Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutya Mustafa
"ABSTRAK
Penelitian ini mengambil objek Teater tradisional Minangkabau yang disajikan oleh Grup Randai Palimo Gaga dari Runge Tanjung-Tanah Datar. Adapun yang diamati dan diteliti dari objek penelitian tersebut adalah struktur cerita dalam bentuk teks naskah randai Palimo Gaga.
Penelitian bertujuan untuk mengembangkan dan menyebarluaskan kesenian tradisional daerah, sehingga dapat memperoleh informasi tambahan mengenai randai sebagai teater tradisional. Dan mengenal struktur cerita terhadap teks naskah randai.
Ditemukan bahwa prinsip permainan randai dilakukan secara bersama, adanya seni sastra, seni tari, dan seni musik. Cerita-cerita dalam randai diambil dari kaba (sastra lisan) yang terdapat di Minangkabau. Gerak-gerak tari diangkat dari gerakan pencak silat. Dendang-dendang dalam randai mengikuti cerita randai.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kepustakaan, dan wawancara dengan mempedomani sejumlah daftar pertanyaan.
Hasil menunjukkan bahwa randai adalah sebuah teeter tradisional dari Minangkabau yang hidup dan bertolak dari tradisi-tradisi masyarakat Minangkabau.
Analisis struktur cerita ditekankan pada alur, tema, dan penokohan. Alur cerita Palimo Gaga tersusun dalam alur linear. Tema Palimo Gaga yaitu masalah perjudian dan akibatnya. Adapun dalam penokohan hanya menggunakan metode diskursif

"
1995
S11336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Syukur
"Analisis mengenai masalah kawin adat yang terjadi dalam masyarakat Minangkabau melalui beberapa karya Hamka, dilakukan dengan tinjauan sasiologi sastra. Tujuannya ialah untuk mengetahui seberapa jauh terjadinya perbenturan antara adat dengan realitas sosial. Dari sembilan buah karya sastra yang pernah ditulis Hamka, hanya empat yang dipergunakan sebagai bahan analisis. Pemilihan ini didasarkan atas adanya kaitan masalah-masalah perkawinan antara karya yang satu dengan yang lin.
Hasilnya menunjukkan bahwa empat karya tersebut memang memperlihatkan adanya perbenturan antara adat dengan realitas sosial. Dalam hal ini, Hamka baru menampilkan sisi negatif dari pelaksanaan adat, khususnya masalah jodoh, perkawinan, dan harta. Hamka sama sekali belum menampilkan sisi positif adat Idinangkabau. Oleh sebab itu, dapatlah disimpulkan bahwa empat karya tersebut bukan merupakan cerminan yang utuh masyarakat Minangkabau. Namun, pelaksanaan adat yang tidak semestinya tetap akan merugikan masyarakat dan lingkungannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Aksara 13, 2008
808.83 TOI (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Liechtiana
"Pantun Sunda merupakan salah satu bentuk kesenian tutur yang hidup dan berkembang pada masyarakat Sunda. Pantun Sunda ditampilkan dengan seorang juru pantun yang menuturkan cerita dari masa lalu, seperti dongeng, legenda, dan mite sambil memainkan alat musik kacapi atau kecapi sebagai pengiringnya. Pertunjukan Pantun Sunda pada masa kini masih dapat ditemukan di kawasan Jawa Barat dan Banten. Walaupun demikian, frekuensi pertunjukan dan jumlah juru pantun semakin minim. Perubahan masyarakat dan zaman yang serbadinamis ikut memengaruhi keberadaan tradisi lisan ini. Hal tersebut akan terkait dengan makna dan fungsi pertunjukan Pantun Sunda di masyarakat pendukungnya. Masyarakat Sunda yang masih mendukung kesenian tradisional ini berada di Kabupaten Subang. Mereka menanggap tradisi lisan ini dalam salah satu perayaan penting. Tesis ini hendak membahas bentuk dan upaya pewarisan pertunjukan Pantun Sunda pada masyarakat pendukungnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan kerja lapangan dan wawancara.

