Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bangkit Indriyana
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengaruh lama proses milling dan penggunaan jenis
hardener yang berbeda pada distribusi konduktivitas listrik dan sifat mekanis komposit
pelat bipolar Grafit/Epoksi untuk aplikasi PEMFC. Komposisi material yaitu 75 wt%
grafit sintetis (Merck®) dan 5 wt% carbon black (CB) hasil karbonisasi serat kelapa dan
20 wt% epoksi resin (bisphenol A ® + Polyamino Amide dan bisphenol A ® +
Cycloaliphatic amine) sebagai binder. Pelat bipolar dipreparasi menggunakan milling
dengan media air menggunakan ball mill lalu dicetak menggunakan proses cetak panas.
Proses milling dilakukan selama 1, 2, 3 dan 4 hari. Proses pencetakan dilakukan
menggunakan mesin single stroke compression molding. Tekanan, suhu proses, dan
waktu berturut-turut ialah 55 MPa, 100oC, dan 4 jam. Hasil menunjukkan kekuatan
fleksural tertinggi terdapat pada sampel hasil milling 4 hari sebesar 44.8 MPa sementara densitas dan prositasnya ialah 3.012 gr/cm3 dan 0.665 %. Konduktivitas listrik material tertinggi terdapat pada formula F4 (milling 4 hari) yaitu sebesar 8.13 S/cm. Proses milling diketahui merupakan faktor utama yang mempengaruhi sifat pelat bipolar. Hal ini dikarenakan air meningkatkan distribusi grafit dan CB serta mampu mencegah terbentuknya aglomerasi. Pengaruh penggunaan hardener yang berbeda viskositasnya diketahui mampu meningkatkan konduktivitas listrik material pelat bipolar sebesar 15 S/cm pada sampel FX5 (100% hardener viskositas rendah). Sebaliknya, penambahan hardener viskositas rendah pada sistem komposit pelat bipolar menurunkan kekuatan mekanis material dari 44.75 MPa (0% hardener viskositas rendah) menjadi 29.5 MPa (100% hardener viskositas rendah) sementara densitas dan porositasnya ialah 2.962 g/cm3 dan 0.670 % untuk formula 0% hardener viskositas rendah, 2.548 g/cm3 dan 0.988 % untuk formula 100% hardener viskositas rendah.

ABSTRACT
An investigation is made of influences of milling time and different types of hardener to
the distribution of electrical and mechanical properties of Carbon/Epoxy composites as
bipolar plate in proton-exchange membrane fuel cells (PEMFC). The material
composition of bipolar plate was 75 wt% synthetic graphite (Merck®) and 5 wt% carbon
black (CB) from carbonization of palm oil fibers with epoxy resin (bisphenol A ® +
Polyamino Amide and bisphenol A ® + Cycloaliphatic amine) as binder in the amount of
20 wt%. Bipolar plate were prepared by compounding using water as grinding media in
ball mill and followed by compression molding. Ball milling is performed both for
mixing and milling process, this process was carried out for 1, 2, 3 and 4 days. The
compounding method was conducted using single stroke compression molding machine.
The process parameters, such as pressure and temperature, were set respectively 55 MPa
for 4 hours at 100oC. The results indicate that there is an optimum range of milling time
(3-4 days) with respect to the distribution profile of electrical conductivity and
mechanical properties of bipolar plate. The highest flexural strength was 44.8 MPa whilst
the density and porosity of the bipolar plate respectively were measured 3.012 gr/cm3 and
0.665 %. Bipolar plate have resulted relatively low electrical conductivity up to 8.13
S.cm−1 but it shows good distribution in all area along the plate. The grinding process was
found as one major factor affecting the properties of bipolar plate. Since water acts as
grinding media to increase uniformity and distribution of graphite and CB during
grinding process and also act as an agent to prevent agglomeration. The effect of using
different types of hardener was found can improve the conductivity up to 15 S/cm. On the
other hand, the flexural strength and % deflection were reduced in the presence of low
viscosity hardener, from 44.75 MPa (0%wt low viscosity hardener) to 29.5 MPa (100%wt
low viscosity hardener) whilst the density and porosity of the bipolar plate respectively
were measure 2.962 g/cm3 and 0.670 % for formula 0%wt low viscosity hardener, 2.548
g/cm3 and 0.988 % formula 100%wt low viscosity hardener."
2013
T34820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Putri Cahya Maulida
"Penelitian ini mengevaluasi kemampuan pembentukan lembaran jaring kawat baja tahan karat SS304 dan SS201 (mesh 8) untuk aplikasi inti komposit sandwich otomotif. Tujuan penelitian adalah menilai kesesuaian jaring kawat sebagai alternatif ringan untuk komponen otomotif berdasarkan kemampubentukannya. Pengujian non-simulatif dan simulatif dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik pembentukan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jaring kawat SS304 memiliki koefisien pengerasan regang sebesar 0,605 dan regangan total 5,2%. Pengujian simulatif menunjukkan Limiting Dome Height (LDH) 16,3 mm untuk SS304 dan 13,7 mm untuk SS201. Limiting Draw Ratio (LDR) 2,75 dan 2,7 masing-masing untuk SS304 dan SS201, menunjukkan kemampuan penarikan dalam yang lebih baik dibandingkan dengan SS304 monolitik. Meskipun jaring kawat SS304 dan SS201 memiliki kemampuan pembentukan yang memadai, SS304 menonjol dalam uji penarikan dalam karena pengerasan regang dan anisotropi yang lebih baik.

