Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarifuddin
"Latar Belakang : Pneumokoniosis terjadi hampir diseluruh dunia dan merupakan masalah yang mengancam para pekerja semen. Beberapa kelainan serologis dapat ditemukan pada pasien pnemokoniosis. Kadar KL-6 serum meningkat pada pekerja yang terpajan silika sehingga  dapat dijadikan penanda hayati untuk diagnosis awal penyakit paru kerja tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan cara pemilihan sampel secara consecutive sampling pada bulan april – mei 2018. Jumlah total subjek sebanyak 77 subjek terdiri dari 60 subjek penelitian dan 17 subjek kontrol. Pemeriksaan kadar KL-6 serum menggunakan metode ELISA. Subjek penelitian merupakan pekerja semen pada area produksi dan bahan mentah.
Hasil    : Pada penelitian ini didapatkan hasil dengan karakteristik total subjek laki-laki 100% dan rerata umur 42,5 tahun, subjek termuda 21 tahun dan subjek tertua 55 tahun. Riwayat merokok  ditemukan terbanyak bukan perokok 38 subjek (63,3%), diikuti perokok sebanyak 15 subjek (25%), dan bekas perokok sebanyak 7 subjek (11,6%).Tingkat pendidikan sedang 47 subjek (78,3) pendidikan tinggi sebanyak 7 subjek (11,6%)  dan pendidikan rendah sebanyak 6 subjek (10%). Lama pajanan < 10 tahun sebanyak 13 subjek (21,6%) dan lama pajanan> 10 tahun sebanyak 47 subjek (78,3%). Penggunaan alat pelindung diri kategori terbanyak kategori sedang sebanyak 50 subjek (83,3%), kategori baik sebanyak 7 subjek (11,6%) dan kategori buruk sebanyak 3 subjek (5%). Rerata kadar KL-6 serum pada kelompok subjek penelitian atau kelompok terpajan sebesar 473,13 U /ml dan rerata kadar KL-6 serum pada kelompok kontrol sebesar 344,13 U/ml.Perbedaan kadar KL-6 serum pada kelompok terpajan dan kelompok control tidak berbeda bermakna secara statistic dengan nilai p = 0,329.
Kesimpulan : Perbedaan antara kadar KL-6 serum kelompok terpajan disbanding kelompok kontrol tidak berbeda bermakna secara statisti

Background   : Pneumoconiosis occurs almost all over the world and is a problem that threatens cement workers. Some serological abnormalities can be found in pneumonia patients. Serum KL-6 levels increase in workers exposed to silica so that it can be used as a biological marker for early diagnosis of occupational lung disease but this study has never been done in Indonesia
Method: This study was a cross-sectional study by consecutive sampling in April-May 2018. The total number of subjects was 77 subjects consisting of 60 research subjects and 17 control subjects. Examination of serum KL-6 levels using the ELISA method. Research subjects were cement workers in the production area and raw materials.
Results: In this study, the results were obtained with the characteristics of the total male subjects 100% and the average age of 42.5 years, the youngest subject was 21 years old and the oldest subject was 55 years old. History of smoking was found in the majority of nonsmokers 38 subjects (63.3%), followed by smokers as many as 15 subjects (25%), and former smokers as many as 7 subjects (11.6%). Education level was 47 subjects (78.3) higher education as many as 7 subjects (11.6%) and low education as many as 6 subjects (10%). The duration of exposure <10 years was 13 subjects (21.6%) and the duration of exposure> 10 years was 47 subjects (78.3%). The use of personal protective equipment is the most moderate category as many as 50 subjects (83.3%), the good category is 7 subjects (11.6%) and the bad category is 3 subjects (5%). The mean serum KL-6 level in the research subject group or the exposed group was 473.13 U / ml and the average serum KL-6 level in the control group was 344.13 U / ml. The difference in serum KL-6 level in the exposed group and the control group no statistically significant difference with a value of p = 0.329.
