Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Edwar
"Latar belakang: Pasien HIV yang mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) memiliki risiko yang besar terhadap infeksi CMV dan mencerminkan adanya perubahan kardiovaskular secara sistemik. Genotip dari sel Natural Killer (NK) dan sel imunitas berperan penting terhadap reaktivasi CMV. Namun, polimorfisme dari genotip sel NK dan sel imun pada populasi Indonesia belum banyak diketahui. Peneliti melakukan analisis penilaian terhadap kaliber arteri retina (RAC) sebagai pengukuran non-invasif untuk mengetahui perubahan patologis vaskular dari pasien HIV yang baru menjalani terapi ARV dengan risiko tinggi terhadap reaktivasi CMV serta hubungan antara genotip dari sel NK dan sel imunitas pada pasien HIV dengan seropositif CMV pada populasi Indonesia
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan dari kaliber arteri retina dan hubungannya terhadap faktor risiko tradisional, faktor inflamasi dan juga pengaruh genotip dari sel NK dan sel imunitas pada pasien HIV dengan seropositif CMV pada populasi Indonesia
Metode: Peneliti melakukan pemeriksaan terhadap 79 pasien HIV yang baru memulai terapi ARV di Jakarta, Indonesia dengan median (rentang) usia 31 (19-48) tahun. RAC diukur menggunakan perangkat lunak Image J dari foto fundus kedua mata, sebelum ART (V0) dan setelah 3-12 bulan (V3-V12). Pemeriksaan juga dilakukan terhadap IgG dan IgG IE anti-CMV. Model multivariabel digunakan untuk menentukan variabel terbaik sebagai prediktor dari RAC pada V12. Pemeriksaan genotip dilakukan menggunakan metode Taqman SNP genotyping assay.
Hasil: Pasien HIV memiliki kaliber arteri retina yang lebih sempit dan titer antibodi CMV yang lebih tinggi dibandingkan kontrol sehat. RAC mengecil setelah 12 bulan menggunakan ARV (p<0.0001). RAC kanan berkorelasi dengan IgG IE anti-CMV, sedangkan RAC kiri berkorelasi pada setiap waktu dengan cIMT. Model multivariabel menghubungkan RAC pada V12 dengan HIV Viral load pada V12 dan riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol, sementara merokok memiliki sifat protektif. Alel homozigot IL-1A penanda inflamasi berhubungan dengan kaliber arteri retina yang lebih sempit pada mata kanan dibandingkan alel heterozigot sebelum mengkonsumsi ARV. Alel homozigot TNF-308 berhubungan dengan rendahnya IgG IE anti-CMV dibanding heterozigot secara konstan sebelum terapi ARV sampai 12 bulan setelah terapi ARV. Kaliber arteri retina mata kanan pada bulan ke-12 berhubungan dengan subset CD56lo sebelum terapi ARV. CD56lo LIR1 sebelum terapi ARV berkorelasi dengan RAC kiri pada bulan ke-12 terapi ARV.
Kesimpulan: Penyempitan dari kaliber arteri retina pada pasien HIV dengan seropositif CMV sudah dibuktikan pada penelitian ini, dimana kaliber arteri retina menjadi lebih sempit dibanding kontrol sehat, dan semakin mengecil setelah 12 bulan penggunaan ARV. Faktor risiko tradisional dan infeksi oportunistik tidak berkorelasi dengan perubahan kaliber arteri retina. Penyempitan dari RAC kiri berkorelasi terbalik dengan kadar C-Reactive Protein (CRP) dan cIMT kiri. Pada analisis multivariat, peneliti menemukan bahwa pasien dengan riwayat merokok memiliki RAC yang lebih lebar sementara pasien dengan riwayat mengkonsumsi minuman alkohol memiliki RAC yang lebih sempit. Penyempitan dari RAC kemungkinan disebabkan karena adanya rekativasi CMV dibandingkan infeksi HIV. Genotip dari sel NK dan sel imun tidak berkorelasi dengan RAC, hanya alel homozigot dari IL-1A yang menunjukkan RAC yang lebih sempit dibandingkan alel lain. Penelitian ini juga menunjukkan alel homozigot dari TNF-308 memiliki titer IgG and IgG IE anti-CMV yang lebih rendah.

Background: HIV patients responding to antiretroviral therapy (ART) have a high burden of Cytomegalovirus (CMV) and display accelerated cardiovascular change assessed systemically. Genotype of Natural Killer (NK) cells and immune-related cells are important in CMV reactivation. However, polymorphism in genotype of NK cells and immune-related cells in Indonesia population was not well defined. Hereby, we assessed retinal arteries calibers (RAC) as a non-invasive measure of vascular pathology in HIV patients beginning ART with a high burden of CMV and the relationship between genotype of NK cells and immune-related cells in Seropositive CMV HIV patients in Indonesian population.
