Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh Basarudin Asfahani
"Penelitian ini mengeksplorasi interaksi antara inovasi layanan (Service Innovation), kualitas layanan (Service Quality), kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction), dan loyalitas (Customer Loyalty) pada layanan Penerimaan Klas Biro Klasifikasi Indonesia. Ini menguji apakah inovasi layanan berdampak langsung pada kualitas layanan, kepuasan, dan loyalitas, dan menguji peran mediasi kualitas layanan dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas. Dengan menggunakan analisis regresi dan mediasi, penelitian ini menemukan bahwa inovasi layanan meningkatkan kualitas layanan tetapi tidak secara langsung mempengaruhi kepuasan atau loyalitas pelanggan. Kualitas layanan secara signifikan meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan, dan kepuasan sangat meningkatkan loyalitas. Temuan menunjukkan bahwa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan memediasi pengaruh inovasi layanan terhadap loyalitas. Studi ini menyarankan untuk memprioritaskan peningkatan kualitas layanan dan program loyalitas dan merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai inovasi layanan tertentu dan faktor mediasi yang mempengaruhi loyalitas.

This research explores the interactions between service innovation, service quality, customer satisfaction, and loyalty at the Indonesian Classification Bureau. It tests whether service innovation directly impacts service quality, satisfaction, and loyalty, and examines the mediating roles of service quality and satisfaction. Using regression and mediation analysis, the study finds that service innovation improves service quality but does not directly affect satisfaction or loyalty. Service quality significantly boosts both satisfaction and loyalty, and satisfaction strongly enhances loyalty. The findings indicate that service quality and satisfaction mediate the effect of service innovation on loyalty. The study suggests prioritizing service quality improvements and loyalty programs and recommends further research on specific service innovations and mediating factors influencing loyalty."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Prawidiyanto
"Kinerja Health, Safety, and Environment (HSE) merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program-program HSE dalam sebuah organisasi. Kinerja HSE Tim Penanggulangan dan Pemadam Kebakaran PT CVX belum mencapai target yang ditetapkan. Dari total 51 laporan bulanan (antara 1 Januari 2010 hingga 31 Maret 2014), terdapat 23 buah temuan unsur kinerja yang tidak memenuhi target (sebesar 1,76%). Besarnya nilai bobot kinerja yang tidak tercapai selama periode tersebut adalah 3,01%.. Unsur-unsur yang menjadi indikator kinerja HSE tersebut merupakan hal-hal yang harus dipenuhi oleh Tim dalam rangka meminimalkan risiko. Dengan pencapaian dibawah target, muncul risiko-risiko bagi PT CVX, para kontraktor, serta masyarakat di sekitar lokasi operasinya. Unsur-unsur kinerja HSE yang tidak tercapai tersebut merupakan hazard yang dapat menyebabkan munculnya kecelakaan atau kerugian.
Berdasarkan teori tentang faktor manusia, mengadopsi dari Swiss Cheese Model (Reason, 1997), dalam penelitian ini ditemukan unsur-unsur yang menyebabkan kegagalan programprogram HSE pada Tim, adalah lebih banyak disebabkan oleh kinerja manajemen organisasi, dimana jumlah kegagalan program yang dinilai berdasarkan inisiatif yang tidak dilakukan adalah sebesar 2,45%. Sedangkan kegagalan yang disebabkan oleh kinerja individu, berdasarkan kejadian yang ditemukan adalah berjumlah 1,34%. Dan secara umum tingkat keberhasilan Tim dalam menerapkan program HSE (berdasarkan KPI Kinerja HSE) secara keseluruhan adalah 98,33%.

