Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damar Wibisono
"Penambahan air dalam umpan dapat menghambat deaktivasi katalis. Kandungan umpan 60% air memberikan deaktivasi katalis yang lebih lambat dibandingkan kandungan umpan 30% dan 15 % air. Selain itu, dengan laju umpan yang besar didapatkan konversi jauh lebih besar, namun akan terjadi penurunan konversi yang signifikan yang menyebabkan katalis terdeaktivasi. Penurunan aktivitas katalis (deactivation) tersebut dikarenakan penutupan inti aktif asam oleh kokas (coke). Hal ini dapat diketahui dengan uji keasaman katalis yang mengalami penurunan dan hasil FTIR didapatkan ikatan coke pada bilangan gelombang 1540-1600 cm-1.

Adding water to feed may inhibit deactivation of the catalyst. Sixty percent of water content in feed giving catalyst's deactivation which is slower than the feed with 30% and 15% water content. Besides that, the more faster of feed flowrate given, the more bigger conversion that earned, but there will be a significant decrease of the conversion that caused deactivation of catalyst. Deactivation of catalyst is due to the closure of the active core acid by the coke. This can be identified by testing catalyst's acidity value which has decreased and the FTIR test that contains a bond coke at a wave numbers of 1540-1600 cm-1."
2011
S186
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Pindonta
"Penggunaan zeolit sebagai katalis terutama ZSM-5 telah banyak diterapkan di hampir semua industri. Namun, hingga saat ini Indonesia belum mampu memproduksi dan memenuhi sendiri kebutuhan akan katalis. Suatu kerugian yang begitu besar dimana nilai kebutuhan katalis di Indonesia mencapai USD 300juta, sedangkan dilain pihak perkembangan industri petrokimia di Indonesia mengalami kemajuan sangat signifikan. Pengembangan akan sintesis ZSM-5 terus dilakukan. Hasil yang pernah diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu antara lain tahap nukleasi yang menghasilkan material zeolit dalam bentuk sol gel masih kurang efisien yakni memerlukan waktu aging lama (5 hari), dan pengamatan terhadap gel yang terbentuk yakni komposisi Si/Al, perolehan (yield), morfologi belum optimal dilakukan. Tahap gel aging yang begitu lama mengakibatkan proses sintesis ZSM-5 kurang efektif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan menitikberatkan pada pembentukan sol gel dengan menggunakan peralatan jet bubble column sehingga diharapkan laju pembentukan sol gel lebih cepat, kualitas sol gel lebih homogen, dan perolehan yield yang setinggi-tingginya (ion lerhidrat sisa seminimal mungkin). Pengujian karakterisasi terhadap sol gel pada sintesis zeolit ini dilakukan menggunakan XRF, AAS, SEM-EDK, FTIR, dan XRD."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Bambang Suboto
"Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan dasar manusia, pencemaran lingkungan cenderung meningkat. Salah satu pencemaran yang melanda Jakarta adalah pencemaran sumber air minum, hal ini sudah menjadi masalah yang sangat mendesak untuk dicari pemecahannya. Adapun pencemaran sumber air minum diakibatkan oleh limbah cair organik yang susah diolah oleh bakteri. Limbah cair tersebut salah satunya adalah pbenol. Untuk menurunkan kadar larutan organik khususnya phenol dari dalam air, didapat pemikiran memanfaatkan limbah yang ada untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Adapun limbah yang dimanfaatkan adalah ampas tebu dan batok kelapa. Limbah tersebut dimanfaatkan menjadi karbon aktif yang dapat difungsikan untuk menjerat baban beracun dan berbahaya yang berasal dari baban organik. Dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian membuat karbon aktif dengan aktivasi kimia menggunakan KOH dan menguji luas permuksan serta volume pori menggunakan autosorb. Karbon aktif yang dihasilkan dari aktivasi digunakan untuk mengadsorp yang terdapat di air. Adsorpsi berlangsung pada temperatur 28 c dan tekanan 1 atm. Dari penelitian ini diperoleh hasil yang menyatakan bahwa luas permukaan karbon aktif sebanding dengan volume pori dan kapasitas adsorpsi. Luas permukaan karbon aktif tebu lebih luas dari karbon aktif kelapa. Luas permukaan karbon aktif paling besar terdapat pada karbon aktif kelapa dengan 20% penambaban KOH yaitu…"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Fata
"Sampai saat ini telah dipelajari tiga teknologi untuk menghilangkan olefin dalam gas i-C4 yaitu: hydrorreating, Disnlasi-Ekstraksi dan Distilasi Fraksionasi. Akan tetapi ketiga teknologi ini digunakan untuk konsentrasi kandunganan olefin yang tinggi dalam Lunpan aliran proses dan produk utama yang diinginkan adalah olefin dengan kapasitas produksi besar_ Teknologi ini tidak ekonomis jika dipakai pada Lunpan aliran proses yang konsentrasi oleiinnya rendah, 4 - 6% dalam LPG iso-butan.
