Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Lumintuarso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kegiatan humas dalam organisasi olahraga di Indonesia yang meliputi berbagai aspek seperti keberadaan dan fungsinya, pelaksanaannya, kekuatan dan kelemahan humas pada organisasi olahraga agar organisasi olahraga di Indonesia mampu mengkaji dan memanfaatkan kegiatan humas dengan baik untuk memajukan organisasinya.
Penelitian ini merupakan studi survey ke seluruh Induk Organisasi Cabang Olahraga di Indonesia. Untuk pengumpulan data digunakan kuesioner dan wawancara sebagai data primer, sedangkan untuk data sekunder digunakan berbagai dokumen yang ada di Induk Organisasi dan di KONI Pusat sebagai induknya. Pengolahan dan Interpretasi data digunakan analisis prosentasi dari tiap-tiap faktor kegiatan humas. Pengolahan juga dilakukan dengan statistik cluster untuk mengelompokkan organisasi olahraga berdasarkan pola kegiatan kehumasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kegiatan humas pada organisasi olahraga di Indonesia secara umum masih belum ditangani secara profesional. Humas pada organisasi olahraga hanya kuat pada aspek internal organisasi, namun untuk aspek-aspek eksternal sebagian besar belum digarap dengan baik. Dilihat dari segi kehumasan dikaitkan dengan marketing maka organisasi olahraga masih belum banyak yang mampu bergerak untuk memasarkan olahraga dengan baik. Mereka baru mampu memasarkan olahraganya pada kalangan internal.
Hasil dari analisis cluster menunjukkan ada 31% organisasi olahraga yang humasnya masih bersifat amatir dimana humas tidak bekerja secara terencana dan hanya bersifat insidental. 31% organisasi bersifat birokrat dimana struktur humas daiam organisasi sudah ada, kegiatan internal cukup baik namun untuk kegiatan eksternal masih sangat tergantung pada pejabat struktural di atasnya dan masih bersifat insidental. Sementara itu 38% organisasi dapat dikategorikan aktifitas humasnya profesional, mereka telah merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka dengan hasil yang baik.
Hambatan terbesar pada lemahnya program humas dalam organisasi olahraga ini adalah popularitas cabang olahraga yang rendah miasalnya beberapa cabang olahraga tidak digemari oleh masyarakat. Prestasi olahraga yang jelek juga merupakan kendala dari kinerja humas. Perhatian elit pengurus organisasi terhadap bidang humas termasuk salah satu masalah dalam organisasi olahraga yang menyebabkan humas organisasi olahraga belum mampu bekerja secara optimal.

The pattern of Public Relation Activities of the Sport Organization in Indonesia This research is aiming to distinguish the pattern PR activity of the Sports Organizations in Indonesia, covering various aspects, such as its existence and functions, how it carried out its activity. This also aimed to spot where its strength does and weaknesses lie. It is hoped that the Sports Organizations in Indonesia would be able to look into this result and make the most of PR activity to their advantage.
This research constitutes a survey study in all of the Sports Organization in Indonesia. For compilation of primary data, it has been collected through the result of questionnaires and interviews, whereas for secondary data was through available documents of the Organizations and the Indonesian National Sports Committee (KON1). For data processing and interpretation, percentage analyses of each PR factor activity were used. Cluster statistic was also used in m the data processing as a way to group the sports organizations into the pattern that based on their PR activity.
The result shows that, in general, the management of the PR activity of the Sports Organizations in Indonesia has not been professionally handled, for the PR has only had its strength in internal aspect, while external aspect has not been properly processed. Seen from the PR point of view and in relations to the marketing, there had not been many of sports organizations which were able to properly market their sport. They had only been able to do it within internal circle.
According to the result of cluster analyses there were 31% sports organizations with amateurish PR, for they worked only incidentally and without plan. There were 31% bureaucratic sports organizations with structured PR that has had sufficient internal activity, while for external activity they have much depended on their above bureaucratic officials, and also still incidentally. In the mean time there are about 38% organizations, which can be put in the category of organizations with professional PR activity; they worked according to planned schedule and carried out their activities with satisfactory result.
The problems that mostly hamper the PR activity in the sports organizations were the less popular sports among the people. Low performances of athletes in sports have also been one of the obstacles in the PR activity. Lack of elite sports officials attention on the PR section has become one of the main problems of organizations for it caused the PR to unable carry out their work optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sengkey, Eva Grace
"Dahulu di Indonesia, komputer menjadi barang yang asing dan sulit dioperasikan. Namun saat ini komputer telah menjadi bagian penting dalam hidup kita sehari-hari. Komputer pribadi (PC) menjadi alat bisnis yang penting. Ia merevolusi cara kita hidup, bekerja, belajar dan bermain. Bahkan di masa datang, kita akan memasuki era masyarakat informasi di mana dunia komputer, komunikasi dan industri content menjadi satu.