Conclusion: The difference between serum KL-6 levels in the exposed group compared to the control group was not statistically significant
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Musafir Kolewora
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalens PPOK di Indonesia sebanyak 3,7% dan menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui prevalens PPOK di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan metode consecutive sampling pada pasien PPOK yang berkunjung di RSUP Persahabatan Jakarta pada bulan April-September 2018. Diagnosis PPOK dilakukan dengan menggunakan COPD Diagnostic Questionnaire (CDQ) dan pemeriksaan spirometri.
Hasil: Subjek penelitian sebanyak 875 subjek. Sampel akan dilakukan penapisan awal menggunakan CDQ dengan skor nilai ≥19,5 sebanyak 332 subjek. Hasil pemeriksaan spirometri pada 332 subjek sebelum pemberian bronkodilator inhalasi menunjukkan bahwa sebanyak 83 subjek (25%) memiliki hasil VEP1/KVP <70% dan 249 subjek (75%) memiliki hasil VEP1/KVP ≥70%. Hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator inhalasi menunjukkan bahwa sebanyak 78 subjek (94%) memiliki hasil VEP1/KVP <70% yang berarti menderita PPOK dan 5 subjek (6%) memiliki hasil VEP1/KVP ≥70% yang berarti tidak menderita PPOK sehingga prevalens PPOK adalah 8,9% dari keseluruhan sampel. Gejala klinis pada pasien PPOK antara lain batuk (43,6%), terdapat dahak (50%), dan sesak (39,7%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PPOK dalam penelitian ini adalah umur (nilai-p = 0,040), lama merokok (nilai-p = 0,012), jumlah rokok yang dihisap per hari (nilai-p = 0,000) dan derajat berat merokok (nilai-p = 0,000) sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin (nilai-p = 0,585) dan indeks massa tubuh (nilai- p = 0,953).
Kesimpulan: Prevalens PPOK di rumah sakit Persahabatan Jakarta adalah 8,9%. Gejala klinis pada pasien PPOK antara lain batuk, terdapat dahak dan sesak. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan PPOK dalam penelitian ini adalah umur, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan derajat berat merokok sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin dan indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is the main cause of morbidity and mortality rates in the world including in Indonesia. The result of Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) in 2013 showed the prevalence of COPD in Indonesia was 3.7% and was ranked 6th from 10 causes of death in Indonesia. This study is the preliminary study to determine of prevalence of COPD in Persahabatan Hospital.
Method: This is a cross sectional study design with consecutive sampling method in COPD patient who visited to the Persahabatan Hospital Jakarta in April- September 2018. COPD diagnosed by using COPD Diagnostic Questionnare (CDQ) and spirometry examination.
Result: Study subject were 875 subject. The sample will be screened preliminary by using CDQ whom get score ≥ 19.5 only 332 subject. The results of spirometry tests on 332 subject before inhaled bronchodilators showed that 83 subject (25%) had results VEP1/KVP <70% which meant diagnose COPD and 249 subject (75%) had results VEP1/KVP ≥70% which means not diagnose COPD. The results of spirometry after inhaled bronchodilators showed that as many as 78 subject (94%) had results VEP1/KVP <70% which meant diagnose COPD and 5 subject (6%) had results VEP1/KVP ≥70%, which means not diagnose COPD so that the prevalence of COPD is 8.9% from all the sample. There were some of symptoms of COPD patients reported such as daily coughing (43,6%), coughing with phlegm (50%), and wheezing (39,7%). Statistical test results indicate that factors associated with COPD in this study are age, duration of smoking, number of cigarettes smoked per day and the degree of smoking-free while the unrelated factors are gender and Body Mass Index."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Eka Krisnha Wijaya
"Latar Belakang: Pneumonia merupakan infeksi paru yang hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia. Mortalitas dan morbiditas terutama didapatkan pada pasien yang mengalami pneumonia berat. Intubasi dan ventilasi mekanik diperlukan pada sekitar 6% pasien pneumonia. Lebih lanjut lagi, kegagalan ekstubasi berhubungan dengan peningkatan mortalitas pneumonia. Proses imunopatologi yang terjadi pada pneumonia berat dikaitkan dengan peningkatan kadar sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan IL-17. Studi prognostik yang telah dilakukan saat ini belum dapat menggambarkan jelas peran sitokin tersebut terhadap terjadinya luaran buruk berupa gagal ekstubasi hingga mortalitas yang terjadi pada pasien pneumonia berat. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peranan proses imunitas lokal dan sistemik melalui pemeriksaan kadar sitokin pada cairan bilasan bronkus dan darah terhadap luaran buruk dari pneumonia berat.
