Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmalasari
"Gangguan sensori persepsi: halusinasi merupakan merupakan gejala positif dari skizofrenia yang timbul dari respon maladaptif. Faktor predisposisi terjadinya halusinasi dapat disebabkan oleh keluarga yang tidak harmonis, pemberian pola asuh yang tidak efektif, dan kegagalan dalam menjalankan tugas pekembangan. Faktor presipitasi berasal dari ketidakpatuhan mengkonsumsi obat, larangan orang tua untuk tidak keluar rumah, dan pemasungan. Tujuan laporan kasus untuk menyampaikan asuhan keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran pada Tn. R yang berusia 24 tahun. Pelaksanaan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan model adaptasi stres menurut Stuart sebagai landasan dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa. Tindakan keperawatan yang dilakukan menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan. Staretegi pelaksanaan yang dilakukan adalah mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, patuh minum obat, bercakap-cakap, dan membuat jadwal kegiatan. Alternatif pemecahan masalah menggunakan pendekatan strategi modifikasi perilaku. Strategi modifikasi perilaku sangat efektif dilakukan untuk membantu klien mengendalikan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.

Perceptual sensory disorders: hallucinations are a positive symptom of schizophrenia arising from maladaptive responses. Predisposing factors of hallucinations can be caused by a family that is not harmonious, giving ineffective parenting, and failure in carrying out pekembangan tasks. Precipitation factors stem from non-adherence to taking drugs, prohibition of parents to not go out, and shelter. The purpose of case reports to convey nursing care perceptory sensory disorders: auditory hallucinations on Tn. R is 24 years old. Implementation of nursing care using Stuart 39;s adaptation of stress model approach as a foundation in doing mental nursing care. Nursing actions performed using the strategy implementation approach. Staretegi implementation is to teach how to control hallucinations by rebuking, obedient medication, conversation, and schedule activities. Alternative problem solving using behavior modification strategy approach. Behavior modification strategies are very effective to help clients control the signs and symptoms of auditory hallucinations."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Andriyani
"Salah satu tugas perkembangan remaja menengah adalah mencari identitas diri. Perilaku merokok merupakan hal yang fenomenal bagi remaja dalam mencari identitas diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan identitas diri remaja dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional pada 150 perokok remaja laki-laki usia 15-18 tahun di SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta Timur yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil uji analisis menunjukkan ada hubungan antara identitas diri remaja dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMK Kemala Bhayangkari 1 Jakarta Timur (p=0,050; 𝛼=0,05). Hasil penelitian ini disarankan untuk perawat dapat menjadi edukator dan konselor sebagai strategi keperawatan yang diberikan kepada guru dan orang tua dalam mencapai identitas diri remaja yang baik, sehingga mengurangi perilaku merokok remaja.

One of developmental tasks of middle adolescent was search for self identity. Smoking behavior was a phenomenal event for adolescent while searching for self identity. The aim this research was to determine the relationship of adolescent self identity with the smoking behavior of male adolescent at SMK Kemala Bhayangkari 1 East Jakarta. This study used a cross-sectional study on 150 male smokers adolescent aged 15-18 years at SMK Kemala Bhayangkari 1 East Jakarta were selected by purposive sampling technique. Analysis of test results show that there was relationship between adolescent self identity with the smoking behavior of male adolescent at SMK Kemala Bhayangkari 1 East Jakarta (p = 0.050; α = 0.05). The results of this study can be recommended for nurse educators and counselors as a nursing strategy given to teachers and parents in establish achievement identity, thus reducing adolescent smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Saadah Az Zahro
"Orang tua merupakan orang terdekat anak yang menjadi pendidik, pelindung, dan penanggung jawab anak. Orang tua yang memiliki anak down syndrome memiliki tingkat stres yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang tua tanpa anak down syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat stres orang tua yang memiliki anak down syndrome. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak down syndrome yang tergabung dalam POTADS (Persatuan Orang Tua dengan Anak Down syndrome) sebanyak 64 orang dengan menggunakan teknik total sampling dan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukan 37 responden (57,8%) memiliki tingkat stres yang rendah, sedangkan 27 responden (42,2%) memiliki tingkat stres yang tinggi. Perawat disarankan dapat menjadi konselor dan edukator dalam mengurangi tingkat stres orang tua yang memiliki anak down syndrome.

