Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Syairozy Syauqi
"Danau memiliki peran penting dalam sebuah ekosistem seperti menjaga keanekaragaman hayati, meregulasi siklus hidrologi, dan sebagai daerah resapan air. Untuk menjaga fungsi danau maka kualitas danau harus diperhatikan. Danau Mahoni di Universitas Indonesia mempunyai sifat fisik yaitu berwarna hijau sehingga diduga kualitas air Danau Mahoni sudah menurun. Untuk meningkatkan kualitas air danau dapat dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator tipe kincir air (paddle wheel). Penelitian ini akan menganalisis pola distribusi spasial perubahan parameter DO, amonia, dan nitrat pada lingkup area yang ditinjau, memetakan konsentrasi parameter yang ditinjau sebelum aerasi dan setelah 3 jam aerasi, dan menganalisis pengaruh arah dan jarak terhadap perubahan parameter yang ditinjau. Data yang diperoleh nantinya akan dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif, uji ANOVA, uji T berpasangan, dan uji korelasi spearman. Selain itu, data yang diperoleh juga akan diproyeksikan menjadi peta kontur dengan menggunakan aplikasi QGIS. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pengoperasian aerator tipe kincir air selama 3 jam meningkatkan konsentrasi DO dari 3 mg/L menjadi 7 mg/L atau sebesar 133,3%. Pengoperasian aerator ini juga menurunkan konsentrasi amonia dari 2,38 mg/L menjadi 2,01 mg/L atau sebesar 15,5%. Parameter lain yang diuji, yaitu nitrat, mengalami peningkatan yaitu dari 2,1 mg/L menjadi 2,7 mg/L atau 28,6%. Perlakuan aerasi pada Danau Mahoni terbukti dapat meningkatkan konsentrasi DO hingga memenuhi baku mutu kelas I. Hasil analisis menunjukkan bahwa arah tidak mempengaruhi perubahan konsentrasi, tetapi jarak mempengaruhi perubahan konsentrasi. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa semakin jauh titik sampel dari aerator maka konsentrasi DO dan nitrat akan semakin kecil, sedangkan konsentrasi amonia akan semakin besar.

Lakes have an important role in an ecosystem such as maintaining biodiversity, regulating the hydrological cycle, and as a water catchment area. To maintain the function of the lake, the quality of the lake must be considered. Lake Mahoni at the University of Indonesia has physical properties, namely green in color, so it is suspected that Lake Mahoni's air quality has decreased. To improve the quality of lake water, aeration can be carried out using a paddle wheel type aerator. This study will analyze the pattern of spatial distribution of changes in DO, ammonia, and nitrate parameters in the scope area under review, mapping the concentration of the parameters before aeration and after 3 hours of aeration, and analyze the effect of direction and distance on changes in the parameters. The data obtained will later be analyzed using descriptive statistical methods, ANOVA test, paired T test, and Spearman correlation test. Apart from that, the data obtained will also be projected into a contour map using the QGIS application. Based on the analysis, it was found that the operation of the waterwheel type aerator for 3 hours increased the DO concentration from 3 mg/L to 7 mg/L or 133.3%. Operation of this aerator also reduced the concentration of ammonia from 2.38 mg/L to 2.01 mg/L or 15.5%. Another parameter tested, namely nitrate, experienced an increase from 2.1 mg/L to 2.7 mg/L or 28.6%. Aeration treatment at Mahoni Lake was proven to be able to increase DO concentrations to meet class I quality standards. The results of the analysis showed that direction did not affect changes in concentration, but distance did affect changes in concentration. From the analysis results it is also known that the farther the sample point is from the aerator, the lower the DO and nitrate concentrations will be, while the greater the ammonia concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Nurafriandi Putra
"Salah satu bentuk penyediaan makanan yang banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia adalah restoran. Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi adalah salah satu jaringan restoran yang menjual ayam goreng tradisional khas Kalasan, Yogyakarta. Lokasi yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian adalah Mbok Berek Ny. Umi di Tebet, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan serta komposisi sampah makanan yang ditimbulkan untuk kemudian melakukan kajian sistem penanganan dan pengelolaan yang tepat agar sampah makanan yang ditimbulkan tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar lokasi penelitian. Penelitian dilakukan dengan berdasarkan pada SNI 19-3964-1994 mengenai metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah dan komposisi sampah perkotaan. Pengambilan dan pengukuran timbulan sampah dilakukan selama 8 hari berturut-turut pada area makan, dapur, dan bar minuman. Hasil dari penelitian menunjukkan timbulan sampah yang dihasilkan pada Restoran Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi Tebet dari sisa kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi adalah sebesar 0,49 Kg/Orang/Hari atau 1,92 Liter/Orang/Hari dengan tingkat timbulan sampah tertinggi terjadi pada akhir pekan atau weekend. Komposisi sampah yang dihasilkan didominasi oleh sampah makanan (80,6%) dengan komposisi: nasi (4,9%), lauk (14,1%), tulang ayam (17,4%), sayur (25,3%), dan buah (38,3%). Penanganan dan pengelolaan sampah makanan dapat ditingkatkan dengan melakukan penambahan divisi K3L, penambahan alokasi pembiayaan, pembuatan aturan baru, edukasi kepada karyawan, evaluasi sistem suplai, serta revitalisasi sarana dan prasarana pengelolaan sampah makanan dengan mempertimbangkan alternatif pengolahan sampah makanan metode BSF dan fermentasi nasi basi.

