Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Redi Sunarta
"ABSTRAK
Proporsi anak muda Indonesia yang masuk kategori tidak bekerja, bersekolah atau ikut serta pelatihan (NEET) adalah salah satu yang tertinggi di Wilayah Asia. Dalam jangka panjang, akumulasi kerugian sosial yang diakibatkannya dapat menghilangkan peluang pertumbuhan karena mereka tidak mengakumulasi sumber daya manusianya. Satu kemungkinan yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah bahwa terjadi peningkatan non-labor income seiring pertumbuhan tingkat kekayaan dekade terakhir. Berdasarkan teori klasik ketenagakerjaan, hal itu dapat mendorong orang keluar dari pasar tenaga kerja. Akan tetapi, Schooling Model memprediksi bahwa mereka akan memasuki sistem pendidikan tidak menjadi inactive. Hasil estimasi model kami mengkonfirmasi kombinasi dari dua teori klasik ini. Anak muda dari keluarga yang menjadi lebih kaya cenderung tidak masuk pasar tenaga kerja tapi memiliki peluang lebih besar untuk menempuh pendidikan tinggi. Terkhusus diskusi mengenai wealthy NEET, kami menemukan bahwa peningkatan yang sangat besar dalam nilai kekayaan sebenarnya akan memberikan probabilitas besar masuk kelompok tersebut tetapi dalam kenyataannya peningkatan kekayaan secara drastis dalam waktu singkat jarang ditemukan. Selain itu, fenomena ini hanya berlaku untuk angkatan 2014 dan proksi pengeluaran per kapita. Kami harus mengakui bahwa signifikasi hubungan ini tergantung pada pengukuran yang dipilih. Oleh karena itu, kami tidak dapat berkesimpulan bahwa peningkatan kekayaan akan memunculkan fenomena wealthy NEET.

ABSTRACT
ndonesias proportion of young people classified as not working, attending education or training (NEET) is one of the highest in the Asian Region. In long run, the accumulation of social losses that results can eliminate the opportunity. One possibility can explain this phenomenon is that an increase in non labor income in line with last decades wealth growth which encourages people out of the labor market. However, the Schooling Model predicts that they are more likely to enter the education system. Our estimation confirms these combinations of two classical theories. The youth from the wealthier family less likely to enter the labor market but have a greater probability to pursue higher education. Specifically wealthy NEET discussion, we found that a very large increase in the value of wealth would actually provide a large probability but in real case the drastic increase of wealth in a short time is rarely found. Moreover, this phenomenon only applies to the 2014 cohort and proxy expenditure per capita. We should admit that the significance of this relationship depends on the measurement chosen. Therefore, we cannot make the conclusion that an increase in wealth will bring up the NEET wealthy phenomenon."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdian Kartika Sari
"Bekerja adalah suatu strategi untuk mencapai kesejahteraan dan strategi untuk bertahan hidup bagi sebagian orang. Akan tetapi jika bekerja dilakukan oleh anak-anak usia sekolah maka bukan kesejahteraan yang akan didapat melainkan dampak buruk yang didapat. Pekerja anak yang pendidikannya terabaikan akan berakibat pada terhambatnya pembangunan baik dari sisi pembangunan sumber daya manusia maupun dari pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tesis ini bertujuan untuk melihat dampak dari variabel sosial ekonomi dan demografi terhadap lama bersekolah pekerja anak. Lama sekolah merupakan suatu ukuran akumulasi investasi pendidikan individu.
Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabulasi silang untuk analisis deskriptif Sedangkan untuk analisis inferensial metode statistik yang digunakan adalah dengan metode regresi Cox. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel yang signifikan, ternyata variabel jam kerja anak memiliki pengaruh yang paling besar terhadap lama sekolah pekerja anak.

Working, for some people, is one of many ways to get a wealthy life. But if it is done in the early age and by school aged children it will have a bad impact. Child labor has a detrimental effect on human capital formation and on economic development. The main objective of this research is to study the effect of socio-economic and demographic factors on the schooling years of child labor in Indonesia. Methodology of this research are descriptive analysis and Cox's Regression.
