Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Hasanah
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.A. Gunawan
"Pada saat ini telah berkembang tiga pendekatan untuk menjelaskan prilaku kurs valas, yaitu: (1) pendekatan makro yang mengemukakan bahwa perubahan faktor makro ekonomi (fundamental) antar-negara yang secara langsung mendorong perubahan kurs valas, (2) pendekatan struktur mikro pasar yang mengemukakan bahwa faktor struktur mikro pasar yang menentukan perubahan kurs valas melalui informasi dan aliran pesanan, serta (3) pendekatan analisis teknikal yang memperkirakan dinamika perubahan kurs valas melalui analisis terhadap pergerakan data historis.
Dalam kenyataan praktis, para pelaku pasar secara simultan menggunakan informasi yang bersifat makro, mikro maupun historis. Oleh karena itu, dalam model ini akan dimasukkan peubah makro yang diwakili kurs berjangka satu minggu, peubah struktur mikro pasar yang diwakili jumlah tick dari kutipan (quote), dan peubah historis yang diwakili nilai kurs masalalu.
Memperhatikan bahwa data frekuensi tinggi umumnya mempunyai ciri heteroskedastik dan adanya volatility clustering, maka pada penelitian ini dipergunakan model GARCH. Disamping itu, karena pasar valas yang tidak transparan dimana beberapa peubah transaksi tak dapat diamati ditingkat pasar, maka pada penelitian ini dipergunakan beberapa peubah untuk memproxy peubah yang tak teramati tersebut, seperti misalnya kurs berjangka untuk memproxy tingkat bunga yang tak tersedia intrahari dan jumlah tick untuk memproxy kegiatan pasar (orderflow).
Analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa memang nilai historis dari peubah mempunyai pengaruh terhadap nilai peubah saat ini. Seperti misalnya perubahan imbal hasil masalalu mempunyai hubungan dengan perubahan imbal hasil kini. Demikian juga volatilitas masalalu mempunyai hubungan dengan volatilitas kini dan rentang relatif masalalu mempunyai hubungan dengan rentang relatif kini. Oleh karena itu disimpulkan perlunya menambahkan aspek historis ini secara eksplisit kedalam model Mikro-Makro (Evans & Lyons, 2002) untuk menjelaskan perubahan peubah kurs valas, terutama model determinasi kurs.
Penelitian ini mempunyai implikasi secara teoritis terhadap model hybrid yang menjelaskan tentang determinasi kurs, serta secara praktis terhadap kebijakan makro ekonomi, strategi para pelaku pasar dan kebijakan pengelolaan risiko perusahaan akibat perubahan nilai tukar valuta asing, dimana dinamika masalalu makin menjadi lebih penting.
Untuk memahami prilaku kurs secara lebih lengkap perlu dilakukan kajian lanjutan dengan menggunakan interval waktu yang lebih lama (perjam, perhari atau perminggu), jenis matauang yang lebih banyak dan pasar yang terpisah (Australia, Asia, Eropa dan Amerika) agar dapat diungkapkan prilaku pasar yang berbeda secara lebih jelas serta lengkap. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
D554
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sylvia Veronica Nalurita Purnama
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba dan kekeliruan penilaian pasar. Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance diduga akan mempengaruhi besaran pengelolaan laba, penilaian pasar atas pengelolaan laba, dan jenis pengelolaan laba (efisien atau oportunis). Selain itu, karena terdapat perbedaan persistensi dari komponen-komponen laba (arus kas operasi, akrual non diskresioner, dan akrual diskresioner) maka pasar seharusnya juga mengantisipasi adanya perbedaan persistensi tersebut dan memperhitungkannya dalam pembentukan harga saham. Jika pasar tidak mampu mengantisipasi hal tersebut maka akan terjadi kekeliruan penilaian pasar. Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance diduga mempengaruhi kekeliruan penilaian pasar tersebut.
Akrual dapat dibedakan menjadi dua komponen yaitu akrual diskresioner dan akrual non diskresioner. Akrual diskresioner adalah akrual yang berasal dari diskresi manajemen sedangkan akrual non diskresioner adalah akrual yang besarnya tergantung kegiatan operasional perusahaan. Akrual diskresioner dalam penelitian ini digunakan sebagai proxy dari pengelolaan laba.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, uji F, dan Mishkin Test, dan menggunakan data empiris di Bursa Efek Jakarta dengan sampel sebanyak 144 perusahaan untuk periode non krisis (1995-1996, 1999-2002).
Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa ukuran perusahaan dan kepemilikan keluarga adalah variabel yang mempengaruhi pengelolaan laba. Semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil pengelolaan labanya, serta pengelolaan laba pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi lebih tinggi dibandingkan pengelolaan laba pada perusahaan lain.
