Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meilisa Rachmawati
"Latar Belakang: Prevalensi karies gigi anak di Indonesia yang tinggi disebabkan karena perilaku ibu yang buruk dalam menjaga kebersihan gigi anaknya.
Tujuan: Mengetahui peran lembar balik dan lembar evaluasi KMGS dalam merubah perilaku ibu terhadap kesehatan gigi mulut balita.
Metode: melakukan pelatihan kader menggunakan lembar balik, pemeriksaan kesehatan gigi mulut balita, kemudian dievaluasi setelah diintervensi menggunakan lembar evaluasi KMGS.
Hasil: terdapat peningkatan (57,15%) bermakna (p<0,05) perilaku ibu pada kelompok intervensi, penurunan bermakna (p<0,05) indeks plak (60%) dan skor kematangan plak (25,71%) anak.
Kesimpulan: media lembar balik efektif meningkatkan perilaku ibu.

Background: The high prevalence of early childhood caries in Indonesia is caused bymother’s behaviour of maintaining children’s oral hygiene.
Purpose: to know aboutthe role of flipchart and KMGS in maintaining mother's behaviour toward children's dental health.
Methods: training for cadre by using flipchart, examination of children's dental and oral health and evaluating after the intervention by using KMGS.
Results: there’s a significant improvement (57.15%) of mother’s behaviour (p<0,050) in intervention group, a significant reduction (p<0.05) of child plaque index (60%) and plaque maturity score (25.71%).
Conclusion: flipchart is an effective media to improve mother’s behaviour.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Khairiza Anri
"Sebagai pengasuh utama, perilaku ibu mempengaruhi pengalaman karies gigi anak, salah satunya penularan S. mutans dan S. sobrinus. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara perilaku ibu dan pengalaman karies gigi anak batita dengan uji laboraturium. 50 pasang ibu-anak diperiksa giginya dan diukur perilaku ibunya menggunakan kuesioner. Pemeriksaan genotipe S. mutans dan S. sobrinus dari plak dan saliva 15 pasang ibu-anak menggunakan ERIC-PCR. Terdapat hubungan bermakna antara perilaku ibu dan pengalaman karies gigi anak (p<0.05) dan 14.3% pasang ibu-anak memiliki persamaan genotipe S. mutans dan S. sobrinus. Kesimpulan: Perilaku kesehatan gigi mulut ibu berhubungan dengan pengalaman karies gigi anak melalui penularan S. mutans dan S. sobrinus secara vertikal.

As primary caregivers, mothers' behaviors effect on their children' dental caries experiences, one of them by way of transmission of S. mutans and S. sobrinus. This was to evaluate the relationship between mother's behavior and toddlers' dental caries experiences by laboratory test. 50 mother-child pairs underwent dental screening and filled out questionnaires to assess mother's behavior. Plaque samples were taken from 15 mother-child pairs to compare the genotype of S. mutans and S. sobrinus using ERIC-PCR. There was a significant relationship between mother's oral health behavior to the child's dental caries experiences (p<0.05) and 14.3% samples had similar genotypes of S. mutans and S. sobrinus. Conclusion: Mother's oral health behavior related to dental caries experience of their children by way of transmission of S. mutans and S. sobrinus vertically."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2012
S45511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yova Nurfania
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek aplikasi SDF pada anak usia 36-71 bulan dalam menghentikan karies aktif dan menurunkan faktor risiko karies. Sampel yang digunakan adalah anak-anak PAUD Rama-rama yang dibagi menjadi dua kelompok secara acak: kelompok kontrol dan perlakuan. Skor karies dan pH plak anak diperiksa sebelum dan tiga bulan setelah dilakukan aplikasi SDF. Kuesioner ADA Caries Risk Assessment diisi oleh ibu subjek saat baseline. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah karies aktif dan pH plak anak kelompok perlakuan setelah dilakukan aplikasi SDF. Dapat disimpulkan bahwa SDF berpotensi efektif dalam menghentikan karies aktif gigi sulung dan menurunkan faktor risiko karies.

