Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahayu Iskandar
"ABSTRAK
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan di RSUD Tasikmalaya tahun 2006 adalah 65% dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 pasien di 3 ruang rawat inap RSUD Tasikmalaya didapatkan pernyataan perawat yang judes dan galak. Hal ini merupakan bentuk dari ketidakpuasan pasien terhadap layanan yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh pelatihan komunikasi terapeutik pada perawat terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap dewasa RSUD Tasikmalaya” dengan tujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pelatihan komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre and post test with control group. Populasi penelitian ini adalah 171 pasien dengan besar sampel 110 pada 4 ruang rawat inap dewasa. Untuk kelompok intervensi, perawat yang memberikan layanan perawatan diberikan pelatihan komunikasi terapeutik. Hasil penelitian didapatkan peningkatan kepuasan pasien yang bermakna terhadap kenyataan layanan yang diterima dengan pemenuhan harapan pasien terhadap layanan dari perawat yang dilatih komunikasi terapeutik. Karakteristik pasien yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah pendidikan terakhir pasien dan persepsi terhadap sakit. Sedangkan karakteristik keluarga yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah kelas perawatan yang dipilih. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepuasan pasien akan meningkat sesudah perawat dilatih komunikasi terapeutik. Kepuasan pasien pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kepuasan pasien pada kelompok kontrol. Dari penelitian ini disarankan agar pelatihan komunikasi terapeutik dilaksanakan secara berkesinambungan dan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menggunakan dimensi yang lain dari kepuasan.

ABSTRACT
Patient satisfaction level of service at RSUD Tasikmalaya in 2006 was 65% of interview result which has been done by researcher to 10 patients at 3 adult inpatient rooms of RSUD in Tasikmalaya, there were not familiar and fearful statements of nurses. These statements were not satisfaction form of patient to service which has given by nurse. Based on the mentioned above, researcher interests of studying ”Effect of nurse therapeutic communication training on patient satisfaction who is taken care at Adult Inpatient Room of RSUD in Tasikmalaya" by purposing to know effect of nurse therapeutic communication training on patient satisfaction who is taken care at Adult Inpatient Room of RSUD in Tasikmalaya. This research was a quasi experiment by pre and post test with control group. These research populations were 171 patients with 110 samples at 4 adult inpatient rooms. Nurse who gave nursing service was given therapeutic communication training on intervention group. Research result indicated that there was increasing of patient satisfaction significantly to service reality which was received by accomplishment of patient hope to service nurse who was trained by therapeutic communication. Patient characteristic which effected of patient satisfaction consist of last education of patient and patient perception of pain. Family characteristic which effected patient satisfaction was nursing class which they chose. This research concluded that patient satisfaction will increase after nurse was trained by therapeutic communication. Patient satisfaction on intervention group was higher than patient satisfaction on control group. From this research, it was suggested that therapeutic communication training has been done continually and it was studied factors which patient satisfaction from the other dimension of patient satisfation."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nindy Atika Rahayu
"ABSTRAK
Ansietas atau kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang samar-samar yang disertai dengan respons otonom terhadap ancaman atau bahaya. Ansietas merupakan respons normal terhadap stresor. Namun, apabila ansietas sudah mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya, maka dapat dikatakan ansietas tersebut abnormal atau patologis. Ansietas yang tidak ditangani dapat menyebabkan depresi, dan bahkan dalam sebagian kasus berakhir pada bunuh diri. Teknik relaksasi napas dalam dan aromaterapi merupakan intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi ansietas. Teknik relaksasi napas dalam merupakan teknik relaksasi yang dilakukan dengan menahan inspirasi secara maksimal dan menghembuskan napas secara perlahan. Aromaterapi merupakan terapi relaksasi yang berupa pemberian essential oil melalui inhalasi, pemijatan, salep topikal atau lotion,douches, atau kompres dengan tujuan meningkatkan relaksasi dan kenyamanan. Penulisan ini bertujuan untuk menguraikan dan menganalisis asuhan keperawatan psikososial pada klien ansietas melalui pendekatan teknik relaksasi napas dalam dan aromaterapi. Berdasarkan hasil analisis penulis, teknik relaksasi napas dalam dan aromaterapi terbukti efektif dalam menurunkan ansietas. Karya akhir ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukkan dan arahan pada perawat dalam menangani klien dengan ansietas, khususnya pada penerapan teknik relaksasi napas dalam dan aromaterapi.