Kesimpulan mengenai jenis pengelolaan laba yang dilakukan oleh perusahaan masih mixed, walaupun lebih cenderung efisien. Hasil ini tidak konsisten dengan anggapan selama ini bahwa pengelolaan laba di Indonesia adalah oportunis. Faktor yang terbukti secara signifikan mempengaruhi jenis pengelolaan laba adalah kepemilikan keluarga. Pengelolaan laba pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi lebih efisien dibandingkan pengelolaan laba pada perusahaan lain. Sedangkan variabel kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance tidak terbukti secara konsisten berpengaruh signifikan terhadap jenis pengelolaan laba.
Pengelolaan laba terbukti dinilai signifikan positif oleh pasar, tetapi hasil ini tidak selalu didukung karena dalam pengujian sensitivitas terdapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa akrual diskresioner tidak berhubungan signifikan dengan imbal hasil saham. Variabel struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance tidak terbukti secara konsisten mempengaruhi penilaian pasar terhadap pengelolaan laba. Tidak signifikannya variabel-variabel tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan penilaian, pasar tidak mempertimbangkan motif dan kesempatan yang berbeda-beda dari perusahaan dalam melakukan pengelolaan laba.
Pengujian persistensi laba menunjukkan adanya perbedaan persistensi dari komponen laba, dimana arus kas operasi lebih persisten dibandingkan akrual diskresioner dan akrual non diskresioner lebih persisten dibandingkan akrual diskresioner. Hasil pengujian Mishkin Test menunjukkan terdapat kekeliruan penilaian pasar pada komponen arus kas dan akrual non diskresioner, tetapi tidak terdapat kekeliruan penilaian pasar untuk akrual diskresioner. Adanya bukti mengenai kekeliruan penilaian pasar atas komponen laba mengindikasikan bahwa pasar modal di Indonesia tergolong tidak efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong form).
Pengujian lebih lanjut untuk melihat apakah kekeliruan penilaian pasar tersebut dipengaruhi oleh kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, kuaiitas audit, komisaris independen, dan komite audit, menunjukkan bahwa variabelvariabel tersebut tidak mempengaruhi kekeliruan penilaian pasar atas akrual diskresioner.

ABSTRACT
The purpose of this study is to investigate the affect of ownership structure, firm size, and corporate governance practices on earnings management and market mispricing. We predict that ownership structure, firm size, and corporate governance practices have significant influence on the level of earnings management, the pricing of earnings management, and type of earnings management (efficient or opportunistic). In addition, the stock prices should reflect the differential persistence of earnings components (cash flow from operation, non-discretionary accruals, and discretionary accruals). Market mispricing occurs if market fails to reflect that differential persistence. We expect ownership structure, firm size, and corporate governance practices have significant influence on market mispricing.
Accruals consist of two components: discretionary accruals and non-discretionary accruals. Discretionary accruals are accruals from management discretion, whereas non-discretionary accruals are those accruals, which amount, are depending on company's operational activity. This study use discretionary accruals as a proxy of earnings management.
Multiple regressions, F-test, and Mishkin Test are used to test hypothesis developed in this study. Sample consists of 144 firms listed in Jakarta Stock Exchange over non-crisis period (1995-1996, 1999-2002).
I find that firm size and family ownership have significant influence on level of earnings management. The bigger firm sizes the lesser the earnings management and earnings management on firms with high proportion of family ownership and non business-group is higher than that of other firms.
The evidence regarding type of earnings management is mixed, although it has a tendency to efficient earnings management. This evidence is inconsistent with usual view that an earnings management in Indonesia is opportunistic. Family ownership is found has significant influence on earnings management type. Earnings management on firms with high proportion of family ownership and non business-group is more efficient than that of other firms. There is no consistent evidence that institutional ownership, firm size, and corporate governance practices have that significant influence.
I also found that the market prices earnings management positively, but this evidence is not always supported in sensitivity analysis. Some of sensitivity analysis results show that earnings management does not have significant influence on market return. There is no consistent evidence that ownership structure, firm size, and corporate governance practices have significant influence on market pricing of discretionary accruals. This evidence indicates that market valuation is not considering that firms have different chance and motives of doing earnings management.
Test of differential earnings components persistence shows that cash flow from operation significantly has higher persistence than non-discretionary accruals and discretionary accruals and non-discretionary accruals significantly has higher persistence than discretionary accruals-Mishkin Test shows that market misprices cash flow from operation and non-discretionary accruals, but it correctly prices discretionary accruals. This evidence on market mispricing indicates that Jakarta Stock Exchange is not efficient in semi-strong form.
Further tests are performed to investigate whether market mispricing is influenced by ownership structure, firm size, and corporate governance practices. Those tests show that those variables do not significantly affect market mispricing on discretionary accruals.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
D553
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library