Descriptive analysis is used to find the characteristics of each variables and Cox's regression is used to investigate the impacts of sosio-economic and demographic factors on child labor's years of schooling. The finding of the study shows that there are 8 significant variables that impact on the years of schooling of child labor, and children’s working hours is the most significant variable.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33938
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Noor Rochmah
"Dalam menjalnnkan fungsinya Balai Besar Nasional X (BBN X) mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (selanjutnya disingkat SKKNI). SKKNI merupakan standar nasional di bidang ketenagakerjaan yang disusun dan mendapatkan pengakuan dari para pemangku kepentingan (stake holders). Saat ini pengembangan kompetensi instruktur di BBN X belum optimal karena belum ada perencanaan yang sistematis dalam upaya mengembangkan kompetensi instruktur dan masih banyak instruktur yang belum tersertifikasi baik dalam bidang kompetensi teknis maupun metodologis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari bentuk pengembangan kompetensi instruktur yang sesuai dengan kondisi obyektif instruktur BBN X dan untuk menyusun Training Needs Analysis instruktur BBN X. Penelitian ini bersifat kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan dan tertulis yang diamati dari orang-orang yang diteliti, teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi dan penelusuran dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instruktur BBN X yang telah mendapatkan sertifikasi kompetensi sebanyak sepuluh orang atau 13% dari jumlah instruktur dan belum mencapai kualifikasi yang ditetapkan oleh Ditjen Bina Intala. Adapun pengembangan yang dapat dilaksanakan dibedakan menjadi tiga yaitu (1) instruktur sudah mengikuti UJK tetapi belum mendapatkan sertifikasi, pengembangannya adalah dengan memberikan pelatihan sehingga instruktur tersebut memperoleh sertifikasi, (2) instruktur belum mengikuti UJK karena belum memiliki penguasaan terhadap SKKNI pengembangannya adalah memberikan pelatihan agar menguasai SKKN! dan memperoleh sertifikasi, dan (3) instruktur sudah memiliki kemampuan tetapi belum mengikuti sertifikasi pengembangannya adalah memfasilitasi instruktur untuk mengikuti sertifikasi.
Untuk menyelenggarakan pelatihan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan instruktur perlu diadakan Training Needs Analysis sehingga pelatihan yang diselenggarakan akan menghasilkan peningkatan skill knowledge dan attitude yang akan mendorong peningkatan kinerja instruktur. Analisis kebutuhan pelatihan dapat memberikan informasi yang berguna untuk menentukan tujuan-tujuan yang tepat sehingga hasil program pelatihan yang dirancang akan relevan dengan kebutuhan yang nyata. Untuk mendapatkan hasil yang optimal TNA sebaiknya dilaksanakan secara berkala untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang terus maju.

On the way to perfonn the limction, BBN X refers to the National Competency Standard of Indonesia (called SKKNI). SKKNI is the national competency standard in labor sector that was being composed and got the stake holder recognition. At the present time, thc instructors competency development in BBN X is not so optimal, because there is not a systematically planning in the meaning to develop the instructor competency and there are still a lot of instnicters who have not certilied yet neither in the technical nor methodological competency.
Regarding to the above situation, this research aimed to look for the suitable fonn of instructor competency development for the objective condition of BBN X instructors and to organize the BBN X instructors Training Needs Analysis (TNA). This is the qualitative research which is resulting descriptive data in term of both spoken and written languages ol' research subjects. 'l`he data was collected through depth interviews, observation and documentation technique.
The result indicate that there are 10 (ten) instructors or equal to 13% of total instructors in BBN X who was certified, which have not reached the qualification that decided by Directorate of Dina Intala yet. As for the implemcntable developments were divided into 3 (three), which are (1) provide the training for the instructor who had already took the assessment but have not certified yet until they are competent; (2) provide the training to master the SKKNI and being certified for the inslmctor who have not took the assessment because their lack capability of SKKNI; (3) facilitate the instructor to be certified for thc one who has ability but has not take the awcssment yet.
