Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Ika Wardhani
"Salah satu zat yang berhubungan dengan disfungsi endotel pada preeklampsia adalah vascular endothelial growth factor (VEGF). Penelitian ini menyelidiki bagaimana kadar VEGF pada kultur sel endotel vena umbilikalis bila dipajankan dengan serum wanita hamil dengan preeklampsia. Kultur sel endotel vena umbilikalis primer dari 12 tali pusat wanita bersalin normal dengan bayi aterm dipajankan dengan 14 serum wanita hamil dengan preeklampsia dan 13 serum wanita hamil normal selama 24 jam. Kadar VEGF diukur dengan metode ELISA. Didapatkan rerata kadar VEGF setelah pemajanan serum selama 24 jam cenderung lebih kecil pada kelompok wanita hamil dengan preeklampsia (3,7 ± 1,74 pg110.000 set) dibandingkan dengan hamil normal (3,99 + 1,79 pg110.000, sel) namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,939, p>O,O5). Sabelum pemajanan, kadar VEGF pada 20% serum preeklampsia (33,31 + 0,89 pglml) lebih besar daripada kehamilan normal (32,81 _+ 0,76 pglml) namun tidak berbeda bermakna (p=0,132). Juga didapatkan rerata jumlah sel endotel yang hidup setelah pemajanan cenderung lebih besar pada kelompok wanita hamil dengan preeklampsia (11,00 ± 5,91 x 104 sel/ml) dibandingkan dengan hamil normal (9,85- + 3,96 x 104 sel/ml) namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,550, p>0,05). Rerata viabilitas sel endotel lebili besar pada kelompok wanita hamil dengan preeklampsia (70,33 + 24,26 %) dibandingkan dengan hamil normal (68,02 + 16,05 °A) namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,981, p>0,05). Kecenderungan ini memperlihatkan adanya peran VEGF pada sel endotel, namun bukan sebagai satu-satunya faktor yang terlibat pada patogenesis preeklampsia. Apakah VEGF yang meningkat pada serum penyandang preeklampsia diakibatkan oleh faktor-faktor dalam serum penyandang dan dihasilkan oleh sel endotel pada penelitian ini belum dapat dibuktikan.

It has been suggested that VEGF is involved in endothelial dysfunction which observed preeclampsia. This study investigate the production of VEGF during exposure of sera of preeclamptic women for 24 hours in the human umbilical vein endothelial cells culture (HUVEC). Primary HUVEC made from 12 aterm umbilical cords were exposed by 14 sera of preeclamptic women and 13 sera of normotensive pregnant women for 24 hours. Enzyme-linked immunoassay of VEGF was established The results showed VEGF in supernatan HUVEC exposed by preclamptic women sera were lower than normotensive pregnant women sera, with no significantly differences. VEGF level in 20% preeclamptic sera was likely be higher than normotensive pregnant women sera. The number and viability of endothelial cells after the 24 hours exposure of preeclamptic women sera seem to be more higher than normotensive pregnant women. These results suggest that VEGF may have an important role in the endothelial cells, but that they are not the primary factors involved in the pathogenesis of preeclampsia is the increasing level of VEGF in preeclamptic women sera due to factors on the sera and produced by the endothelial cells itself could have not been proved."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Jauhari Puspitasari
"Latar belakang: Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal di Indonesia. Preeklampsia juga menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan kelahiran prematur. Etiologi preeklampsia belum jelas, diduga berhubungan dengan penurunan perfusi plasenta yang menyebabkan hipoksia plasenta. Hipoksia ini menginduksi aktivitas angiogenesis pada plasenta yang bertujuan untuk memperbaiki mikrosirkulasi plasenta.
Tujuan: Menilai aktivitas angiogenesis pada plasenta preeklampsia dan dibandingkan dengan plasenta ibu hamil normal.
Rancangan penelitian: Merupakan studi komparatif potong lintang. Dua belas plasenta preeklampsia dan 13 plasenta ibu hamil normal sebagai kontrol diperoleh dari ibu bersalin yang mendonorkan plasenta di satu rumah sakit. Aktivitas angiogenesis dinilai dengan pemeriksaan migrasi sel-sel endotel Untuk menganalisis perbedaan aktivitas angiogenesis antar kelompok digunakan tes Mann-Whitney.