Untuk menyiapkan masyarakat memasuki era informasi, diperlukan media massa yang dapat memberikan edukasi teknologi informasi (IT). Saat ini cukup banyak media IT yang beredar di Indonesia, Di antaranya Majalah InfoKomputer, Majalah Internet, Majalah Mikrodata, Majalah Komputer Aktif, Majalah CHIP, Majalah PC Media, Tabloid Komputek dan Tabloid Dotcom.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah positioning yang ditetapkan sudah tepat. PCPLUS menargetkan menjadi media bagi masyarakat awam yang ingin belajar komputer. Penelitian ini juga ditujukan untuk menggambarkan posisi PCPLUS di antara media cetak IT lainnya.
Positioning merupakan strategi komunikasi untuk membentuk persepsi konsumen. Khusus untuk industri media, positioning ini adalah strategi komunikasi untuk membentuk persepsi pembaca, calon pemasang atau calon pemasang iklan. Positioning pun dapat menekankan salah satu segi misalnya manfaat produk. Khusus untuk PCPLUS, positioningnya adalah manfaat PCPLUS bagi masyarakat awam untuk belajar komputer.
Melalui strategi komunikasi pemasaran, ditetapkan formula STP (Segmentasi, Targeting dan Positioning) PCPLUS.
Dalam penelitian ini dinilai persepsi responden terhadap segi bahasa dan perwajahan PCPLUS dibandingkan dengan media IT lain. Teknik positioning yang digunakan adalah teknik pemetaan, yang biasanya disebut peta persepsi (perceptual map). Dari segi demografis dan psikografis, hasil penelitian menunjukkan bahwa kalangan non IT lebih banyak jumlahnya dibanding kalangan IT. Sedangkan kelompok usia terbesar adalah kalangan usia 21-30 tahun dengan status pekerjaan sebagai mahasiswa. Kelompok mayoritas ini memiliki kemampuan komputer tingkat menengah di mana mereka sanggup mengutak-atik hardware dan software. Dan faktor yang menarik untuk disimak, ternyata pembaca PCPLUS adalah individu-individu bukan keluarga.
Pada survei ini juga diketahui bahwa dari segi bahasa, para responden menilai kualitas yang menonjol adalah tingkat kemudahan dibaca dan dimengerti. Sedangkan dari segi perwajahan yang dinilai baik adalah ukuran dan jenis huruf.
Adapun jumlah sampel yang dianalisis adalah 282 buah yang diambil secara acak dari 500 kuesioner yang dikirim kembali ke redaksi sampai akhir Agustus 2001.
Dalam perbandingan dengan media IT lain, segi bahasa dan perwajahan juga dinilai. Dari segi bahasa, PCPLUS paling unggul dalam tingkat kemudahan dibaca dan dimengerti. Sedangkan dari segi perwajahan, PCPLUS masih kalah dari Majalah CHIP dan Majalah InfoKomputer.
Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada penerbit yang ingin menerbitkan media masa yang baru. Mereka harus mengenal segmen pasar yang dituju, termasuk gaya hidupnya. Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Langkah-langkah memilih pasar terdiri dari analisa peluang pasar, analisa lingkungan usaha (dari segi pemasukan iklan) dan menyeleksi pasar sasaran.

In old days, personal computer in Indonesia only became something strange and difficult to operate. But nowadays computer has played important role in our life. PC has been an important business tool. It revolute the ways we live, work, learn and play. Even in the future, we will enter information society era, where computer world, communication and content industry converge.
To equip our society to enter information society era, a mass media is needed to educate about Information Technology. Recent years there are several IT media circulated in Indonesia such as InfoKomputer magazine, Internet magazine, Mikrodata magazine, Komputer Aktif magazine, CHIP magazine, PC Media magazine, Komputek tabloid and Dotcom tabloid.
The aim of this research is to detect whether the established positioning of PCPLUS is the correct one. This tabloid has target to be a media for public to learn about computer. The research also dedicates to describe PCPLUS's position among other IT media.
Positioning is a communication strategy to create consumer perception. Especially for media industry, this positioning is a communication strategy to create the perception for readers, potential readers or advertisers. The strategy could use several aspects of product, e.g. product benefits. For PCPLUS, the chosen position is the benefits for public to learn about computer.
Through strategy of marketing communication, the publisher set up STP (Segmentation, Targeting, and Positioning) formula.
In this research, respondent's perception about language and layout of PCPLUS is valued. It was compared with other IT media. The positioning technique used was perceptual map.
From demographics and psychographics angle, research results showed that the quantities of non-IT readers are likely much more than IT readers. In the mean time, the largest group of the respondents consisted of youth ages, range 2 1 -30 years old with status as university students. This majority group had middle-up computer ability. It's shown by their ability to modify hardware or software. Other interesting thing, PCPLUS reader is an individual not family.
It is known that from language angle, the respondent described that the level of easiness to read and understood is outstanding. At other hand, from layout angle, the size and type of font was admired.