One of the most preferable food provider in Indonesia is restaurants. Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi is one of the restaurant chains that sells traditional fried chicken from Kalasan, Yogyakarta. The research location will be at Mbok Berek Ny. Umi in Tebet, South Jakarta. This research aims to identify the generation and composition of food waste to then analyze the right handling and management so the generated food waste doesn’t give any negative effect to the environment around the research location. This research is done based on SNI 19-3964-1994 about method of collection and measurement sample of waste generation and composition of urban waste. Collection and measurement of the waste generation is done for 8 straight days at eating area, kitchen, and drink bar. The result of this research showed that waste generated in Mbok Berek Ny. Umi Tebet restaurant from the production, distribution, and consumption activities is 0,49 Kg/Person/Day or 1,92 Litre/Person/Day with the highest generation on the weekend. The composition of the generated waste is dominated by food waste (80,6%) with composition of rice (4,9%), side dish (14,1%), chicken bones (17,4%), vegetables (25,3%), and fruits (38,3%). The food waste handling and management can be upgraded by forming HSE division, increasing budget, making new rules, educating the employees, evaluating the supply system, and revitalizating the facilities and infratsructures of food waste management with considering BSF and fermented rice as alternative methods of food waste processing"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Dinegoro
"Prediksi peningkatan populasi di tahun 2050 sejalan dengan tingginya permintaan pangan dari produksi saat ini. Solusi peningkatan produksi pangan adalah pertanian berkelanjutan seperti akuaponik dan hidroponik dengan kualitas produksi dan hasil pertanian yang tinggi. Akan tetapi, akuaponik dan hidroponik masih perlu dibandingkan dengan pendekatan lingkungan. Life cycle assessment (LCA) adalah pendekatan yang digunakan untuk menghitung dampak lingkungan akuaponik dan hidroponik. Tujuan dan lingkup LCA diukur dari cradle-to-gate dengan unit fungsional 1 Kg produk akuaponik dan hidroponik. Penelitian dilakukan selama satu bulan saat budidaya, dengan kategori dampak lingkungan yang diukur adalah midpoint impact (CML IA Baseline) dan endpoint impact (Eco Indicator 99 (H-A)) menggunakan software openLCA. Kontribusi dampak untuk AD (Akuaponik: 59%; Hidroponik: 41%), AC (Akuaponik: 66%; Hidroponik: 34%), EU (Akuaponik: 67%; Hidroponik: 33%), dan GWP 100a (Akuaponik: 68%; Hidroponik: 32%). Hidroponik menghasilkan dampak lingkungan lebih rendah dibandingkan akuaponik, endpoint impact menunjukkan 36% lebih rendah. Pakan ikan komersial dan listrik menjadi titik hotspot dari perbandingan dampak lingkungan akuaponik dan hidroponik. Produksi pakan ikan komersial berkontribusi dominan (abiotic depletion (fossil fuel ) = 88%; acidification = 91%; eutrophication = 96%; 100-year global warming potential = 93%) dibandingkan pupuk AB mix. Namun, apabila pakan ikan dan pupuk AB mix diabaikan, akuaponik (49%) lebih baik dibandingkan hidroponik (51%). Variasi analisis sensitivitas produksi listrik Singapura 71% lebih rendah dibandingkan produksi listrik Indonesia, sehingga mengurangi kategori dampak dari hotspot yang dihasilkan 1 kg produk akuaponik dan hidroponik.

The predicted increase in population in 2050 is in line with the high demand for food from current production. The solution to increasing food production is sustainable agriculture such as Aquaponics (AP) and hydroponics (HP) with high production quality and agricultural yields. However, aquaponics and hydroponics still need to be compared with environmental approaches. Life cycle assessment (LCA) is used to calculate the environmental impact of AP and HP. The purpose and scope of LCA are measured from cradle to gate with a functional unit of 1 Kg of aquaponic and hydroponic products. The study was conducted for one month during cultivation, with the environmental impact categories measured were midpoint impact (CML IA Baseline) and endpoint impact (Eco Indicator 99 (H-A)) using openLCA software. Impact contribution for AD (Aquaponics: 59%; Hydroponics: 41%), AC (Aquaponics: 66%; Hydroponics: 34%), EU (Aquaponics: 67%; Hydroponics: 33%), and GWP 100a (Aquaponics: 68%; Hydroponics: 32%). Hydroponics produces a lower environmental impact than aquaponics; endpoint impact shows 36% lower. Commercial fish feeds and electricity are hotspots for comparing the environmental impact of AP and HP. Commercial fish feed production contributed dominantly (abiotic depletion (fossil fuel) = 88%; acidification = 91%; eutrophication = 96%; 100-year global warming potential = 93%) compared to AB mix fertilizer. However, if fish feed and AB mix fertilizer are neglected, aquaponics (49%) is better than hydroponics (51%). The variation in the sensitivity analysis of Singapore's electricity production is 71% lower than Indonesia's, thereby reducing the impact category of hotspots produced by 1 kg of aquaponic and hydroponic products."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library