This study evaluates the formability of stainless steel wire mesh sheets SS304 and SS201 (mesh 8) for automotive sandwich composite core applications. The research aims to assess the suitability of wire mesh as a lightweight alternative for automotive components based on its formability. Non-simulative and simulative tests were conducted to evaluate forming characteristics. Test results show that SS304 wire mesh has a strain hardening exponent (n-value) of 0.605 and a total elongation of 5.2%. Simulative testing reveals a Limiting Dome Height (LDH) of 16.3 mm for SS304 and 13.7 mm for SS201. The Limiting Draw Ratio (LDR) is 2.75 and 2.7 respectively for SS304 and SS201, indicating better deep drawing capability compared to monolithic SS304. Despite both SS304 and SS201 exhibiting adequate formability, SS304 stands out in deep drawing tests due to its superior strain hardening and better anisotropic properties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maylani Tiarna Riasmin
"Paduan zirkonium dikembangkan untuk aplikasi biomaterial karena sifat biokompatibilitasnya yang baik dengan magnetic susceptibility lebih rendah dibandingkan biomaterial logam lain. Pengembangan pembuatan paduan Zr-12Mo dengan metode metalurgi serbuk dapat dijadikan solusi alternatif terhadap proses cor yang memerlukan peleburan zirkonium dan molibdenum yang memiliki titik lebur tinggi. Proses sinter merupakan tahapan penting yang menentukan sifat akhir produk metalurgi serbuk. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh temperatur dan waktu sinter terhadap densitas, porositas, struktur mikro serta sifat mekanis paduan Zr-12Mo yang diproduksi dengan berbagai parameter sinter. Penelitian menggunakan temperatur sinter 1000°C, 1100°C dan 1200°C dengan variasi waktu tahan 2 dan 4 jam di masing-masing temperatur. Sampel dilakukan pengujian densitas, XRD dan kekerasan, pengamatan dengan OM dan SEM, serta pengujian terhadap sifat bioaktif dengan menguji terbentuknya lapisan hidroksiapatit setelah perendaman dalam SBF selama seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur sinter lebih dominan dalam mempengaruhi hasil proses sinter dibandingkan waktu tahan karena peningkatan temperatur sangat meningkatkan difusi. Porositas minimum, densitas dan kekerasan maksimum serta difusivitas Mo dalam Zr optimal dicapai pada temperatur sinter 1200°C dengan waktu tahan 4 jam.