It is important to do TNA to organize the effective and suitable training for instructor needs, so the implemented training produce skill knowledge and attitude development to increase the instructor productivity. TNA can give the information that are importance to determine the right aim so the result of planned training program will be relevant with real needs. To get the optimal result of TNA it is better to be pcrlbrmed periodically to anticipate the technological advance.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Aswin Masudi
"Penelitian ini bermaksud untuk melihat beberapa aspek yang belum diteliti dalam studi tentang pengaruh aglomerasi terhadap keputusan lokasi perusahan asing di industri pengolahan Indonesia. Fokus ditekankan pada diferensiasi dua jenis aglomerasi berdasarkan jenis eksternalitas yang dihasilkan, yaitu localization externalities dalam aglomerasi perusahaan dalam industri yang sama (intraindustri) dan urbanization externalities dalam aglomerasi perusahaan berbagai jenis industri (inter-industri). Data tingkat perusahaan bersumber dari Sensus Ekonomi 2006.
Model conditional logit (McFadden, 1974) digunakan untuk mengestimasi peluang dari keputusan lokasi pendirian perusahaan asing di industri pengolahan Indonesia. Aglomerasi intra-industri didapati memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan lokasi perusahaan FDI. Namun, aglomerasi inter-industri terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan lokasi perusahaan FDI.
Temuan ini menunjukkan bahwa eksternalitas lokalisasi lebih dominan dibandingkan eksternalitas urbanisasi. Walaupun begitu, pengaruh eksternalitas dari aglomerasi intra-industri ini relatif sangat kecil. Keputusan lokasi perusahaan asing di industri pengolahan Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya produksi. Sedangkan ketersediaan pasar tidak memberikan pengaruh pada keputusan lokasi perusahaan asing.

This research intends to address several unexplored aspects in the study of the effect of agglomeration toward foreign firms' location decisions in Indonesia's processing industries. The main focus is the distinction between two types of agglomerations based on the different externalities that each one produced, which are localization externalities among firms in the same industry (intra-industry) and urbanization externalities among firms in diverse industries (inter-industry). The firm-level data is acquired from the Indonesian Economic Census of 2006.
Conditional Logit Model (McFadden, 1974) is used to estimate the probabilities of newly created foreign firms' location decisions in a particular province. Intraindustry agglomeration is found to have a positive influence toward the location decisions of foreign firms. On the other hand, inter-industry agglomeration seems to have no influence what so ever to the foreign firms' location decisions.
These results show that localization externalities are far more dominant compared to urbanization externalities. However, this intra-industry externality is considerably small. In fact, foreign firms' location decisions are still heavily influenced by the availability of production resources. While the availability of market does not have any effects to the foreign firms' location decisions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Natasya
"

Dalam beberapa dekade terakhir, keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja telah meningkat secara dramatis, dikaitkan dengan pembebasan pilihan perempuan tentang bagaimana mengalokasikan waktu mereka, dimungkinkan dengan perkembangan terbaru bidang medis dan teknologi. Namun, pada periode waktu yang sama, tingkat kesuburan telah mencapai rekor terendah. Diduga bahwa perempuan memiliki anak lebih sedikit karena anak-anak saat ini menyebabkan penurunan substansial dalam upah perempuan sebagai akibat dari nterupsi karier perempuan pada usia paling produktif. Studi ini berusaha untuk memastikan hubungan antara anak-anak dan upah perempuan dengan memanfaatkan data panel yang bersumber dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) untuk tahun 2007 dan 2014. Temuan menunjukkan bahwa bagi perempuan Indonesia, anak-anak memiliki efek negatif pada upah perempuan, menunjukkan hukuman upah ibu untuk ibu yang bekerja., namun efek yang dihasilkan lemah.  Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan upah yang substansial bagi perempuan adalah usia pada saat menikah pertama kali dan status pegawai negeri sipil. Untuk pengalaman kerja, faktor yang berpengaruh signifikan adalah jam kerja per minggu dan pendidikan.


