Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfred Julius Petrarizky
"Pendahuluan : Radioterapi stereotaktik adalah suatu bentuk terapi radiasi yang membutuhkan akurasi tinggi. Selain imobilisasi yang baik, dibutuhkan verifikasi untuk memastikan akurasi dan untuk mengetahui kesalahan sistematik dan acak dalam pemberian radiasi. Margin Planning Target Volume (PTV) dibuat untuk memastikan target radiasi mendapatkan cakupan dosis radiasi yang diinginkan.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang menggunakan data verifikasi dengan X-ray Volumetric Imaging (XVI) dari 10 pasien yang menjalani radioterapi stereotaktik di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan fiksasi bite-block antara bulan Januari 2013 sampai dengan Oktober 2013. Penyimpangan yang didapat digunakan untuk menghitung kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Margin PTV didapat dengan memasukkan kesalahan sistematik dan kesalahan acak yang didapat ke dalam formulasi Stroom.
Hasil : Sebanyak 42 hasil XVI dianalisa. Pada penelitian ini didapatkan besar kesalahan sistematik dan kesalahan acak pada pasien yang menjalani radioterapi stereotaktik di RSCM adalah sebesar 0.61 mm dan 1.27 mm untuk sumbu laterolateral, 1.13 mm dan 2.41 mm untuk sumbu kraniokaudal, serta 0.71 mm dan 0.15 mm untuk sumbu anteroposterior. Margin PTV yang diperoleh sebesar 2.11 mm, 3.95 mm dan 2.22 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal dan anteroposterior.
Kesimpulan : Hasil penelitian memberikan rekomendasi margin PTV yang dapat digunakan di Departemen Radioterapi RSCM. Terdapat margin PTV yang cukup besar untuk sumbu kraniokaudal. Diperlukan upaya tambahan untuk meningkatkan akurasi radiasi sehingga margin yang diberikan tidak terlalu besar.

Introduction : Stereotactic radiotherapy is a technique to administer precisely directed irradiation that tightly conforms to a target volume. Beside immobilisation, verfication is needed to ensure the accuracy and to calculate the systematic and random error. Planning Target Volume (PTV) margin is delineated to ensure adequate target volume coverage.
Methods : This is a retrospective study using X-ray Volumetric Imaging (XVI) data of 10 patients who have had stereotactic radiotherapy with bite-block fixation between January 2013 and October 2013 in the Department of Radiotherapy in Cipto Mangunkusumo Hospital. The translation errors were used to calculate the systematic and random error. PTV margin was acquired by using these errors in Stroom formula.
Results : A total of 42 XVI were analyzed. Systematic and random errors were respectively 0.61 mm and 1.27 mm in laterolateral direction, 1.13 mm and 2.41 mm in craniocaudal direction, and 0.71 mm and 0.15 mm in anteroposterior direction. PTV margin were 2.11 mm, 3.95 mm and 2.22 mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction respectively.
Conclusions : The result gave PTV margin recommendation that can be used in Department of Radiotherapy in Cipto Mangunkusumo Hospital. There was a quite large PTV margin in craniocaudal direction. Some efforts and evaluations are needed to improve the accuracy of stereotactic radiotherapy to reduce the PTV margin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Adam
"Pendahuluan : Radioterapi pada kanker kepala dan leher menggunakan teknik Three-dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT) atau Intensity-modulated Radiotherapy (IMRT) membutuhkan akurasi yang tinggi dalam pelaksanaannya. Upaya ini dilakukan dengan mengetahui kesalahan set-up melalui proses verifikasi yang disesuaikan dengan beban kerja setiap unit radioterapi. Dengan demikian dapat diterapkan margin CTV-ke-PTV yang ideal untuk mendapatkan dosis yang adekuat pada area target radiasi.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang mengambil data verifikasi menggunakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) dari 9 pasien kanker kepala dan leher yang mendapatkan radioterapi dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) antara bulan Oktober 2013 hingga Desember 2013. Pergeseran pada lapangan radiasi yang didapatkan dari hasil verifikasi dalam lima fraksi awal dianalisis untuk memperoleh kesalahan sistematik dan kesalahan acak, yang selanjutnya dihitung untuk mendapatkan margin CTV-ke-PTV.