Objective: To observe changing of retinal artery caliber and its relation with traditional risk factor, inflammatory risk factor and genotype of NK cells and immune-related cells in Seropositive CMV HIV patients in Indonesian population.
Method: We analyzed 79 HIV patients beginning ART in Jakarta, Indonesia, with a median (range) age of 31 (19-48) years. RAC was assessed using Image J software from fundus photos of both eyes, before ART (V0) and after 3-12 months (V3-V12). CMV DNA and antibodies were assessed. Multivariable models assessed which variables best predicted RAC values at V12. Genotype were assessed used Taqman SNP genotyping assay method.
Result: HIV patients had narrower retinal arteries and higher levels of CMV antibodies than healthy controls. RAC decreased over 12 months of ART (p<0.0001). Right RAC correlated with CMV IE-1 antibody, whilst the left RAC at V# correlated with cIMT. Multivariable models linked RAC at V12 with detectable HIV RNA at V12 and declared use of alcoholic drinks, whilst a smoking habit was protective. Homozygous allele of IL-1A inflammatory marker associated with narrower retinal artery caliber in right eye compared to heterozygous before ART but similar association was not found in the left eye. Homozygous allele of TNF-308 associated with lower CMV-IE1 compared to its heterozygous constantly before ART until 12 months of ART. Right retinal artery caliber in 12 months was correlated with CD56lo subset before ART. CD56lo LIR1 before ART was correlated with left retinal artery caliber in 12 months of ART.
Conclusion: Narrowing of retinal artery caliber in HIV patients with CMV seropositive has been demonstrated in this study, which retinal artery caliber was narrower than healthy controls, and still narrowing until 12 months of ART. Traditional risk factors and opportunistic infections did not show any correlation with retinal artery caliber changes. Narrowing of left retinal artery caliber had inverse correlation with CRP level and left cIMT. On multivariable analysis, we found that those who admitted smoking had larger retinal artery caliber whilst those who consumed alcohol had narrower retinal artery caliber. Narrowing of retinal artery caliber was more likely occur as a result of CMV reactivation than HIV infection itself. The NK-related genotypes and immune-mediate genotypes did not correlate with retinal artery caliber, only homozygous allele of IL1A had a narrower retinal artery caliber than other alleles. This study also found that homozygous allele of TNF-308 had lower CMV lysate antibody and CMV IE antibody level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Octaviana
"Pendahuluan: Prevalensi neuropati sensorik HIV (NS-HIV) di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2006 adalah 33%, saat seluruh pasien mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) stavudine. Walaupun stavudine tidak digunakan lagi, pasien masih mengeluhkan gejala NS-HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan NS-HIV dan nyeri neuropatik; kadar kemokin CCL5 plasma dan antibodi IgG CMV pada NS-HIV dan nyeri neuropatik. Tujuan lain adalah untuk mengetahui dan gambaran intra-epidermal nerve fiber density (IENFD) dan makrofag CD14+ perineural pada NS-HIV.
Metode: Penelitian potong lintang yang dilakukan di RSCM pada tahun 2015-2017. Didapatkan 197 pasien HIV dalam terapi ARV tanpa stavudin >12 bulan. NS-HIV ditegakkan berdasarkan The AIDS Clinical Trial Group Brief Peripheral Neuropathy Screening Tool (ACTG-BPNST/BPNST), sedangkan nyeri neuropatik dinilai menggunakan kuesioner Douleur Neuropathique 4 (DN4). Dilakukan pengambilan darah untuk mengukur hitung sel T CD4+, viral load, CCL5, antibodi IgG CMV. Dilakukan pemeriksaan nerve conduction study (NCS) dan Stimulated SkIin Wrinkle (SSW) test. Biopsi kulit dilakukan pada 9 pasien NS-HIV dan 5 pasien tanpa NS (NS-) untuk menilai intra-epidermal nerve fiber density (IENFD) dan makrofag CD14+ perineural dan dibandingkan kontrol sehat.