The study aimed to assess the effect of SDF application to 36-71 months children in arresting active caries and decreasing caries risk factor. Samples were children at PAUD Rama-rama, randomly divided into two groups: control and intervention group. Caries score and plaque pH were examined before and three months after SDF application. ADA Caries Risk Assessment questionnaire was filled by subject’s mother. There were significant differences at number of active caries and plaque pH in intervention group after SDF application. It was concluded that SDF was potentially effective in arresting active caries on primary teeth and decreasing caries risk factor. rama randomly divided into two groups which are control and intervention group Teeth caries score and plaque pH were examined before and three months after SDF application ADA Caries Risk Assessment questionnaire was answered by subject rsquo s mother Result There were significant differences at number of active caries on decayed teeth p 0 000 mean SD 2 61 2 44 extracted teeth p 0 001 mean SD 1 10 2 80 and plaque pH p 0 008 mean SD 6 53 0 40 in control gorup compared to intervention group after SDF application Conclusion SDF was potentially effective in arresting active caries on primary teeth and decreasing caries risk factor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Wijawati
"Early Childhood Caries (ECC) adalah penyakit multifaktorial yang terdiri dari faktor etiologi, faktor demografi (usia, sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu) dan faktor perilaku (konsumsi makanan kariogenik, kebiasaan menyikat gigi, indeks plak, keluhan sakit gigi, dan kontrol ke dokter gigi). Penelitian ini mengguakan desain Cross Sectional dengan Uji Chi-Square. Hasil uji tersebut menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara usia, sosial ekonomi, tingkat pendidikan ibu, konsumsi makanan kariogenik, indeks plak, keluhan sakit gigi, dan kontrol ke dokter gigi terhadap ECC dengan (p<0,05). Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya kebiasaan menyikat gigi yang tidak berhubungan bermakna dengan ECC (p>0,05).

Early Childhood Caries (ECC) is a multifactorial disease which factors are etiology factors, demographic factors (age, socioeconomic , mothers‟ level of education), and behavior factors (cariogenic diet, tooth brushing habit, plaque index, toothache complaints and dental visit). Cross sectional study with statiscal analysis using Chi- square showed that ages, socio-economic, mother‟s level of education, cariogenic diet, plaque index, dental visit, and toothache complaints have correlation with ECC (p<0,05). However, there are no correlation between tooth brushing habit with ECC (p>0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cymilia Gityawati
"Provinsi Kalimantan Utara yang masih pada tahap daerah pengembangan, khususnya di Desa Pembeliangan dan belum terdapat data mengenai kesehatan gigi dan mulut, serta kondisi ekonomi dan pendidikan masyarakatnya yang masih memprihatinkan Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan perilaku menyikat gigi pada anak usia 5-8 tahun sebelum dan sesudah diberikan edukasi selama 21 hari Metode: Desain penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperiment dengan jenis rancangan Pretest dan Posttest Design. Hasil Penelitian: Hasil analisis data skor plak, pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan uji wilcoxon adalah p=0.000. hasil analisis data kai kuadrat antara skor plak awal dengan jumlah nilai pengetahuan, sikap dan tindakan awal adalah p=0.909, sedangkan hasil analisis data kai kuadrat skor plak akhir dengan jumlah nilai pengetahuan, sikap, dan tindakan akhir adalah p=0.041. Kesimpulan: terdapat perbedaan perilaku anak usia 5-8 tahun di Desa Pembeliangan saat sebelum dan sesudah diberikan edukasi, ditandai dengan peningkatan skor plak, pengetahuan, sikap dan tindakan.

The North Borneo Province is a developing area, especially in Desa Pembeliangan, there is no oral health data, economic and education condition still need to be concerned. Objective: Knowing the difference of tooh brushing behavior in children aged 5-8 years before and after the education given for 21 days. Methods: This research use quasi-experiment with pretest and posttest design. Result: Results of the data analysis plaque score, knowledge, attitudes and actions with Wilcoxon test was p=0.000. chi square data analysis between the initial plaque score to the total amount of knowledge, attitudes, ang early action is p=0.909, while the results of the chi square data analysis final plaque score to the total amount of knowledge, attitudes, and the final action is p = 0.041. Conclusion: There is the difference of tooth brushing behavior in children aged 5-8 years before and after education given, characterized by the increase of plaque score, knowledge, attitudes, and actions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Amalia
"ECC merupakan penyakit infeksi multifaktorial dapat ditransmisikan secara vertikal dan horizontal, menyebabkan kolonisasi S. mutans pada anak. Menganalisis potensi transmisi horizontal serta hubungan faktor sosioekonomi keluarga dan pengetahuan ibu mengenai perilaku kesehatan gigi anak terhadap ECC. Metode. Cross-sectional pada 33 anak menggunakan kuesioner, pemeriksaan klinis dan laboratorium. Tidak terdapat hubungan pengalaman ECC terhadap faktor sosioekonomi dan pengetahuan ibu. Tidak terdapat pasangan sampel dengan level ekspresi gen gtfB, gtfC dan gtfD yang sama. Terdapat 16 sampel yang mengekspresikan tiga gen tersebut. Simpulan. Terdapat potensi transmisi horizontal, tetapi tidak ditemukan transmisi horizontal karena tidak ada kontak saliva dan tingkat pengetahuan ibu baik.

