Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mayang Alya Nandira
"ABSTRAK
Karin Novilda atau yang biasa dikenal dengan Awkarin adalah social media influencer yang memulai karirnya di Instagram. Di awal perjalanannya menuju popularitas, Karin melakukan banyak hal kontroversi yang memberikan image bad influencer dan membuat namanya terangkat di Instagram. Namun, saat Karin sudah menjadi salah satu influencer terpopuler di Indonesia, dia perlahan merubah image-nya menjadi bertolak belakang dengan image awalnya. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana Karin menjaga personal brandingnya dan bagaimana itu bisa memberikan dampak kepada kepopularitasannya. Dengan menggunakan metode sekunder, penelitian ini akan memeriksa Instagram account daripada Karin dan menganalisa dengan tiga konsep, yaitu Western Cultural Influence, Personal Branding, dan Social Media Influencer. Ditemukan bahwa Karin memiliki beberapa karakter terbaik sebagai social media influencer, yaitu kepribadian, karakter unik, kreatifitas, dan kontinuitas.

ABSTRACT
Karin Novilda or commonly called as Awkarin is a social media influencer who started her career from Instagram. In the beginning of her journey before becoming popular, Karin did a lot of controversial things "
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Allya Mahira
"Penelitian ini mengeksplorasi pemaknaan khalayak terhadap upaya peremajaan merek untuk membangun kembali citra merek melalui komunikasi pemasaran terpadu, dengan mengangkat kasus kampanye #FearlessBeauty oleh Sariayu Martha Tilaar. Melalui pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam dengan khalayak, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana khalayak memaknai upaya peremajaan merek yang dilakukan Sariayu untuk membangun kembali citra mereknya menjadi lebih muda, melalui kampanye #FearlessBeauty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada khalayak yang memaknai bahwa citra Sariayu telah berubah menjadi lebih muda secara keseluruhan, dikarenakan pemilihan strategi komunikasi pemasarannya yang kurang sesuai dengan target khalayak. Walau begitu, dari hasil temuan, terdapat saluran komunikasi yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dengan lebih maksimal karena dianggap cukup relevan dengan khalayaknya, yakni strategi pemasaran melalui influencer. Strategi ini dapat menjadi opsi utama bagi merek-merek lain dengan kasus serupa yang ingin meremajakan mereknya melalui program komunikasi pemasaran.
This research discusses audiences’ reception towards brand rejuvenation efforts to rebuild brand image through integrated marketing communication, through the case of #FearlessBeauty campaign by Sariayu Martha Tilaar. Through a qualitative approach and in-depth interviews with audiences, this study describes how audience interprets Sariayu's brand rejuvenation efforts through the #FearlessBeauty campaign and its implication to its previously old brand image. The results showed that there was no audience who interpreted that Sariayu's brand image had become younger overall, due to the selection of its marketing communication strategy that was not in line with the target audience. Even so, there is still a channel that has the potential to be further utilized to maximize the campaign’s exposure, namely influencer marketing strategy. This strategy can be an ideal option for other brands with the same problems, who wants to rejuvenate their brands through marketing communication programs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindyramitha
"Kompetisi antar merek yang tinggi mendorong pemasar untuk semakin kreatif dalam memaksimalkan strategi pemasaran, salah satunya adalah melalui strategi desain kemasan produk. Elemen-elemen visual pada desain kemasan seperti warna, nama merek, logo, tipografi, dan ilustrasi dapat mengkomunikasikan makna-makna tertentu bagi konsumen. Untuk mengetahui produksi makna di balik elemen visual desain kemasan, peneliti menggunakan analisis semiotika dengan model dyadic Saussure. Paradigma penelitian ini adalah poststrukturalisme dengan unit analisis Gulaku Sugar Sticks Paris dan Bali. Hasil analisis semiotika dalam penelitian ini adalah adanya ekspresi simbolik budaya dalam masing-masing kemasan, yaitu adanya budaya kafe dan asosiasi budaya terhadap Gulaku.

Strong competition between brands triggers the marketers to be more creative in maximizing marketing strategies, one of them is through product packaging design. Visual elements on product packaging design, such as colors, brand name, logo, typography, and illustrations are each communicating particular meanings to the consumers. This research aims to gain knowledge about the process of meanings productions behind each visual elements on product packaging design using semiotics analysis with Saussure‟s dyadic model. This research uses poststructuralism as paradigm with Gulaku Sugar Sticks Paris and Gulaku Sugar Sticks Bali as unit analysis. The result of this study is that there are symbolical expressions of culture on each packaging of Gulaku Sugar Sticks Paris and Gulaku Sugar Sticks Bali, that is the cafe culture and the cultural associations to Gulaku itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Kurnia Widyasari
"Penelitian ini membahas sikap konsumen milenial terhadap heritage luxury brand dan motivasi pembelian konsumen terhadap heritage luxury brand, dengan melakukan studi pada merek Louis Vuitton. Melalui pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam dengan informan yang merupakan milenial sekaligus konsumen dari merek Louis Vuitton, peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana sikap milenial terhadap heritage luxury brand dan bagaimana motivasi pembelian yang dimiliki milenial dalam mengonsumsi produk Louis Vuitton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, motivasi pembelian milenial terhadap produk heritage luxury brand didasari oleh karakteristik dari produk atau merek, terutama dari segi kualitas, ketahanan, dan value yang dimiliki produk, yang dinilai klasik serta timeless. Selain itu, kelompok sosial juga menjadi salah satu elemen yang mendorong adanya motivasi pada milenial dalam mengonsumsi heritage luxury brand. Secara umum, motivasi pembelian milenial terhadap heritage luxury brand sebagian besar didorong oleh karakteristik produk itu sendiri.

