Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiky Alfian Septiansah
"Tulisan ini membahas jalur trem Madiun—Ponorogo 1905—1918 dan dampaknya terhadap perubahan sosial ekonomi di Madiun dan Ponorogo. Beroperasinya jalur trem mendorong adanya perubahan sosial melalui mobilitas orang dan barang serta perubahan ekonomi melalui kegiatan perdagangan dan pembangunan infrastruktur penunjang trem. Studi literatur mengenai pembangunan perkeretaapian masa Hindia Belanda menarik benang merah yang sama yakni dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi perkebunan dan moda transportasi yang layak untuk proses pengangkutan komoditas ekspor. Kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh pemerintah mendorong pertumbuhan perkebunan dan pabrik yang tersebar di seluruh Jawa. Kereta api dalam perkembangannya bertransformasi dari kebutuhan ekonomi perkebunan menjadi kebutuhan penunjang untuk masyarakat luas. Dari studi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jalur trem membawa dampak besar dalam menjangkau daerah-daerah yang terisolasi, percepatan gerak orang dan pengangkutan barang serta modernisasi daerah. Tulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan melakukan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Data-data yang diperoleh untuk penulisan ini berupa arsip, dokumen terjilid, dan surat kabar sezaman.

This article discusses the Madiun—Ponorogo tram line from 1905 to 1918 and its impact on socio-economic changes in Madiun dan Ponorogo. The operation of the tram line drives social change through the mobility of people and goods as well as economic change through trade activities and the construction of tramway supporting infrastructure. The study of literature regarding the construction of railways during the Dutch East Indies period draws the same common thread, which is motivated by the economic needs of plantations and appropriate transportation for the process of transporting export commodities. The economic policies imposed by the government encouraged the growth of plantations and factories spread throughout Java. In its development, trains have transformed from plantation economic needs to supporting needs for the wider community. From the study, it can be argued that the tram line has had a major impact in reaching isolated areas, accelerating the movement of people and transporting goods, and modernizing the area. This article uses historical research methods by conducting heuristics, source critique, interpretation, and historiography. The data collected for this writing are from archives, bound documents, and newspapers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Hani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas Baitul Maal wat Tamwi BMT sebagai upaya ICMI dalam pemberdayaan ekonomi umat Islam di Indonesia pada periode 1995-1997. BMT merupakan lembaga keuangan syariah tingkat mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka menaikkan derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Dalam perkembangannya, BMT pertama kali dikenalkan pada akhir tahun 1980-an dan populer pada tahun 1990-an. Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI sebagai sebuah wadah atau organisasi yang menghimpun kalangan intelektual Islam Indonesia berusaha mengembangkan dan mempopulerkan BMT di berbagai wilayah di Indonesia, yang bagian dari program Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Potensi Sumber Daya Umat Islam. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan tahapan heuristik, kritik, interpretasi terhadap buku, hasil muktamar, koran sezaman, dan wawancara dengan pengurus ICMI periode 1990-an. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan fakta bahwa berkembangnya BMT di Indonesia pada tahun1990-an disebabkan oleh upaya ICMI dalam mendirikan dan mengembangkan BMT di Indonesia melalui Program Gerakan BMT.