Hasil : Sebanyak 135 data verifikasi CBCT dianalisa. Besar kesalahan sistematik dan kesalahan acak yang didapatkan berturut-turut sebesar 1.5 mm dan 2.7 mm pada sumbu laterolateral, 2.2 mm dan 3.1 mm pada sumbu kraniokaudal, serta 2.2 mm dan 1.9 mm untuk sumbu anteroposterior. Margin CTV-ke-PTV yang diperoleh sebesar 4.9 mm, 6.6 mm dan 5.8 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal dan anteroposterior.
Kesimpulan : Verifikasi menggunakan CBCT dalam lima fraksi awal merupakan metode yang efektif untuk deteksi dan koreksi kesalahan set-up. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi pemberian margin CTV-ke-PTV dan menunjukkan pemberian margin sebesar 5 mm sudah cukup adekuat dalam pelaksanaan radioterapi kanker kepala dan leher dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM. Diperlukan upaya tambahan untuk meningkatkan koreksi kesalahan set-up dengan memperhitungkan beban kerja unit radioterapi.

Introduction : Three-dimensional Conformal Radiotherapy (3DCRT) or Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) for head and neck cancer is a highly accurate procedure. Verification is needed to detect and correct set-up errors, adjusted according to workload of each radiotherapy center. Therefore, an ideal CTV-to-PTV margin can be applied to ensure adequate target volume coverage.
Methods : This is a cross-sectional study using Cone Beam Computed Tomography (CBCT) verification data of 9 head and neck cancer patients treated with 3DCRT/IMRT in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital between October 2013 and December 2013. Translation errors from the first five fractions were analyzed to count for systematic and random errors. These errors were then calculated to acquire CTV-to-PTV margin.
Results : A total of 135 CBCT data were analyzed. Systematic and random errors were respectively 1.5 mm and 2.7 mm in laterolateral direction, 2.2 mm and 3.1 mm in craniocaudal direction, and 2.2 mm and 1.9 mm in anteroposterior direction. CTV-to-PTV margin were 4.9 mm, 6.6 mm and 5.8 mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction, respectively.
Conclusions : CBCT verification in first five fractions was effective in detecting and correcting set-up errors. The calculated CTV-to-PTV margin can be used as recommended margin and showed that 5 mm margin was adequate in planning 3DCRT/IMRT technique for head and neck cancer in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital. An extra effort might be done to improve the correction of set-up errors adjusted to workload.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Aditya Bani Kuncoro
"Pendahuluan : Radioterapi pada regio thorakal dan abdominal semakin menimbulkan peminatan seiring dengan berkembangnya teknik pencitraan, perencanaan penyinaran, dan imobilisasi. Pergerakan tumor karena pernafasan menjadi tantangan yang harus diatasi dalam penyampaian dosis radiasi. Diperlukan mekanisme radioterapi adaptif untuk dapat melakukan penyelarasan terhadap pergerakan nafas.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang mengambil data pengukuran gerakan dinding dada menggunakan sensor ultrasonik secara real-time dan dibandingkan dengan pengukuran sesungguhnya yang diperoleh dari MotionView™. Setiap pengukuran dilakukan setiap 0,22 detik. Dilakukan pengukuran nilai korelasi antar dua set data pengukuran serta dihitung selisih kedua pengukuran untuk mendapatkan nilai estimasi dan simpangan deviasi dari nilai yang diperoleh.
Hasil : Sembilan orang sampel berhasil direkrut dalam penelitian ini, pada masing-masing sampel, data diambil sebanyak 3 kali. Diperoleh median selisih pengurukuran dari kedua instrumen adalah 1,1 mm dengan simpangan deviasi 2,0 mm. Pada uji korelasi antar hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai yang diperoleh dari instrumen berbasiskan ultrasonik memiliki korelasi 0,97 (positif sangat kuat; p=0,000).
