Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Fransiskus Adinda Rio Respati
"Masifnya pembangunan menyebabkan munculnya 78 titik rawan banjir di Kota Jakarta. Secara geografis, Kota Jakarta merupakan dataran banjir dengan 40% wilayah Jakarta memiliki ketinggian 1-1,5 meter di bawah permukaan laut berdasarkan penelitian konsorsium JCDS. Ciliwung merupakan satu dari tiga belas sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Sungai Ciliwung memiliki peran penting dalam Masterplan Pengendalian Banjir Jakarta. Kapasitas sungai Ciliwung yang terbatas seringkali tidak bisa menampung besarnya debit banjir. Untuk mengatasi keterbatasan ini, dirancanglah Saluran Diversi/Sodetan Ciliwung dengan kapasitas maksimal 60 m3/detik yang berfungsi mengalihkan besarnya debit pada Sungai Ciliwung (Banjir Kanal Barat) menuju Sungai Cipinang (Banjir Kanal Timur). Penelitian ini berfokus pada pengukuran efektivitas Saluran Sodetan Ciliwung yang diukur berdasarkan nilai reduksi debit banjir, pengurangan luas genangan banjir, dan penurunan tinggi muka air yang diukur pada Pintu Air Manggarai. Penelitian ini menghitung periode ulang hujan 25 dan 50 tahun menggunakan perangkat HEC-HMS 4.12 dengan model hidrologi SCS-CN dan model routing Muskingum Cunge, serta pemrograman HEC-RAS 6.2 dengan model 1D dan 2D untuk analisis kapasitas saluran dan luas genangan banjir. Penelitian ini menggunakan metode kalibrasi tinggi muka air dari AWLR (Automatic Water Level Recorder) yang tercatat pada Pintu Air Manggarai untuk merepresentasikan kondisi eksisting DAS Ciliwung dengan data olahan yang digunakan. Berdasarkan pemodelan dan analisis, Saluran Diversi Ciliwung pada periode ulang 25 dan 50 tahunan dapat mereduksi debit 9,11% dan 8,74%, mengurangi luas genangan 0,414% dan 3,041%, serta menurunkan tinggi muka air 2,80% dan 2,67% yang seluruhnya diukur pada Pintu Air Manggarai.
The massive development has caused the emergence of 78 flood-prone areas in Jakarta. Geographically, Jakarta is a flood plain with 40% of the Jakarta area having an altitude of 1-1.5 meters below sea level based on research by the JCDS Consortium. Ciliwung is one of thirteen rivers that flow into Jakarta Bay. The limited capacity of the Ciliwung River often cannot accommodate the large flood discharge. To overcome this limitation, the Ciliwung Diversion Channel was designed with a maximum capacity of 60 m3/second which functions to divert the large discharge in the Ciliwung River to the Cipinang River. This study focuses on measuring the effectiveness of the Ciliwung Diversion which is measured based on the value of flood discharge reduction, reduction in flood inundation area, and decrease in water level measured at the Manggarai Water Gate. This study calculates the 25 and 50-year rainfall return periods using the HEC-HMS 4.12 device with the SCS-CN hydrological model and the Muskingum Cunge routing model, as well as HEC-RAS 6.2 programming with 1D and 2D models. This study uses the water level calibration method from the AWLR (Automatic Water Level Recorder) to represent the existing conditions of the Ciliwung Watershed with the processed data used. Based on modeling , the Ciliwung Diversion Channel at 25 and 50-year return periods can reduce discharge by 9.11% and 8.74%, reduce inundation area by 0.414% and 3.041%, and reduce water level by 2.80% and 2.67%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gilang Yahya Naqsyabandi
"Secara geografis, Jakarta dibagi menjadi hulu dari 13 sungai dan terletak di daerah dataran rendah (Napier, 2021). Menurut laporan BPBD DKI Jakarta tahun 2018, terdapat 7.228 rumah tangga atau 11.450 orang yang terdampak banjir pada Selasa sore, 6 Februari 2018. Salah satu pendekatan pengurangan banjir yang mengurangi kerusakan akibat banjir adalah bendungan kering. Bendungan kering adalah daerah tangkapan yang dirancang untuk menampung kelebihan air selama banjir sambil memungkinkan air mengalir bebas dalam situasi normal. Ini adalah metode mitigasi banjir jangka pendek yang menahan air untuk durasi singkat sebelum melepaskannya secara bertahap untuk mencegah banjir di hilir. Analisis efektivitas bendungan kering dilakukan dengan analisis daerah aliran sungai menggunakan ArcGIS, curah hujan rancangan, analisis model hidrologi menggunakan HEC-HMS, dan analisis model tingkat air menggunakan HEC-RAS dengan dan tanpa bendungan untuk periode ulang 50 tahun, 100 tahun, dan banjir maksimum yang mungkin terjadi (PMF). Hasil perbandingan pengurangan banjir dan tingkat air dianalisis berdasarkan perubahan debit, tingkat air di Bendung Katulampa, dan tingkat peringatan di Bendung Katulampa. Debit dari pemodelan dikalibrasi dengan data aktual menggunakan analisis NSE, yang menghasilkan nilai 0,872; diklasifikasikan sebagai baik. Tingkat air dan tingkat peringatan untuk Tr 50 tahun di Bendung Katulampa berubah dari 2,59 m menjadi 1,98 m atau sebesar 24%, dan tingkat peringatan turun dari level 1 ke level 2. Namun, untuk Tr 100 tahun, tingkat peringatan tidak berubah karena tetap tercatat pada level 1, dan model PMF tidak dapat ditampung oleh bendungan karena melebihi elevasi maksimum.
Geographically, Jakarta becomes the headwaters of 13 rivers and is located in the lowlands area. (Napier, 2021). According to the DKI Jakarta BPBD report 2018, there were 7,228 households or 11,450 people affected by the floods on Tuesday afternoon, 6th February 2018. One of flood reduction approaches that reduce the damage caused by flooding is dry dam. Dry dams are catchment areas designed to hold surplus water during flooding while allowing water to flow freely under normal situations. This is a short-term flood mitigation method that holds water for short duration before gradually releasing it to prevent downstream flooding. The analysis of effectiveness of dry dams conducted by watershed analysis on ArcGIS, design rainfall, hydrological model analysis on HEC HMS, and water level model analysis on HEC-RAS with and without dams for 50, 100 years, and probable maximum flood (PMF) return period. The comparison between result in flood reduction and water level would be analyzed as the changes in discharge, water level at Katulampa Weir, and warning level at Katulampa Weir. The discharge from modelling calibrated to the actual data by NSE analysis, which resulted in 0.872; classified as good. The water level and warning level were resulted for Tr 50 years at Katulampa Weir changed from 2.59 m to 1.98 m by 24% and so the warning level from level 1 to level 2. However, for TR 100 years the warning level did not change as it was recorded at level 1 and the PMF model could not be accommodated by the dams as it exceeded the maximum elevation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library