The analyzed sample is taken from 282 questionnaires, chosen randomly among 500 questionnaires, sent back to PCPLUS until the end of August, 2001.
In comparison with other IT media, language and layout angle were valued. In this language angle, PCPLUS is the best among others. But unfortunately, from layout angle, PCPLUS was defeated by CHIP magazine and InfoKomputer magazine.
The result of this research could bring benefits and give some recommendations for a publisher before publishing a new media. The publisher has to know about the targeted market, including their lifestyle. After the targeted market chosen, the following step is to create positioning. The steps to choose market consist of analyzing for market opportunities, analyzing for business environment (including advertisement income) and selecting target market.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan menonton tayangan iklan Rinso di televisi dengan loyalitas para ibu rumah tangga dalam penggunaan deterjen merek Rinso. Beberapa teori yang digunakan untuk membahas masalah tersebut meliputi teory A I D C A (Rhenald Kasali), teory Hierarchy of Effect Model (Lavidge), teori perilaku konsumen (William Wells), dll yang pada dasarnya menyatakan bahwa agar iklan di televisi efektif, maka iklan tersebut harus ditonton oleh banyak orang, jelas, menyolok, memberi informasi tentang produk dan keunggulan produk. Iklan yang menarik akan diperhatikan dan ditonton oleh khalayak, mendorong orang untuk membeli produk yang ditawarkan, dan jika produk tersebut baik maka loyalitas konsumen terhadap produk tersebut akan tinggi.
Berdasarkan kajian teoritik tersebut penulis merumuskan beberapa hipotesis, untuk membuktikan kebenarannya secara empirik maka penulis melakukan penelitian lapangan. Penelitian dilakukan dalam bentuk survei terhadap 84 orang ibu rumah tangga di RW 04 Kelurahan Rawajati sebagai responden dan instrumennya menggunakan kuesioner, analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitin menunjukkan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitin menunjukkan bahwa intensitas menonton tayangan iklan Rinso di televisi mempengaruhi pemahaman terhadap isi iklan, pengetahuan dan kepercayaan terhadap produk Rinso. Responden percaya bahwa Rinso merupakan deterjen berkualitas baik, sehingga mereka loyal terhadap produk Rinso sebagai direpresentasikan dengan sering membeli dan sering menggunakan Rinso ketika mereka mencuci pakaian keluarga.
Hasil penelitian ini cukup lemah apabila digeneralisasikan pada populasi target, karena populasi terjangkaunya hanya pada tingkat RW yang berjumlah 512 orang. Kelemahan lain adalah dalam mengukur loyalitas produk juga tidak dibandingkan dengan penggunaan produk lain.
Namun demikian hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian lainnya yang berkaitan dengan iklan dan loyalitas produk, serta untuk mencari model komunikasi pemasaran lainnya yang lebih cocok."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Widjajanti
"Dunia fantasi merupakan sarana hiburan yang cukup unik dengan berbagai wahana, atraksi serta event khusus yang tersaji di sana. Para pengunjung dapat berlibur sambil belajar karena wahana-wahana yang ada di Dunia Fantasi dioperasikan dengan prinsip-prinsip ilmu fisika. Meski unik dan lengkap tak urung diawal krisis moneter yang melanda negara kita pada tahun 1998/1999 jumlah pengunjung Dunia Fantasi turun drastis. Namun setahun kemudian pihak management berhasil mendongkrak naik jumlah pengunjungnya pada tahun 2000 (naik 41% di bandingkan dengan tahun sebelumnya) dengan berbagai upaya Intergrated Marketing Communication dan bauran promosi.
Karya akhir ini ingin melihat apakah Media Eksposur mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan Konsumen untuk memilih rekreasi di Dunia Fantasi atau ada variable lain yang lebih berpengaruh. Hasil survei yang digali dari para pengunjung Dunia Fantasi menunjukkan bahwa pertama, Media eksposure mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih rekreasi di Dunia Fantasi, tetapi tidak dominan mempengaruhi. Kedua, Keputusan memilih rekreasi ke Dunia Fantasi juga dipengaruhi oleh kebiasaan berekreasi.
Sebelum mengambil keputusan konsumen akan mencari infarmasi dari berbagai sumber baik majalah, surat kabar, radio dan televisi. Selain itu mereka juga akan mencari masukkan dari para kerabat dan teman yang akan memberikan informasi berdasarkan pengalaman mereka menikmati sarana hiburan dalam hal ini Dunia Fantasi. Pencarian informasi melalui Media hanya mungkin dilakukan bila konsumen mempunyai akses dengan berbagai Media yang disebutkan diatas sehingga dapat dikatakan sifat informasi yang dimaksud diperoleh secara tidak sengaja.