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen berbasiskan ultrasonik memiliki kemampuan untuk mengukur pergerakan dinding thorakoabdominal dengan kekuatan korelasi sangat kuat, dengan ketepatan resolusi sebesar 1,1 mm dengan simpangan deviasi ± 2,0 mm.

Introduction : The interest of radiotherapy in thoracic and abdominal malignancy is increasing in accordance with the advance of imaging, treatment planning, and immobilization technique. Tumor motion as a consequences of respiration is a challanging issue in the dose delivery. Adaptive radiotherapy is demanded to be able to synchronize radiation delivery with the respiratory motion.
Methods : This research compares the measurements of thoracic wall movement acquired from two different device: ultrasound based instrument vs MotionView™ as a reference standard. Each measurement data is collected every 0,22 second, and after the data are completed, the two datasets are then analyzed to obtain the correlation coeficient and the absolut difference between the two datasets to calculate the point of estimate and the deviation standard between instruments.
Results : Nine samples were recruited and completed the data collection for three sequential fractions. Median of difference between instruments were 1,1 mm with standard deviation of 2,0 mm. Correlation test between measurements shows positive correlation with the coeficient of 0,97 (very strong; p=0,00).
Conclusion : This study shows the ability of ultrasound based instrument to measure the chest wall movement with a very strong correlation compared to the reference standard. Individual point measurements show a difference of 1,1 mm with standard deviation of 2,0 mm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sugandi Hartanto
"ABSTRAK
Peningkatan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kanker di Indonesia menunjukkan bahwa permasalahan kanker ini semakin besar dan kompleks Salah satunya adalah adanya keterlambatan pasien kanker untuk mendapatkan terapi definitif yang disebabkan oleh faktor faktor yang berasal dari pasien sendiri Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui data insidens keterlambatan terapi karena keterlambatan pasien pada pasien kanker yang dirujuk ke Departemen Radioterapi RSUPN Dr Cipto Mangunkusmo pada bulan Mei Agustus 2015 serta mengevaluasi faktor faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan pasien tersebut Terdapat 294 orang pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan tertulis Sebagian besar pasien 71 4 adalah perempuan dan 141 orang 48 bekerja sebagai ibu rumah tangga Rentang umur terbanyak adalah 36 50 tahun yaitu sebanyak 132 pasien 44 9 dan hampir seluruh pasien 91 8 telah menikah Keterlambatan terapi didapatkan pada 153 orang pasien 52 dan 67 orang di antaranya 43 8 memiliki riwayat pengobatan alternatif yang dilakukan dalam interval waktu setelah timbul keluhan pertama kali dan atau setelah pasien melakukan konsultasi medis pertama kali Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor usia p 0 047 pendidikan p 0 047 dan riwayat pengobatan alternatif p 0 0001 dengan keterlambatan terapi Adanya rasa takut untuk berobat secara medis atau menjalani tindakan medis menjadi alasan 51 orang pasien untuk memilih pengobatan alternatif Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan evaluasi terhadap pengobatan alternatif terutama yang menyangkut kualitas efikasi dan keamanannya ABSTRACT
Increased morbidity and mortality due to cancer in Indonesia showed that this problem has become more complex and significant One of the problems pointed out is regarding a delay in cancer patients to receive definitive therapy caused by factors derived from the patients themselves This study is a descriptive analysis using combination of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of treatment delay due to patient delay in cancer patients who were referred to Radiotherapy Department Dr Cipto Mangunkusmo hospital during May August 2015 and to evaluate factors that influence the patient delay There are 294 patients enrolled in this study after obtaining a written consent Most of the patients 71 4 were women and 141 48 work as a housewife The largest age range was 36 50 years with 132 patients 44 9 and almost all patients 91 8 were married Delay in treatment obtained in 153 patients 52 and 67 of them 43 8 had a history of alternative medicine that is performed in a time interval after the patients experienced first complaints and or after patients had their first medical consultation Statistical analysis showed a significant relationship between age p 0 047 educational level p 0 047 and history of alternative medicine p 0 0001 with the treatment delay The fear of being treated medically or undergo a medical procedure has become the major reasons found in 51 patients to choose the alternative treatment Therefore it is necessary to