examinations were scored dental plaque accumulations status using Plaque Index Silness and Löe and oral hygiene status were determined with Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) and Decay, Missing, and Filled Teeth (DMFT). The chi-square test was used to evaluate the data (p<0,05).
Results: The mean age of the postmenopausal women was 61.30 years (SD ± 7.27, range 46-82). Strong correlations were found between period of time since study subjects had their last menstrual period with dental plaque accumulations status and oral hygiene status (P<0.05). The average of dental plaque accumulations scores was 1.27 (SD ± 0.55). DMFT and OHI-S scores of postmenopausal women were 13.10 (SD ± 7.74) and 2.71 (SD ± 1.17).
Conclusion: A moderate level of dental plaque accumulation status and oral hygiene status combined with a high level of DMFT, it seems to be a substantial need for increased awareness of oral health on postmenopausal women."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>