ABSTRACT
This research discusses Baitul Maal wat Tamwil in short BMT as ICMI 39s efforts in empowering muslim rsquo s people 39 s economy in Jakarta in the period 1995 1997. Baitul Maal wat Tamwil is a micro syariah financial institution operated on the basis of profit sharing to foster micro and small business enterprises, in order for such institution to raise the degree and dignity and defend the interests of fakir miskin the poor . In its development, BMT was initially introduced in the late 1980s and became popular in the 1990s. Ikatan Cendekiawan Muslim se Indonesia ICMI, The Association of Indonesian Muslim Intellectuals as a forum or organization that brings together Indonesian Islamic intellectuals to develop and popularize BMTs in various regions of Indonesia, which are parts of Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Potensi Sumber Daya Umat Islam the program of Community Economic Development and the Development of the Potential of Islamic Resources . This study uses the historical method with heuristic stages, criticism, interpretation of the books, the results of conference, contemporary newspapers, and interviews with ICMI board of the 1990s. Based on research that has alreay been done, the fact that the development of BMT in Indonesia in the 1990s by ICMI efforts in establishing and developing BMTs in Indonesia through Program Gerakan BMT Movement Programme was found."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Al Jabbar
"Penelitian ini merekonstruksi penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia tahun 2009 dalam surat kabar Kompas menggunakan metode sejarah. Sebagai surat kabar terbesar di zamannya, Kompas berperan penting sebagai sumber penyedia informasi bagi masyarakat Indonesia mengenai pemilu. Dalam salah satu beritanya, Kompas menyatakan bahwa manajemen Pemilu 2009 merupakan yang terburuk dibandingkan dengan Pemilu 1999 dan 2004. Pernyataan tersebut dilatarbelakangi oleh kinerja KPU yang sangat merosot. Selain itu, penelitian ini juga menguraikan bagaimana respon pemerintah dan KPU mengenai masalah penyelenggaraan Pemilu 2009. Sumber yang digunakan adalah surat kabar Kompas sezaman sebagai sumber primer, serta artikel dan buku lain sebagai sumber sekunder. Kebaruan penelitian ini menyajikan penggunaan metode dan fokus penelitian yang berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini memunculkan penulisan dengan aspek kronologi yang lebih kuat terhadap sejarah perkembangan Pemilu 2009 dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya yang hanya menganalisis salah satu atau sebagian kecil berita Kompas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pemilu 2009 dalam pemberitaan surat kabar Kompasmemiliki banyak sekali kekurangan mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga perhitungan hasil. Dalam perkembangannya selama empat bulan April-Juli, surat kabar Kompas memiliki sikap yang konsisten dan tegas dalam memberitakan penyelenggaraan Pemilu 2009.

This study reconstructs the implementation of 2009 Indonesian general elections in the coverage of Kompas newspaper using historical methods. As the largest newspaper of its time, Kompas played an important role as a source of information for the Indonesian people regarding elections. In one of its reports, Kompas stated that the 2009 Election management was the worst compared to the 1999 and 2004 Elections. This statement was motivated by the KPU's declining performance. In addition, this study also describes how response of the government and the KPU regarding the issue of the implementation of the 2009 elections. The sources used are the contemporary Kompas newspaper as the primary source, as well as articles and other books as secondary sources. The novelty of this study presents the use of methods and research focus that are different from previous studies. This research led to writing with a stronger chronological aspect of the history of the development of the 2009 Election compared to previous studies which only analyzed one or a small portion of the Kompas news. The results of the study show that the implementation of the 2009 election in the coverage of the Kompas newspaper has many shortcomings, starting from the preparation, implementation, to the calculation of the election results. During its development during the four months of April-July, the Kompas newspaper had a consistent and firm attitude in reporting on the implementation of the 2009 elections."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelis Banu Shoumi Illyin Pangestu
"Artikel ini membahas tentang Gerakan Pramuka di bawah Soekarno.Pramuka lahir 14 Agustus 1961. Lahirnya pramuka tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial politik pada masa Demokrasi Terpimpin. Kecewa dengan ketidakstabilan politik pada masa Demokrasi Liberal, Soekarno membutuhkan media yang lebih efektif untuk menyebarkan paham nasionalisme, khususnya di kalangan pemuda. Soekarno melihat kesempatan itu di dalam organisasi kepanduan. Namun, Soekarno merasa bahwa organisasi kepanduan terlalu kekanak-kanakan. Maka Ia membentuk pramuka dengan menggabungkan beberapa organisasi kepanduan ke dalam satu payung organisasi. Pramuka dibentuk dengan menitikberatkan ajarannya kepada Pancasila. Pramuka juga diberdayakan agar berguna bukan hanya untuk anggota melainkan juga kepada masyarakat luas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari, heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ekstern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Pemikiran Soekarno mengenai semangat nasionalisme sangat terasa dalam Gerakan Pramuka pada masa Demokrasi Terpimpin.