Hasil: Prevalensi NS-HIV adalah 14,2% sedangkan prevalensi nyeri neuropatik 6,6%. Faktor yang berhubungan dengan NS-HIV adalah viral load >500 kopi/ml dan meningkatnya usia. Faktor yang berhubungan dengan nyeri neuropatik adalah penggunaan ARV Protease Inhibitor (PI) dan durasi ARV< 2 tahun. Kadar CCL5 plasma dan antibody IgG CMV tidak berhubungan terhadap NS-HIV dan nyeri neuropatik. Median IENFD pada pasien NS-HIV lebih rendah dibandingkan pasien HIV tanpa neuropati (3 vs 5,8 /mm2); median IENFD pasien HIV dengan dan tanpa neuropati sensorik lebih rendah dibandingkan kontrol sehat (11,2/mm2). Empat dari lima pasien NS-HIV dengan INEFD rendah mempunyai hitung CD4+ nadir yang rendah. Makrofag CD14+ dapat diidentifikasi perineural pada pasien NS-HIV dan pasien HIV tanpa neuropati sensorik.
Kesimpulan: Prevalensi NS-HIV menurun jauh saat stavudin tidak lagi digunakan. Prevalensi nyeri neuropatik lebih rendah dari prevalensi NS-HIV. Meningkatnya usia dan terdeteksinya viral load berhubungan dengan NS-HIV; PI dan durasi penggunaan ARV yang lebih pendek berhubungan dengan nyeri neuropatik. IENFD pasien HIV lebih rendah dibandingkan kontrol sehat. Pasien NS-HIV dengan IENFD rendah memiliki hitung CD4+ nadir yang rendah. Makrofag CD14+ perineural di epidermis dapat diidentifikasi pada pasien HIV dengan dan tanpa neuropati sensorik.

Introduction: Prevalence of HIV associated sensory neuropathy (HIV-SN) in Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) was 33% in 2006 where all patients used stavudine. Despite stavudine use has been reduced; some patients still complain the symptom of HIV-SN. This study aimed to explore the prevalence and associated factors of HIV-SN and neuropathic pain; to know plasma CCL5 chemokine level and CMV IgG antibody in HIV-SN and neuropathic pain; to study the pattern of intra-epidermal nerve fiber density (IENFD) and perineural CD14+ macrophage in HIV-SN.
Method: It was a cross sectional study carried out at CMH from 2015 until 2017. We tested 197 HIV patients who had antiretroviral treatment (ART) without stavudine for >12 months. The AIDS Clinical Trial Group Brief Peripheral Neuropathy Screening Tool (ACTG-BPNST/BPNST) and Douleur Neuropathique 4 (DN4) questionnaire were used to assess HIV-SN and neuropathic pain respectively. Nerve conduction study (NCS) and Stimulated Skin Wrinkle (SSW) test were performed. The current CD4+ T-cell counts, viral load, CCL5 and IgG CMV antibidoy were measured. Skin biopsy was performed in 5 HIV-SN and 9 HIV-NoSN to assess IENFD and CD14+ macrophage compare to healthy control subjects.
Result: The prevalence of HIV-SN was 14.2% and neuropathic pain was 6.6%. Viral load >500 copies HIV-RNA/ml and increasing age were associated with HIV-SN, while protease inhibitor (PI) and ART duration<2 years were associated with neuropathic pain. CCL5 plasma level and CMV IgG antibody were not associated with HIV-SN and neuropathic pain. IENFDs in HIV-SN were lower than HIV-NoSN (3 vs 5.8/mm2, respectively); IENFDs in HIV patients generally were lower than healthy control (11.2/mm2). Four of 5 HIV-SN patients with low IENFD had low nadir CD4+ T-cell count. CD14+ macrophage can be identified around the nerves of both HIV-SN and HIV-NoSN patients.