Zirconium alloys have been developed for biomaterial applications because it has good biocompatibility with magnetic susceptibility that is lower than other metallic biomaterials. Developing of Zr-12Mo alloys by powder metallurgy method can be used as alternative solution for casting process that need melting of zirconium and molybdenum which have high melting point. Sintering process is the important stage which determining final properties of powder metallurgy’s products. This research is aimed to study the effects of sintering time and temperature on density, porosity, microstructure, and mechanical properties of Zr-12Mo alloys produced by various sintering parameters. This research uses sintering temperatures of 1000°C, 1100°C and 1200°C with holding times for 2 and 4 hours for each temperature. Samples are examined by density, XRD and hardness testing, observation with OM and SEM, and also bioactive testing by proving the forming of hidroxyapatite layers after soaking in SBF for a week. The results show that sintering temperature more dominant in affecting sintering products than holding time because the increase of sintering temperature increase the diffusion greatly. Minimum porosity, maximum density and hardness with optimal diffusivity is achieved by using sintering temperature of 1200°C with holding time for 4 hours.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Alexander Listyawan
"Studi tentang proses purifikasi terhadap produk larutan yang dihasilkan dari proses pelindian dari nikel laterit telah dilaksanakan. Seperti yang kita ketahui bahwa produksi nikel datang dari deposit bertipe sulfida dimana deposit oksida mengandung sebagian besar dari nikel. Hasilnya adalah jumlah deposit sulfida terus berkurang dan hamper habis. Nikel laterit merupakan satu-satunya deposit nikel dimasa depan, namun proses yang sesuai dan efektif masih belum dapat ditemukan. Konten nikel yang sangat rendah serta karateristik mineral yang sangat kompleks merupaka masalah utama dalam memproses jenis mineral ini. Proses hidrometalurgi merupakan satu-satunya cara untuk memproses jenis mineral ini untuk mendapatkan nikel yang murni serta ekonomis. Pelindian dengan kondisi atmosfir standar merupakan salah satu cara yang sangat menjanjikan di masa depan. Namun karena jumlah impuritas yang terkandung dalam produk larutan dari proses ini sangat banyak, penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan. Skripsi ini membahas tentang berbagai macam proses pelindian atas nikel laterit serta proses purifikasi dari produk larutan hasil pelindian.

Investigasi di lakukan pada tahap purifikasi untuk menghilangkan impuritas yakni besi dan mangan dalam produk larutan hasil pelindian. Impuritas berusaha untuk di hilangkan dengan proses presipitasi dalam keadaan atmosfir standar. Besi di presipitasi dengan menggunakan bahan kimia untuk netralisasi sementara mangan di presipitasi dengan menggunakan bahan kimia beroksida. Dalam studi ditemukan bahwa presispitasi dapat dilakukan dengan mengontrol pH dari larutan pada suhu tertentu. Lebih jauh lagi, dua tipe presipitasi dari besi dapat dipilih tergantung dari proses lanjutan. Dalam eksprimen untuk menghilankan mangan, ditemukan bahwa permanganat dapat mengoksidasi mangan secara efektif dengan dosis yang rendah. Temuan yang lain adalah proses oksidasi yang lambat membuktikan bahwa proses presipitasi mangan dapat dilakukan secara efektif dan selektif. Oksidasi secara bertahap membuktikan bahwa mangan dapat dihilangkan tanpa kehilangan nikel dalam produk larutan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abiputra Prayogi
"ABSTRAK

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dini pada core pin yang digunakan untuk membuat silinder blok. Core pin mengalami kegagalan sebelum memenuhi waktu pakai yang dihitung oleh para teknisi dan ada beberapa factor yang mempengaruhi hal tersebut. Dari beberapa faktor yang bisa mempengaruhi waktu kegagalan tersebut, penulis akan menganalisa dan mencari tahu penyebab utama yang menyebabkan kegagalan pada core pin. Tes yang akan dilaksanakan meliputi pengamatan mikrostruktur, analisa komposisi kimia pada molten metal dan juga core pin itu sendiri apakah telah memenuhi standar yang telah ditentukan, dan juga uji kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menemukan penyebab kegagalan dini yang terjadi pada core pin. Penelitian ini mengindikasikan bahwa factor utama yang mempengaruhi kegagalan dini pada core pin adalah desain core pin yang tidak dalam bentuk yang optimal. Kata Kunci: Analisa kegagalan, core pin, molten metal, metallography, sifat mekanikal


ABSTRACT

The purposes of this research are to study and analyse the factor that affecting the premature failure that happen in the core pin used to make a cylinder block. The core pin was failed before the time prediction from the engineer and there are several factor that affecting the failure. From the several factors that can affect the failure time, the author would like to analyse and find out the main factor which causing the failure. The test conduct including microstructure observation, chemical composition test of the molten metal that have contact with the core pin and also the core pin itself whether the composition is already match with the standard, and hardness test. This research aims to analyse and figure out the causes of the premature failure happen in the core pin. The research suggest that the main factors that contributed to the premature failure of the core pin is the design which is not in the optimum shape. Keyword: Failure Analysis, core pin, molten metal, metallography, mechanical properties