This article discusses Pramuka under Soekarno. Pramuka was born on August 14, 1961. The birth of the Pramuka cannot be separated from the socio-political conditions during the Guided Democracy period. Disappointed with the political instability during the Liberal Democracy, Soekarno needed a more effective medium to spread nationalism, especially among the youth. Soekarno saw the opportunity in the Pramuka organization. However, Soekarno felt that the scouting organization was too childish. So he formed scouts by combining several scouting organizations into one umbrella organization. Pramuka was formed by emphasizing its teachings on Pancasila. Scouts are also empowered to be useful not only to members but also to the wider community. This research uses historical research methods consisting of, heuristics (finding and collecting sources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (interpretation of sources) and historiography (historical writing). From the research that has been done, it can be concluded that Soekarno's thoughts on the spirit of nationalism were felt in the Pramuka during the Guided Democracy period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amanda Zumayah
"Penelitian ini membahas tentang perkembangankawasan Nieuw Gondangdia yang pada awalnya merupakan tanah partikelir kemudian dikembangkan menjadi hunian eksklusif masyarakat Eropa pada awal abad ke-20. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejarah awal perkembangan Nieuw Gondangdia sebagai permukiman Eropa serta proses pembangunan dan perkembangannya dalam periode 1910–1942 dan kemudian memaparkan kehidupan sosial masyarakat Eropa yang mendukung terwujudnya Nieuw Gondangdia sebagai hunian eksklusif Eropa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa arsip dan dokumen terjilid yang diakses dari Arsip Nasional Republik Indonesia, buku, artikel jurnal, serta surat kabar sezaman seperti De Ingenieur, Bataviaasch Nieuwsblad, De Locomotief, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemerintah Kota Batavia berhasil mengatasi permasalahan kekurangan permukiman serta mewujudkan suatu kota yang terintegrasi dengan dikembangkannya Nieuw Gondangdia sebagai kawasan permukiman Eropa yang dirancang dengan konsep kota taman yang sehat dan asri. Pada perkembangannya, kawasan ini menjadi wadah bagi masyarakat Eropa generasi baru kelas atas untuk mereproduksi kultur barat yang eksklusif melalui lembaga kesenian, aktivitas hiburan, institusi pendidikan Eropa, serta pembatasan ketat untuk berinteraksi dengan golongan pribumi. Namun, dalam implementasinya hal tersebut tidak dapat diterapkan secara murni karena adanya interaksi dengan pribumi serta adanya kultur indis yang telah mengakar sebagai identitas wilayah koloni Hindia Belanda.

This research discusses the development of the Nieuw Gondangdia area which was originally a private land and then developed into an exclusive European settlement in the early 20th century. This research aims to analyze the early history of the development of Nieuw Gondangdia as a European settlement as well as the process of its construction and development in the period 1910-1942 and then describe the social life of the European community that supported the realization of Nieuw Gondangdia as an exclusive European residence. The method used in this research is the historical method with the stages of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The sources used in this research are archives and bound documents accessed from the National Archives of the Republic of Indonesia, books, journal articles, and contemporaneous newspapers such as De Ingenieur, Bataviaasch Nieuwsblad, De Locomotief, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indi�. The results showed that the Batavia City Government succeeded in overcoming the problem of settlement shortages and realizing an integrated city by developing Nieuw Gondangdia as a European residential area designed with the concept of a healthy and beautiful garden city. In its development, this area became a place for the new generation of upper-class European society to reproduce an exclusive western culture through art institutions, entertainment activities, European educational institutions, and strict restrictions on interacting with indigenous groups. However, in its implementation, this could not be applied purely because of the interaction with the natives and the existence of an indigenous culture that had taken root as the identity of the Dutch East Indies colony."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rae Anjani