Hasil: Aktivitas angiogenesis pada plasenta preeklampsia lebih tinggi bermakna secara statistik dibanding dengan plasenta ibu hamil normal (p<0.05).
Kesimpulan: Hipoksia plasenta meningkatkan aktivitas angiogenesis pada plasenta preeklampsia. Pada penelitian k d respons lokal tidak optimal dalam meningkatkan mikrosirkulasi, karena terdapat 2 kasus berat bayi lahir rendah pada kelompok preeklampsia.

Angiogensesis Activity Of Preeclamptic PlacentaBackground: Preeclampsia/eclampsia is a major cause of maternal morbidity and mortality in Indonesia. Preeclampsia also a major cause of fetal growth retardation and premature delivery. The etiology of preeclampsia is unclear. It is suggested that reduce placental perfusion leads to placental hypoxia, and then induced placental angiogenic activity. The purpose of the activity enhances the placental vascular bed.
Objective: To study angiogenic activity in preeclamptic placentas and compare those with placenta from normal pregnant women.
Study design: Comparative cross sectional study was used. Mothers who were delivered their baby in the same hospital donated their placentas. Twelve placentas from preeclampsia and 13 from controls were examined. The angiogenic activity was assayed using an endothelial cell migration assay. Differences in placental angiogenic activity between two groups were analysed using the Mann Whitney test.
Result: The angiogenic activity in the placenta from women with preeclampsia were significantly greater than that from women with normal pregnat. (p<0.05).
Conclusion: Placental hypoxia increased angiogenic activity in the placenta from women with preeclampsia. In this study, the local respons is not optimal in enhacing vascular bed, because 2 low birth weight babies was delivered in preeclampsia group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Iriana
"TUJUAN: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar tromboksan B2 pada kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia dengan plasenta wanita hamil normal sebagai pembanding.
RANCANGAN PENELITIAN: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia (n=13) dan plasenta wanita hamil normal (n=12) dengan usia dan umur kehamilan tidak berbeda bermakna secara statistic. Kultur plasenta menggunakan medium M199 dari sigma dengan 20 % serum menggunakan metode tabung menurut Rand dan dikultur selama 72 jam. Kadar tromboksan B2 diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 405 nm. Sebagai petanda bahwa plasenta yang dikultur masih memilik viabilitas set yang baik diukur melalui pemeriksaan human chorionic gonadotropin (hCG).
HASIL: Kedua sel baik dari jaringan plasenta penderita preeklampsia maupun dari jaringan plasenta hamil normal memiliki viabilitas sel yang baik. Kadar tromboksan B2 yang terlarut dalam supematan kultur jaringan plasenta penderita preklampsia (887.88± 26.07 pglml) lebih tinggi secara bermakna (P<0.05) dibanding wanita hamil normal (849.82± 24.61 pglml)
KESIMPULAN: Kadar Tromboksan B2 pada penderita preeklampsia lebih tinggi dibandingkan pada wanita hamil normal, peningkatan ini bertanggung jawab terhadap terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah pada plasenta dan maternal.

Enhanced Tromboxane B2 (TXB2) Production In Placental Culture In Preeclampsia
OBJECTIVE: To determine tromboxane B2 production in placental culture in preeclampsia
STUDY DESIGN: The study was a crosssectional study. Placentas were obtained from having woman with normal (n=12) and woman with preeclampsia (n=13) with the same age and gestational age. Placenta tissues were incubated in M199 sigma medium with 20 % serum for 72 hour using the with tube method from Rand. Samples were analyzed spectrophotometrically and with absorbtion at 405 nm for tromboxane B2. hCG was also determined as a marker for cell viability.
RESULT : The placentas of women will preeclampsia and from normal pregnanly were viable. The concentration of tromboxane B2 from placental of preeclampsia cultured for 72 hour (887.88±26.07 pg/ml) was significantly higher (p<0.05) than from placental of normal pregnanly (849.83±24.60 pg/ml).
CONCLUSION : The concentration of tromboxane B2 from cultures of placental preeclampsia was significantly higher than from cultures of placental of normal pregnanly. The increased tromboxane B2 production in placental culture could be responsible for increased placental and maternal blood vessel vasoconstriction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Paramita
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai terjadinya aktivasi endotel sebagai mekanisme palagenesis pada preeklampsia, dengan melihat pengaruh pajanan serum penderita preeklampsia pada kultur sel endotel vena umbilikalis terhadap produksi VCAM-1.