Conclusion: Prevalence of HIV-SN in the era without stavudine is lower. Prevalence of neuropathic pain is lower than prevalence of HIV-SN. Increasing age and detectable viral load are associated with HIV-SN; PI and shorter duration of ART are associated with neuropathic pain. IENFDs in HIV patients are lower than healthy control. HIV-SN patients with low IENFD tend to have low nadir CD4+ T-cell count. CD14+ macrophage is present in both HIV patients with and without sensory neuropathy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Ayu Tri Wulandari
"ABSTRAK
Latar belakang: Infeksi HIV masih banyak ditemukan di Indonesia saat ini. Terapi antiretroviral telah merubah morbiditas dan mortalitas pasien terinfeksi HIV, dan juga merubah manifestasi oral HIV/AIDS, termasuk kandidiasis orofaring KOF . Dalam penelitian ini dieksplorasi peran faktor genetik dan respons imun pasien terinfeksi HIV dengan dan tanpa KOF, sebelum dan sesudah terapi ARV.Metode: Subyek penelitian sebesar 82 pasien terinfeksi HIV, ARV-na ve dengan jumlah sel T CD4

ABSTRACT
Background HIV infection remains common in Indonesia nowadays. Antiretroviral therapy ART has altered morbidity and mortality of HIV infected people, and also altered oral manifestation of HIV AIDS, including oropharyngeal candidiasis OPC . Here we explore the role of host genetic factors and immune responses in HIV infected patients beginning ART.Methods This study included 82 ARV na ve HIV infected patients with "
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riwanti Estiasari
"Latar belakang. Infeksi HIV dapat memicu inflamasi kronik dan reaktifasi CMV yang dan dapat mempengaruhi limfosit T. Gambaran seperti ini juga ditemukan pada usia lanjut dan berhubungan dengan penyakit degeneratif termasuk gangguan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh CMV dan limfosit T terhadap fungsi kognitif pada pasien HIV usia muda.Metode. JakCCANDO JAKarta CMV and Candida in HIV patients on ART, evaluation in CArdiology, Neurocognitive, Dentistry and Ophthalmology study, merupakan studi prospektif yang dilakukan di RSUPN. dr. Cipto Mangunkusumo. Studi ini melibatkan 80 pasien HIV 19-44 tahun yang belum pernah mendapat terapi antiretroviral ARV dengan limfosit T CD4

Background. HIV can trigger chronic inflammation and CMV reactivation that affect T cell. These feature is also found in old age population and associated with degenerative disease including cognitive impairment. In this study we investigated the effects of CMV and T cells on cognitive function of younger HIV patients.Methods. JakCCANDO JAKarta CMV and Candida in HIV patients on ART, evaluation in CArdiology, Neurocognitive, Dentistry and Ophthalmology is a prospective study of patients at Cipto Mangunkusumo hospital. This study involved 80 HIV antiretroviral therapy ART naive patients 19 44 years with baseline CD4 T cell counts "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Prasetya Widjaya
"Perubahan tunika intima media (TIM) karotis dan flow mediated dilatation (FMD) dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk mengetahui aterosklerosis dini. Pada ODHA TIM karotis dan FMD dapat dipengaruhi oleh inflamasi kronik akibat infeksi HIV itu sendiri, efek samping terapi ARV, dan koinfeksi virus atau bakteri lain. Oleh karena itu, penelitian ini menelaah kinetika penanda inflamasi (CRP, ICAM-1 dan sTNFR), kondroitin sulfat (KS) serta antibodi CMV, mengorelasikannya dengan perubahan TIM karotis dan FMD pada ODHA yang memulai terapi ARV serta dibandingkan dengan kontrol sehat setelah 60 bulan terapi ARV.
Desain penelitian kohort prospektif dan cross-sectional. Subjek penelitian didapatkan dengan consecutive sampling dari Januari 2013 sampai Desember 2014, diamati dalam 3 kurun waktu selama 60 bulan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Dilakukan pemeriksaan USG pembuluh darah karotis pada semua subjek, diamati perubahan ketebalan TIM karotis, FMD, kadar CD4, indeks massa tubuh, kadar CRP, ICAM-1, sTNFR, KS, dan antibodi CMV setiap periode pengamatan. Data dianalisis menggunakan uji Mann Whitney U, Wilcoxon, Spearman’s correlation, Pearson’s correlation dan multiple linear regression.
Tidak didapatkan perubahan TIM karotis setelah dilakukan terapi ARV selama 12 bulan dan 60 bulan. Tidak ada perbedaan bermakna untuk TIM karotis dan FMD antara ODHA dengan kontrol sehat. ICAM-1 memiliki korelasi dengan TIM karotis pada kunjungan awal sebelum terapi dan KS memiliki korelasi dengan TIM karotis setelah 60 bulan terapi ARV. FMD memiliki korelasi negatif dengan KS dan antibodi CMV lysate pada ODHA, sedangkan pada kontrol sehat FMD memiliki korelasi negatif dengan sTNFR dan KS, namun memiliki korelasi kuat dengan antibodi CMV gB.
Inflamasi kronik pada ODHA tidak menyebabkan perubahan TIM karoti. KS dan antibodi CMV lysate dapat memengaruhi nilai FMD pada ODHA. Pada kontrol sehat, KS dan sTNFR bisa memengaruhi nilai FMD, namun antibodi CMV gB bisa berfungsi sebagai faktor pelindung.

Carotid intima-media thickness (CIMT) and flow mediated dilatation (FMD) used to detect early atherosclerosis. In people living with hiv/aids (PLWH), CIMT and FMD could be influenced by chronic inflammation affected HIV infection, ART and co-infection. We did the research to study the kinetic of inflammation biomarkers (CRP, ICAM-1 and sTNFR), chondroitine sulfate (CS) and CMV reactive antibodies, to find correlation for CIMT and FMD starting ART and compare to healthy control (HC) after 60 months.