Dunia Fantasi dengan segala keunikannya masih tetap membutuhkan Media sebagai sarana untuk mempromosikan keunikan hiburan dan wahana yang tersedia disana serta untuk menghadapi beberapa kompetitor-kompetitornya di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Namun di dalam memilih Media harus diperhatikan tingkat efektifitas dari Media yang dipilih untuk sarana promosi tersebut. Televisi masih merupakan pilihan yang paling efektif karena pesan yang disampaikan melalui televisi paling mudah di recall."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintya Darmali
"Dewasa ini konsumen sudah lebih pintar dan bersikap kritis dalam melakukan belanja produk kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang dibelinya. Mereka umumnya mengetahui bahwa dalam kategori produk yang sama, kualitas yang dimiliki oleh beberapa merek pada dasarnya tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan. Dengan kata lain, tidak ada hubungan signifikan antara kualitas produk merek yang satu dengan merek lainnya, baik dari sudut tempat pembuatan (lokal dan import) maupun dari jenisnya (biasa dan premium). Kepercayaan akan merek tertentu dengan kualitas produk yang dimilikinya mulai memudar, berganti menjadi keyakinan bahwa tiap merek memiliki kualitas yang lebih kurang sama.
Begitu pula dengan pemilihan tempat berbelanja produk kebutuhan sehari-hari (home products). Konsumen menyadari bahwa pada saat mereka berbelanja home products di Supermarket& Dept-Store yang berbeda, mereka akan memperoleh hasil yang lebih kurang sama pada jenis, fungsi maupun harga produknya. Dalam hal ini pengelola Supermarket&Dept-Store harus melakukan usaha pemasaran yang lebih keras agar konsumen mau berbelanja di Supermarket&Dept-Storenya.
Penelitian ini merumuskan beberapa hipotesis dan dibuktikan secara empirik melalui penelitian lapangan pada 117 responden penghuni apartemen Wisma Gading Permai, dengan memakai pendekatan kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode survei. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan perhitungan tingkat harapan dan persepsi konsumen serta kepuasan konsumen dengan menggunakan analisis diagram Kartesius dan analisis Korelasi Product Moment (Pearson) serta uji signifikansi statistik dengan menggunakan SPSS versi 11.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut store image Diamond dan Sago masih belum memberikan kepuasan secara total bagi konsumen. Hal ini terlihat dari skor rata-rata harapan konsumen yang lebih besar dari skor rata-rata persepsi konsumen pada Diamond Sogo. Begitu pula dengan nilai mean harapan yang lebih besar dari nilai mean Diamond dan Sogo.
Dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa variabel atribut store image Diamond secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel kepuasan konsumen berbelanja home products di Diamond. Begitu pula dengan variabei atribut store image Sogo secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel kepuasan konsumen berbelanja home products di Sogo. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara atribut store image dengan kepuasan konsumen berbelanja home products di Diamond dan Sogo Supermarket&Dept-Store.
Namun apabila dilihat secara terperinci, didapat hasil bahwa pada Diamond hanya dimensi produk, harga, dan fasilitas toko yang memiliki hubungan positif dan berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan konsumen berbelanja home products. Sedangkan pada Sago hanya dimensi lokasi toko yang memiliki hubungan positif dan berkorelasi dengan kepuasan konsumen berbelanja home products.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penilaian konsumen terhadap kinerja atribut store image Diamond dan Sogo secara keseluruhan masih belum memuaskan. Oleh karena itu penulis menyarankan agar di masa mendatang diharapkan pihak pengelola Diamond mulai memikirkan untuk melakukan penambahan dan pelatihan tenaga SDMnya, melakukan perbaikan fasiiitas fisik bangunan toko dan memberikan suasana toko yang menyenangkan bagi konsumen. Sedangkan untuk Sogo, diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap kebijakan strategi harga jual produk yang dipegang saat ini, dengan memberlakukan dual price system sehingga ke depannya harga jual Sogo Kelapa Gading Mall dapat lebih terjangkau dan lebih bersaing dengan kompetitor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fabianus Sesa Depa
"Dewasa ini sepakbola tidak lagi menjadi sekedar permainan atau sport belaka, tetapi telah berkembang menjadi sebuah pertunjukan besar bahkan bisnis besar yang melibatkan banyak pihak, termasuk media massa (khususnya televisi dan surat kabar) dan pemodal. Tak dapat dipungkiri bahwa media massa, dengan beragam persoalannya, berperan besar dalam menyandikan pesan-pesan dari peristiwa sepakbola.
Satu persoalan yang coba diungkap pada tesis ini adalah "tanda-tanda" yang digunakan pihak media (dalam hal ini tabloid BOLA) dalam meliput sebuah peristiwa sepakbola di dalam negeri (Liga Bank Mandiri VIII). "Tanda-tanda" tersebut berupa teks-teks konotatif. Di dalam dirinya sendiri, teks-teks semacam ini mengandung dan mengundang persoalan yang perlu dikaji secara mendalam (kritis). Tesis ini melihat adanya kandungan rasionalisasi dan kecenderungan krisis dalam teks-teks yang dipilih dan undangan untuk mengkritisi teks-teks tersebut.