This research discusses millennials’ consumer attitudes and purchase motivation towards heritage luxury brands by conducting a study on Louis Vuitton. Through a qualitative approach and in-depth interviews with informants who are, as well, consumers of Louis Vuitton, this study explores millennials’ behavior towards heritage luxury brands and the motivation behind their purchase of Louis Vuitton products. The result shows that mostly, the purchase motivation is driven by the product value, especially in terms of quality, durability, and the inheritance value, which describes the sustainability and timelessness of the products. In addition, social group is also one of the elements that motivates millennials to consume heritage luxury brand. In general, millennials take hold of motivation towards heritage luxury brand heritage that mostly relies on the characteristics of the product"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Larasati Dyah Sekaringtyas
"Penelitian ini mengeksplorasi pemaknaan khalayak terhadap produk femvertising dengan mendalami pengalaman perempuan Indonesia berkulit gelap dan berambut keriting terhadap standar kecantikan dominan dan pemaknaannya terhadap iklan #CantikSatukanKita oleh Dove Indonesia. Melalui pendekatan kualitatif dan metode wawancara mendalam, peneliti membahas hubungan antara pemaknaan khalayak terhadap standar kecantikan dominan dengan pembacaannya terhadap produk femvertising #CantikSatukanKita oleh Dove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun khalayak pernah melakukan pembacaan dominan terhadap standar kecantikan, khalayak mendapat kekuatan untuk melawan diskursus utama seiring dengan berjalannya waktu. Setelah mereka melakukan counter-discourse terhadap diskursus utama, khalayak terpapar oleh iklan #CantikSatukanKita. Latar belakang dan pengalaman hidup masing-masing khalayak mendorong khalayak untuk melakukan pembacaan dominan dan negosiasi terhadap produk femvertising Dove.

This research discusses audiences’ reception towards femvertising by exploring the life experiences of dark-skinned and curly-haired Indonesian women regarding the dominant beauty standards and how they perceive the advertisement #CantikSatukanKita by Dove Indonesia. Through qualitative approach and in-depth interview, this study describes the relationship between audiences’ reception towards the dominant beauty standards in Indonesia with their readings toward femvertising #CantikSatukanKita by Dove Indonesia. The result showed that even though audiences performed dominant reading towards the beauty standards, as time went by they started to gain power to counter the discourse. Once they have countered the dominant discourse, then they are exposed to #CantikSatukanKita. Audiences’ background and life experiences shaped them into performing dominant and negotiated reading to Dove Indonesia’s #CantikSatukanKita."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Kurnia Widyasari
"Penelitian ini membahas sikap konsumen milenial terhadap heritage luxury brand dan motivasi pembelian konsumen terhadap heritage luxury brand, dengan melakukan studi pada merek Louis Vuitton. Melalui pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam dengan informan yang merupakan milenial sekaligus konsumen dari merek Louis Vuitton, peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana sikap milenial terhadap heritage luxury brand dan bagaimana motivasi pembelian yang dimiliki milenial dalam mengonsumsi produk Louis Vuitton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, motivasi pembelian milenial terhadap produk heritage luxury brand didasari oleh karakteristik dari produk atau merek, terutama dari segi kualitas, ketahanan, dan value yang dimiliki produk, yang dinilai klasik serta timeless. Selain itu, kelompok sosial juga menjadi salah satu elemen yang mendorong adanya motivasi pada milenial dalam mengonsumsi heritage luxury brand. Secara umum, motivasi pembelian milenial terhadap heritage luxury brand sebagian besar didorong oleh karakteristik produk itu sendiri.

This research discusses millennials’ consumer attitudes and purchase motivation towards heritage luxury brands by conducting a study on Louis Vuitton. Through a qualitative approach and in-depth interviews with informants who are, as well, consumers of Louis Vuitton, this study explores millennials’ behavior towards heritage luxury brands and the motivation behind their purchase of Louis Vuitton products. The result shows that mostly, the purchase motivation is driven by the product value, especially in terms of quality, durability, and the inheritance value, which describes the sustainability and timelessness of the products. In addition, social group is also one of the elements that motivates millennials to consume heritage luxury brand. In general, millennials take hold of motivation towards heritage luxury brand heritage that mostly relies on the characteristics of the product.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmalana
"Perilaku pembelian-terencana yang dilakukan oleh konsumen online kini mulai bergeser pada perilaku pembelian tidak-terencana seperti impulse buying. Fenomena ini terjadi pada transaksi C2C commerce, sekalipun pemasar tidak memiliki kontrol yang besar seperti layaknya di B2C commerce. Penelitian ini bertujuan untuk memahami motivasi yang mendasari konsumen online dalam melakukan pembelian impulsif pada transaksi C2C commerce seperti yang diterapkan di FJB Kaskus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode in-depth interview untuk memperoleh gambaran mendalam dan menyeluruh mengenai motivasi konsumen online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi pembelian dilatarbelakangi oleh kebutuhan hedonistik dan interaksi sosial yang terjalin di Kaskus yang merupakan komunitas virtual.

Planned-buying behavior by online consumers are now starting to shifted to unplanned-buying behavior such as impulse buying. This phenomenon occurs in the transaction of C2C commerce, though marketers have less-control rather than in B2C commerce. This research aims to understand underlying motivations of online consumers' in doing an impulse buying in C2C commerce's transaction as applied in FJB Kaskus. This research uses qualitative approach with in-depth interview method to obtain an in-depth and thorough overview of the motivation of online consumers. The results showed that impulse buying's motivation is effected by hedonist needs and social interaction that are intertwined in Kaskus as a virtual community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library