Stress Level of Parents with Down Syndrome Children. As children?s closest kin, parents are their educators, protectors, and guardians. Parents with children who suffer from Down syndrome thus have a higher rate of stress compared to parents without them. This research aims to understand the stress rate of parents who have children with Down syndrome. The design of this research is descriptive quantitative. Using the total sampling technique, the sample of this research is parents of children with Down syndrome who are 64 members of the Down Syndrome?s Parents Association (POTADS) and use univariat analiyse. The research found that 37 respondents (57.8%) have a low rate of stress, while 27 respondents (42.2%) have a high stress rate. Nurses are advised to be conselors and educators in reducing the stress levels of parents of children with down syndrome."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Suciani
"ABSTRAK
Spiritualitas merupakan inti dari seseorang yang biasanya terkonseptualisasi sebagai pengalaman yang lebih tinggi, merasakan hubungan yang lebih mendalam terhadap tuhan, sesama, dan alam. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kemampuan spiritualitas dan tingkat stres pasien diabetes yang melakukan perawatan luka di rumah perawatan. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel pasien diabetes di rumah perawatan wilayah Jabodetabek sebanyak 64 responden, dengan pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah modifikasi dari Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality, Spiritual Involvement and Belief Scale Revised Version, Spiritual Health And Life-Orientation Measure dan kuesioner Depression Anxiety Stress Scales. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,219: p > 0,05) antara kemampuan spiritualitas dan tingkat stres, namun secara klinis penelitian ini cukup bermakna karena responden dengan tingkat stres normal memiliki rata-rata kemampuan spiritualitas yang lebih tinggi daripada kategori lainnya. Untuk meningkatkan nilai kemampuan spiritualitas diharapkan pemberi pelayanan asuhan keperawatan dapat lebih memperhatikan pemenuhan spiritualitas. Selain itu, praktisi pendidikan dapat memperdalam lagi terkait spiritualitas agar mahasiswa dapat menerapkan secara maksimal di pelayanan kesehatan.

ABSTRACT
Spirituality is the core of a person which have been conceptualize as a higher experience of a deeper connection feeling to God, others, and nature. This study aims to identify the relationship between the ability of spirituality and stress level of diabetic patients in wound-home care. Design used in this study is cross sectional with 64 respondents of diabetic patient in wound-home care Jabodetabek area, which was used consecutive sampling. The instrument used in this study is a modification of Multidimensional Measure of Religiousness/ Spirituality, Spiritual Involvement and Belief Scale Revised Version, Spiritual Health And Life-Orientation Measure and questionnaires Depression Anxiety Stress Scales. The result shows that there was no significant relationship (p = 0.219: p <0.05) between the ability of spirituality and stress levels, but clinically this research is quite significant because the respondents with normal stress levels have a higher average spiritual capability than other categories. To increase the value of spirituality, nurse expected to give more attention of spiritual fulfillment. In addition, educator may deepen further education related to spirituality in order to make the students have the ability to apply it effectively in the health services."
2016
S63077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Choiryah
"ABSTRAK
Salah satu dampak yang ditimbulkan dari perkembangan sel kanker yang menginfiltrasi kulit hingga menimbulkan luka. Luka kanker yang dialami penderita kanker menyebabkan ketidaknyamanan secara psikologis, diantaranya gangguan citra tubuh dan stres. Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui hubungan gangguan citra tubuh dengan stres pada pasien luka kanker. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan 73 sampel di RS Kanker Dharmais. Instrumen yang digunakan adalah Body Image Scale (BIS) dan Questionnaire on Stress in Cancer Patients (QSC-23). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki citra tubuh negatif mengalami stres yang berat, sedangkan sebaliknya, responden yang memiliki citra tubuh positif mengalami stres yang ringan. Hasil Uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan stres (p:0,001; α:0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka kanker bisa memberikan edukasi terkait manajemen stres, sehingga pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

ABSTRACT
One impact of the development of cancer cells that infiltrate the skin to cause injury. Malignant wound experienced by patients with cancer causing psychological discomfort, such as body image disturbance and stress. This study?s aim was to determine the relationship of body image disturbance with stress in patients with malignant wound. Its design was cross-sectional with 73 samples Dharmais Cancer Hospital. The instrument used was the Body Image Scale (BIS) and the Questionnaire on Stress in Cancer Patients (QSC-23). The results showed that the respondents have a negative body image experiencing severe stress, while in contrast, respondents who have a positive body image experience mild stress. Chi square test results show there was a significant relationship between body image distress (p: 0.001; α: 0.05). Based on the results of this study are expected for nurses who provide nursing care in patients with cancer lesion can provide education related to stress management, so that patients can improve their quality of life.
"
2016
S65294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Asyfiani Rufaida
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perkembangan baik dari fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut akan mengalami stres yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan jiwa. Dukungan sosial dari teman sebaya menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Sampel sebanyak 292 siswa SMP Negeri 1 Cisaat yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner Social Provision Scale (SPS) untuk dukungan sosial teman sebaya dan Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p value 0,034) antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan skrining awal kesehatan jiwa, pembentukan kelompok teman sebaya dan pendidikan kesehatan jiwa di sekolah untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja.