Untuk keperluan tersebut, analisis semiotika sosial dari MA.K.Halliday (untuk mengetahui makna sebuah teks) yang dipadu dengan pemikiran kritis Jurgen Habermas diperkirakan dapat mengungkap adanya rasionalisasi dan kecenderungan krisis dalam teks.
Habermas mengawali pemikirannya dengan membedakan rasionalitas dalam bidang kerja dan rasionalitas dalam bidang interaksi. Perbedaan ini didasarkan pada dua pengertian praksis manusia. Rasionalitas kerja memang dibutuhkan, namun bukan hanya itu. Masyarakat membutuhkan pula rasionalitas interaksi (rasionalitas komunikatif) yang akan membawa kepada komunikasi bebas paksaan dan emansipasi.
Rasionalisasi dipahami sebagai fenomena modernisasi (dimana media massa menjadi salah satu indikator sekaligus tonggak pendukung) yang menunjukkan perkembangan dan penyebaran rasionalitas ke segala aspek kehidupan dan perilaku. Pada masyarakat modern ternyata hanya rasionalitas instrumental (tindakan rasional-bertujuan; rasionalitas dalam bidang kerja) yang banyak berlaku. Rasionalitas jenis ini membawa serta nilai-nilai dan perilaku tertentu dalam hidup bermasyarakat. Misalnya: perjuangan yang membenarkan segala cara (termasuk dengan kekerasan), prestasi demi bonus, prestasi yang diidentikkan dengan harga diri. Rasionalitas jenis ini mengarahkan setiap tindakan pada hasil atau prestasi.
Media massa juga telah dirasuki oleh rasionalitas di atas. Ini terungkap dalam liputan sepakbola yang menggunakan "tanda-tanda" berupa teks-teks konotatif, misalnya "motivasi asap dapur", "mempercantik diri", "Tangerang terbakar", "siaga satu". Akan diungkap bahwa makna teks-teks tersebut merupakan wujud dominasi dari rasionalitas instrumental yang memiliki kecenderungan menimbulkan krisis, sebagai akibat dari terjadinya erosi atau defisit makna. Krisis tersebut pada level yang dalam terwujud dalam krisis internal terkait dengan legitimasi dan motivasi; dan mengancam identitas sosial dari individu. Pada krisis jenis ini, pihak-pihak yang terlibat dalam suatu "pertunjukkan" sepakbola, khususnya para pemain dan manajemen atau pemilik modal, tidak dapat lagi memahami dan mengindahkan arti sebenarnya dari sebuah pekerjaan, permainan dan kompetisi.
Sejalan dengan pemikiran Habermas, tesis ini menyatakan bahwa teks-teks terpilih yang disandikan kepada masyarakat pembaca ternyata menggambarkan dominasi dari rasionalitas instrumental yang membawa serta kecenderungan krisis. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kesadaran bahwa perkembangan masyarakat (masyarakat sepakbola) juga membutuhkan praksis komunikatif (dan etis). Pada praksis ini semua pihak berusaha mencari kesepahaman mengenai arti dari sebuah permainan dan kompetisi (sepakbola) tanpa menyingkirkan unsur-unsur praksis kerja, misalnya prestasi dan profesionalitas. Kesadaran dan usaha ini mutlak diperlukan oleh semua pihak yang terlibat dalam sebuah pertunjukan sepakbola."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Martani
"Citra merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan sebab sukses atau tidaknya bisnis suatu perusahaan banyak bergantung pada baik atau buruknya citra dari perusahaan tersebut. Membangun identitas dan citra positif perusahaan merupakan tugas pokok dari bagian Public Relations (PR). Thesis ini membahas strategi PR PT. KIA Mobil Indonesia (PT. KMI) dalam usaha membangun citra positif perusahaan. Penulis memilih PT. KMI karena perusahaan ini mengalami perkembangan yang cukup bagus, meskipun pada awal berdirinya mengalami banyak tantangan yang menyangkut masalah pembentukan citra. Misalnya, PT. KMI harus menjelaskan kepada publik bahwa dirinya berbeda dengan PT. TIMOR Putra Nasional. PT KMI juga harus menangani krisis akibat penarikan mobil-mobil Carnival dan harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan mobil sejenis yang sudah lebih dahulu berkembang di Indonesia. Usaha-usaha PT. KMI dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut ternyata cukup berhasil. PT. KMI tidak hanya dapat bertahan tetapi juga mampu merebut pasar dan membangun citra yang baik.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Wawancara dan observasi partisipatif digunakan untuk mengumpulkan data primer. Responden berasal dari pihak internal perusahaan (PR, Direktur Marketing, Deputy Indirect-Marketing, Service Manager, Komisaris Utama) dan pihak eksternal perusahaan (artis, birokrat, lawyer, pengusaha, ketua Visto Club yang telah menjadi pelanggan produk KIA lebih dari tiga tahun dan berasal dari kelas menengah ke atas). Untuk mengurangi subyektivitas pengamatan, penulis juga mewancarai Pengamat Otomotif, Ketua GAIKINDO, dan wartawan dari media otomotif. Sedangkan observasi dilakukan pada saat PT. KMI menyelenggarakan event-event khusus, seperti launching KIA Sorento, Road show di Solo, Launching Visto Club dan GAIKINDO AUTO EXPO XII di Jakarta, juga kegiatan-kegiatan non formal yang dilakukan PR untuk menjalin hubungan baik dengan media. Dokumen internal dan eksternal digunakan dalam rangka pengumpulan data sekunder.