In recent decades, women's involvement in the workforce has risen dramatically, attributing to the liberation of women’s choice on how to allocate their time, made possible with recent developments medical fields and technology. However, at the same time period, fertility has reached a record low. It is suspected that women are having fewer children because today’s children causes a substantial reparation in women’s wages as a result interrupting womens career at their most productive age. This study sought to ascertain the relationship between children and womens’s wages by utilizing panel data sourced from Indonesian Family Life Survey (IFLS) for the year 2007 and 2014. Findings suggest that for Indonesian women, children do have a negative effect on women’s wages, indicating a motherhood wage penalty for working mothers. The result is in line with numerous studies done in the past. However, the effect generated is weak. Factors that contribute to a substantial wage gain for women are age at first married and PNS. For job experience, factors that significantly affect it are working hours per week and education.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Hermawan
"Program Pemagangan yang terselenggara atas kerjasama antara Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Association for International Manpower Development of Medium and Small Enterprises Japan (IMM Japan) bertujuan untuk membina sumber daya manusia, serta pertukaran tenaga teknik, terampil dalam menghadapi internasionalisasi perusahaan kecil dan menengah dengan tujuan mengembangkan perusahaan kecil dan menengah Jepang serta ikut berperan dalam masyarakat internasional.
Berangkat dari keinginan untuk menciptakan strategi meningkatkan kualitas peserta pemagangan di. Jepang dengan melihat bahwa pentingnya untuk meningkatkan kompetensi keterampilan teknis pesona dan meningkatkan etos kerja yang nantinya menjadi pilihan untuk meminimalisir sistem pelatihan pemagangan yang belum sesuai dengan kondisi di Jepang dan sistem rekrut yang belum sempurna.
Oleh karena itu, adalah penting atas dukungan dari pemerintah pusat (Depnakertrans) selaku regulator bagi pelaksanaan program pemagangan di Indonesia untuk bisa mcmbuat regulasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta pemagangan di Jepang dengan meningkatkan kompctcnsi keterampilan teknis peserta dengan menanamkan motivasi dan tanggung jawab peserta pemagangan, meningkatkan keterampilan teknis yang sesuai dengan jenis kerja dan melakmnakan system rekrut yang ketat dan transparan. Dengan adanya regulasi yang jelas dari pemerintah pusat, maka pemerintah daerah dang pihak swasla sebagai pelaksana tinggal menerapkannya pada proses pelaksanaan program pemagangan.

Apprenticeship program which cooperation between Department of Manpower and Transmigration and Association for lntemational Manpower Development of Medium and Small Enterprises Japan (IMM Japan) intent to build man resource, and technical resources interchange, capable in face little limi intemationalizing and intermediate with aim develops little firm and Japan intermediate and abreast get role in international society.
Starting to create the strategic to develop apprenticeship participant quality in Japan with how the importance to improve participant technical skill competency and improve the workplace ethics which will be the choice to minimize the apprenticeship training system that is not suitable yet with Japan condition and recruitment system is not perfect yet.