Performance of Health, Safety, and Environment (HSE) is one indicator of the successful implementation of HSE programs within an organization. HSE Performance of Team Fire Fighting Team PT CVX has not reached the set target. From total of 51 monthly reports (between January 1, 2010 until March 31, 2014), there are 23 pieces of findings as elements of un-meet performance target (1.76%). The amount of the unreach performance weight during the period was 3.01%. In order to minimize the risk the elements must be met. Achievement below targets increase emerging risks for PT CVX, contractors, and the communities around its operations. The un-reach elements of HSE performance is hazards that can cause accidents or losses.
Based on the theory of human factors, adopting from Swiss Cheese Model (Reason, 1997), this research found the elements that led to the failure of programs HSE on Tim, is more caused by the performance management of the organization, where the number of program failure are assessed based on initiatives that not done is amounted to 2.45%. Whereas failure caused by individual performance, based on the events found are totaled 1.34%. And the general level of success in implementing HSE team (based KPI Performance HSE) as a whole is 98.33%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyza Yuni Setiawati
"Pemerintah mendorong agar setiap perusahaan melakukan penerapan SMK3 di lingkungan kerja masing-masing. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012. Penerapan K3 sering kali dianggap sebagai cost atau beban biaya bagi perusahaan, bukan investasi untuk mencegah kecelakaan kerja. Menurut data organisasi perburuhan internasional (ILO) sekitar 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kesesuaian Kinerja SMK3 dan tingkat pemahaman budaya keselamatan karyawan di Perusahaan X. Data Penelitian meliputi data primer dengen FGD menggunakan kuisioner safety culture maturity The Hudson Model dalam 6 kelompok Jabatan dan data sekunder (hasil temuan eksternal audit ISO 45001 : 2018 dan SMK3 sesuai PP No. 50 tahun 2012). Metodelogi penelitian menggunakan deskriptif analitik dan mix metode (semi kuantitatif dan kualitatif). Ada 20 variabel metode Hudson diperoleh tingkat kematangan budaya pada angka 3,33 (kategori Kalkulatif). Ini berarti keselamatan dianggap sebagai tanggung jawab Petugas K3 atau unit K3 saja yang berfokus terhadap pemenuhan standar atau peraturan saja yang menjadi minimum requirement. Tingkat pengukuran kinerja SMK3 perusahaan telah berada di level memuaskan menunjukan bahwa hasil SMK3 Perusahaan mengkonfirmasi apa yang dideteksi tingkat kematangan budaya keselamatan Perusahaan baru mulai untuk pemenuhan standar K3 dan kebutuhan peraturan perundang-undang. Perusahaan belum melakukan improvement ke arah generative yang sesungguhnya untuk menuju level proaktif dan generative tidak bisa hanya berfokus pada kebutuhan SMK3 namun banyak hal yang dibutuhkan improvement. Jika Perusahaan ingin menuju tingkat proaktif keselamatan dan nilai tingkat budaya generative maka keselamatan harus menjadi nilai yang diyakini secara bersama di seluruh organsasi dan unit kerja.

The government encourages every company to implement SMK3 in their respective work environments. In accordance with Republic of Indonesia Government Regulation Number 50 of 2012. Implementing K3 is often considered a cost or burden for companies, not an investment to prevent work accidents. According to data from the International Labor Organization (ILO), around 2.78 million workers die every year due to work accidents and occupational diseases. The research aims to analyze the suitability of SMK3 performance and the level of understanding of employee safety culture at Company in accordance with PP No. 50 of 2012). The research methodology uses analytical descriptive and mixed methods (semi quantitative and qualitative). There are 20 variables in the Hudson method, the level of cultural maturity is 3.33 (Calculative category). This means that safety is considered the responsibility of the K3 Officer or K3 unit which focuses on fulfilling standards or regulations which are the minimum requirements. The level of measurement of the company's SMK3 performance has been at a satisfactory level, indicating that the Company's SMK3 results confirm what was detected. The maturity level of the company's safety culture is just starting to fulfill K3 standards and statutory regulatory requirements. The company has not made improvements in a truly generative direction. In order to reach a proactive and generative level, it cannot only focus on SMK3 needs, but there are many things that need improvement. If the Company wants to move towards a proactive level of safety and a generative cultural value level, then safety must become a value that is shared across the organization and work units."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Satrya
"Budaya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan jalan atau cara memasyarakatkan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja meliputi banyak aspek mulai dari atribut yang yang tidak nyata yang dimiliki karyawan sampai kepada yang bersifat artifak yang bisa terlihat nyata di lingkungan perusahaan. Penelitian itu bertujuan untuk menggali dan menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi di perusahaan yang semula memiliki kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah serta angka kecelakaan fatal yang tinggi dimana kemudian mengalami perubahan yang bermakna dan memperlihatan pertumbuhan budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang poistif. Penelitian ini menerapkan Explanatory Sequential Mix-Method. Hasil analisis penelitisan menunjukkan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah dapat dipicu dengan pendekatan paksa oleh lembaga yang berwenang dan menghasilkan praktek manajemen sitem, manajemen risiko serta praktek kepemimpinan yang lebih baik. Kesimpulannya adalah: pada perusahaan dimana kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sangat rendah maka pendekatan paksa perlu dan dapat diandalkan untuk memicu peningkatan budaya serta praktek manajemen K3 serta menurunkan kecelakaan fatal yang bermakna.

The culture of occupational safety and health is a way to promote occupational safety and health in the company. The culture of occupational safety and health includes many aspects, from intangible attributes possessed by employees to tangible artifacts visible in the company environment. This research aims to explore and analyze phenomena occurring in companies that initially had low awareness of occupational safety and health and high rates of fatal accidents, which then experienced significant changes and showed growth in a positive safety and health culture. This research applies the Explanatory Sequential Mix-Method. The analysis results indicate that low awareness of occupational safety and health can be triggered by a forced approach by authorized institutions, resulting in better management system practices, risk management, and leadership practices. The conclusion is: in companies where awareness of occupational safety and health is very low, a forced approach is necessary and reliable to trigger the improvement of the culture and management practices of occupational safety and health and to significantly reduce fatal accidents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library