Dalam rangka membangun citra positif perusahaan, PR PT. KMI berusaha mengembangkan hubungan yang baik dengan publik eksternal maupun publik internal. Hubungan dengan publik eksternal terutama dilakukan dengan menjalin kerjasama yang berkelanjutan dengan media massa. Salah satu strategi yang ditempuh oleh PR PT. KMI adalah mengalokasikan 70% waktunya untuk kegiatan eksternal, khususnya untuk media; sedangkan 30% sisanya untuk membangun interval relations. Adapun taktik yang digunakan adalah melakukan pendekatan-pendekatan pribadi. Strategi yang dilakukan PR.PT. KMI ini tepat, sebab hasil wawancara dengan responden juga menunjukkan bahwa produk KIA dikenal oleh konsumen terutama melalui media.
Dalam mensosialisasikan awal keberadaan PT. KIA Mobil Indonesia yang jelas berbeda dengan PT. TIMOR Putra Nasional, PR PT. KMI mengadakan empat event yang besar, yaitu: launching produk Carnival, Road Show Jawa-Bali, peresmian PT. KMI di Bali, dan Senior Editors Gathering, dengan mengundang media otomotif dan media lainnya. Pada waktu terjadi penarikan atau recall mobil-mobil Carnival, PR PT. KIA secara transparan dan jujur memberikan penjelasan kepada wartawan dan para konsumen mengenai alas an-alasan penarikan.
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa secara umum pandangan konsumen terhadap citra PT. KIA Mobil Indonesia (KMI) adalah positif. Seorang pengamat senior otomotif menilai bahwa citra PT. KMI semakin mantap. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya angka penjualan mobil KIA pada tahun 2001 dan 2002, yang berkisar antara 6.500 dan 7.000 unit per tahun, atau sebesar 3% dari total penjualan semua merk mobil di Indonesia. Kualitas produk yang bagus, jaringan pemasaran yang luas, dan pelayanan purna jual yang memuaskan merupakan faktor-faktor yang ikut membawa KIA ke urutan ke-8 dari 29 merk mobil yang beredar di pasar Indonesia.
Kegiatan internal PR berfokus pada upaya penanaman visi dan misi perusahaan pada karyawan dan upaya membangun kerjasama antar-karyawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ismiadi
"Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Tempat Penitipan Anak mengacu pada konsep bagaimana mempengaruhi pembentukan sikap didalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan TPA. Dari aspek individu yang mempengaruhi pembentukan sikap meliputi 2 aspek utama yaitu : Aspek Demografis, tercakup dalam faktor demografis, meliputi income, umur, gender, kelas sosial, family life cycle, pendidikan, pekerjaan, agama dan latar belakang etnis. Kerangka Evan dan Barman dalam Susilo, 2001 : 32). Aspek Sosiografis Pada dasarnya perilaku membeli, yang dipengaruhi aspek demografis individu mempertimbangkan usage rate dan benefits desired atau perilaku konsumen didasarkan pada keuntungan fungsional (functional benefit) dan keuntungan emosional (emotional benefit), Hal yang pertama lebih condong pada pemenuhan kebutuhan/need, sedang hal yang kedua adalah pemuasan akan keinginan/want. Disamping itu, menurut Evan/Berman dalam Susilo, 2001, konsumen dipengaruhi oleh profit sosialnya. Disamping kedua aspek tersebut aspek lingkungan (James F. Angel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard, 1994) dan bauran komunikasi (Kotler, 2000) dapat mempengaruhi pembentukan sikap dalam mengambil keputusan.
Penulis melakukan Penelitian tentang perilaku keputusan orang tua dalam menitipkan anaknya di TPA ini dilakukan dengan penelitian kuantitatif yang bersifat ekspanatif dengan melakukan wawancara melalui kuesioner pada sampel dari orang tua yang memanfaatkan TPA di Jakarta sebanyak 60 responden. Untuk melengkapi data yang kuantitatif, penelitian ini juga melakukan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 6 pengasuh TPA di DKI Jakarta yaitu TPA. TPA Taman Mini, TPA Tunas Jaya, TPA Sasana Bina Balita "Mitra", TPA Harapan Ibu, TPA Pertiwi, dan TPA Tat Twan Asi.