ECC is multifactorial infectious disease can be transmitted vertically or horizontally that cause colonization of S. mutans in children. Analyze potential horizontal transmission and relation socioeconomic factor and mother’s knowledge of child’s oral health behavior with ECC experience. Method. Cross-sectional in 33 children using questionnaire, clinical and laboratory examination. There is no relation of ECC history between socioeconomic factor and mother’s knowledge. No pair sample with same gene expression level of gtfB, gtfC, and gtfD. 16 samples express three genes. Conclusion. There is potential horizontal transmission, but not found because no salivary contact and good level of mother’s knowledge."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatiany Fadillah
"Latar Belakang: Menuruthasil Riskesdas, prevalensi masalah gigi dan mulut anak usia7-9 tahun meningkat dari 21,6% pada tahun 2007 menjadi 28,9% pada tahun 2013. Dalam usaha mencegah karies gigi anak, peran guru dan orangtua (ibu) sangat penting sehingga diperlukan pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, kegiatan sikat gigi bersama juga dapat dilakukan dalam upaya mencegah karies dengan menghilangkan plak gigi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pendidikankesehatan gigi dan mulutkepada guru dan orangtua (ibu) terhadap program menyikat gigi 16 permukaan pada anak usia 7-9 tahun.
Metode: Kuasi eksperimenta ldengan desain nonrandomized control group, pretest-posttest. Responden adalah 20 guru dan 66 ibu sebagai kelompok intervensi, kelompok kontrol adalah 10 guru dan 54 ibu. Seluruh responden diberikan edukasi mengenai cara menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut anak lalu memberikannya kepada anak. Pengambilan data pengetahuan dan sikap guru dan ibu melalui pengisian kuesioner pretest dan posttest.Kepada 66 anak dalam kelompok intervensi diberikan program menyikat gigi, sedangkan 54 anak pada kelompok kontrol hanya diberikan edukasi oleh guru dan orangtua (ibu). Evaluasi pemeriksaan dilakukan setelah 1 bulan untuk menilai indeks plak gigi anak.
Hasil: Terdapat peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut guru dengan persentase 16.7%,sikap kesehatan gigi dan mulut guru 20%, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu 16.7%, sikap kesehatan gigi dan mulut ibu 20%dan penurunan indeks plak anak 47%.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada guru dan orangtua (ibu) disertai program menyikat 16 permukaan terhadap penurunan indeks plak gigi pada anak usia 7-9 tahun. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pindobilowo
"Latar belakang : Salah satu tindakan pencegahan Early Childhood Caries (ECC) adalah perbaikan status gizi anak karena dengan perbaikan status gizi anak maka gigi tahan terhadap karies serta didukung oleh pola konsumsi kariogenik dan peran ibu dalam mencukupi gizi selama masa kehamilan.
Tujuan : Untuk menganalisis hubungan status gizi anak terhadap terjadinya ECC.
Metode : Cross-sectional pada 287 anak usia 6-48 bulan, wawancara, dan pemeriksaan intraoral.
Hasil : Status gizi anak adalah variabel yang sesuai dalam pencegehan ECC karena merupakan salah satu variabel prediktor yang baik terhadap terjadinya ECC.
Kesimpulan : Terdapat hubungan status gizi anak terhadap terjadinya ECC.