RANCANGAN PENELITIAN: Penelitian ini merupakan studi eksperimental. Kultur sel endotel yang padat (confluent) dipajankan dengan medium yang mengandung 20% serum dad wanita preeklampsia (n = 12) atau wanita hamil normal (n = 12) dengan usia, usia kehamilan dan paritas yang tidak berbeda berrnakna secara statistik. Setelah pajanan selama 24 jam, diukur kadar VCAM-1 terlarut (sVCAM-1) dalam supematan kultur sel endotel dari ke-2 populasi tersebut. Jumlah sel endotel hidup dari kultur sel endotel pasca pajanan dihitung, baik pasca pajanan serum preeklampsia maupun wanita hamil normal. Diukur juga kadar sVCAM-1 dalam medium yang mengandung 20% serum dari wanita yang sama, yang tidak dipajankan dengan preeklampsia.
HASIL: Kadar sVCAM-1 dalam supematan kultur setelah pajanan pada 10.000 set endotel selama 24 jam dengan serum preeklampsia (1.366 + 0.714 ng/ml) lebih tinggi secara bermakna (P < 0.05) dibandingkan setelah pajanan dengan serum wanita hamil normal (0.735 + 0.372 nglml). Jumlah sel endotel dari kultur sel endotel setelah pajanan dengan serum preeklampsia (9.00 x 104 + 3.77 x 104) lebih rendah dibandingkan setelah pajanan dengan serum wanita hamil normal (12.67 x 104 + 6.23); tetapi perbedaannya secara statistik tidak bermakna (P > 0.05). Kadar sVCAM-1 dalam medium kuttur yang mengandung 20% serum preeklampsia yang tidak dipajankan pada kultur sel endotel (11.0516 } 5.404 ng/lml) lebih tinggi dibandingkan serum wanita hamil normal (10.417 + 6.870 ng/ml); tetapi perbedaannya secara statistik tidak bermakna (P > 0,05)
KESIMPULAN: Pajanan serum penderita preeklampsia pada kultur sel endotel vena umbilicalis menyebabkan terjadinya peningkatan produksi VCAM-1 oleh sel endotel, sehingga dapat disimpulkan bahwa pads preeklampsia terjadi aktivasi endotel akibat adanya suatu zat dalam serum penderita preeklampsia.
Kata kunci: Preeklampsia, aktivasi endotel, kultur set endotel vena umbilikalis, Vascular Cell Adhesion Molecule-1.

The Effect Of Preeclamptic Sera Exposure To Human Umbilical Vein Endothelial Cell Culture To The Production Of Vascular Cell Adhesion Molecul-1 (VCAM-1)
OBJECTIVE: To determine endothelial activation as a pathogenic mechanism of preeclampsia, by identifying the effect of preeclamptic sera exposure to human umbilical vein endothelial cell culture on the production of VCAM-1.
STUDY DESIGN: The study was an experimental study. Confluent endothelial cell culture exposed to medium with 20 % preeclamptic sera (n=12) on women with normal pregnancy sera (n=12) with the same age, gestational age and parity. After 24-hour of exposure, cultured media were removed for measurement of VCAM-1. The concentration of sVCAM-1 in medium with 20 % sera from the same women that was not exposed to cultured endothelial cell were also measured.
RESULTS : The concentration of sVCAM-1 from 10.000 cultured endothelial cells media after 24-hour exposure with preeclamptic sera (1.366 + 0.714 nglml) was significantly higher than exposure with normal pregnant women sera (0.735 + 0.372). The amount of cultured endothelial cells after exposure to preeclamptic sera (9.00 x 104 + 3.77 x 104) was lower than after exposure to normal pregnant women sera (12.67 x 104 + 6.23); but the difference was not statistically significant (P a 0.05). Without exposure to cultured endothelial cells, the concentration of sVCAM-1 in the medium with 20 % preeclamptic sera was higher (11.0516 + 5.404 nglml) than in the medium with 20% sera from normal pregnant women (10.417 + 6.870 nglml), although the difference was not statistically significant (P > 0.05).
CONCLUSIONS: Exposure of human umbilical vein endothelial cell culture to preeclamptic sera increased the production of VCAM-1 by the endothelial cells. It was concluded that there was endothelial activation in preeclampsia caused by factor or factors in preeclamptic sera."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Wijaya
"Tujuan: Membandingkan aktivitas angiogenik plasenta preeklampsia dengan dan tanpa pemberian kurkumin dan vitamin E.