conduct monitoring and evaluation of alternative medicine especially concerning the quality efficacy and its safety ;Increased morbidity and mortality due to cancer in Indonesia showed that this problem has become more complex and significant One of the problems pointed out is regarding a delay in cancer patients to receive definitive therapy caused by factors derived from the patients themselves This study is a descriptive analysis using combination of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of treatment delay due to patient delay in cancer patients who were referred to Radiotherapy Department Dr Cipto Mangunkusmo hospital during May August 2015 and to evaluate factors that influence the patient delay There are 294 patients enrolled in this study after obtaining a written consent Most of the patients 71 4 were women and 141 48 work as a housewife The largest age range was 36 50 years with 132 patients 44 9 and almost all patients 91 8 were married Delay in treatment obtained in 153 patients 52 and 67 of them 43 8 had a history of alternative medicine that is performed in a time interval after the patients experienced first complaints and or after patients had their first medical consultation Statistical analysis showed a significant relationship between age p 0 047 educational level p 0 047 and history of alternative medicine p 0 0001 with the treatment delay The fear of being treated medically or undergo a medical procedure has become the major reasons found in 51 patients to choose the alternative treatment Therefore it is necessary to conduct monitoring and evaluation of alternative medicine especially concerning the quality efficacy and its safety ;Increased morbidity and mortality due to cancer in Indonesia showed that this problem has become more complex and significant One of the problems pointed out is regarding a delay in cancer patients to receive definitive therapy caused by factors derived from the patients themselves This study is a descriptive analysis using combination of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of treatment delay due to patient delay in cancer patients who were referred to Radiotherapy Department Dr Cipto Mangunkusmo hospital during May August 2015 and to evaluate factors that influence the patient delay There are 294 patients enrolled in this study after obtaining a written consent Most of the patients 71 4 were women and 141 48 work as a housewife The largest age range was 36 50 years with 132 patients 44 9 and almost all patients 91 8 were married Delay in treatment obtained in 153 patients 52 and 67 of them 43 8 had a history of alternative medicine that is performed in a time interval after the patients experienced first complaints and or after patients had their first medical consultation Statistical analysis showed a significant relationship between age p 0 047 educational level p 0 047 and history of alternative medicine p 0 0001 with the treatment delay The fear of being treated medically or undergo a medical procedure has become the major reasons found in 51 patients to choose the alternative treatment Therefore it is necessary to conduct monitoring and evaluation of alternative medicine especially concerning the quality efficacy and its safety "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Wirawan
"ABSTRAK
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat kompleks sehingga memerlukan pendekatan multidisiplin baik dalam diagnostik maupun terapi. Durasi penegakkan diagnosis dan terapi pada pasien kanker mempengaruhi hasil akhir pasien tersebut. Keterlambatan terapi dapat disebabkan oleh keterlambatan dokter dalam merujuk pada pelayanan kesehatan primer dan keterlambatan sistem pelayanan kesehatan pada proses penegakkan diagnosis dan dimulainya terapi definitif pada kanker. Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui data insidens keterlambatan terapi pada pasien kanker yang dirujuk ke Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo pada bulan Mei - Agustus 2015 serta mengevaluasi faktor yang mempengaruhi keterlambatan tersebut. Terdapat 294 orang pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini setelah mendapatkan persetujuan tertulis. Pada keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter, dari 62 pasien yang dirujuk dari pelayanan kesehatan primer didapatkan 18 pasien (29%) mengalami keterlambatan rujukan. Keterlambatan diagnosis terjadi pada 78 pasien (26,5%). Sedangkan pada keterlambatan tindakan pengobatan terjadi pada 172 pasien (58,5%). Dari seluruh pasien didapatkan 132 pasien (45%) mengalami keterlambatan dokter dan sistem. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan adanyan hubungan yang signifikan antara keterlambatan rujukan (p<0,01), keterlambatan diagnosis (p<0,01) dan keterlambatan tindakan pengobatan (p<0,01) dengan keterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan.