Pantun Sunda is one form of speech art or oral tradition that lives and develops in Sundanese society. Pantun Sunda is performed by a repertoar telling stories from the past, such as fairy tales, legends, and myths while playing a traditional instrument, kacapi. The performance of Pantun Sunda nowadays can still be found in the regions of West Java and Banten. However, the frequency of performances and the number of pantun repertoars are decreasing. Dynamic changes in society and time also influence the existence of this oral tradition. It will also be related to the meaning and function of the performance of Pantun Sunda in its supporting community. Today, the Sundanese communities supporting the traditional art are in Subang Regency by perceiving the oral tradition as part of their important celebrations. This thesis elaborates inheritance forms and efforts of Pantun Sunda performance in Sundanesse community. The method used in this thesis is qualitative by doing fieldwork and interviews."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonia Indriasari
"Karakteristik setiap festival budaya adalah unik, dan karenanya tak ada satu model standar yang dapat digunakan untuk mengelola semua jenis festival. Pengelolaan festival budaya secara modern dan profesional memerlukan kepekaan, yang di sini berarti mempertimbangkan keunikan tradisi dan budaya komunitas yang ingin diangkat. Pengelolaan modern dalam hal ini berarti pengelolaan yang menerapkan tata cara pengelolaan modern seperti perencanaan, pembagian tugas, analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, Threats), metode TAM (Team Action Management), promosi melalui media massa, dan evaluasi keseluruhan kegiatan, termasuk penilaian apakah tujuan sudah sesuai dengan hasilnya. Dengan cara itu kita bisa melihat sejauh mana cara-cara pengelolaan modern dapat diterapkan pada penyelenggaraan suatu festival budaya sehingga dapat mengakomodasi harapan pengunjung dan pemilik tradisi yang ingin dirayakan. Sebagai studi kasus, dipilihlah pengelolaan Festival Tradisi Lisan Maritim Wakatobi.

Every cultural festival is unique in characteristic, therefore not a single standard model could fit into all sorts of festival. Modern management of a cultural festival needs to be sensitive to the uniqueness of the traditions and communities. Modern management here means the implementation of the models of modern management such as SWOT (Strengths, Weaknesses, Opprtunities, Threats) analysis and TAM (Team Action Management) method, promotion through mass media, and evaluation. By those tools we could see how far these modern management models could be applied in cultural festival management in Indonesia so the ecent could accommodate both audiences and the traditional artists. The management of Maritime Oral Tradition Festival in Wakatobi 2009 is chosen as the case study."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25942
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Anggino
"Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan pembentukan kalimat nondeklaratif, yaitu kalimat yang tidak mengungkapkan pernyataan atau proposisi, dalam Bahasa Isyarat Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bisindo. Kalimat nondeklaratif yang dibahas dalam tulisan ini adalah kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat eksklamatif. Dua aspek kalimat nondeklaratif yang diperiksa adalah strukturnya dan unsur nonmanual yang menandainya. Berdasarkan analisis terhadap kalimat-kalimat nondeklaratif yang dihasilkan oleh dua penutur Bisindo ditemukan bahwa (1) kalimat nondeklaratif Bisindo cenderung diawali dengan topik yang dapat berupa subjek, pronomina, nomina atau pewatas frasa yang bermakna 'pemilik'; (2) dalam kalimat interogatif, kata tanya, apabila digunakan, cenderung muncul pada kata di akhir kalimat; (3) unsur nonmanual yang terdapat dalam kalimat nondeklaratif adalah alis (mengerut, menaik), mata (membesar, menyipit, tertutup), dan gerakan kepala (mengangguk); dan (4) unsur-unsur nonmanual tersebut dapat muncul pada keseluruhan kalimat, sebagain kalimat, dan pada kata tertentu.  