So, it is important to have the central government support as regulator in apprenticeship program implementation in Indonesia to create the regulation to improve the apprenticeship participant quality in Japan with to improve the participant technical competency with to embed the motivation and responsibility of apprenticeship participant, to improve the technical skill which suitable to work type and to apply the recruitment system with strict and transparent. With the clearly regulation from central government, regional govemment and private party as implementor to apply in the apprenticeship program implementation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T33819
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idil Fithriansyah
"Tesis ini difokuskan pada pembahasan mengenai Determinan Rumah Tangga Pekerja Artak Di Indonesia dan mengetahui karakteristik kepala rumah tangga dan rumah tangganya. Data yang digunakan adalah data Susenas lahun 2007. Adapun 'usia anak yang digolongkan sébagai pekerja anak didalam penelitian ini adalah anak yang berusia I0-I4 tahun. Sedangkan model yang dipergunakan umuk pengolahan data adalah regresi logistik biner atau model logit, dengan penganalisaan secara deskriptif dan secara inferensial. Adapun variabel bebas yang dipakai adalah pendidikan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah rangga, status atau kondisi kesehatan kepala rumah tangga, Iapangan usaha utama kepala rumah tangga, status pekerjaan utama kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lokasi atau daerah tempat tinggal rumah tangga, status sosial rumah tangga, status kepala rumah tangga.
Dari analisis deskriptif didapat bahwa karakteristik kepala rumah tangga dan rumah tangga yang menyebabkan munculnya rumah tangga pekerja anak yang jumlahnya terbanyak di Indonesia berdasarkan hasil penelitian ini adalah kepala rumah tangganya berjenis kelamin Iaki-laki, kepala rumah tangganya sudah berumur tua (diatas 40 tahun), kepala rumah tangganya dalam kondisi sehat atau ada gangguan tetapi tidak mengganggu kcgiatan, kepala rumah tangganya bekerja disektor informal, lapangan usaha utama kepala rumah tangganya adalah pertanian, tingkat pendidikan kepala rumah tangganya adalah tamat Sekolah Dasar kebawah, rumah tangganya berlokasi tempat tinggal di desa, jumlah anggota rumah tangga 5 orang atau lebih, status sosial rumah tangganya adalah rumah tangga diatas garis kemiskinan dan status kepala rumah tangganya lengkap.
Berdasarkan analisis inferensial didapat bahwa semakin rendahnya pendidikan kepala rumah tangga maka peluang munculnya rumah tangga pckerja anak besar. Sedangkan untuk variabel jenis kelamin kepala rumah tangga didapat bahwa kepala rumah tangga perempuan lebih berpeluang memunculkan rumah tangga pekerja anak dibandingkan dengan kepala rumah tangga iaki-laki. Adapun karakteristik kepala mmah tangga dan rumah tangga Iainnya seperti: status atau kondisi kesehatan kepala rumah tangga, pekerjaan utama kepala rumah tangga, status pekerjaan utama kepala rumah tangga, umur kepata rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, Iokasi atau daerah tempat tinggal rumah tangga, status sosial rumah tangga, status kepala rumah tangga, juga memiliki pengaruh terhadap keberadaan rumah tangga pekerja anak di Indonesia.

This thesis is concerned about determinant of household ol' child worker in Indonesia and knowing the characteristic of household head and household its. Data which used is Susenas data from 2007. Classification ol`child worker which used in this research was IO - 14 years. While model utilized for the data processing is binary regression logistics or logit model, with descriptive and inferential analysis. The free v riables which used are education of household head, gender of household head, status or health condition ol' household head, main sector of household head, main job status of household head. age of household head, number of household member, location or area ot` household residence, social status of household, and status of household head.
From descriptive analysis was got that characteristic of household and household head was causing appearance of household of child worker which its amount a lot of in Indonesia based on this research are gender of household head is a man, age of household head is old (above 40 years), household head is in healthy condition or no in health condition but do not bother the activity, household head works in informal sector, main sector of household head is agriculture, education level of household head is graduated from elementary school downwards. location of household is in rural, number of household member is S persons or more, social status of household is above line of poomess, and status of household head its com plete.