"Penelitian ini membahas mengenai dampak sosial dan ekonomi pembangunan jalur kereta api antara Panjang-Tanjung Karang, sebagai satu area baru, untuk memudahkan arus ekonomi dan juga perkembangan wilayah. Perkembangan pesat kapitalisme di Negeri Belanda mendorong pemerintah kolonial untuk menerapkan politik liberal di tanah jajahannya yaitu Indonesia. Penerapan politik liberal membawa dampak dengan banyak dibangunnya sarana prasarana termasuk jaringan kereta api. Di Wilayah Lampung, pembangunan jalur kereta api antara Panjang-Tanjung Karang merupakan salah satu proyek pembangunan jalur kereta api Sumatra bagian Selatan. Pembangunan jalur kereta api Sumatra bagian Selatan tersebut direncanakan dibangun membentang dari Lampung hingga Palembang. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan berfokus terhadap penelaahan arsip-arsip, surat kabar sezaman, buku, hingga artikel dari berbagai jurnal. Sumber-sumber ini diperoleh dari Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional, laman delpher.id hingga google scholar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jalur kereta api antara Panjang-Tanjung Karang, secara ekonomi telah menumbuhkan wilayah tersebut sebagai salah satu daerah jalur transportasi komoditas barang. Secara sosial, daerah ini berkembang menjadi wilayah pemukiman sebagai salah satu bagian dari upaya kolonisasi pemerintah colonial di wilayah Lampung.

This research discusses the social and economic impacts of the construction of a railroad line between Panjang-Tanjung Karang, as a new area, to facilitate economic flows and also regional development. The rapid development of capitalism in the Netherlands encouraged the colonial government to implement liberal politics in its colony, namely Indonesia. The implementation of liberal politics has had an impact on the construction of many infrastructure facilities including the railroad network. In the Lampung Region, the construction of a railroad line between Panjang-Tanjung Karang is one of the projects for the construction of the southern part of the Sumatran railway. The construction of the Southern Sumatra railway line is planned to be built stretching from Lampung to Palembang. This research uses historical methods by focusing on examining archives, contemporary newspapers, books, and articles from various journals. These sources were obtained from the National Archives of the Republic of Indonesia, the National Library, the delpher.id page to Google Scholar. The results of the study show that the construction of a railroad line between Panjang-Tanjung Karang has economically grown the area as one of the areas for the transportation of commodity goods. Socially, this area developed into a residential area as part of the colonial government's colonization efforts in the Lampung region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmizar Wahyu Wira Pradana
"Artikel ini membahas usaha-usaha yang dilakukan oleh PBSI dalam meraih gelar Piala Thomas pada periode 1970-an dan menganalisis faktor-faktor yang berperan di dalamnya. Terdapat permasalahan dalam bulu tangkis putra Indonesia saat itu, yakni kegagalan dalam meraih gelar Piala Thomas pada 1967. Kegagalan ini disebabkan oleh kurang kompetennya pengurus PBSI pada periode tersebut. Maka dari itu, PBSI segera melakukan perbaikan dengan harapan Indonesia dapat kembali merebut gelar Piala Thomas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah dengan pengkajian sumber-sumber primer berupa literatur tertulis, studi surat kabar sezaman, serta wawancara lisan dengan para pelaku sejarah. Berdasarkan hal tersebut, muncul kebaruan penelitian yang bersifat komplemen terhadap penelitian yang telah ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBSI melakukan beberapa usaha, seperti pengiriman pemain ke kejuaraan internasional, membangun hubungan baik dengan organisasi bulu tangkis kawasan maupun dunia, dan melakukan pembinaan serta regenerasi para atlet. Upaya untuk dapat kembali menjuarai Piala Thomas berhasil. Keberhasilan tersebut tidak hanya membawa satu gelar juara, melainkan empat gelar juara secara berturut-turut pada seluruh edisi yang diadakan tahun 1970-an. Faktor-faktor seperti pemilihan susunan pemain yang bertanding dan mental bertanding juga menunjukkan perannya di dalam keberhasilan upaya tersebut.

