Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Senduk, Arter Jodi
"Masyarakat penutur Tontemboan mempunyai warisan budaya tak benda atau sebuah warisan tradisi lisan yaitu nyanyian Makalelon. Nyanyian Makalelon ini merupakan nyanyian tradisional bagi orang Tontemboan Minahasa yang dibawakan dalam bahasa Tontemboan pada umumnya dan Melayu Manado, dan bahasa Indonesia. Nyanyian ini mengandung falsafah budaya kolektif terkait dengan jati diri “Keminaesaan,” (Kesatuan Orang Minahasa), nilai-nilai budaya orang Tontemboan terkait dengan religi (Malesung dan Kristen), doa-doa yang terkandung dalam liriknya mengekspresikan kepercayaan lokal Malesung di satu sisi dan di sisi lainnya mengekspresikan iman Kristen dan di sisi lain keberadaan nyanyian ini dijadikan pula sebagai media penghiburan pada saat suka dan duka. Di samping itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pesan kelisanan (orality messages) nilai-nilai budaya di dalam teks nyanyian ini, juga mengkaji pola dan struktur (formulaic) apa yang terkandung di dalam teks nyanyian ini (baik secara intrisnsik dan ekstrinsik) serta pemaknaan jenis musik yang dibawakan dengan alat musik gitar dan atau ukulele (intramusikal dan ekstramusikal) bagi para pegiat seni itu sendiri di dalam teks pertunjukan seni di desa Tondei dan Boyong-Atas Kabupaten Minahasa Selatan. Selanjutnya, di dalam pertunjukan seni nyanyian Makalelon, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu model pewarisan, kebertahanan serta usaha-usaha apa yang dilakukan oleh para penyintas seni dan budaya serta dampaknya bagi masyarakat Tontemboan, para penganut Malesung dan Kristen yang berinteraksi dan berkontenstasi ideolgi di dalam menjalankan falsafah hidup yang menyangkut nilai-nilai budaya Tou Minahasa bagi generasi selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan tradisi lisan (Finnegan), Lord dan Perry tentang struktur Formulaic dan konsep Pertunjukan Budaya (oleh pemikiran Schechner) untuk menjelaskan teks nyanyian Makalelon dan kesintasannya.

The Tontemboan speaking community has an intangible cultural heritage or an oral tradition heritage, namely the Makalelon song. Makalelon is a traditional song for the Tontemboan Minahasa people performed in the Tontemboan language in general and Manado Malay, and Indonesian. This song contains philosophy of collective culture related to the identity of “Keminaesaan,” (Unity of the Minahasa People), cultural values of the Tontemboan people related to religion (Malesung and Christianity), the prayers contained in the lyrics express of the local belief of Malesung on the one hand and on the other hand express the Christian faith and on the other hand the existence of this song is also used as a medium of comfort in times of joy and sorrow. In addition, the purpose of this study is to explore the orality messages of cultural values in the text of this song, as well as to examine what patterns and structures (formulaic) are contained in the text of this song (both intrinsically and extrinsically) as well as the meaning of the type of musik performed in with guitar and or ukulele instruments (intramusikal and extramusikal) for the art activists themselves in the text of the art performance.in the two villages, Tondei and Boyong-Atas in South Minahasa’s Regency. Furthermore, in the art performance of Makalelon song, this research aims to find out the model of inheritance, survivorship and efforts made by the survivors of art and culture and its impact on the Tontemboan community, Malesung believers and Christians who interact in ideolgy and contestation in carrying out the philosophy of life concerning the cultural values of Tou Minahasa for the next generation. This research uses ethnographic method with the approach of oral tradition (Finnegan), Lord and Perry on Formulaic structure and the concept of Cultural Performance (by Schechner's thought) to explain the text of Makalelon song and its survivorship. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondakh, Sonya Indriati
"Masyarakat Minahasa memiliki tradisi panen yang sudah bertahan sangat lama. Ketika masih mempraktikkan religi tradisionalnya, masyarakat Minahasa melaksanakan fosso rumages (ritual persembahan) yang dipersembahkan kepada Opo Empung Wailan Wangko (Tuhan Yang Maha Besar) dan Opo Wananatas (leluhur). Ketika masyarakat Minahasa sudah menerima agama Kristen yang telah diperkenalkan selama ratusan tahun di Minahasa oleh para misionaris, muncul tradisi panen dalam bentuk baru yang melibatkan gereja yang dikenal sebagai Pengucapan Syukur. Mengucap syukur adalah inti ajaran Kristen dan ajaran ini sejalan dengan banyak kepercayaan tradisional masyarakat agraris yang melaksanakan ritual bersyukur atas panen sesuai dengan masa panen tanaman pangan tertentu. Seperti juga tradisi panen di tempat lain yang melibatkan makanan, tradisi panen Minahasa ini berfokus pada makanan tradisional yang dimakan bersama dalam perayaan Pengucapan Syukur di rumah warga. Penelitian ini bertujuan memahami dan mengungkap transformasi atau perubahan yang terjadi pada tradisi panen ini mulai dari periode kepercayaan tradisional hingga periode kepercayaan Krissten. Di samping itu, penelitian ini juga akan mengungkap bagaimana masyarakat Minahasa dapat mengelola, mempertahankan, dan kemudian mewariskan ritual-ritual dalam tradisi panen ini. Menggunakan pemikiran Schechner tentang konsep Pertunjukan dalam kaitannya dengan ritual, penelitian ini memperlakukan ritual-ritual sebagai Pertunjukan yang melibatkan dua kutub: kemujaraban (efficacy) dan hiburan (entertainment). Sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini menggunakan metode etnografi untuk dapat menangkap dan merekam kegiatan-kegiatan sehari-hari yang menjadi bagian penting dalam pelaksanaan perayaan Pengucapan Syukur.

The people of Minahasa has been practicing a harvest tradition for so long. When they were still practicing their traditional religion, the Minahasans perfomed fosso rumages (offering ritual) which was offered to the God Almighty and their ancestors. When the Minahasans accepted a new faith, Christianity, which was introduced by the Europeans (especially the Dutch missionaries) for centuries, emerged a harvest tradition in a new form involving Christian church called Pengucapan Syukur (Thanksgiving). To be always grateful is one of the Christians teachings which seemingly shares the same spirit with so many agrarian traditional communities who practice rituals to express their gratefulness for the abundant harvest of particular crops. As all the harvest traditions in other places, both in Indonesia and around the world, involving food, this harvest tradition of Minahasans focuses on their traditional foods that they eat togehter in the celebration of Thanksgiving at people’s house. This research aims at understanding and uncover how this thanksgiving tradition has survived from the period of traditional faith to Christian faith. Furthermore, this research is also to reveal how the Minahasans were able and are still able to manage, preserve and transmit the rituals of this particular harvest tradition. Utilizing Schechner’s concept of Performance in its relation to rituals, this research treats rituals as Performance in its polarity between efficacy and entertainment. As a qualitative research, this investigation uses ethnographic method in order to grasp and record the daily life activities that are of great importance in the celebration of thanksgiving of the people of Minahasa.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library