Telcnologi (metode) yang paling, ekonomis dalam proses penghilangan kandungan olefin dalam iso-butan, altematiiimya adalah dengan menggunakan metode adsorpsi. Proses adsorpsi merupakan kcmampuan dari sualu adsorben unluk mengikat suatu zat tertentu dalam larutan (Huida) pada pemwkaannya sehingga zat tersebut dapat dipisahkan dari Iarutannya. Terikatnya zat tersbut dimungkinkan karena adanya gaya pada adsorben. Adsorben tertentu dapat mengadsorp oletin dan mendesorpsi iso-butan dengan baik. Untuk melakukan proses ini dikembangkan suatu kolom adsorpsi yang ditempatkan adsorben didalamnya.
Hasil penelitian dengan menggunakan molekuler-sieve SA, dan karbon aktif, pada kondisi temperatur yang berbeda diperoleh, masing-masing pola kurva terobosan oleiu cukup memadai karena membentuk S-shape, dimana molekulcrsieve marnpu menurunkan sampai i 0.3 pmol/cc pada temperatur 20 ?C dan karbon aktif sampai i 0.2 pmol/cc pada temperalur 20 °C. Kapasitas adsorben molekulersieve pada temperatur 20 °C ,dc 14317415 pmol/cc; karbon aktif 1 21530030 pmol/cc, ini cukup layak dipakai sebagai adsorben untuk mengadsorpsi Olefin dalam gas iso-butan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Sugama
"Keunggulan proses pemisahan gas CO2 dengan membran dibandingkan dengan proses pemisahan lalnnya seperti distilasi kriogenik dan proses adsorpsi adalah penggunaan energi yang lebih rendah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan biaya operasinya yang relatif lebih rendah. Mekanisme terjadinya pemisahan dalam membran adalah berdasarkan perbedaan permeabilitas dari setiap komponen gas dalam campurannya. Gas CO2 memiliki sifat-sifat fisik yang memungkinkannya mmtuk berpermeasi lebih mudah menembus membran, seperti diameter kinetik molekulnya yang kecil, solubilitasnya yang relatif besar, dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan molekul-molekul penyusun membran polimer.
Pada penelitian ini digunakan Polyester Film yang digunakan sebagai membran unmk pemisahan campuran C02 dan Udam P gujian dilakukan dalam dnla iahap yaitu pada kondisi Ideal menggunakan gas murni CO2 , O2 dan N2 dan pada kondisi Aktual menggunakan campuran gas dmgan komposisi 20.045 % CO2, 16.91 % O2 dan 63.045 % N2.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa Permeabilitas Ideal O2 dan N2 oenderung konstan dengan kenaikan tekanan. Sedangkan Permeabilitas Ideal CO2 meningkat tajam dengan kenaikan tekanan. Hal ini disebabkan molekul-molekul gas co2. berinteraksi mempengaruhi struktur rantai membran sehingga membuatnya semakin fleksibel, semakin mudah untuk dilewati molekul gas CO2.
Dari perhitungan, pada permodelan maupun Aktual, diperoleh peningkatan fraksi gas CO; yang tertolak terhadap kenaikan fraksi gas yang permeat (stage cut). Sebaliknya terdapat peningkatan & aksi udara yang permeat terhadap kenaikan stage cut. Ini disebabkan meningkatnya permeabilitas membran akibat interaksi struktur membran dengan molekul-molekul gas C02, sehingga membran jadi kurang selektif terhadap gs C02. Sebaliknya gas-gas di dalam campuran yang seharusnya sulit lmtuk permeat, sebagian ikut terpermeasi.