This article discusses PBSI's efforts to win the Thomas Cup championship in the 1970s and analyzes the factors that contributed to it. There was a problem with Indonesian men's badminton in that era, when PBSI failed to retain the title at Thomas Cup in 1967. This failure was caused by incompetent management. Therefore, PBSI consequently started making changes and improvements so that Indonesia could re-obtain the Thomas Cup title. The method used in this research is the historical method with primary reference reviews such as written literature, archival studies, and interviews with the actors. Based on this, the novelty of research arises which is complementary to existing research. This research proved that PBSI made several efforts such as sending their athletes to participate in international competitions, building good relations with government, world, and regional badminton federations, and developing their athletes' regeneration. Those efforts for obtaining the Thomas Cup were successful, where Indonesia managed to get not only one title, but four consecutive championship titles from all editions that were held in the 1970s. The factors that also played a role in this success were playing line-up and mentality to compete."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fredrik Theodorus
"Negara bukanlah satu-satunya entitas yang dapat mengancam kebebasan pers di dalam masyarakat demokrasi. Hal ini terlihat di dalam kasus pemberedelan Tabloid Monitor. Tabloid Monitor merupakan sebuah majalah popular yang diterbitkan oleh Kelompok Kompas Gramedia (KKG) antara tahun 1986 sampai 1990. Dikepalai oleh Arswendo Atmowiloto, Tabloid Monitor menjadi pers populer dengan sirkulasi terbesar. Pada 23 Oktober 1990, Monitor menerbitkan angket kepopuleran “Kagum 5 Juta” yang menempatkan Nabi Muhammad SAW pada urutan ke-11 tokoh paling populer versi pembaca. Akibat angket tersebut, Monitor mengalami protes yang berakibat kepada pemberedelannya oleh Pemerintah. Penelitian ini sendiri akan membahas pemberedelan Tabloid Monitor yang mencerminkan kondisi pers pada masa Orde Baru. Penelitian bertujuan untuk memahami bagaimana relasi kuasa antara negara dan masyarakat terhadap media. Penelitian dilakukan dengan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Proses heuristik menggunakan sumber primer seperti edisi Tabloid Monitor dan surat kabar atau majalah sezaman, serta sumber sekunder berupa buku teks ataupun artikel jurnal yang terkait dengan tema “Pemberedelan Monitor”. Hasil penelitian ini adalah kasus pemberedelan Tabloid Monitor merupakan kasus yang unik, karena pertama kalinya dalam sejarah Orde Baru, sebuah media diberedel akibat tekanan dari masyarakat. Pemberedelan Monitor juga menggambarkan relasi antara negara, masyarakat, dan media massa pada Masa Orde Baru.

State is not the only entity threatening press freedom in a democratic society. It was apparent in the case of the banning of Tabloid Monitor. Monitor was a pop magazine published by the Kompas Gramedia Group (KKG) from 1986 to 1990. Headed by Arswendo Atmowiloto, Tabloid Monitor became the most successful popular press of its time. On October 23, 1990 Monitor released a popularity poll “Kagum 5 Juta” that placed the Prophet Muhammad SAW in the 11th position of the reader's version for the most popular figure. Becaruse of this, Monitor experience a series of protest resulting it’s banning by the government. This research will discuss the banning of Tabloid Monitor which reflects the condition of the press during the New Order era. This research conducted to understand the power relations between the state and society are towards the media. This research use historical methods based on primary sources such as editions of the Tabloid Monitor itself and conTemporary newspapers or magazines, as well as secondary sources in the form of textbooks or journal articles related to the theme. The results of this research is that the case of the banning of Tabloid Monitor is unique because it was the first time in the New Order, a media was banned to follow the urge of the people. The Monitor's banning also describes the relationship between the state, society, and the mass media during the New Order period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Rahman Hidayah
"Artikel ini membahas mengenai peran PT Bentoel terhadap perkembangan sepak bola Arema Malang 2003-2009 dan dampaknya terhadap peningkatan prestasi Arema Malang. Pendirian Arema Malang sebagai sebuah klub sepak bola tidak terlepas dari upaya beberapa warga Malang yang ingin membuat klub baru untuk ajang Galatama pada tahun 1987. Akan tetapi, klub ini dalam pengelolaannya merupakan klub swasta yang tidak disokong oleh dana pemerintah setempat. Terdapat permasalahan berupa masalah finansial yang terjadi berulang sehingga diatasi melalui pengambilalihan klub oleh perusahaan swasta ternama, yaitu PT Bentoel pada tahun 2003. Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode sejarah melalui pengumpulan sumber primer tertulis berupa surat kabar yang memberitakan proses akuisisi Arema oleh PT Bentoel dan buku-buku tentang dinamika perkembangan klub Arema Malang. Hasil yang ditemukan adalah Arema Malang sebagai klub sepak bola profesional membutuhkan dana yang besar tidak hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga menstabilkan kiprahnya dalam kancah sepak bola Indonesia. Stabilitas finansial tercermin dari kehadiran PT Bentoel yang membawa kekuatan finansial dan berimbas kepada pencapaian klub yang meningkat. PT Bentoel sebagai pemegang aset klub Arema Malang dari tahun 2003-2009 akhirnya berdampak kepada pihak internal maupun eksternal dari Arema Malang.