ABSTRACT
Cancer is a very complex disease that requires a multidisciplinary approach both in diagnostics and therapy. The duration of the diagnosis and treatment of cancer patients affect the outcome of these patients. Delay in treatment may be caused by the delay in referring physicians in primary health care and health care system delay in the commencement of the process of diagnosis and definitive therapy in cancer. This study was a descriptive analytical study using a mix of quantitative and qualitative methods to determine the incidence of therapy delays in cancer patients who were referred to the Department of Radiotherapy RSUPN Dr. Cipto Mangunkusmo in May to August for 2015 and evaluate the factors that influence the delay. There were 294 patients included in this study after obtaining written consent. Doctor's delay due to delayed treatment, from 62 patients referred from primary health care is obtained for 18 patients (29%) experienced a delay in referral. Delay in diagnosis occurred in 78 patients (26.5%). While the delay in treatment action occurred in 172 patients (58.5%). From all patients had 132 patients (45%) experienced doctor and system delay. Statistical analysis showed a significant correlation between the reference delay (p <0.01), late diagnosis (p <0.01) and delays in treatment measures (p <0.01) with a delay due to delayed therapy and doctor system. The high number of delays in cancer therapy in this study was found as a result of delays doctor and systems, in particular on the delay in diagnosis and treatment.eterlambatan terapi akibat keterlambatan dokter dan system. Tingginya angka keterlambatan terapi kanker pada penelitian ini ditemukan akibat keterlambatan dokter dan sistem, khususnya pada keterlambatan pada penegakkan diagnosis dan tindakan pengobatan."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afred Julius
"Pendahuluan : Radioterapi stereotaktik adalah suatu bentuk terapi radiasi yang membutuhkan akurasi tinggi. Selain imobilisasi yang baik, dibutuhkan verifikasi untuk memastikan akurasi dan untuk mengetahui kesalahan sistematik dan acak dalam pemberian radiasi. Margin Planning Target Volume (PTV) dibuat untuk memastikan target radiasi mendapatkan cakupan dosis radiasi yang diinginkan.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang menggunakan data verifikasi dengan X-ray Volumetric Imaging (XVI) dari 10 pasien yang menjalani radioterapi stereotaktik di Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan fiksasi bite-block antara bulan Januari 2013 sampai dengan Oktober 2013. Penyimpangan yang didapat digunakan untuk menghitung kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Margin PTV didapat dengan memasukkan kesalahan sistematik dan kesalahan acak yang didapat ke dalam formulasi Stroom.
Hasil : Sebanyak 42 hasil XVI dianalisa. Pada penelitian ini didapatkan besar kesalahan sistematik dan kesalahan acak pada pasien yang menjalani radioterapi stereotaktik di RSCM adalah sebesar 0.61 mm dan 1.27 mm untuk sumbu laterolateral, 1.13 mm dan 2.41 mm untuk sumbu kraniokaudal, serta 0.71 mm dan 0.15 mm untuk sumbu anteroposterior. Margin PTV yang diperoleh sebesar 2.11 mm, 3.95 mm dan 2.22 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal dan anteroposterior.
Kesimpulan : Hasil penelitian memberikan rekomendasi margin PTV yang dapat digunakan di Departemen Radioterapi RSCM. Terdapat margin PTV yang cukup besar untuk sumbu kraniokaudal. Diperlukan upaya tambahan untuk meningkatkan akurasi radiasi sehingga margin yang diberikan tidak terlalu besar.

Introduction : Stereotactic radiotherapy is a technique to administer precisely directed irradiation that tightly conforms to a target volume. Beside immobilisation, verfication is needed to ensure the accuracy and to calculate the systematic and random error. Planning Target Volume (PTV) margin is delineated to ensure adequate target volume coverage.