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Larasati
"Banyaknya ilmenit di Indonesia sebagai bahan baku besi-baja sudah sering terdengar. Titanium sebagai logam serba guna yang juga terkandung di dalam ilmenit bisa menjadi industri baru di Indonesia. Tidak berkembangnya industri titanium di Indonesia karena harganya yang mahal dan pengolahannya yang sulit. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan titanium yang sederhana dan dengan bahan baku yang cukup minim namun menghasilkan recovery yang cukup.
Pada penelitian ini diuji efek dari konsentrasi fluks pada hasil recovery titanium dengan bukti pengendapan pada proses leaching. Fluks yang digunakan adalah natrium hidroksida digunakan untuk mereduksi titanium dari ilmenite. Konsentrasi fluks memiliki tiga variabel yaitu 1:1 (Ilmenite:NaOH), 1:1.5, dan 1:0.5. Sampel dipreparasi dengan magnetic separator dan juga pengayakan untuk mendapatkan FeTiO3 dan ukuran partikel #120, dan dikarakterisasi terlebih dahulu dengan hasil Ti sebesar 3.21%, kemudian di lebur bersama dengan fluks dan aditif. Setelah dilebur dan dicuci dengan aquades kemudian disaring. Filtrat yang berada di kertas saring dianggap sebagai tailing dan diuji menggunakan spectrometer UV Vis dengan hasil konsentrasi Ti 1:0.5, 1:1, 1:1.5 yaitu 12.2 mg/L, 11.8 mg/L dan 11.26 mg/L. Kemudian konsentrat yang berhasil lolos dari kertas saring dilindih dengan pH 7. Endapan yang terjadi di saring dan hasil saringan diuji Spektrometer UV Vis dengan hasil konsentrasi Ti terhadap variabel fluks 1:0.5, 1:1, 1:1.5 yaitu 24.8 mg/L, 13.07 mg/L, 12.1 mg/L. %recovery titanium Setelah proses pirometalurgi berdasarkan konsentrasi fluks 1:0.5, 1:1, 1:1,5 adalah 92,83%, 82,55%, dan 75,389% dan %recovery titanium setelah proses pelindihan sesuai dengan konsentrasi fluks adalah 18,9%, 8,723% dan 8.52%. Penggunaan natrium hidroksida membantu titanium pelepasan ikatan dari ilmenite, tetapi memiliki batas optimal, dalam hal ini konsentrasi optimumnya adalah 1:0.5 (ilmenit: NaOH).

Most ilmenite in Indonesia becomes iron-steel making?s feed is commonly heard. Titanium as a multifunctional metals which also contained in ilmenite, can be a breakthrough in Indonesia. The undeveloped titanium industry in Indonesia is because of the difficulties of processing which also expensive. In this research, titanium processing with a simple practice is applied and also with minimum resources but resulting great titanium recovery.
In this research, the concentration of flux is tested for seeing the result of titanium recovery with a proof of suspension on leaching process. The flux that is being used is sodium hydroxide which is reducing titanium from ilmenite. The flux concentration is split into 3 variables which are 1:1 (Ilmenite:NaOH), 1:1.5, and 1:0.5. The sample preparation starts with applying iron sand on magnetic separator to separate the ilmenite, silicate, and also magnetite. After that the ilmenites are sieved with a #120 sieve as a result its mass is 150 grand then the ilmenite is characterized with EDX and resulting a 3.21% titanium. The ilmenites are mixed with flux and additive on fusion process at 900oC. The molten ilmenites are poured into a mold and crushed into a pieces, after that the crushed ilmenites are rinsed with aquades due to separate the titanium dioxide with filter. The amount of ilmenite that stays on the filter is assumed as a tailing and characterized by AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) and the result of % Ti according to the concentration of flux 1:0.5, 1:1, 1:1.5 are 12.2 %, 11.8%and 11.26 %. Filtrate that passed the filter is leached with pH 7. The suspension that happened on leaching process is also filtered and the filtrate is characterized with AAS, and the result of Ti concentration according to the concentration of flux 1:0.5, 1:1, 1:1.5 are 24.8 mg/L 13.07 mg/L, 12.1 mg/L. Titanium recovery after pyrometallurgy process according to the concentration of flux 1:0.5, 1:1, 1:1.5 are 92.83 %, 82.55 %, and 75.389 % and titanium recovery after leaching process according ti the concentration of flux are 18.9 %, 8.723 % and 8.52 %. The usage of sodium hydroxide helps titanium breaks its bond from ilmenite, but it has its optimum limit, in this case its optimum concentration is 1:0.5 (ilmenite:NaOH)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aufandra Cakra Wardhana
"Logam berstruktur busa ini dikembangkan untuk perancah jaringan tulang untuk memperbaiki tulang yang patah. Material dengan biokompatibilitas, sifat mekanis, kemampuan degradasi yang baik, tidak beracun, dan osointegrasi yang baik dibutuhkan. Penelitian sebelumnya menggunakan kalium karbonat (K2CO3) sebagai agen pembentuk busa untuk Fe-35Mn-0,5C menghasilkan poros berbentuk tak beraturan.
Pada penelitian ini, carbamide berbentuk bulat berukuran diameter 1-2 mm dicampur dengan Fe-35Mn-0,5C untuk menghasilkan porositas yang berbentuk bulat. Fabrikasi sampel menggunakan proses metalurgi serbuk dengan penambahan 5% dan 10% carbamide untuk Fe-35Mn-0,5C. Dua percobaan dalam atmosfer gas argon dilakukan pada temperatur 200⁰C selama dua jam untuk mendekomposisi carbamide kemudian dinaikkan ke 1100⁰C selama 1,5 jam untuk pemadatan sampel, dan pada temperatur 250⁰C selama 3 jam untuk melihat dekomposisi carbamide.
Hasil sinter dikarakterisasi oleh pengujian densitas dan porositas, mikroskop dan makroskop optik, dan XRD. Semakin banyak carbamide yang ditambahkan, densitas semakin menurun dan porositas meningkat. Hal ini juga membuktikan bahwa carbamide dapat membentuk porositas bulat dengan ukuran masih dalam rentan diameter carbamide. Fasa pada sampel 5% dan 10% carbamide adalah austenit, ferit, dan MnO.