This article discusses the role of PT Bentoel in the dynamics of Arema Football Club from 2003-2009 and its effects on the Arema Malang’s performance improvement. The establishment of Arema Malang as a football club was inseparable from the efforts of several Malang youths who wanted to create a new club for the Galatama event in 1987. However, this club was managed as a private club which is not supported by local government funds. Financial problems that often occurred were then overcome through the takeover of this club by a well-known private company, named PT Bentoel in 2003. This article was written using the historical method by collecting written primary sources in the form of newspapers which reported on the process of acquiring Arema by PT Bentoel and books about the dynamics of the development of the Arema Malang club. The results found that Arema Malang as a professional football club required large funds not only to achieve accomplishments, but also to stabilize its performance in Indonesian football. Financial stability was reflected in the presence of PT Bentoel which brought financial strength and had an impact on the club's increased achievements. PT Bentoel as the asset holder of the Arema Malang club from 2003-2009 ultimately had an impact on the management of the Arema Malang club and related parties who had a relationship with this club"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Monalisa
"Penelitian tugas akhir ini membahas mengenai peran Menteri Kesehatan RI, Dr. Johannes Leimena dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia pada periode 1946-1956. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kontribusi dan upaya Dr. Johannes Leimena dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia selama beliau menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI dari tahun 1946-1956. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia sampai masa penyerahan kedaulatan merupakan salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan tentunya mempengaruhi kemajuan dan ketahanan negara Indonesia. Untuk mengatasi masalah tersebut, Dr. Johannes Leimena sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 1946 berupaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan cara meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat di Indonesia melalui program Bandung Plan, upaya perbaikan gizi masyarakat, menekankan pentingnya pendidikan kesehatan ibu dan anak serta pada tahun 1952 di Kementerian Kesehatan dibentuk panitia Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) yang kemudian terbentuklah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat itu.

This final project research discuss the role of the Indonesian Minister of Health, Dr. Johannes Leimena in improving maternal and child health in Indonesia in the period 1946-1956. This research aims to explore the contributions and efforts of Dr. Johannes Leimena in improving maternal and child health in Indonesia during his tenure as Minister of Health of the Republic of Indonesia from 1946-1956. The results of this study indicate that the high rate of maternal and child mortality in Indonesia until the transfer of sovereignty was one of the causes of low population growth in Indonesia and certainly affected the progress and resilience of the country. To solve this problem, Dr. Johannes Leimena as the Minister of Health of the Republic of Indonesia from 1946 to 1956 tried to improve maternal and child health by increasing access to health for people in Indonesia through the Bandung Plan program, efforts to improve public nutrition, emphasizing the importance of maternal and child health education and in 1952 the Ministry of Health formed a Mother and Child Welfare committee (KIA) which later formed the Maternal and Child Health Center (BKIA) as the vanguard of maternal and child health services in Indonesia at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>