Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Aulia
"Pemeriksaan hematologi banyak dilakukan dengan menggunakan alat hitung sel darah otomatis yang mencakup parameter pemeriksaan seperti jumlah leukosit, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, hematokrit, volume eritrosit rata-rata (VER), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER), konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER), red distribution width (RDW), jumlah trombosit, mean platelet volume (MPV) dan platelet distribution width (PDW). Untuk pemeriksaan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal, seperti persiapan penderita, cara pengambilan bahan dan pengiriman bahan bila bahan tersebut dirujuk serta antikoagulan yang dipakai. Kesalahan yang terjadi pada hal-hal tersebut di atas dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan hematologi tersebut, biasanya dipakai darah vena yang dicampur dengan antikoagulan, agar bahan darah tersebut tidak menggumpal. Antikoagulan yang sering dipakai antara lain garam EDTA seperti tripotassium EDTA (K3EDTA). Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa penggunaan garam EDTA yang berbeda dan atau konsentrasinya yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan kuantitas maupun kualitas hasil pemeriksaan. Lamanya penundaan pemeriksaan juga dapat memberikan hasil yang berbeda untuk parameter tertentu.
Saat ini banyak penelitian yang memerlukan pemeriksaan hematologi dilakukan di lapangan sehingga ada kecenderungan untuk melakukan penundaan pemeriksaan hematologi yang dibutuhkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ingin diketahui batas waktu lamanya penyimpanan darah dengan antikoagulan K3EDTA dalam tabung vacuette pada suhu kamar dan lemari es sebelum terjadinya perubahan kuantitas maupun kualitas yang minimal pada beberapa pemeriksaan hematologi serta pengaruh perbedaan suhu penyimpanan bahan tersebut.
BAHAN, ALAT DAN REAGENSIA
Behan penelitian : Behan penelitian berasal dari 27 orang yang memerlukan pemeriksaan hematologi di laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSUPN CM) antara tanggal 1 Maret 1998 sampai dengan tanggal 10 April. 1998. Diharapkan bahan penelititan mewakili kadar hemoglobin tinggi, normal dan rendah masing-masing 3 orang, jumlah leukosit tinggi, normal dan rendah masing-masing 3 orang, jumlah trombosit tinggi, normal clan rendah masing-masing 3 orang. Bahan penelitian tersebut berupa darah vena sebanyak 6 mL, yang diambil dengan menggunakan semprit 10 mL, dimasukkan ke dalam dua tabung vacuette 3 mL dengan antikoagulan K3EDTA (selanjutnya disebut darah K3EDTA) dan dibuat sediaan hapus langsung tanpa antikoagulan. Preparat sediaan hapus langsung dikeringkan pada suhu kamar (21 - 30 ° C), setelah kering {kira - kira 30 menit) difiksasi dengan metanol kemudian diberi pulasan Wright. Darah dalam tabung vacuette pertama (3mL) segera diperiksa parameter hematologinya menggunakan alat hitung sel darah otomatis Sysmex K-1000, sisa darah disimpan pada suhu kamar . Darah dalam tabung vacuette yang kedua (3mL) segera dimasukkan ke dalam lemari es pada suhu 40 C. Selanjutnya darah dalam tabung vacuette yang disimpan pada suhu kamar dan lemari es tersebut diperiksa parameter hematologinya secara serial pada menit ke dua puluh, jam pertama, jam ke dua, jam ke empat, jam ke enam, jam ke duabelas dan jam ke dua puluh empat.
Kriteria masukan untuk bahan penelitian ini adalah bahan pemeriksaan darah yang mempunyai jumlah leukosit, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah trombosit masih dalam batas linearitas alat hitung sel darah otomatis Sysmex K ? 1000."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Aulia
"Angka kejadian kanker kolorektal sebagai penyakit keganasan menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita dan kanker paru pada pria.
Karsinoma pada daerah kolon asenden dan tranversus biasanya menyebabkan perdarahan sedikit demi sedikit dan tidak dapat dideteksi oleh mata serta tidak menyebabkan rasa sakit.