Selektivitas Ideal C02/N2 tertinggi didapat sebesar 26.769 dan Selektivitas Ideal C01/O2 tertinggi didapat sebesar 11.618 pada tekanan 900 kPa. Koudisi optimum untuk pemisahan gas dengan membran Polyester Film berada pada tekanan 900 kPa dan stage cut 0,21 dengan kemurnian udara yang diperoleh sebesar 85% dari udara umpan sebesar 79,9 %. Kemurnian udara ini dapat ditingkatkan sampai dengan 94% dengan stage cut sebesar 161."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dariyus
"Hidrokarbon C2-C4 merupakan senyawa yang penting untuk segala macam industri petrokimia misalnya bahan baku polimer, MTBE, isoprena, untuk reagen alkilasi, dan bahan baku LPG. Senyawa tersebut dapat diperoleh secara suslainable (berkelanjuatan) dari senyawa n-butanol melalui proses katalitik dan n-butanol merupakan senyawa yang dapat diperbaharui (renewable) karena dapat dihasilkan dari proses fermentasi senyawa karbohidrat.
Pengembangan proses katalitik dapat dilakukan dengan menggunakan katalis zeolit alam yang dimodifikasi dengan penambahan boron oksida. Perpaduan antara dua komponen katalis tersebut diharapkan dapat meningkatkan kineija katalis dalam mengkonversi n-butanol menjadi C2-C4.
Penelitian ini telah mempelajari bahwa penambahan boron oksida pada zeolit alam sebanyak 25% memberikan konversi dan yield C2-C1 yang paling baik. Hasil karakterisasi XRD terhadap penambahan boron oksida sebanyak 25% tersebut tidak menunjukkan puncak-puncak yang dimiliki oleh komponen boron oksida. Hal ini menunjukkan bahwa boron oksida terdispersi secara sempuma pada permukaan zeolit alam dan berinteraksi secara kuat dengan /razne/kerangka zeolit. Hasil analisis BET menunjukkan bahwa luas permukaan katalis tanpa penambahan boron oksida adalah 343 m2/g yang dapat dipertimbangkan merupakan luasan yang cukup untuk mendispersikan komponen boron oksida pada permukaan katalis zeolit alam.
Uji aktivitas katalis dengan menggunakan katalis yang mengandung 25% boron oksida tersebut memberikan hasil konversi n-butanol terbaik sebesar 82,9% dan yield C2--C4 sebesar 14,7% pada temperatur reaksi 400°C ketika jumlah umpan n-butanol mencapai 21 gram. Hal ini diperkirakan bahwa pada katalis tersebut terbentuk suatu spesi yang berperan sebagai inti aktif baru dalam mengkonversi n- butanol menjadi C2-C4 dibanding dengan zeolit alam tanpa penambahan boron oksida."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Satiti Ayu Wulandari
"Kandungan mineral-mineral terlarut dalam suatu larutan, seperti Ca2+ dan Mg2+ memiliki kecenderungan untuk terdeposit membentuk lapisan sangat keras yang biasa disebut kerak. Pembentukan kerak akan meningkat seiring dengan semakin tingginya kandungan ion Ca2+ dalam larutan. Magnetisasi dapat menurunkan kandungan ion Ca2+ dalam larutan, sehingga mampu mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat pembentukan kerak tersebut. Percobaan dilakukan untuk mengetahui efek dari medan magnet terhadap kandungan ion Ca2+ dalam larutan dan pembentukan deposit CaC03 di permukaan. Proses magnetisasi selama presipitasi berlangsung akan dilakukan pada kondisi statis dengan tingkat kesadahan larutan, lamanya proses magnetisasi dan presipitasi sebagai variabel-variabel yang dimanipulasi dalam percobaan. Magnet yang digunakan adalah magnet batang permanen berbasis Neodymium (Nd) dengan kuat medan sebesar 950 - 3400 Gauss. Karakteristik larutan akan dibandingkan pada saat sebelum dan sesudah magnetisasi berlangsung.