The metal foam has been developed for bone tissue scaffold to repair bone fracture. Material with good biocompatibility, mechanical properties, degradability, non-toxic, and good ossointegration is needed. Previous research used potassium carbonat as foaming agent for Fe-35Mn-0,5C produced irregular shape of porous.
In this research, spherical carbamide with diameter range of 1-2 mm was mixed with Fe- 35Mn-0,5C to produce spherical porosity. Fabrication of samples used powder metallurgy process by adding of 5% dan 10% weight percent of carbamide to Fe- 35Mn-0,5C. Two experiments in argon atmosphere were conducted at 200⁰C for 2 hour to decompose carbamide then at 1100⁰C for 1,5 hour to densify samples, and at 250⁰C for 3 hour to approving carbamide decomposition.
Sinter product characterized by density and porosity testing, optical microscope and macroscope, and XRD. Addition more content of carbamide resulted in lower density and higher porosity. It is also approved that carbamide produced spherical porosity with size within range of carbamide diameter. Phases of 5% and 10% carbamide samples are austenite, ferrite, and MnO.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wibisono
"Dalam limbah elektronik, bagian yang paling banyak dan tinggi kandungan logam berharga terdapat pada bagian printed circuit board PCB , antara lain emas dan tembaga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan zat H2O2 dan MnO2 sebagai oksidator terhadap nilai recovery logam emas dan tembaga menggunakan media asam klorida pada printed circuit board. Ukuran PCB direduksi menjadi 1,0 ndash; 2,0 cm2. Pelindian dilakukan menggunakan aquaregia sebagai larutan kontrol untuk mengetahui kadar awal logam emas dan tembaga, kemudian analisa AAS. Setelah itu dilakukan pelindian dengan menggunakan media asam klorida dengan variasi penambahan oksidator H2O2 serta MnO2 sebanyak 3 dan 5 dan kemudian dilakukan analisa AAS. Sehingga akan didapatkan nilai recovery dari logam emas dan tembaga dari penelitian ini. Nilai recovery logam emas dan tembaga paling tinggi ada pada larutan HCl 0,5 M dengan penambahan oksidator H2O2 sebanyak 5 , nilai recovery yang didapat yaitu 59 untuk logam emas dan tembaga.