Tes kolon albumin merupakan tes imunokimia pertama untuk menentukan adanya albumin yang berasal dari darah pada penyakit kolorektal dan tes ini tidak memerlukan persiapan diit. Sampai saat ini pemeriksaan darah samar dalam tinja masih banyak menggunakan bensidin, o-tolidin, guaiak, tetapi untuk pemeriksaan dengan cara tersebut banyak kendalanya.
Dalam penelitian ini dilaporkan hasil penelitian banding kedua pemeriksaan di atas terhadap 18 tinja penderita dengan suspek keganasan kolorektal. Kahan penelitian diambil dari 11 orang laki-laki dan 7 orang perempuan yang berusia antara 21-54 tahun. Dilakukan pula uji diagnostik dengan memakai kontrol pasangan penderita. Dengan tabel kontingensi 2 X 2 diperoleh sensitivitas 100%, spesifisitas 93,7% dan akurasi 96,77%

Colon Albumin Test as a Screening Test for Colorectal Cancer
Colorectal cancer is the second most cancer found preceded by breast cancer in woman and lung cancer in men. Cancer of the ascending and transverse colon usually did not cause profuse bleeding that could be observed macroscopically and did not cause pain.
The colon albumin test is a novel immunochemical test to detect albumin caused by bleeding in the colorectal regions. ND diet restriction is required before performing this test. Although the gold standard tests using benzidine, o-tolidin or guaiac were still commonly used, many obstacles were also reported.
In this study, a comparative examination was done on 18 stool amples were obtained from 18 subjects with suspicious of colorectal cancer. Specimens were taken from 11 males and 7 females, 21 until 54 years old. Diagnostic test was done using matched controls. Using 2 X 2 contingency table it was found a 100%, sensitivity, 93,7% spesificity and 96,7% accuracy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP 1994 11a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Parlindungan
"Tujuan Kekerapan hiponatremia pada usia lanjut cukup tinggi disebabkan adanya peningkatan kadar ADH, dan ANP yang merupakan bagian dari 8 perubahan fisiologi. Komplikasi yang ditimbulkan cukup spesifik yaitu meningkatnya risiko patah tulang, penurunan kesadaran hingga kejang-kejang. Penyebab tersering hiponatremia pada usia lanjut adalah asupan air yang tinggi. Mendapatkan asupan air optimal yaitu volume asupan air tertinggi yang tidak menimbulkan hiponatremia dan hipovolemia. Metode Dilakukan penelitian pada 31 orang usia lanjut sehat setelah melalui pemilihan dari 107 usia lanjut secara simple random sampling dan kriteria eksklusi. Kemudian dibagi secara Randomisasi Blok dalam 5 kelompok asupan air (1000-2500 mL). Hasil Dapat dibuktikan bahwa 1000 mL merupakan asupan air optimal pada usia lanjut sehat. Diperlihatkan juga bahwa kadar ADH plasma memiliki gambaran hubungan dengan volume asupan air yang tidak menimbulkan hiponatremia dan kadar NT-proBNP tidak berkorelasi dengan kadar natrium urin sewaktu. (Med J Indones 2009; 18: 18-25) Kesimpulan Asupan air optimal pada usia lanjut adalah 1000 mL/24 jam.

Aim The prevalence of hyponatremia in the elderly is quite high due to the rising of ADH and ANP concentrations which are part of eight physiologic changes. The complications are quite specific, among others, increased risk of bone fracture, declining of conciousness, and convulsion. The frequent cause of hyponatremia is high water intake. To achieve the optimal water intake designated as the highest water intake that did not cause hyponatremia and hypovolemia. Methods A study was conducted on 31 healthy elderly subjects, selected from 107 persons using simple random sampling and exclusion criteria. By block randomisation were classified into five water-intake groups (1000-2500 mL). Results In this study, it could be proved that 1000 mL was the optimal. It was also unraveled that the ADH levels had a role in determining the water intake volume that did not cause hyponatremia and NT-proBNP concentrations did not correlate with spot urine sodium. Conclusion The optimal water intake for the elderly is 1000 mL per day. Keywords: Hyponatremia, healthy elderly, water intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library