Rancangan Penelitian: Penelitian ini merupakan studi eksperimental in vitro. Plasenta dari ibu hamil preeklampsia (n=11) dibagi dalam 3 kelompok: kelompok kontrol, kelompok pemberian kurkumin dosis 0,01 mM, dan kelompok pemberian vitamin E dosis 20 mg/L Aktivitas angiogenesis ditentukan dengan menilai skor migrasi sel-sel endotel menuju plasenta. Analisis perbedaan aktivitas angiogenesis antar kelompok digunakan tes wilcoxon.
Hasil: Aktivitas angiogenik kelompok pemberian kurkumin dosis 0,01 mM tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p>0,05). Sedangkan, aktivitas angiogenik kelompok pemberian vitamin E dosis 20 mg/L berbeda secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p< 0,05).
Kesimpulan: Pemberian vitamin E meningkatkan aktivitas angiogenik pada plasenta dari ibu hamil preeklampsia.

Objective: To compare angiogenic activity in preeclamptic placenta with and without supplementation of curcumin and vitamin E.
Study design: The study was an in vitro experimental study. Placentae were obtained from woman with preeclampsia (n=11) divided into three groups. The first was control, to the second group 0,01 mM curcumin was added and the third with 20 mg/I, vitamin E. Angiogenic activity was assayed using an endothelial cell migration assay. Differences in placental angiogenic activity between three groups were analysed using the Wilcoxon test.
Results: The angiogenic activity in the 0,01 mM curcumin supplementation group was not significantly different than in the control group (p>0,05). While, angiogenic activity in the 20 mg/I, vitamin E group was significantly different than in the control group (p< 0,05).
Conclusion: Vitamin E supplementation increased angiogenic activity in the placenta from women with preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarila Malik
"ABSTRAK
Pemakaian tablet kontrasepsi oral ( yang mengandung estrogen dan progestiri ) dapat menyebabkan peningkatan viskositas darah yang nyata, yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya thrombus. Ingin diketahui pengaruh Depo-medroxyprogesteroni acetas DMPA sebagai kontrasepsi suntikan terhadap viskositas darah dan nilai hematokrit. Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh DMPA terhadap viskositas darah dan nilai hematokrit pada 3 kelompok kelinci putih betina, dengan dosis 3 mg /kgBB, 30 mg /kgBB dan 60 mg/kgBB selama 3 bulan. DMPA dengan dosis 3 mg/kg BB dan 30 mg/kg BB tidak mempengaruhi viskositas darah dan nilai hematokrit pada bulan pertama, kedua dan ketiga setelah penyuntikan Secara intramuskular. Sedangkan dosis 60 mg/kgBB dari DMPA memperlihatkan peningkatan yang bermakna pada bulan pertama setelah penyuntikan, dan kemudian menurun pada bulan kedua dan ketiga."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfitri Bustamam
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Preeklampsi adalah penyakit pada kehamilan dengan gejala: hipertensi, proteinuria, dan edema. Salah satu teori yang dapat menjelaskan penemuan Minis pada penderita preeklampsi adalah kerusakan sel endotel akibat peroksidasi lipid yang tidak terkontrol. Kerusakan sel endotel pada penderita preeklampsi menyebabkan rendahnya kadar NO, suatu vasoaktif yang penting pada kehamilan. Serum preeklampsi banyak mengandung peroksida lipid dan bersifat merusak kultur sel endotel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap produksi NO pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum preeklampsi. Pada penelitian ini, sel-sel endotel yang diisolasi dari vena umbilikalis bayi lahir aterm normal dari ibu dengan kehamilan normal dikultur hingga confluence. Selanjutnya, kultur sel endotel diinkubasi dalam medium yang mengandung vitamin E sebelum dipapar dengan 10% serum preeklampsi. Produksi NO kultur sel endotel diukur dalam bentuk nitrit yang terdapat dalam medium kultur. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis, dilanjutkan dengan uji Pembandingan Berganda.