Methods : This is a retrospective study using X-ray Volumetric Imaging (XVI) data of 10 patients who have had stereotactic radiotherapy with bite-block fixation between January 2013 and October 2013 in the Department of Radiotherapy in Cipto Mangunkusumo Hospital. The translation errors were used to calculate the systematic and random error. PTV margin was acquired by using these errors in Stroom formula.
Results : A total of 42 XVI were analyzed. Systematic and random errors were respectively 0.61 mm and 1.27 mm in laterolateral direction, 1.13 mm and 2.41 mm in craniocaudal direction, and 0.71 mm and 0.15 mm in anteroposterior direction. PTV margin were 2.11 mm, 3.95 mm and 2.22 mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction respectively.
Conclusions : The result gave PTV margin recommendation that can be used in Department of Radiotherapy in Cipto Mangunkusumo Hospital. There was a quite large PTV margin in craniocaudal direction. Some efforts and evaluations are needed to improve the accuracy of stereotactic radiotherapy to reduce the PTV margin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ariani
"Pendahuluan : Radioterapi kanker serviks uteri dalam pelaksanaannya memerlukan verifikasi geometri sebagai salah satu rantai prosedur radioterapi. Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan set-up yang terdiri dari kesalahan sistematik dan acak yang nantinya digunakan untuk menentukan margin PTV yang sesuai untuk radioterapi kanker serviks uteri di Departemen Radioterapi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap data verifikasi dengan Electronic Portal Imaging Devices (EPID) dari 9 pasien kanker serviks uteri yang mendapatkan radioterapi dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM antara bulan Oktober 2013 hingga Desember 2013. Pergeseran pada lapangan radiasi yang didapatkan dari hasil verifikasi dalam tiga fraksi awal dianalisis untuk memperoleh kesalahan sistematik dan acak, yang selanjutnya dihitung untuk mendapatkan margin PTV.
Hasil : Sebanyak 72 data verifikasi EPID dianalisis. Didapatkan kesalahan sistematik dan kesalahan acak pada pelaksanaan radiasi (radioterapi) kanker serviks uteri di Departemen Radioterapi RSCM, berturut-turut sebesar 3.8 dan 3.0mm pada sumbu laterolateral, 5.9 dan 2.6mm pada sumbu kraniokaudal, serta 4.3 dan 3.5mm pada sumbu anteroposterior. Margin PTV yang diperoleh sebesar 9.8mm, 13.5mm dan 11,0 mm untuk masing-masing sumbu laterolateral, kraniokaudal, dan anteroposterior.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini mendapatkan kesalahan sistematik dan acak menggunakan verifikasi dengan EPID yang digunakan sebagai rekomendasi pemberian margin PTV sebesar 13.5mm dalam pelaksanaan radioterapi kanker serviks uteri dengan teknik 3DCRT/IMRT di Departemen Radioterapi RSCM. Diperlukan alat imobilisasi khusus regio pelvis untuk meningkatkan akurasi penyinaran.

Introduction : Geometric verification is needed as a part of chain of radiotherapy procedures in cervical cancer irradiation. This procedure used to detect set-up erros contains sistematic and random errors for the next step use to formulating adequate PTV margin for cervical cancer irradiation in Cipto Mangunkusumo Hospital
Methods : This is a cross-sectional study using Electronic Portal Imaging Devices (EPID) verification data of 9 cervical cancer patients treated with 3DCRT/IMRT in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital between October 2013 and December 2013. Translation errors from the first three fractions were analyzed to count for systematic and random errors. These errors were then calculated to acquire PTV margin.
Results : A total of 72 EPID data were analyzed. Systematic and random errors for cervical cancer irradiation in this study were respectively 3.8mm and 3.0mm in laterolateral direction, 5.9mm and 2.6mm in craniocaudal direction, and 4.3mm and 3.5mm in anteroposterior direction. PTV margin were 9.8mm, 13.5mm and 11.0mm in laterolateral, craniocaudal and anteroposterior direction, respectively.