Dalam percobaan ini, konsentrasi ion Ca2+ diukur dengan menggunakan titrasi kompleksometri EDTA dan elektroda ion selektif Ca2+ Vernier. Uji foto mikroskop dan karakterisasi difraksi sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengamati distribusi dan ukuran kristal yang terbentuk di permukaan. Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa magnetisasi terhadap larutan campuran Na2CO3 dan CaCl2 memiliki efek yang berbeda, tergantung dari metode yang digunakan. Metode magnetisasi selama presipitasi berlangsung akan mendominasi tahap pertumbuhan partikel, sehingga jumlah deposit yang terbentuk di permukaan lebih banyak namun dengan ukuran. kristal yang lebih kecil. Beberapa parameter yang menentukan efektivitas dari proses magnetisasi adalah tingkat kesadahan larutan, lamanya waktu magnetisasi dan presipitasi. Proses magnetisasi berlangsung paling efektif saat diaplikasikan pada larutan campuran selama sepuluh menit dan pengaruhnya dapat bertahan hingga tiga puluh menit. Efek magnetisasi tetap terlihat dengan jelas, meskipun diaplikasikan pada larutan induk dengan berbagai konsentrasi yang berbeda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yaser
"Aktivitas dan stabilitas fotokatalis TiO2 dalam pengolahan limbah Cr(VI) dan fenol secara simultan dapat terganggu dikarenakan adanya proses deaktivasi. Secara umum deaktivasi fotokatalis disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah perubahan fasa kristal katalis, akumulasi intermediate atau produk dari reaksi fotokatalisis pada permukaan fotokatalis yang teradsorpsi lebih kuat daripada reaktannya sehingga menutupi active site katalis, tingkat keasaman (pH) sistem katalis, dan perubahan energi bandgap yang terjadi karena kerusakan struktur kristal atau adsorpsi logam pada permukaan fotokatalis. Pengembalian aktivitas fotokatalis TiO2 dimungkinkan melalui proses regenerasi dengan cara perlakuan dalam suasana asam atau basa, penyinaran agar terjadi reaksi fotokatalisis lanjutan, pencucian, pemanasan, dan sebagainya. Dalam meregenerasi fotokatalis diperlukan metode dan kondisi operasi yang optimal agar aktivitas fotokatalis dapat dikembalikan seperti semula.
Oleh karena itu akan dilakukan analisis penyebab deaktivasi fotokatalis TiO2 dalam pengolahan limbah simultan Cr(VI) dan fenol kemudian dicari metode regenerasi yang dapat mengembalikan aktivitas fotokatalis TiO2 seperti semula. Percobaan diawali dengan melakukan uji aktivitas dan stabilitas dalam mengolah limbah Cr(VI) dan fenol secara simultan dengan menggunakan reaktor skala pilot yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan karakterisasi SEM-EDX pada katalis yang terdeaktivasi. Setelah itu dilakukan regenerasi dengan empat metode. Metode pertama dilakukan dengan mencampur katalis kering yang telah terdeaktivasi dengan air lalu mensonikasi dan diaduk selama beberapa saat.
Metode kedua dilakukan dengan mencampur katalis dengan air lalu mensonikasi dan menyinari larutan katalis tersebut dengan sinar matahari sambil diaduk. Metode ketiga, katalis kering yang telah terdeaktivasi dicampur dengan air lalu disonikasi kemudian dipanaskan hingga suhu sekitar 80-90 _C. Metode keempat, katalis terdeaktivasi yang sama hanya disinari oleh sinar matahari selama beberapa saat. Selanjutnya dilakukan karakterisasi EDX pada katalis-katalis yang telah diregenerasi dengan keempat metode. Untuk mengetahui aktivitas katalis setelah proses regenerasi dilakukan uji aktivitas kedua dengan menggunakan reaktor skala laboratorium untuk mengolah limbah simultan Cr(VI) dan fenol.
Hasil uji aktivitas dan stabilitas menunjukkan terjadinya deaktivasi fotokatalis. Konversi dalam reduksi Cr(VI) dan fenol setelah uji aktivitas kedua sebesar 39,56% dan 42,47% berturut-turut, sedangkan setelah regenerasi dengan metode regenerasi kedua konversi reduksi Cr(VI) menjadi 94,35% dan konversi degradasi fenol sebesar 68,35%. Hasil SEM-EDX menunjukan semakin tingginya %C dan %Cr selama penggunaan katalis. Terjadinya penggumpalan katalis dan terdapatnya senyawa karbon, yang diduga intermediate dari oksidasi parsial fenol, yang tinggi diawal pengujian dan kromium, yang diduga dalam bentuk Cr(III) hasil akhir reduksi Cr(VI), yang tinggi pada permukaan fotokatalis diakhir pengujian diduga sebagai penyebab terjadinya deaktivasi katalis.