ABSTRACT
Adolescence is a transition period between childhood and adulthood which includes the development of physical, cognitive, and psychosocial. In adolescent who cannot adapt to these changes, they will experience stress that can affect their mental health. Peer social support makes adolescents to maintain mental health well-being. This study is quantitativeh study using cross-sectional design to identify the association between peer social support and mental health problems among adolescents.There were 292 students at junior high school 1 Cisaat selected with stratified random sampling. The participants filled up Social Provision Scale (SPS) peer social suppot and Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems. Data analysis used are univariate and bivariate analysis with chi square test. The result shows that there is significant correlation between peer social support and mental health problems among adolescents. Early mental health screening, peer groups formation and mental health education are needed among adolescents in school to increase their mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amyra Luthfia Mumpuni
"Adiksi media sosial merupakan suatu perilaku individu yang tidak dapat mengontrol diri sendiri untuk penggunaan media sosial sehingga terlalu banyak menghabiskan waktu dan usaha untuk mengakses yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari. TikTok menjadi salah satu media sosial yang memiliki peningkatan pengguna semenjak pandemi COVID-19 dan mayoritas penggunanya adalah remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adiksi media sosial TikTok dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja di Jakarta Selatan. Metode penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode Cross Sectional kepada 292 siswa SMAN 49 Jakarta, SMAN 70 Jakarta, dan SMAN 90 Jakarta. Adiksi media sosial TikTok diukur dengan kueisoner Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) (t>1,96) dan masalah kesehatan jiwa diukur dengan Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS-21) (ɑ = 0,894). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja masih termasuk dalam kategori adiksi media sosial TikTok ringan serta kecemasan normal, depresi normal, dan stres normal. Uji korelasi antara adiksi media sosial TikTok dengan masalah kesehatan jiwa diukur menggunakan uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p 0,001 < ɑ). Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika adiksi media sosial TikTok tinggi, maka tingkat masalah kesehatan jiwa yang dirasakan akan cenderung tinggi. Penelitian selanjutnya dapat menganalisis tiap aspek perilaku adiksi media sosial TikTok dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat adiksi media sosial TikTok dengan cakupan populasi yang lebih luas.

Social media addiction is a behavior of individual who cannot control themselves so they spend too much time and effort to access which can interfere daily activities TikTok became one of social media that has increased users during pandemic of COVID-19 and major of users are adolescent. This study aims to determine the correlation between social media addiction of TikTok and mental health problems in adolescent in South Jakarta. The study method is a quantitative with cross sectional method to 292 students of SMAN 49 Jakarta, SMAN 70 Jakarta, and SMAN 90 Jakarta. TikTok social media addiction was measured by the Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) ) (t>1,96), meanwhile mental health problems was measured by the Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS-21) (ɑ = 0,894). The results showed that most of the adolescent were included in the category of low in the social media addiction also still category normal for anxiety, depression, and stress. The correlation between TikTok social media addiction and mental health problems was measured by Chi Square showed that there is significant relationship (p 0,001 < ɑ). These results indicate that if TikTok’s social media addiction is high, then the perceived level of mntal health problems will tend to be high. Further study can analyze each aspect of behavior of social media addiction and examine more about the factors that influence TikTok social media addiction with wider population scope."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Elisa
"Membesarkan anak penyandang autisme merupakan tantangan bagi ibu dan dapat menjadi sebuah pemicu terjadinya stres dikarenakan karakteristik anak, kebutuhan terapi dan keterlibatan ibu dalam tugas perawatan anak sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres ibu yang memiliki anak penyandang autisme. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) menggunakan sampel ibu dari anak penyandang autisme di Rumah Autis Bekasi sebesar 40 responden yang dipilih dengan teknik total sampling.
Instrumen yang digunakan adalah Parental Stress Scale (PSS) untuk mengukur tingkat stres yang dialami orangtua karena kehadiran anak. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari sebagian ibu mengalami tingkat stres rendah. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan beragamnya perolehan data demografi yang berpotensi untuk memengaruhi tingkat stres ibu selama mengasuh anak.
Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melihat tingkat stres ibu berdasarkan tingkat keparahan anak dan faktor lain yang memengaruhi tingkat stres selama mengasuh anak.