This was a cohort prospective study and repeated cross sectional. The subjects were collected from January 2013 until December 2014, follow up to 60 months. Every visit we did USG for carotid artery and FMD at brachial artery, CD4, BMI, CRP, ICAM-1, sTNFR, CS and CMV antibodies level were also measured. Data were analyzed using Mann Whitney U, Wilcoxon, Spearman’s correlation, Pearson’s correlation and multiple linear regression.
There were no differences in CIMT changes in 60 years follow up. There were no differences of CIMT and FMD between PLWH and HC. ICAM-1 had a correlation with CIMT before starting ARV therapy and CS had a correlation with CIMT after 60 months of ARV therapy. FMD had a negative correlation with CS and CMV Lysate antibody for PLWH. FMD had negative correlation to CS and sTNFR but strong correlation to CMV gB antibody in HC.
Chronic inflammation in PLWH did not cause CIMT changes. CS and CMV Lysate antibody may influenced FMD in PLWH, but for HC, CS and sTNFR may influenced FMD, but CMV gB antibody could be a protective factor.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Agus Ariyanto
"Latar belakang: Cytomegalovirus (CMV) mempengaruhi γδ profil sel T pada individu sehat dan penerima transplantasi. Sedangkan sel NK terlibat dalam pengendalian infeksi cytomegalovirus (CMV), dan CMV dapat mengubah profil fenotipik sel NK di dalam inang. Namun, efek HIV dan CMV belum dibedakan pada pasien HIV. Koinfeksi CMV terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan kognitif pada pasien HIV yang memulai ART. Di sini kami mempelajari peran profil kekebalan yang diubah oleh CMV pada pasien HIV dalam relevansinya dengan hasil klinis pada pasien HIV.
Metode: Studi dilakukan pada pasien HIV seropositif CMV (n=40) sebelum terapi ART (V0) dan setelah enam bulan (V6), bersama dengan kontrol sehat ((n=20) dengan 50% pasien yang memulai ART dengan DNA CMV terdeteksi. Profil imun di analisis dengan flow cytometry-data imunologi dihubungkan dengan database klinis studi JakCCANDO.
Hasil: Proporsi sel T Vδ2− γδ tinggi pada pasien dan menurun pada ART, sementara proporsi sel T Vδ2 + γδ secara seragam rendah dan berkorelasi terbalik dengan tingkat DNA CMV dan antibodi reaktif CMV. Residual sel-T Vδ2+ γδ diperkaya marka diferensiasi terminal, tetapi ini tidak terkait dengan metrik CMV. Pasien dengan DNA CMV pada awal ART menunjukkan korelasi langsung antara CMV reaktif-antibodi dan sel-T CD8 + γδ. Data kami konsisten dengan peran CMV dalam deplesi sel T Vδ2+ γδ pada pasien HIV yang memulai ART, dengan tidak ada bukti yang konsisten tentang peran CMV dalam aktivasi atau diferensiasi sel T γδ.
Proporsi sel CD56Lo NK yang mengekspresikan NKG2C adalah sama pada pasien dan kontrol serta pada pasien dengan DNA CMV positif atau negatif. Pasien menunjukkan proporsi CD56Lo yang berkurang dan lebih banyak sel CD56Hi NK pada V0, tanpa pemulihan pada ART. Proporsi sel FcRγ-CD56Hi dan CD56Lo NK rendah pada pasien - terutama pasien dengan DNA CMV terdeteksi pada V0. Proporsi berkorelasi terbalik dengan tingkat antibodi CMV di V6 pada pasien CMV DNA. Populasi sel LIR1+ NK tidak menunjukkan efek signifikan dari penyakit HIV, dan proporsi tidak berkorelasi dengan antibodi CMV.
Temuan menarik adalah hubungan linier antara antibodi reaktif CMV, sel T Vδ2- γδ khusus untuk CMV (HLA-DR MFI+, CD16+, dan CD8+), dan tingkat cIMT pada pasien HIV. Korelasi jelas pada pasien HIV yang dikelompokkan berdasarkan status CMV DNA+ yang diamati pada enam bulan memakai ART.
Kesimpulan: Secara keseluruhan, koinfeksi CMV mepengaruhi profil kekebalan pada pasien HIV yang memulai ART dalam penelitian ini. Sel T (sel Vδ2-) terdapat pada pasien HIV dalam proporsi yang tinggi dibandingkan dengan orang yang sehat. Sel-T Vδ2- yang diekspresikan sebagai penanda terkait CMV dapat berpotensi menjadi penanda yang lebih baik untuk memprediksi peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Asosiasi yang diharapkan antara populasi NK dan CMV tidak terlihat.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover