Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardiati Ganjardani
"Latar belakang: prolaktin adalah salah satu hormon yang segera meningkat pada keadaan stres fisis dan psikoemosional yang juga berperan sebagai neuroendokrin pada pertumbuhan sel epitel dan sistem imun kulit. Prolaktin adalah prototype mediator neuroendokrin terhadap stres. Eksaserbasi psoriasis seringkali dipicu oleh stres psikoemosional. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah efek stres pada psoriasis berhubungan dengan perubahan kadar prolaktin serum. Penulis meneliti korelasi antara kadar prolaktin serum dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris pada pasien laki-laki, yang diukur dengan metode psoriasis area severity index (PASI) dan luas permukaan tubuh (body surface area, BSA).
Metode: penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang pada 41 pasien psoriasis vulgaris laki-laki. Kadar prolaktin serum diukur dengan metode electrochemiluminescence immunoassay dan dikorelasikan dengan derajat keparahan psoriasis.
Hasil: tidak ada korelasi antara kadar prolaktin serum dengan PASI (korelasi Spearman, p>0,05) dan BSA (korelasi Spearman, p>0,05).
Kesimpulan: terdapat korelasi positif yang tidak signifikan secara statistik antara kadar prolaktin serum dengan derajat keparahan psoriasis yang diukur dengan PASI dan BSA pada pasien laki-laki.

Background: prolactin is one of the hormones that immediately raises at the state of physical and psychoemotional stress. It also acts as neuroendocrine in growth of epithelial cells and skin immune system. Prolactin is the prototype of neuroendocrine mediator of stress. The exacerbation of psoriasis is often caused by psychoemotional stress. It has been questionable whether stress effect in psoriasis correlates with changes in serum prolactin levels. The authors investigated the correlation between serum prolactin levels and the severity of psoriasis vulgaris in male patients, measured by psoriasis area and severity index (PASI) and body surface area (BSA).
Method: we performed a cross-sectional study in 41 male patients with psoriasis vulgaris. The serum prolactin levels were measured by electrochemiluminescence immunoassay and were correlated with the severity of psoriasis vulgaris (PASI and BSA).
Result: There was no correlation between serum prolactin levels and PASI (Spearman's correlation, p>0,05) and BSA (Spearman’s correlation, p>0,05).
Conclusion: there was positive correlation, but not statistically significant, between serum prolactin levels and severity of psoriasis vulgaris measured by PASI and BSA in male psoriasis subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Endriana Svieta
"Latar Belakang : Dermatitis kontak merupakan salah satu penyakit kulit akibat kerja yang disebabkanoleh reaksi simpang pada kulit epidermis dan dermis akibat pajanan bahan yang berhubungan dengan bahan kimia, faktor fisik (panes), dan faktor mekanik (gesekan, tekanan, trauma) dan faktor riwayat atopi juga merupakan penyebab tidak langsung. Salah satu bahan kimia yang berisiko terhadap dermatitis kontak adalah debu semen. Pekerja yang berisiko terhadap pajanan debu semen adalah tenaga keja bongkar muat sak semen di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta.
Metode : Penelitian dilakukan di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta pada September 2009. Desain penelitian ini cross sectional dengan analitik internal komparatif dan pemilihan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Populasi penelitian seluruh buruh tenaga kerja bongkar muat pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta yang berjumlah 402 orang, dan jumlah sampel 140 responden. Cara pengumpulan data dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan observasi pelaksanaan pekerjaan. Analisis data dengan program SPSS versi 15, dengan interpretasi analisis univariat , analisis bivariat (Odds Ratio dan 95% Confidence Interval) dan analisis multivariat (metode Enter pada Binary Logistic Regression).
Hasil : Tenaga kezja bongkar muat Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta sebanyak 24,3% mengalami dermatitis kontak. Hasil analisis multivariat terdapat hubtmgan bermakna antara tingkat pajanan debu semen tahunan (p=0,041 ; OR=2,35; 95%Cl=0,99»S,56) dengan dermatitis kontak. Umur pekeija, status gizi, pendidikan, iiwayat atopi dan higiene diri buruk tidak mempunyai hubungan statistic bcmiakna dengan dermatitis kontak. Suhu lingkungan dan kelembaban dengan alat ukur Hear Stress Monitor (WBGTO tertingi 29,1°C dan RH tertinggi 62%) diduga mernpunyai kontribusi nntuk terjadinya dermatitis kontak.
Kesimpulan dan saran : Prevalensi dermatitis kontak pada tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta sebanyak 24,3%. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya dennatitis kontak adalah tingkat pajanan debu semen tahunan (p=0,04l;0Ra¢§ =2,35).Tingginya suhu lingktmgan dan kelembaban diduga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya. dermatitis kontak. Pekerja perlu diajarkan pengetahuan akan bahaya debu semen, pentingnya alat pelindung diri dan menjaga kebersihan diri untuk mencegah teij adinya dermatitis kontak pada pekeija angkut semen.

Background: Contact dermatitis is the one of a skin disease due to work caused by adverse reaction in the epidermis and dennis of skin exposure related materials, chemical, physical factors (heat), and mechanical factors (friction, pressure, trauma) and history of atopy factor is also an indirect cause. One of the chemicals that are at risk for contact dermatitis is cement dust, Workers at risk of exposure to cement dust is labor cement loading and unloading bags of Sunda Kelapa Port in Jakarta.
Methods: This research was conducted at the port of Sunda Kelapa Jakarta in September 2009. The design was cross-sectional study with an intemal analytical comparative sample selection is done by simple random sampling. This study population is all the labor workers unloading port of Sunda Kelapa Jakarta totaling 402 people, based on the calculation of the number of samples of 140 respondents. Dara collection is done by filling status of research, which consisted of anarrmcsis, physical examination and observation of the implementation work. Data analysis using SPSS program version 15, with the interpretation of the univariate analysis (table distributions), bivariate analysis (calculating Odds Ratio 95% Confidence Interval) and multivariate analysis (enter method the binary logistic regression).
Results: Prevalence of contact dermatitis among labor loading and unloading at the port of Sunda Kelapa Jakarta is 24.3% . There is signiicant statistic relationship between the cement dust exposure rating (p = 0.041; OR = 2,35; 95% CI == 0,19-5,56) to contact dermatitis, The age, work duration, nutritional status, education, poor self-hygiene and history of atopy had no significant statistic relationship to contact dermatitis. Temperature and humidity environment with the Heat Stress Monitor (29.l° C highest WBGTo and the highest 62% RH) have contributed to the occurrence of contact dermatitis
Conclusions and sugestions: The prevalence of contact dermatitis in workers loading and imloading port of Sunda Kelapa Jakarta is 24.3%. The most related factors to the occmrence of contact dermatitis is cement dust exposure rating chronic (p = 0.04l; OR adj =2,3 5).The highly environmental temperature and humidity could be intiuence to contact dermatitis. Workers need to be taught to maintain personal hygiene and knowledge of the hazards of cement dust on the health of workers, including skin health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32346
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Kusmiati
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2008
T56652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library