Conclusions : The result in this study acquire systematic and random errors with verificaton by EPID gave PTV margin recommendation and showed that 13.5mm margin was adequate in planning 3DCRT/IMRT technique for cervical cancer in Department of Radiotherapy, Cipto Mangunkusumo Hospital. Immobilisation devices for pelvic region might be needed to improve the accuration of radiotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wigati Kristina Tri
"Telah dilakukan investigasi akurasi kinerja sistem jejaring CT scan Siemens Somatom Sensation 4, TPS Philips Pinnacle3, dan Linac Siemens PRIMUS 2D Plus milik Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta. Untuk investigasi ml, telah dibuat fantom khusus untuk mengukur akurasi jarak, ukuran penampang, dan densitas massa obyek path citra tampilan CT dan TPS. Khusus untuk memperoleh hubungan antara bilangan CT (HU) dan densitas massa obyek digunakan material fantom air, udara, akrilik, nilon, teflon, gliserin, dan aluminium. Pengambilan data dilakukan dengan 2 metode scanning, metode I dengan kondisi 120 kVp, tebal irisan 10 mm dan kolimasi 1 mm, serta metode II dengan kondisi 120 kVp, tebal irisan 10 mm dan kolimasi 2.5 mm. Hasil pengukuran jarak menunjukkan deviasi dalàm rentang 0.00% - 0.19% untuk metode I yang diperoleh dan 50% data, dan rentang 0.20% - 0.39% untuk metode II yang diperoleh dan 40% data. Tampilan penampang obyek memiliki ukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan penampang sebenarnya dengan rentang deviasi 0,38% sampai dengan 8.3 7%. Perbedaan tertinggi terjadi path material aluminium dengan densitas 2.7 g/cm3. Penentuan deviasi densitas massa diperoleh setelah dilakukan kalibrasi nilal bilangan CT menjadi data densitas massa path sistem TPS. Berdasarkan observasi dan 40% dan 77.8% data pada metode I dan II, diperoleh deviasi densitas massa kurang dan 1%. Dalam penelitian mi juga dilakukan investigasi terhadap akurasi sistem laser untuk penentuan variasi posisi. Sistem laser memiliki akurasi yang sangat tinggi yaitu mendekati 100% path ruang CT simulator dan 99% pada ruang linac.

Performance accuracy of a network system, which is consists of CT Scanner Siemens Somatom Sensation 4, Treatment Planning System Philips Pinnacle 3, and Linac Siemens PRIMUS 2D at Pertamina Central Hospital, Jakarta has been investigated A special phantom has been made for measurement in this work With this phantom, the accuracy of distance, diameter, and mass density of object were measured through the CT image and DRR as well. Data was collected by using 2 scanning method with operation condition 120 kVp, 10 mm slice thickness, 1 mm collimation for scanning method I, and 120 kVp, 10 mm slice thickness, 2.5 mm collimation for scanning method H. The measurement result indicated that the inaccuracy of reconstruction with scanning method! and II, for distance respectively in the range 0.00% - 0.19% and 0.20% - 0.39%, for diameter and mass density of both method respectively in the range 0,38% - 8.37% and less than 1016. Furthermore, the accuracy of laser system of CT and linac were also observea and the result of both laser systems were in a good accuracy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T23031
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Qurnia Putri
"Latar Belakang: Kanker serviks adalah salah satu keganasan ginekologi yang paling umum di dunia, termasuk Indonesia. Kanker serviks menyebabkan 18,279 kematian per tahun di Indonesia dan menyebabkan beban fisik, mental, dan sosial ekonomi bagi pasien dan keluarga. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) telah menerbitkan pedoman pengobatan pasien kanker serviks yang selalu diperbarui (up-todate) dengan tujuan agar pengobatan lebih terkoordinasi dan efisien. Pedoman ini telah diadaptasi oleh Indonesia, namun keefektifannya belum dipertanyakan. Metode: Kami melakukan peninjauan sistematis sesuai dengan PRISMA statement untuk menilai efektivitas kesesuaian pedoman. Pencarian dengan strategi pada database PubMed, ProQuest, Scopus, dan Wiley menghasilkan tiga studi yang memenuhi semua kriteria, selanjutnya dinilai dengan skala Newcastle-Ottawa dan secara kualitatif. Hasil: Kami menemukan bahwa proporsi kesesuaian pedoman mulai dari 42% hingga 47% dengan faktor-faktor yang mendasarinya seperti jarak ke fasilitas kesehatan, stadium kanker serviks, penggunaan asuransi, ras, dan faktor sosial ekonomi lainnya. Kami juga menemukan bahwa terdapat kesintasan hidup lima tahun yang lebih baik dari pasien kanker serviks pada kelompok yang sesuai dibandingkan kelompok yang tidak sesuai. Selain itu, ditemukan lokalisasi dan kualitas hidup yang lebih baik dari pasien kanker serviks pada kelompok yang sesuai terhadap pedoman. Ketiga studi menggunakan pedoman NCCN sebagai kontrol, sehingga studi – studi tersebut dapat digunakan. Kesimpulan: Tindakan harus diambil dengan tindakan multidisiplin untuk memastikan bahwa setiap pasien kanker serviks memiliki akses pengobatan yang sesuai terhadap pedoman.