Tujuan: Mengetahui hubungan perbedaan kadar IL-6, 1L-17 darah dan cairan bilasan bronkus terhadap status ekstubasi dan mortalitas pada pasien pneumonia berat.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif pada 40 pasien pneumonia berat. Subjek yang direkrut adalah pasien yang terintubasi dan menjalani tindakan bronkoskopi di IGD dan ruang intensif RSCM sejak November 2020 hingga Januari 2021. Analisis bivariat dengan uji beda rerata digunakan pada data skala numerik dengan sebaran normal dan uji Mann Whitney dengan sebaran tidak normal. Subjek penelitian diobservasi untuk keberhasilan ekstubasi 20 hari dan mortalitas 28 hari.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan proporsi gagal ekstubasi sebesar 80% dan mortalitas sebesar 75%. Etiologi terbanyak pneumonia berat pada penelitian ini adalah virus SARS-CoV-2 (28 subjek). Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan secara statistik bermakna dari IL-6, IL-17 darah dan cairan bilasan bronkus pada kelompok subjek yang gagal ekstubasi dan yang berhasil ekstubasi. Tidak didapatkan juga perbedaan secara statistik bermakna dari IL-6, IL-17 darah dan cairan bilasan bronkus pada kelompok subjek yang meninggal dan yang hidup.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan perbedaan kadar IL-6, IL-17 darah dan cairan bilasan bronkus terhadap pasien pneumonia berat yang gagal ekstubasi dan berhasil ekstubasi, serta yang meninggal dan yang hidup.

Background: Pneumonia is a lung infection which is still a serious health problem worldwide. Mortality and morbidity are mainly found in patients with severe pneumonia. Intubation and ventilation are required in about 6% of pneumonia patients. Furthermore, extubation failure was associated with increased pneumonia mortality. Immunopathological processes that occur in severe pneumonia related to increased levels of proinflammatory cytokines such as IL-6 and IL-17. Prognostic studies have been carried out to the occurrence of adverse outcomes in patients with pneumonia such as extubation failure and mortality, but still little to know about the role of these cytokines. This study aims to determine the role of local and systemic immune processes through examination of cytokine levels in bronchial lavage fluid and blood on the adverse outcome of severe pneumonia.
Objective: The aim of this study was to determine the association of differences in blood and bronchial lavage levels of IL-6, 1L-17 to extubation status and mortality in patients with severe pneumonia.
Methods: This study was a prospective cohort study of 40 patients with severe pneumonia. Subjects in this study are patients who were intubated and underwent bronchoscopy in the emergency room and intensive care unit of Ciptomangunkusumo Hospital from November 2020 to January 2021. Bivariate analysis with the mean difference test was used on numerical scale data with normal distribution and Mann Whitney U test with abnormal distribution. Study subjects were observed for successful extubation of 20 days and mortality of 28 days.
Results: In this study, the proportion of failed extubation was 80% and the mortality rate was 75%. There were various etiologies of severe pneumonia in the study with SARS-CoV-2 being the major causes (28 subjects). In this study, there was no statistically significant difference between brochoalveolar lavage fluid and blood IL-6, IL-17 in based on extubation status. There was also no statistically significant difference between brochoalveolar lavage fluid and blood IL-6, IL-17 based on mortality status.
Conclusions: There was no association of differences in the blood and bronchoalveolar lavage levels of IL-6, IL-17 on patients with severe pneumonia who failed to extubate and successfully extubated, and those who deceased and those who lived.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library