Background : One prevention ECC is improving thr nutritional status of children from the womb due to the improvement of the nutritional status of the children's teeth are resistant to caries and is supported by the pattern of consumption of cariogenic and role of adequate nutrition in the mother during pregnancy.
Purpose : To see the relationship to the nutritional status of children Early Childhood Caries (ECC).
Methods : Cross-sectional study on 287 children aged 6-48 months, interview, and examination intraoral.
Results : Nutritional status of children is appropriate variables in the prevention of ECC because it is one of the predictor variables were either against the ECC.
Summary : There is a relationship to the nutritional status of ECC
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Puji Lestari
"

Latar Belakang: Kemajuan Teknologi dan Komunikasi (TIK) serta peningkatan jumlah internet dan smartphone dimasyarakat berpeluang menciptakan paradigma baru dimana interaksi pasien dengan praktisi klinis tidak terbatas pada kunjungan pada layanan kesehatan. Penggabungan TIK dalam kedokteran gigi menghadirkan suatu solusi yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi era digitalisasi salah satunya adalah teledentistry. Tujuan : Kondisi ini menuntut dokter gigi untuk memiliki literasi teknologi, sehingga perlu diketahui penerimaan teledentistry dengan menggunakan model UTAUT yang mencerminkan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry melalui empat faktor determinan yaitu : ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial dan kondisi yang memfasilitasi. Keempat faktor ini juga dimoderasi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, wilayah geografis dan pengalaman. Metode: Studi Cross-Sectionaldilakukan pada bulan November 2022 terhadap 491 dokter gigi di Provinsi Aceh yang terdaftar dan berstatus aktif  menggunakan metode total sampling. Responden diminta melengkapi kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografi, karaktersitik penggunaan teledentistry dan faktor determinan dari model UTAUT. Analisis statistik menggunakan Mann-Whitney dan Kruskall Wallis dan analisis multivariat menggunakan SEM-PLS untuk memprediksi faktor yang paling berperan terhadap penerimaan teledentistry pada dokter gigi. Hasil: Model UTAUT terbukti memiliki pengukuran yang valid dan reliabel serta goodness of fit yang baik. Model ini dapat menjelaskn varian minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry sebesar 54,6% dengan kriteria sedang dan setiap perubahan pada minat mampu diprediksi oleh variabel pengaruh sosial (; p<0,05), kondisi yang memfasilitasi (; p<0,05) dan ekspektansi kinerja (; p<0,05) namun pengaruh yang diberikan masih dalam kategori rendah. Interaksi antara faktor determinan UTAUT dengan faktor moderasi menunjukkan bahwa tidak memiliki efek terhadap hubungan antar faktor determinan dengan minat dokter gigi terhadap penggunaan teledentistry. Kesimpulan: Model UTAUT mampu memprediksi minat dokter gigi dalam menggunakan teledentistry. Prediksi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sosialisasi dan keterampilan dokter gigi di Aceh dalam menggunakan teledentistry dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari.