Raising a child with autism is a challenge for the mother and can be a trigger of high stress due to the characteristics of the children, therapy needs and the mother?s involvement in the daily child care tasks. This study aims to identify the stress levels among mothers of children with autism. The design of this study was a descriptive cross-sectional approach used a sample of mothers who have autistic children at the Rumah Autis Bekasi, 40 respondents were selected with a total sampling technique. The instruments used were the Parental Stress Scale (PSS) to measure the level of stress experienced by parents because of the presence of children. The results of this study showed more than most mothers experience lower levels of stress. It is expected to be related to the demographic diversity of the data acquisition with the potential to affect the level of mothers? stress during parenting. Suggestions for future research are to see the mother's stress levels
based on the severity of the child and other factors that affect the levels of stress during parenting.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliana
"Pola asuh merupakan serangkaian interaksi intensif yang melibatkan orang tua dan anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh dalam merawat anak penyandang autisme. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan melibatkan 49 orang tua yang mempunyai anak autisme (6-12 tahun) di wilayah Jakarta Selatan. Instrumen yang digunakan adalah Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form (PSDQ). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (53,1%) menggunakan pola asuh permisif. Hasil uji Chi Square menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh (p>0.05, α=0.05). Namun, karakteristik orang tua mungkin dapat mempengaruhi jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua. Perbedaan nilai-nilai budaya dan karakteristik orang tua menjadikan pola asuh dimasing-masing daerah berbeda. Penelitian ini merekomendasikan untuk diadakannya kerjasama antara pihak sekolah, klinik, dan orang tua dalam memberikan informasi terkait jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua dan dampaknya bagi perkembangan anak autisme.

Parenting is series of intensive interaction that involves parents and children. This study purposed to examine the relationship between parental characteristics with type of parenting style in caring for children with autism. This study used a correlation descriptive design and involved 49 samples of parents who have children with autism (6-12 years old) in South Jakarta. This study using the instruments used the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form (PSDQ). The results of this study indicated that the majority of respondents (53.1%) using permissive parenting style. Based on Chi Square test, there was no significant relationship between parental characteristics with type of parenting style (p>0.05, α= 0.05). However, parental characteristics may influence the type of parenting style that used by parents. The difference of cultural and parental characteristics make parenting style in each of the different regions. This study recommends the holding of cooperation between the schools, clinics, and parents in providing information related to the type of parenting that used by parents and its impact on the development of children with autism."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardhiah
"Jumlah anak penyandang autisme di Indonesia diperkirakan mencapai angka 623.700 jiwa dan akan terus meningkat sebanyak 500 jiwa per-tahunnya. Anak dengan autisme tidak mampu untuk mengutarakan kebutuhannya sehingga orang tua meluangkan seluruh waktunya dan mengharuskan diri merawat anaknya secara intensif dibandingkan dengan orang tua lain pada umumnya. Di sisi lain orang tua yang berada dalam tahapan usia dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi bersosialisasi pada dewasa awal yang memiliki anak dengan autisme. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan teknik accidentally sampling dengan sampel sebanyak 98 dewasa awal yang memiliki anak autisme. Hasil penelitian yang dianalisis dengan menggunakan analisis univariat menunjukkan bahwa 46,9% responden memiliki motivasi bersosialisasi sedang, 32,7% memiliki motivasi bersosialisasi rendah, dan 20,4% sisanya memiliki motivasi bersosialisasi yang tinggi . Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi orang tua dan tenaga kesehatan di Depok untuk memperhatikan kebutuhan sosialisasi yang penting untuk dipenuhi pada tahapan dewasa awal.

Autism prevalention in Indonesia count under 623.700 cases and estimated will be increase 500 cases in every year. Children with autism syndrome have a difficulties to tell their needs to parents. It makes parents take care of their children different from other parents. Whereas, parents which in young-adults phase have a development task that is looking for the comfortable social environment. This study aim to identified socialization motivation in young-adult which have an children with autism at Depok. The design of this study is descriptive which use 98 sample. The result shows that 46,9% respondens have a middle socialization motivation, 32,7% have a low socialization motivation, and the other 20,4% have a high socialization motivation. This study hopefully can give effect to medical team to pay attention about socialization which important for young-adults."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>