Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hertati
"Dengan analisis deskriptif, studi ini ingin mencoba melihat bagaimana perilaku aborsi di kalangan perempuan menikah. Berdasarkan hasil pengolahan data sekunder dari SDKI 1997 diperoleh gambaran bahwa ternyata aborsi induksi lebih banyak dilakukan oleh perempuan menikah yang tinggal di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Tingkat pendidikan dari perempuan menikah yang melakukan aborsi induksi juga relatif tinggi, yaitu dengan tingkat pendidikan lanjutan ke atas. Temuan lain yang menarik adalah bahwa ternyata para perempuan menikah dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi lebih banyak yang melakukan aborsi sendiri, misalnya dengan minum jamu, atau lainnya.
Untuk data kualitatif yang digali dari hasil wawancara mendalam dengan 6 perempuan menikah yang melakukan aborsi, yang ditarik dengan cara purposive, memperlihatkan bahwa ke 6 informan tersebut banyak yang mempergunakan metode aborsi tradisional. Meminta pertolongan dokter merupakan langkah terakhir mereka, terutama setelah mereka mengalami masalah kesehatan akibat tindakan aborsi yang mereka lakukan, misalnya pendarahan yang terus menerus, infeksi dan lain-lain. Alasan para informan juga bermacam-macam, mulai dari masalah kesulitan ekonomi, jumlah anak yang banyak, sampai masalah karir hingga trauma pada kelahiran anak sebelumnya. Selain itu, para informan mengakui bahwa tindakan aborsi induksi yang mereka lakukan terus membuat merasa menyesal dan berdosa bahkan mengganggu kehidupan sosial mereka, baik dengan suami, teman maupun tetangga.
Temuan studi ini menarik, terutama bagi pembaca yang tertarik mengamati masalah kesehatan reproduksi perempuan. Bahkan dengan mengamati karakteristik perempuan menikah yang melakukan aborsi dapat diperoleh gambaran tentang kelompok perempuan menikah yang mana dari karakteristik tertentu (baik karakteristik sosial, demografi, ekonomi dan budaya) yang memiliki persentase melakukan aborsi lebih tinggi. Dengan kata lain, pola dan perbedaannya dapat diamati.
Walaupun studi ini tidak cukup dapat digeneralisasi untuk perempuan menikah di Indonesia, karena keterbatasan data yang tersedia dalam SDKI 1997, tetapi temuan studi ini sedikit banyak dapat memberikan masukan bagi kita semua, terutama para pembuat kebijakan, untuk lebih memperhatikan kebutuhan para perempuan, khususnya perempuan menikah, dalam hal menangani masalah kehamilan yang tidak diinginkan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T10991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saadah
"Tujuan penelitian ini adalah mencoba memanfaatkan analisis demografi multiregional dengan data sensus penduduk tahun 1990. Adapun tujuan khususnya yaitu membuat dan memberikan arti serta penjelasan dari tiga bahasan pokok berikut:
(1) Tabel kematian multiregional Indonesia tahun 1985 - 1990
(2) Indikator Fertilitas yaitu NRR (Net Reproduction Rate tahun 1985-1990 dan Indikator migrasi yaitu NMR (Net Migraproduction Rate tahun 1985 - 1990.
(3) Hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 1995.
Data yang dipakai adalah data sekunder yaitu data dari sensus penduduk Indonesia tahun 1990.
Dalam penelitian ini digunakan dua skenario, skenario pertama adalah angka migrasi keluar menurut kelompok umur berasal dan "model skedule ", sedangkan skenario 2 angka migrasi keluar menurut kelompok umur, berasal dari data sensus penduduk Indonesia tahun 1990.
Untuk penyederhanaan Indonesia dikelompokkan dalam enam wilayah yaitu Sumatera (Sum), Jawa dan Bali (Jabal), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur (Nustim), Kalimantan (Kal), Sulawesi dan Maluku (Sulmal) dan Irian Jaya (Irja). "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Setyadi
"Seiring dengan laju pembangunan maka pandidikan masyarakat juga semakin meningkat. Hal ini berakibat pada peningkatan mutu dan aspirasi individu yang menjadi bagian dari angkatan kerja. Mereka yang lebih terdidik lebih suka memilih-milih pekeriaan sehingga akan lebih lama mencari kerja.
Penelitian ini bertu.juan selain untuk melihat karakteristik tenaga kerja di propinsi Jawa Tengah juga ingin mengetahui bagaimana variabel sosial demorafi dan ekonomi dapat mempengaruhi perilaku tenaga kerja dan lamanya mencari kerja.
Data yang digunakan adalah Sakernas 1992 propinsi Jawa Tengah. Untuk menganalisis perilaku tanaga kerja reapondennya adalah seluruh tenaga kerja sedangkan untuk menganalisis lama mencari kerja respondennya adalah pencari kerja.
Kerangka model yang dibangun adalah dengan menggunakan pendekatan Search Theory, yang kemudian diformulasikan kedalam model statistik yaitu model multinomial logistik berganda, model logistik berganda Berta model regresi linear berganda.
Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Jawa Tengah adalah berpendidikan rendah yaitu 78.92% berpendidikan maksimal tamat SD. Mereka yang pendidikannya lebih tinggi, usianya lebih tinggi namun belum menginjak 40 tahun, berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga 'dan berjenis kelamin laki-laki akan mempunyai kecenderungan untuk mencari kerja lebih lama.