The Indonesian Sign Language, better known as Bisindo, is a sign language used by many deaf communities in Indonesia. Misconceptions about this language and its speakers are abound because little is known about it. This paper aims at describing the formation of non-declarative sentences-those that do not express statement or proposition in Indonesian Sign Language. Non-declarative sentences discussed in this research are interrogative, imperative, and exclamative sentences. Two aspects to be examined are the structure and non-manual elements. The data for this paper are collected through elicitation from two Bisindo speakers. From the analysis of the data, it is found that (1) nondeclarative sentences in Bisindo tends to be initially marked by topic-part of sentence which shows what the sentence is about; (2) in interogative sentences, the wh-question word tends to occur at the end of the sentence; (3) non-manual elements that occur in non-declarative sentences are eye brows (lowered, arisen), eyes (widened, narrowed, closed), and head movement (nodded); and (4) the nonmanual elements can occur in in a certain part of the sentence or in the whole sentence depending on the types of non-declarative sentence. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Penelitian ini bermaksud mengungkapkan bagaimana gagasan kemanusiaan dan kerelijiusan dalam tiga cerpen Mohammad Diponegoro ditampilkan. Pandangan yang mendasari penu_lisan ini ialah karya susastra pada dasarnya mengungkapkan suatu pesan moral tertentu. Ia terlibat untuk memberikan tanggapan terhadap kehidupan secara evaluatif.
Cerpen yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu 0-dah, Penatap Matahari, dan cerpen Kadis. Pemilihan tiga cerpen itu atas dasar bahwa mereka dapat dianggap mewakili gagasan sentral yang ada dalam kumpulan cerpen, ya_itu Odah dan Cerita Lainnva. Selain itu, meskipun mereka dianggap cukup mewakili gagasan sentral yang ada dalam kum_pulan cerpen ini, ketiga cerpen tersebut masing-masing mem_punyai ke lebihan.
Analisis karya susastra pada dasarnya berpusat pada karya susastra itu sendiri. Oleh sebab itu, pertama-tama pendekatan intrinsik digunakan dalam skripsi ini. Pende_katan ekstrinsik juga digunakan di sini untuk menjawab ma_salah-masalah dalam cerpen yang tidak bisa hanya dijawab melalui pendekatan instrinsik saja. Pada cerpen Odah, pendekatan ekstrinsik dilakukan dengan menggunakan sejarah lokal Indonesia (Sunda) sebagai acuan utama. Sedangkan pada cerpen Penatap Matahari dan Kadis, Al Qur'an se_bagai rujukan utama digunakan di sini. Penggunaan acuan atau bantuan disiplin tersebut dalam skripsi ini tentu sa_ja disesuaikan dengan kebutuhan analisis, atau disesuaikan dengan masalah-masalah yang timbul dalam ketiga cerpen itu.
Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa ketiga cerpen tersebut memang benar-benar menuangkan gagasan ke-manusiaan dan kerelijiusan. Gagasan itu ditampilkan penga_rang melalui tokoh utama yang hidup dan dibiarkan oleh pengarang berbicara sendiri tentang kemanusiaan dan kere_lijiusan kepada pembaca. Dari tokoh utama itulah pesan moral dapat dirunut. Jadi, dalam hal ini pengarang tidak berangkat dari gagasan atau tema itu sendiri, melainkan dari tokoh utama dalam cerita."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S11158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Bachtiar
"N. Riantiarno adalah seorang penulis lakon yang cukup produktif. Karya-karyanya yang dipentaskan di Taman Ismail Marzuki dapat memecahkan rekor dalam menyerap penonton. Pembicaraan mengenai trilogi drama Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Juliniini berusaha menyingkap keberhasilan dalam pementasan lakon tersebut apakah ditunjang dengan _keberhasilan_ keberadaan naskah lakon itu sendiri. Penulis menganalisis naskah lakon trilogi drama Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini berdasarkan pendekatan intrinsik, yaitu melihat jalinan unsur-unsur utama di dalamnya. Hal yang menarik dalam menganalisis, unsur-unsur dalam lakon naskah ini adalah tokoh dan penokohannya. Karena unsur ini pada hakikatnya berhubungan erat dengan watak manusia. Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam lakon ini adalah cermin tokoh-tokoh miskin dengan berbagai watak dan masalahnya, juga proses perubahan watak tokoh akibat miskin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyowati
"Analisis mengenai latar sosial, latar fisik, latar waktu, serta hubungan antara latar dengan tokoh, penokohan, dan alur novel Dan Perang pun Usai karya Ismail Marahimin bertujuan untuk membukikan bahwa latar merupakan unsur yang paling menonjol. Dalam penelitian di atas penulis menggunakan pendekatan ekstrinsik dan intrinsik. Pendekatan ekstrinsik digunakan penulis dalam membahas latar sosial, latar fisik, dan latar waktu Dan Perang pun Usai. Dalam analisis tersebut penulis membahas ketiga latar novel itu dengan mengacu pada sejarah bangsa Indonesia atau khususnya pada masa penjajahan Jepang. Pendekatan intrinsik dipakai penulis dalam membahas hubungan latar Dan Perang pun Usai dengan unsur fiksi lainnya, yaitu tokoh, penokohan, dan alur. Jadi, pendekatan ini mengkhususkan diri pada unsur karya itu sendiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa ciri khas novel Dan Perang pun Usai adalah menggunakan acuan sejarah sebagai sumber utamanya. Hal ini terlihat jelas dari latarnya. Cerita terjadi pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, dan mengambil tempat di daerah Teratak Buluh, Riau. Keadaan sosial yang digambarkan dalam novel tersebut sangat mendekati realitas. Selain mengandung unsur politik, sejarah, dan sosial budaya, latar novel Dan Penang pun Usai juga. menyokong unsur fiksi lainnya, yaitu tokoh dan alur. Keadaan, tempat, dan suasana dalam cerita memberikan gambaran kepada pembaca akan watak tokoh dan tindakan tokoh. Alur Dan Perang pun Uati tidaklah tunggal; alurnya bercabang-cabang dan banyak alur bawahan dari tiap-tiap tokohnya. Keadaan alur yang tidak tunggal dan bercabang_-cabang sejalan dengan suasana perang dalam cerita yang penuh kemelut. Alur bawahan tersebut membuat latar sosial novel tersebut bervariasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri H. Wijayanti
"Penelitian sastra bandingan antarnegara serumpun Indonesia - Malaysia, masih jarang dilakukan orang. Novel Indonesia Salah Asuhan (1986) karya Abdoel Moeis memperlihatkan kesamaan subtema dengan novel Malaysia Mencari Isteri (1975) buah tangan M. Yusuf Ahmad. Keduanya sama-sama menyinggung masalah kawin paksa. Tujuan skripsi ini ialah membandingkan kawin paksa dalam kedua novel dan melihat sikap pengarangnya terhadap masalah kawin paksa.
Penelitian yang menggunakan pendekatan ekstrinsik dan dan intrinsik ini akhirnya berkesimpulan bahwa kawin paksa dalam kedua novel terjadi pada pihak laki-laki yang berusia dua puluhan, berpendidikan tinggi, serta berasal dari kelas menengah ke atas. Pasangan yang dijodohkan berusia belasan tahun, berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan. Kawin paksa terjadi oleh karena masyarakat luar, terutama kaum tua, belum dapat menerima kawin campuran; mereka terbiasa oleh perkawinan antarkeluarga terdekat atas pertimbangan ekonomi atau sosial atau kedua-duanya. Akibatnya, hidup perkawinan mereka tidak bahagia.
Baik Abdoel Moeis maupun Yusuf Ahmad tidak sepenuhnya bersikap negatif terhadap masalah kawin paksa. Kedua pengarang seolah-olah memandang kawin paksa akan membawa kebahagiaan apabila kedua pasangan saling bertenggang rasa dan berupaya membina rumah tangga bersama. Yusuf Ahmad memandang kawin paksa lebih baik daripada kawin-cerai atau berpoligami, sedang Abdoel Moeis cenderung memihak perkawinan atas dasar pemikiran atau pertimbangan baik-buruknya daripada perasaan semata-mata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>