In electronic waste, part containing most and high content of valuable metals is located in printed circuit board PCB part, such as gold and cooper. This research aim to observe the effect of adding H2O2 and MnO2 as oxidizing agent on the value of gold and cooper recovery using chloric acid leaching media on printed circuit board. The size of PCB is reduced to 1.0 ndash 2.0 cm2. The leaching is done using aquaregia as lixiviant control in order to determine the gold and cooper content, and later be analyzed by AAS. Afterwards, leaching is done using chloric acid media with the variation addition of H2O2 and MnO2 as oxidizing agent with the amount of 3 and 5, and later be analyzed by AAS. The result of the research is the value of gold and cooper recovery. The highest gold and cooper metals recovery contained on HCl 0.5 M lixiviant with the addition of H2O2 5, with the value of recovery 59 for gold and cooper metals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrazy Akmal
"Dengan kemajuan teknologi, maka pemakaian produk elektronik akan terus meningkat. Sehingga peluang untuk mengolah limbah elektronik sangatlah besar untuk era yang sekarang sedang berjalan. Salah satu limbah elektronik yang menjadi target proses pengolahan limbah adalah, Printed Circuit Board. Limbah PCB direduksi ukurannya menjadi sekitar 1,0 cm x 1,0 cm, dan kemudian limbah PCB yang telah dilakukan reduksi ukuran kemudian di leaching dengan menggunakan larutan asam klorida, asam klorida ditambahkan hydrogen peroxide, serta larutan aqua regia, masing ndash; masing dengan konsentrasi 4M dan 6M.
Hasil dari proses leaching tersebut kemudian dilakukan pengujian secara visual dan dengan Optical Microscope untuk mengetahui transformasi fisik setelah proses leaching dan juga pengujian dengan Atomic Absorption Spectrophotometery untuk mendapatkan nilai recovery logam emas dan tembaga. Hasil dari proses leaching menunjukkan recovery logam emas dan tembaga dapat mencapai sebesar 64.50 dan 90.24.

With the advancement of technology, the usage of electronic products will continue to increase. And because of this, it is an immense opportunity to recycle electronic wastes. One of the known types of electronic waste to be targeted for the recycling process of electronic wastes is, the Printed Circuit Board. In which, PCB waste is reduced in size about 1.0 cm x 1.0 cm, and after it is reduced in size, it is then leached by using hydrochloric acid solution, hydrochloric acid mixed with hydrogen peroxide, and aqua regia solution, each with concentration of 4M and 6M.
The result of the leaching process is then tested visually and by using Optical Microscope to understand the physical transformation after the leaching process. And then it is tested by using the Atomic Absorption Spectrophotometery in order to get the recovery value of gold and copper metals. The results of the leaching process shows that recovery of gold and copper metals could reach up to 64.50 and 90.24.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faried Romdloni
"Limbah elektronik memiliki nilai ekonomis yang cukup baik karena mengandung logam yang berharga,sehingga dibutuhkan pengembangan teknologi untuk pengolahannya,salah satu teknologinya yaitu dengan metode pelindian dan stripping.Limbah elektronik yang berasal dari PCB printed circuit board dilindi dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M dan H2O2 0,4 M,lalu ditambahkan dengan karbon aktif,yang kemudian di stripping dengan NaOH dengan konsentrasi 0,5 M, 1,0 M, 1,5M , dan 2,0 M. Kemudian hasil percobaan diuji dengan menggunakan metode AAS Atomic absorption spectroscopy dan metode SEM Scanning Electron Microscopy -EDX energy dispersive X-ray.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara konsentrasi NaOH dengan recovery emas, yaitu dengan meningkatkan konsentrasi NaOH maka nilai recovery dari emas akan ikut meningkat,dengan menggunakan larutaan NaOH 2,0 M,recovery yang didapat sebesar 9 ,yang disebabkan karena kurang hadirnya ligan dalam pembentukan ion emas yang stabil dalam larutan.

Electronic waste has good economic value because it contains valuable metal, so it needs technology development for its processing, one of the technology for processing electronic waste is by leaching and stripping method. Electronic waste from PCB printed circuit board is leached by using HCl 0,5 M and H2O2 0,4 M solution, then added with activated carbon, stripping process using NaOH solution with concentration of 0,5 M, 1,0 M, 1,5M, and 2,0 M was conducted in this research. The experimental results were tested by AAS atomic absorption spectroscopy method and SEM Scanning Electron Microscopy EDX energy dispersive X ray.
The results showed that there was a correlation between NaOH concentration with gold recovery.By increasing NaOH concentration, the recovery value of gold would increase too.The best recovery of gold was used 2,0 M NaOH,that resulted 9 recovery of gold.it cause by the lack of presence of ligands in the formation of stable gold ions in solution.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>