Hasil dan Kesimpulan: Dan penelitian ini diperoleh (1) produksi NO pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum preeklampsi cenderung lebih tinggi daripada produksi NO pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum ibu hamil normal, namun perbedaan hasil tersebut secara statistik tidak bermakna (p > 0,05), (2) pemberian vitamin E mempertahankan produksi NO dalam kisaran normal pada kultur sel endotel yang dipapar dengan serum ibu hamil normal (p < 0,05), dan (3) pemberian vitamin E diduga menetralkan faktor "toksik" dalam serum preeklampsi yang mengaktivasi kultur sel endotel, sehingga produksi NO pada kultur sal endotel tersebut tidak berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontral (p 0,05)"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Murtiati
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Sindroma premenstruasi merupakan suatu gangguan yang berulang secara siklik pada akhir fase luteal siklus menstruasi seorang wanita. Gejala yang terjadi mencakup perubahan fisiologis, perasaan dan perilaku yang mengganggu aktifitas normal. Gejala yang terlihat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan, sedang dan sangat beret. Sindroma premenstruasi diduga dipengaruhi banyak faktor. Sindroma premenstruasi umumnya terjadi pada wanita berusia antara 20 - 48 tahun. Salah satu teori yang mencoba menjelaskan terjadinya patofisiologi sindroma premenstruasi adalah defisiensi kadar progesteron plasma pada fase luteal siklus menstruasi seorang wanita.
Kadar progesteron plasma yang rendah pada fase luteal siklus menstruasi berpengaruh pada susunan saraf pusat dan retensi air pada tubuh yang menimbulkan gejala sindroma premenstruasi . Penelitian ini merupakan studi analisis eksperimental untuk meneliti efek latihan senani erobik terhadap kadar progesteron plasma pada fase luteal dan gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi. Pengukuran kadar progesteron plasma pada fase luteal dengan teknik Microparticle Enzyme Immuno Assay (META). Pengukuran gejala sindroma premenstruasi dengan kuesioner gejala sindroma premenstruasi yang diadaptasi dari Menstrual Distress Questionnaire (MDQ). Delapan orang wanita sehat penderita sindroma premenstruasi mendapat latihan fisik erobik dengan dilakukan tes kebugaran sebelum dan sesudah latihan 12 minggu. Latihan fisik erobik mengikuti prinsip Frekuensi, lntensitas, Durasi dan Janis (FIDJ). Program latihan dilakukan 3 kali seminggu selama 12 minggu, dengan intensitas sedang dan durasi 45 -- 60 merit.
Data dianalisis dengan uji t independen, uji korelasi setelah sebelumnya diuji normalitas dengan uji Kolrnogorov smirnov dan uji kesamaan variansi dengan uji F pada alpha 0,05
Hasil dan kesimpulan : Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi pada fase luteal siklus menstruasi lebih rendah dan nilai normal, (2) Kadar progesteron plasma penderita sindroma premenstruasi setelah latihan . senam erobik secara teratur selama 12 minggu lebih tinggi secara sangat bermakna dibanding pada penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (3) Gejala sindroma premenstruasi pada penderita sindroma premenstruasi yang diberi perlakuan berkurang secara sangat bermakna dibanding penderita yang tidak latihan senam erobik (p<0,01), (4) Denyut nadi pada pelaksanaan latihan senam erobik telah sesuai dengan program latihan yang dianjurkan (72% - 87% Denyut Nadi Maksimal), (5) Kebugaran meningkat secara bermakna (p<0,05), persentase peningkatan 16%, (6) Persentase lemak tubuh menurun, (7) Fleksi dan ekstensi meningkat .
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Syabariah
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Implant Levonorgestrel dan Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) merupakan 2 jenis kontrasepsi hormonal jangka panjang yang hanya berisi derivat hormon progestogen. Penggunaan jangka panjang kontrasepsi tersebut dapat menimbulkan gangguan pola menstruasi (pendarahan endometrium). Salah satu teori mengatakan bahwa gangguan tersebut disebabkan kerapuhan kapiler endometrium, karena tergangguannya keseimbangan metabolisme asam arakidonat. Progestogen meningkatkan metabolisme asam arakidonat jalur epoksigenase yang menghasilkan radikal bebas yang kemungkinan meningkatkan kadar peroksida lipid (oksidan). Di lain pihak, vitamin E diketahui merupakan zat antioksi dan utama dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kontrasepsi progestogen (Implant Levonorgestrel dan DMPA) terhadap keseimbangan oksidan dan antioksidan tubuh melalui pengukuran kadar peroksida lipid dan kadar vitamin E plasma.