Model hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan tempat penitipan anak di DKI Jakarta menunjukkan hubungan antara variabel independen aspek demografis, aspek sosiografis, aspek lingkungan dan bauran komunikasi dengan pemanfaatan TPA terlihat bahwa aspek demografis mempunyai hubungan pemanfaatan TPA dengan nilai R sebesar 0,551 dengan kekuatan yang sedang dan nilai signifikansi 0,000, aspek sosiografis mempunyai tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan TPA dengan nilai R sebesar 0,011 yang berarti sangat lemah dengan signifikansi 0,935, aspek lingkungan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan TPA dengan mempunyai nilai R sebesar 0,040 yang berarti sangat lemah dengan signifikansi 0,764, dan communication mix mempunyai hubungan dengan pemanfaatan TPA dengan nilai R sebesar 0,254 dengan kekuatan yang lemah dan nilai signifikansi 0,050.
TPA di DKI Jakarta yang memiliki potensi untuk berkembang hal ini dapat dilakukan mengingat banyak anak yang masih membutuhkan pengasuhan di saat ibu bekerja baik di TPA perumahan seperti TPA Taman Mini, TPA Kantor seperti TPA Sasana Bina Balita Mitra, TPA Harapan lbu, TPA Tat Twan Asi, TPA Pertiwi_ Dalam penyelenggaraannya perlu diperhatikan pada sumber daya apa yang tersedia di TPA itu sendiri, dan berusaha untuk menyediakan sumber daya yang dirasakan perlu seperti tenaga pengasuh yang mengerti atau berlatar belakang pendidikan yang berhubungan dengan sosial anak berupa bimbingan, mengajarkan sopan santun terhadap anak. Perlunya pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial beserta jajarannya di tingkat pusat hingga tingkat daerah untuk membantu mengembangkan pemberdayaan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi dari TPA ini sebagai salah satu alternatif dalam membantu pengasuhan anak mengingat makin banyak ibu rumah tangga yang bekerja baik untuk membantu mencari nafkah keluarga maupun yang bekerja untuk karir."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.M. Wahyuningtyas Dewi
"Penelitian analisis manajemen media pada industri buku bacaan anak di Indonesia dilatarbelakangi permasalahan mengenai dominasi karya-karya terjemahan dalam buku bacaan anak yang semakin meningkat dari hari kehari. Penelitian ini memfokuskan pada dua penerbit yang sampai saat ini masih konsisten menerbitkan karya penulis lokal. Idealisme yang kuat membuat penerbit ini konsisten pada kebijakannya.
Untuk melakukan analisa dilakukan dengan menggunakan teori ekonomi media yang melihat struktur pasar industri buku di Indonesia, dari struktur ini akan mempengaruhi perilaku media (conduct), dan pada akhirnya akan dilakukan performa media tersebut Hasil analisa ini kemudian digunakan untuk melihat apakah idealisme yang dianut selama ini dapat menjamin kelangsungan hidupnya ataukah terdapat hal-hal yang harus dikorbankan agar kelangsungan hidup ini tetap terjaga, karena idealisme adalah sesuatu yang harus dipertahankan dan diterjemahkan kedalam produkproduknya. Idealisme juga tidak bisa mengabaikan kepentingan pasar agar kelangsungan hidup bisa terjaga.
Analisis media ini bersifat deskriptif dengan menggunakan teori-teori ekonomi media dan dikaitkan dengan teori politik ekonomi media yang liberal. Subyek penelitian dipilih dua penerbit yang mempunyai idealisme yang hampir sama, yaitu menitikberatkan kepada pendidikan dan tumbuh kembang anak dengan cara menerbitkan karya penulis lokal.
Dari hasil analisa diketahui bahwa penerbit DAR Mizan dengan kreativitasnya dapat menerjemahkan idealismenya kedalam produk-produk yang diminati pasar. Bagi DAR Mizan idealisme bukanlah sesuatu yang selalu berat dan tidak menjual,tetapi dengan kreativitas yang selalu dijunjung tinggi. Didukung oleh pembidikan segmen yang tepat, produknya relatif bisa diterima oleh pasar. Sehingga performa DAR Mizan saat ini bisa dikatakan berhasil mencapai tujuan antara idealisme dan kelangsungan hidup dapat berjalan dnegan seimbang. Hal yang harus ditingkatkan dan diperitmbangkan oleh DAR Mizan adalah memperluas segmen pembacanya, sehingga kesan mengkotak-kotakan anak-anak tidak lagi ditemui.