Dari hasil analisis inferensial model probabilitas mencari kerja dihasilkan temuan bahwa semakin tinggi pendidikkan, probabilitas mereka yang hanya mencari kerja. akan semakin kecil. Namun bila kita perhatikan dengan mereka yang bekerja sambil mencari kerja akan menjadi lain hasilnya yaitu mereka yang berpendidikan lebih tinggi mula-mula probabilitas mencari kerjanya semakin rendah namun untuk yang berpendidikan SLTA + probabilitas mencari.kerjanya adalah tertinggi. Untuk mereka yang berusia lebih tinggi, berjenis kelamin perempuan dan yang berstatus sebagai kepala rumah tangga probabilitas mencari kerjanya juga lebih rendah artinya mereka lebih singkat berada dalam masa mencari kerjanya. Bila yang diperhatikan adalah nilai probabilitas dari kereka yang hanya mencari kerja maka akan nampak bahwa laki-laki lebih singkat berada dalam masa mencari kerja.
Dari hasil analisis inferensial model lama mencari kerja ditemukan bahwa mula-mula variabel status dalam rumah tangga, pendidikkan dan umur untuk kategori tertentu tidak berpengaruh signifikan namun setelah dimasukkannya variabel mills, ketiga variabel tersebut meniadi signifikan. Dari parameter estimasi persamaan regresi model lama mencari kerja tersebut nampak bahwa mereka yang berpendidikkan lebih rendah yang berusia diatas 40 Tahun dan yang berstatus sebagai kepala rumah tangga ternyata akan mencari kerja lebih cepat.
Disimpulkan bahwa Pendidikkan, umur (kelompok 24-39 tahun), berpengaruh terhadap probabilitas mencari kerja dan lama mencari kerja. Untuk variabel Janis kelamin hanya berpengaruh pada probabilitas mencari kerja. Sedangkan untuk variabel Status dalam rumah tangga hanya berpengaruh terhadap lama mencari kerja. Semua variabel kontekstual tidak berpengaruh pada probabilitas mencari kerja dan lama mencari kerja.
Semakin tinggi pendidikkan atau Semakin rendah usia probabilitas mencari kerjanya juga Semakin tinggi dan semakin lama berada dalam masa mencari kerja. Responden Laki-laki atau yang berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga mempunyai probabilitas mencari kerja yang lebih besar dan lebih lama berada dalam masa mencari kerja. Pada model multinomial legit ternyata menunjukan bahwa perempuan mempunyai nilai probabilitas bekerja sambil mencari kerja dan mencari kerja raja yang lebih besar sehingga kemungkinannya menganggur lebih lama.
Terjadi bias selektif yang rendah karena setelah dimasukkan variabel mills, maka educ3, Age2 dan KRT menjadi signifikan. Selain itu juga Terdapat ketidak konsistenan hasil inferensial dengan deskriptifnya yaitu dengan tabel 5.1.6.2, 5.1.6.3, 5.1.6.4, 5.1.7.1, 5.1.7.2 dan 5.1.7.4.
Disarankan kepada para pengambil kebijakan agar mengantisipasi keadaan tersebut dengan jalan meningkatkan pemberian informasi (mengenai lowongan pekerjaan) dan ketrampilan yang diperlukan di dunia kerja. Diaamping itu perlu lebih meningkatkan lagi peranan lembaga non pemerintah untuk ikut menciptakan peserta didik yang tidak hanya mampu bekerja namun jugs dapat kreatif menciptakan pekerjaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendriaty
"Ditahun 1990 United Nation and Development Programe (UNDP) memperkenalkan Human Development Index (HDI), sebagai indikator alternatif keberhasilan pembangunan. Kelebihan HDI dibanding indikator konvensional terutama PDB dan PDB perkapita adalah lebih mampu memberikan gambaran tentang pemberdayaan (empowerment) yang dilihat dari perubahan perbaikan kapasitas dasar manusianya. Kelebihan ini memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih holistik, kontekstual dan manusiawi tentang hubungan antara kemajuan ekonomi dengan tingkat kesejahteraan manusia. Implikasi analisis ini pemahaman yang lebih dalam tentang alokasi sumberdaya manusia yang efisien, dalam pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang, khususnya Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlunya studi tentang keterkaitan antara kemajuan/pembangunan ekonomi dengan partisipasi kerja dan atau kesempatan kerja. Studi ini dimungkinkan karena indikator HDI telah digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen DaIam Negeri yang diberi nama lndeks Pembangunan Manusia (IPM), untuk mengukur tingkatan status pembangunan manusia, 297 kabupaten/kotamadya di Indonesia tahun 1990. Jika IPM merupakan ukuran pemberdayaan, maka salah satu ukuran penting dari efektifitas pemberdayaan tersebut adalah Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK).
Karena baik IPM maupun APAK mencerminkan permintaan dan penawaran, maka hubungan antara pembangunan ekonomi dengan partisipasi kerja dapat dianalisis dengan melihat hubungan APAK-IPM.
Hasil studi menunjukkan peningkatan kapasitas dasar manusia cenderung meningkatkan keinginan (partisipasi) kerja. Terlihat perbedaan pola hubungan APAK-IPM berdasarkan kategori jenis kelamin, tempat tinggal (perkotaan-perdesaan) dan tingkat pendidikan. Perbedaan pola hubungan disebabkan karena faktor-faktor perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar wilayah dan atau sektoral, kelembagaan dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti budaya, tata nilai dan pandangan hidup dalam masyarakat.
Hasil studi di atas mengindikasikan bahwa optimalisasi individu sangat holistik dan konstektual. Implikasi kebijakannya adalah reoricnlasi dan atau evaluasi kebijakan pembangunan, agar lebih mengarah kepada pemenuhan kebutuban dasar, perluasan kesempatan kerja, pengurangan kesenjangan ekonomi antar daerah, sektoral, pendidikan dan gender, pembangunan kelembagaan ekonomi dan perhatian yang lebih besar terhadap faktor-faktor non ekonomi."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library