Background: Cervical cancer is the one of the most common gynecology malignancy in the world, including Indonesia. It has accounted for 18,279 deaths per year in Indonesia and caused physical, mental, and socioeconomic burden for patients and caregivers. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) has published up-to-date guideline in-order to make more coordinated and efficient treatment for cervical cancer patients. This guideline has been adapted by Indonesia, however its effectivity is yet to be questioned. Methods: We conducted systematic review according to PRISMA statement to assess effectivity of guideline adherence. Searching with strategy on PubMed, ProQuest, Scopus, and Wiley databases resulted in three studies that met all criteria, thus assessed further with Newcastle-Ottawa scale and assessed qualitatively. Results: We found that proportion of guideline adherence ranging from 42% to 47% with factors underlying such as distance to health facility, cervical cancer stage, subscription to insurance, race, and other socioeconomic traits. We also found that there is better five-year survival of cervical cancer patients on guideline-adherent group versus non-guideline-adherent group. In addition, there is better cancer localization and life quality of patient in guideline-adherent group. All three studies were using NCCN guideline as control, thus applicable. Conclusion: Actions should be taken by multidisciplinary action to ensure that every cervical cancer patient has access to guideline-adherent therapy. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
David Andi Wijaya
"Terlepas dari kemajuan teknologi di bidang kanker terutama radioterapi yang sudah dicapai, banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan radiosensitivitas sel kanker untuk meningkatkan rasio terapeutik dan mengatasi radioresistensi sel kanker. Pada telaah ini, kami mengevaluasi mekanisme antikanker ekstrak Annona muricata L. dan senyawa bioaktifnya seperti acetogenin annonaceous, annomuricin, annonacin, curcumin,
dll.; dan lebih jauh mengkorelasikan mekanisme zat tersebut dengan potensi untuk meningkatkan atau mengurangi radiosensitivitas sel kanker berdasarkan pencarian literatur. Berbagai jalur telah dilaporkan dan berdasarkan bukti literatur bahwa kebanyakan dari mereka dapat meningkatkan radiosensitivitas, kami melihat Annona muricata L. memiliki potensi masa depan yang menjanjikan sebagai agen peningkat radiosensitivitas. Studi lanjutan diperlukan untuk mendapatkan bukti yang sahih.

Despite achieved technological advances in cancer treatment especially in radiotherapy,
many efforts are being made in improving cancer cells radiosensitivity to increase therapeutic ratio and overcome cancer cells radioresistance. In the present review, we evaluate the anticancer mechanism of Annona muricata L. extract (mainly leaves extract) and its bioactive compound such as annonaceous acetogenins, annomuricin, annonacin, curcumin, etc.; and further correlate them with the potential of the mechanism to increase or to reduce cancer cells radiosensitivity based on literature investigation. Various
pathways were reported and based on the literature evidence that most of them could lead to increased radiosensitivity, we see that Annona muricata L. has a future promising potential as a radiosensitizer agent. Further studies are needed to establish more valid
evidence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>