Pada penelitian ini diukur dan dibandingkan antara kadar peroksida lipid dan kadar vitamin E plasma sebelum dan sesudah 3 bulan penggunaan kontrasepsi Implant Levonorgestrel, DMPA dan kontrol. Pengukuran kadar peroksida lipid plasma dengan spektrofotometri sedangkan pengukuran kadar vitamin E dengan kromatografi cair kecepatan tinggi (KCKT). Masing-masing tujuh orang wanita calon pengguna kontrasepsi Implant Levonorgestrel dan tujuh orang wanita calon pengguna DMPAdan tujuh orang kontrol diukur kadar peroksida lipid dan kadar vitamin E plasmanya dan pengukuran diulangi setelah 3 bulan penggunaan kontrasepsi. Data dianalisa dengan analisis varians, uji perbandingan lebih dari dua kelompok, setelah sebelumnya diuji normalitas dengan uji Koimogorov-Smirnov dan uji variansi dengan uji Levene statistic.
Hasil dan Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh (1) Kadar peroksida lipid plasma baik sesudah penggunaan kontrasepsi Implant Levonorgestrel maupun DMPA lebih tinggi secant bermakna (p < 0,05), dibandingkan sebelum penggunaan kontrasepsi, (2) Kadar vitamin E plasma sesudah 3 bulan penggunaan kontrasepsi DMPA lebih rendah secara bermakna (p<0,05) dan pada pengguna kontrasepsi Implant cenderung lebih rendah dibandingkan sebelum penggunaan (3) Perubahan peningkatan kadar peroksida lipid plasma pada perlakuan dan kontrol secara statistik tidak berbeda beimakna, dan (4) Perubahan penurunan kadar vitamin E plasma pada perlakuaan dan kontrol juga secara statistik tidak berbeda bermakna (p > 0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isdoni
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian. Magnesium telah lama digunakan dan diketahui, sebagai terapi medis yang efektif pada preeklampsi. Kuat dugaan magnesium dapat mengurangi vasokonstriksi pembuluh darah pada penderita preeklampsi, dengan bekerja sebagai kalsium antagonis, baik di membran sel otot polos pembuluh darah maupun di dalam sel. Preeklampsi merupakan salah satu gangguan utama pada kehamilan, dengan satu dari gejala utamanya adalah tingginya tekanan darah. Tingginya tekanan darah terjadi karena adanya vasokonstriksis dan resistensi perifer. Vasokonstriksi pembuluh darah terjadi karena kontraksi otot polos pembuluh darah. Kontraksi ini dirangsang oleh adanya peningkatan kadar kalsium bebas intrasel. Peningkatan kadar kalsium bebas intrasel dapat terjadi, melalui rangsangan yang meningkatan aktivitas biolistrik membran sel dan melalui rangsangan yang menyebabkan terjadinya pelepasan kalsium dari tempat penyimpanannya di dalam sel.
Penelitian ini merupakan studi analitis eksperimental untuk melihat pengaruh pemberian magnesium terhadap amplitudo kegiatan biolistrik vena umbilikalis dari penderita preeklampsi, yang dirangsang dengan angiotensin II. Sepuluh potong umbilikus dari wanita hamil normal dan sepuluh potong dari penderita preeklampsi, yang melahirkan di Rumah Sakit Budi Kemulian pada bulan Februari 1998, digunakan dalam penelitian Sebelum dilihat aktivitas biolistrikya, vena umbilikalis diinkubasi dalam larutan risiologis `cord buffer', yang diaerasi dengan carnpuran, 02 95% dengan CO2 5%, pada suhu 37° C selama 60 menit. Amplitudo kegiatan biolistrik vena umbilikalis dilihat dan direkam dengan poligraf, setelah dirangsang dengan angiotensin II dan kemudian diberi magnesium.
Pemberian magnesium dapat menurunkan amplitudo kegiatan biolistrik vena umbilikalis yang dirangsang dengan angiotensin II baik yang berasal dari penderita preeklampsi, maupun dari wanita hamil normal (p<0.01). Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa amplitudo kegiatan biolistrik vena umbilikalis yang dirangsang dengan angiotensin II pada waktu 2.5, 5 dan 7.5 detik setelah pemberian magnesium tidak berbeda nyata (p > 0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T3156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>