Sedangkan Penerbit Grasindo masih terpaku pada idealisme yang Baku membuat produk-produknya kurang diminati anak-anak. Untuk mensiasati kelangsungan hidupnya, Penerbit ini harus melakukan subsidi silang untuk beberapa produk bacaan anak. Selain itu penerbit ini juga harus melakukan kreativitas dalam hal pemasaran untuk dapat tetap bertahan hidup dengan idealismenya. Cara yang dilakukan adalah berusaha agar produknya bisa digunakan oleh institusi pendidikan diseluruh Indonesia dengan cara mengikuti tender-tender yang dilakukan oleh pemerintah. Untuk meningkatkan performa ini akan lebih baik jika Grasindo meningkatakan kreativitas dalam memproduksi buku bacaan anak , sehingga buku tersebut dapat benar-benar diknsumsi oleh anak-anak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, M. Rondang
"Fenomena sosial di perkotaan yang kini menarik perhatian dari berbagai pihak yaitu anak jalanan yang merupakan bagian dari komunitas kota. Anak jalanan menyatu dengan kehidupan jalanan dimana jalanan menjadi lapangan hidup, tempat memperoleh pengalaman hidup dan sarana untuk mencari penyelesaian masalah ekonomi maupun sosial. Kampanye sosial penanggulangan Anak JaIanan Studi yang dilakukan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak, Departemen Sosial RI di satu sisi bertujuan untuk membangkitkan perhatian masyarakat luas agar mereka mengetahui, dan memanfaatkan program penanganan anak jalanan khususnya kelompok sasaran yaitu keluarga miskin dan anak jalanan; sedangkan di segi lain bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah sosial khususnya penanganan anak jalanan.
Analisa kebijakan program jaring perlindungan sosial Melalui rumah singgah bagi kehidupan anak jalanan menggunakan tahapan analisis kebijakan penanganan anak jalanan yang diawali dari tahap verifikasi, definisi dan rincian masalah kebijakan program penanganan anak jalanan, kedua, penentuan kriteria dan evaluasi program penanganan anak jalanan, ketiga, melakukan identifikasi alternatif kebijakan program penanganan anak jalanan, keempat, melakukan evaluasi kebijakan program penanganan anak jalanan, kelima, display dan seleksi diantara alternatif program penanganan anak jalanan dan keenam, monitoring outcomes dan kebijakan program penanganan anak jalanan.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan informasi-informasi yang belum didapatkan dari jawaban yang ada dalam kuesioner. Pendekatan kualitatif menggunakan wawancara kualitatif (terbuka atau berstruktur) agar dapat memberikan gambaran lebih detail dengan cara wawancara intensif, observasi dan partisipasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat bagaimana kampanye sosial penanggulangan anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial RI terhadap tanggung jawab sosial masyarakat kepada anak jalanan di empat kota di Indonesia yaitu kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar.
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa peran pemerintah pusat dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan tampak dominan. Peran tersebut didelegasikan kepada departemen-departemen pemerintah yang terkait. Sejak tahun 1995, Departemen Sosial RI merupakan departemen yang paling bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan. Namun demikian, Departemen Sosial RI sebenarnya bukanlah sebagai aktor tunggal. Sebagian besar kebijakan yang dirumuskan adalah hasil tawar menawar dengan Sappenas dan DPR. Institusi lainnya seperti pemerintah daerah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat belum berperan banyak dalam merumuskan kebijakan mengenai anak jalanan secara nasional.
Namun akhir-akhir ini mulai ada upaya Departemen Sosial RI untuk membangun kemitraan dengan para wakil rakyat untuk turut serta merumuskan kebijakan anak jalanan. Model pemusatan kebijakan itu dikenal dengan model imperalif atau kebijakan terpusat (Dye, I976). Namun sekarang ini telah bergeser paradigma dari kebijakan imperatif ke kebijakan Endikalif atau partisipatif, dimana pemerintah pusat hanya menentukan besaran kebijakan dan pelaksanaannya diserahkan kepada LSM dan masyarakat lokal. Kondisi ini merupakan hal yang seharusnya dilaksanakan di masa depan sejalan dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Produk legislasi tersebut menjadi tantangan bagi Pemda, masyarakat maupun LSM untuk berpartisipasi melahirkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di daerah, Namun apakah kebijakan terpusat sudah sepenuhnya ditinggalkan, atau integrasi kedua model kebijakan itukah yang menjadi alternatif terbaik bagi pemecahana permasalahan anak jalanan. Dalam hal ini sangat diperlukan restrukturisasi kebijakan pada tingkat makro (nasional), mezzo (propinsi) sampai mikro (kabupatenikota); yang dapat memadukan perencanaan dari atas dan dari bawah secara proporsional. OIeh karena itu, tujuan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan anak tetap harus memadukan komitmen nasional yang hams didukung dengan kebijakan operasional yang sesuai dengan kondisi daerah yang beragam.
Untuk mengantisipasi berkembangnya permasalahan yang dialami anak-anak jalanan, perlu ditindaklanjuti pengembangan program penanganan anak jalanan, beberapa alternatif yang dapat ditawarkan melalui pertama, Pengembangan Sistem Pelayanan Rumah Singgah, Kedua, Child Protection Program (CPP) terdiri dari Residential Care Program (Home Life), Program Pendidikan, Program Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi, Program Manajemen Kasus, Program Pengembangan Jaringan Kerja, Konsultasi dan Advokasi, Pusat Pelayanan Kesejahteraan Anak (Child Centre) dengan Sistem Terbuka, Ketiga, Family Support Programs (FSP), Keempat, Community Building Program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>