Hasil uji aktivitas kedua menunjukkan bahwa metode regenerasi kedua (pencampuran dengan air diteruskan dengan sonikasi, penyinaran dan pengadukan) dan metode regenerasi keempat (penyinaran katalis kering) merupakan metode regenerasi yang optimal dalam mengembalikan aktivitas katalis TiO2 yang terdeaktivasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Agustyani
"Modul membran serat berlubang mulai banyak digunakan sebagai peralatan kontaktor gas-cair karena dapat memberikan luas permukaan kontak yang besar. Salah satu aplikasi dari peralatan ini adalah untuk memisahkan oksigen terlarut dari dalam air. Membran disini berfungsi sebagai kontaktor yang merupakan media tempat berkontak antara air dengan oksigen. Dalam proses pemisahan oksigen dari air melalui membran, perbedaan konsentrasi antara fasa gas dan fasa cair memberikan gaya penggerak untuk perpindahan secara difusi melalui membran tersebut.
Studi ini menggunakan kontaktor membran serat berlubang untuk memisahkan oksigen terlarut dari air. Serat yang digunakan adalah MEMCOR CMF-S S10T dari MEMCOR Australia berukuruan 650 _m diameter luarnya, 130 _m tebal dindingnya dan 0,2 _m ukuran nominal pori membrannya. Ada 3 kontaktor membran yang digunakan dalam penelitian ini dengan jumlah serat bervariasi dari 112, 126 dan 140. Pemisahan oksigen terlarut dari dalam air melalui kontaktor membran serat berlubang dilakukan dengan menggunakan pompa vakum dipilih sebagai model sistem penelitian untuk mengetahui efektifitas perpindahan massa (dilihat dari koefisien perpindahan massa) dan kharakteristik hidrodinamika air dalam kontaktor membran serat berlubang. Dalam eksperimen kecepatan air divariasikan dari 24 hingga 103 Cm/detik, memberikan variasi pada bilangan Reynolds sekitar 800 hingga 2000. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh berdasar hasil eksperimen berkisar antara 0,006 hingga 0,012 Cm/detik.
Berdasarkan hasil eksperimen terlihat bahwa koefisien perpindahan massa yang terjadi di dalam kontaktor turun dengan naiknya fraksi kepadatan membran di dalam kontaktor pada kecepatan air yang sama dan naiknya temperatur pemanasan awal pada air umpan. Korelasi perpindahan massa dapat dinyatakan dalam persamaan: Sh =(-0,066?+0,034 ) Re0,87 Sc0,33 menunjukka bahwa difusi oksigen dari dalam air terjadi pada daerah aliran turbulen. Hal ini didukung dengan penurunan tekanan yang terjadi di dalam kontaktor juga terjadi di daerah turbulen. Selain itu pengaruh konfigurasi membran menunjukkan bahwa membran ujung bebas memberikan koefisien perpindahan massa yang lebih besar dari dari membran ujung terikat. Rasio friksi aliran air di dalam kontaktor berkisar 1,7 hingga 3,9 kali lebih besar dari fraksi teoritis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauzie
"Metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengontrol terbentuknya scale adalah Anti Scale Magnetic Treatment (AMT). Kritik yang biasa dilontarkan tentang metode ini adalah mengenai hasil dari alat AMT yang pada saat penerapannya banyak yang tidak efektif. Selain itu masih terdapat pro-kontra dikalangan peneliti mengenai nilai efektifitas suatu proses magnetisasi dan kondisi operasinya. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang metode magnetisasi ini sebagai metode alternatif yang menjanjikan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari medan magnet terhadap pembentukan partikel dan jenis kristal CaCO3 pada air sadah sintetik (larutan kalkokarbonik) dengan menggunakan sistem dinamis sirkulasi. Beberapa variabel kondisi operasi yang meliputi lama waktu sirkulasi, laju alir, jumlah magnet dan pH diuji untuk lebih memperjelas pengaruhnya terhadap proses magnetisasi. Pada penelitian ini larutan kalkokarbonik disirkulasi pada laju alir yang konstan. Pengukuran dilakukan pada saat sirkulasi dan setelah sirkulasi. Pengukuran kandungan CaCO3 pada larutan kalkokarbonik dilakukan dengan metode titrasi kompleksometri EDTA. Uji XRD dilakukan untuk mengetahui jenis kristal yang terdeposit dipermukaan pelat kaca. Hasil penelitian menunjukan bahwa magnetisasi dapat meningkatkan persen presipitasi dari CaCO3. Peningkatan persen presipitasi untuk sampel yang dimagnetisasi terjadi baik pada saat sirkulasi maupun setelah sirkulasi. Semakin lama waktu sirkulasi dan semakin tinggi laju alir, jumlah magnet dan pH maka persen presipitasi CaCO3 yang didapat akan semakin tinggi. Jenis deposit kristal CaCO3 yang terbentuk dipermukaan pelat kaca adalah kalsit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>