Based on analysis inferential was got that progressively low the education of household head hence the probability of appearance of household of child worker is bigger. While for the variable of gender of household head was got that household which lead by woman have bigger probability of appearance ot" household of child worker compared to lead by man. The characteristics of household head and the other household like : status or health condition of household head, main sector of' household head, main job status of household head, number of household member, location or area of' household residence. social status of household, status of household head, also have the influence to existence of household of child worker in Indonesia.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T33926
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Buchari
"[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah minimum terhadap pekerja paruh waktu dengan menggunakan data panel dari tahun 2008 2013 dan 33 provinsi di Indonesia Metode yang digunakan adalah regresi data panel Variabel dependen dalam persamaan ini adalah pekerja paruh waktu Variabel independen adalah upah minimum provinsi UMP tingkat pengangguran terbuka TPT produk domestik regional bruto PDRB tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan angkatan kerja perempuan berpendidikan rendah dan interaksi UMP dengan angkatan kerja perempuan berpendidikan rendah Hasil studi ini menunjukkan kebijakan upah minimum berpengaruh positif dan signifikan secara statistik Kenaikan 1 persen pertumbuhan upah minimum provinsi akan meningkatkan jumlah pekerja paruh waktu sebesar 0 5113 persen ;This study aimed to analyze the effect of minimum wages on part time workers using panel data from years 2008 2013 and 33provinces in Indonesia The method used is panel data regression The dependent variable in this equation is the part time workers The independent variable is the provincial minimum wage UMP unemployment rate TPT regional gross domestic product GDP the level of labor force participation of women low educated female work force and UMP interaction with low educated female work force These studies suggest a positive effect on the minimum wage policy and statistically significant Increase of 1 per cent growth in the provincial minimum wage will increase the number of part time workers at 0 5113 percent ;This study aimed to analyze the effect of minimum wages on part time workers using panel data from years 2008 2013 and 33provinces in Indonesia The method used is panel data regression The dependent variable in this equation is the part time workers The independent variable is the provincial minimum wage UMP unemployment rate TPT regional gross domestic product GDP the level of labor force participation of women low educated female work force and UMP interaction with low educated female work force These studies suggest a positive effect on the minimum wage policy and statistically significant Increase of 1 per cent growth in the provincial minimum wage will increase the number of part time workers at 0 5113 percent , This study aimed to analyze the effect of minimum wages on part time workers using panel data from years 2008 2013 and 33provinces in Indonesia The method used is panel data regression The dependent variable in this equation is the part time workers The independent variable is the provincial minimum wage UMP unemployment rate TPT regional gross domestic product GDP the level of labor force participation of women low educated female work force and UMP interaction with low educated female work force These studies suggest a positive effect on the minimum wage policy and statistically significant Increase of 1 per cent growth in the provincial minimum wage will increase the number of part time workers at 0 5113 percent ]"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gardini Dena Raditha
"Peran rantai nilai global menjadi sangat penting bagi suatu negara yang memiliki tujuan meningkatan mempromosikan pembangunan inklusif, meningkatkan lapangan kerja, dan menambah nilai bagi industri dalam negerinya melalui integrasi ekonomi global. Guna mendorong pertumbuhan inklusif, pembererdayaan perempuan perlu dimaksimalkan. Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk perempuan diatas 15 tahun dan TPT yang cenderung stagnan selama tujuh tahun terakhir, dan dengan partisipasi perempuan yang cendurung tumbuh. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari partisipasi rantai nilai global, yaitu partisipasi backward dan forward terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan pada sektor manufaktur. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan Trade in Value Added dari OECD, dengan menggabungkan klasifikasi ISIC rev.4 dengan KBLI dari tahun 2000-2018 didapatkan 8 kelompok sektor, yaitu 3 kelompok sektor manufaktur padat karya dan 5 kelompok sektor manufaktur padat modal. Hasil regresi fixed-effect dan random-effect digunakan untuk menemukan pengaruh antara GVCs dengan TPAK perempuan pada model, pada sektor manufaktur padat karya tidak ditemukan adanya hubungan secara signifikan. Sedangkan pada sektor manufaktur padat modal dan sektor manufaktur keseluruhan, ditemukan hubungan signifikansi positif antara partisipasi forward dengan TPAK perempuan. Di sisi lain, variabel tingkat pendidikan dan tingkat fertilitas juga menunjukkan signifikansinya di keseluruhan sektor maupun sektor spesifik, padat modal dan padat karya. Selain itu, penelitian ini menemukan tingkat pendidikan yang semakin tinggi pada para pekerja perempuan di sektor manufaktur akan menurunkan tingkat partisipasi angkatan kerjanya.