Background: The development of Information and Communication Technology (ICT) and the increase of internet users and smartphones in the community have created a new paradigm where patient-practitioner interactions are clinically not limited to visits to health services. Integrating ICT in dentistry provides a solution that can be used to address the digital era of teledentistry. This condition requires dentists to be technologically literate. Thus, it is necessary to know the acceptance of teledentistry using the UTAUT model, which reflects dentists' intention to use teledentistry through four determinant factors: performance expectancy, effort expectancy, social influence, and facilitating conditions. These factors are also moderated by age, gender, education, geographical area, and experience. Methods: A cross-sectional study was conducted in November 2022 on 491 registered and active dentists in Aceh using the total sampling method. Respondents were asked to complete a questionnaire related to sociodemographic characteristics, characteristics of the use of teledentistry, and the determinants of the UTAUT model. Statistical analysis using Mann-Whitney, Kruskall-Wallis, and multivariate analysis using SEM-PLS to predict the factors most contributing to dentists' intention to use teledentistry. Results:The UTAUT model has valid and reliable measurements and adequate goodness of fit. This model can explain the variance of dentists' behavior intention to use teledentistry by 54.6% with moderate criteria, and any change in interest can be predicted by social influence (; p<0,05), facilitating conditions (0.262; p 0.05), and performance expectancy (0.225; p<0.05). However, they have a low effect size. The interaction between the determinants of UTAUT and the moderating factors shows that it does not affect the relationship between the determinants and dentists' interest in teledentistry. Conclusion: The UTAUT model can predict dentist interest in using teledentistry. This prediction can improve dentists' socialization and skills in Aceh when using teledentistry in their daily dental practice.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Khairinisa
"Latar Belakang:Perawatan preventif harus diperkenalkan ke anak sedini mungkin.Rekomendasi agar dokter gigi melakukan berbagai praktik preventif sudah tersedia, akan tetapi bukti menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara hal tersebut dengan praktik klinis yang sebenarnya. Kesenjangan ini bisa terjadi akibat adanya determinan seperti sikap, kepercayaan, dan nilai mengenai kepentingan dan kemudahan dalam melakukan tindakan preventif. Theory of Planned Behavior(TPB) membahas bagaimana intensi dalam melakukan suatu tindakan adalah prediktor utama praktik yang akan dilakukan. Akan tetapi, konstruk pada teori ini tidak memperhitungkan ada tidaknya peluang dan sumber daya untuk melakukan perilaku yang diinginkan terlepas dari niatnya.Studi ini memperluas TPB untuk memeriksa determinan dan hambatan praktik preventif pada anak prasekolah.Metode:Studi cross-sectionalini mensurvei 362 dokter gigi dari 34 provinsi di Indonesia secara online. Data sosiodemografi dan praktik dokter gigi, konstruksi model TPB (sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan intensi) serta hambatan dokter gigi terhadap praktik pencegahan pada anak-anak prasekolah (domain anak, orang tua, dokter gigi, dan sistem kesehatan) dicatat. Analisis deskriptif dan bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar karakteristik dokter gigi dengan determinan dan hambatan yang dirasakan. PLS-SEM digunakan untuk besar pengaruh seluruh faktor dan menentukan faktor mana yang paling mempengaruhi praktik preventif. Hasil:Perpanjangan TPBmerupakan model yang fit dan relevan serta dapat menjelaskan 55,5% intensi dokter gigi dan 18% praktik preventif. Persepsi kontrol perilaku merupakan prediktor paling kuat terhadap intensi (44,2%) dan terhadap praktik (8,8%) sedangkan hambatan dari sisi orang tua dianggap hambatan yang paling berpengaruh (18,8%). Studi ini juga menemukan bahwa sektor praktik, wilayah praktik, usia, beban kerja, dan sistem pembayaran pasien paling memengaruhi intensi dan hambatan praktik preventif dokter gigi. Kesimpulan:Perpanjangan Model TPB dengan memperhatikan faktor hambatan yang dirasakan dokter gigi dapat meningkatkan nilai prediksi praktik preventif yang dilakukan.Pihak dan masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini perlu menjadi sasaran dalam perbaikan program kesehatan selain itu, dokter gigi, sebagai penyedia pelayanan perlu menerima pendidikan yang berfokus untuk menangani hambatan tersebut sehingga praktik preventif karies di Indonesia dapat dimaksimalkan.

Background:Preventive care should be introduced to children as early as possible. Evidence suggests that dentists' preventive measures fall short of guidelines. Attitudes, beliefs, and values about interests and taking preventive action might cause this discrepancy. According to Theory of Planned Behavior, intention determines behavior. This approach does not consider if there are opportunities and resources to perform the behavior regardless the of intention. Thus, internal and external barriers should also highlighted. This study extends the Theory of Planned Behavior to examine dentists' caries prevention determinants and barriers. Methods:This cross-sectional study surveyed 362 dentists from 34 Indonesian provinces online. Dentists' sociodemographic data, practice patterns, and daily preventative activities such patient education, caries risk assessment, topical fluoride, and silver diamine fluoride were documented. TPB constructs (attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, and intentions) and dentists' perceived barriers to provide preventive practices in preschool children (children, parents, dentists, and health care system-related) were also recorded. Descriptive and bivariate analyses dentist characteristics association with TPB constructs and perceived barriers. PLS-SEM determines simultant association amongst them and which factors most influence preventive practice the most. Results:The extended TPB model fits and explains 55.5% of dentist intentions and 18% of preventive practices. Perceived behavioral control predicted intention (44.2%) and practice (8.8%), while parental barrier prevented preventive practice the most (18.8%). This study also found that practice sector, practice location, age, workload, and patient payment system most influenced dentists' preventive practice intentions and barriers. Conclusion:Extended version of TPB by considering factors that become barrier for dentists increases the predictive value of dentists’ preventive practices. Parties and problems identified through this study need to be targeted for future oral health programs. Also, to maximize caries prevention practices, dentists need formal or continuous education to overcome these barriers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>