The role of GVCs is essential for a country whose goals are to promote inclusive development, increase employment, and add value to its domestic industry through global economic integration. To encourage inclusive growth, women's empowerment needs to be maximized. Indonesia has experienced a population growth of women over 15 years, TPT, which tends to stagnate for the last seven years, and female participation which tends to grow. This study examines the effect of global value chain participation, namely backward and forward participation, on the level of female labor force participation in the manufacturing sector. The analysis was carried out by utilizing the Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), and Trade in Value Added data from the OECD; by combining the ISIC rev.4 classification with the KBLI from 2000-2018, there were 8 sector groups, namely 3 labor-intensive manufacturing sector groups and 5 sector groups. Capital intensive manufacturing. Fixed-effect and random-effect regression results were used to find the effect between GVCs and female LFPR in the model; there was no significant relationship in the labor-intensive manufacturing sector. Meanwhile, in the capital-intensive manufacturing sector and the overall manufacturing sector, a significant positive relationship was found between forwarding participation and female LFPR. On the other hand, the variables of education level and fertility level also show their significance in all sectors as well as specific sectors, capital intensive and labor intensive. In addition, this study found that the higher the education level of female workers in the manufacturing sector, the lower the labor force participation rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Widiastika
"Kesenjangan upah bagi penyandang disabilitas adalah masalah yang terus berlanjut dalam mencapai kesetaraan upah. Penelitian ini memperkenalkan waktu tempuh ke tempat kerja sebagai faktor potensial yang mempengaruhi kesenjangan upah ini. Meskipun perjalanan menuju tempat kerja yang panjang umumnya dikaitkan dengan upah yang lebih tinggi, pekerja dengan disabilitas di Indonesia biasanya memiliki perjalanan yang lebih pendek, yang mungkin sebagian menjelaskan ketimpangan upah yang terus berlanjut. Menggunakan regresi ordinary least squares dan analisis SUEST, studi ini menemukan bahwa meskipun pekerja dengan disabilitas menghadapi kesenjangan upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja tanpa disabilitas ketika melakukan perjalanan yang lebih panjang, waktu tempuh tidak mempengaruhi kesenjangan upah ini. Namun, adanya kesenjangan upah tersebut mungkin terjadi secara tidak langsung karena perbedaan premi upah dari perjalanan kerja yang lebih Panjang bagi pekerja dengan dan tanpa disabilitias, di samping faktor lain yang belum teramati. Penelitian ini menekankan perlunya kebijakan yang mengatasi tantangan perjalanan komuter bagi pekerja dengan disabilitas, dan menyarankan adanya aturan kerja yang fleksibel untuk memitigasi kesenjangan upah. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengeksplorasi langkah-langkah dukungan tambahan dan akomodasi untuk mengembangkan solusi yang komprehensif.

Disability wage gaps are a persisting issue in the face of wage equity. This research introduces commuting time as a potential factor influencing these wage gaps. While longer commutes are generally associated with higher wages, workers with disabilities in Indonesia typically have shorter commutes, which might partly explain persistent wage disparities. Employing ordinary least squares (OLS) regression and SUEST analysis, this study finds that although workers with disabilities face a higher wage gap to workers without disabilities when having longer commutes, commuting time does not contribute to this widening wage gap. However, the existence of such a wage gap might indirectly occur due to uneven wage premiums between disabled and non-disabled workers, in addition to possible other unobserved factors. The study underscores the need for policies that address commuting challenges for workers with disabilities, suggesting flexible working arrangements to mitigate wage disparities. Further research is essential to explore additional supportive measures and accommodations to develop comprehensive solutions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>