ABSTRACT
Anxiety is a vague feeling of discomfort or fear accompanied by an autonomous response to threats or dangers. Anxiety is a normal response to stressors. However, if the anxiety has disrupted social life, work, or other important function areas, then it can be said that the anxiety is abnormal or pathological. Untreated anxiety can cause depression, and even in some cases end in suicide. Deep breathing relaxation technique and aromatherapy are two of the many interventions that can be used to treat anxiety. Deep breath relaxation technique is a relaxation technique that is done by holding inspiration to the maximum and exhaling slowly. Aromatherapy is a relaxation therapy in the form of giving essential oils through inhalation, massage, topical ointments or lotions, douches, or through compresses with the aim of increasing relaxation and comfort. This writing aims to describe the psychosocial nursing care for anxiety client through the deep breathing relaxation technique and aromatherapy approaches. Based on the author's analysis, deep breathing relaxation technique and aromatherapy have proven to be effective in reducing anxiety. This final scientific work is expected to provide advice and direction to nurses in dealing with clients with anxiety, especially in the application of deep breathing relaxation technique and aromatherapy.
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Oktarina
"Manusia melakukan atau berbuat sesuatu pada dasamya didorong oleh suatu faktor penggerak yang disebut motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa 52% pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta memiliki motivasi sembuh yang tinggi. Hal tersebut memberi gambaran bahwa pasien NAPZA memiliki dorongan untuk sembuh dari ketergantungan obat, baik dorongan di luar maupun dari dalam individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi sembuh pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan populasi sampel 25 orang pasien rehabilitasi rawat inap di RSKO Jakarta. Data diolah dengan analisis univariat dan ditata dalam bentuk tabel distribusi proporsi. Penelitian ini juga mengidentifikasi motivasi sembuh responden berdasarkan aspek keyakinan, lingkungan, pengaruh orang lain dan penghargaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan yang dapat memotivasi pasien dengan mengembangkan komunikasi terapeutik yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5567
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gusma Dewi
"Masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dimana keingintahuan mengeksplore bagian tubuhnya meningkat. Tidak mengherankan bahwa pada masa remaja, seseorang dapat melakukan masturbasi. Pengetahuan masturbasi biasanya bisa diperoleh dari media elektronik maupun media cetak. Selain itu dapat juga diperoIeh dari teman sebaya (peer group).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterkaitan peer group dengan tingkat pengetahuan masturbasi pada remaja di SMK Mandiri Depok tahun 2010. Desain penelitian dengan menggunakan uji chi square. Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 85 orang dengan kriteria responden laki-laki, usia 14-18 tahun, mempunyai peer group, bersekolah di SMK Mandiri Depok.
Hasil penelitian mengenai distribusi tingkat pengetahuan didapat sebanyak 49 orang (57,6%) penegtahuan rendah. Sedangkan keterikatan peer group pada siswa SMK Mandiri sebanyak 53 orang (62%) dengan keterikatan dengan peer group rendah. Peran peer group pada remaja di SMK Mandiri sebanyak 60 orang (70,6%) menunjukkan peran peer group rendah terhadap pengetahuan masturbasi. Sedangkan analisis berdasarkan frekuensi bertemu peer group sebanyak 53 orang (62,4 %) memiliki frekuensi rendah bertemu dengan peer group. Pada anatisis usia responden didapatkan rata- rata usia 16.36 tahun (95% CI: 16,15- 16,57) dengan standar deviasi 0,949. Sedangkan analisis untuk jumlah ternan dekat didapatkan rata-rata siswa SMK Mandiri memiliki 9.53 orang teman dekat ( 95% Cl: 7,85- 11,12) dengan standar deviasi 7,805.
Hasil penelitian analisis p value sebesar 0.033 dengan alpha = 0,05 artinya terdapat hubungan antara keterkaitan peer group dengan Tingkat pengetahuan Remaja tentang Masturbasi pada siswa SMK Mandiri Depok. sedangkan huungan peran peer group dengan tingkat pengetahuan masturbasi didapat p value= 0,680 dengan alpha 0,05, artinya tidak terdapat hubungan antar keduanya. Analisis hubungan frekuensi bertemu dengan peer group dengan tingkat pengetahuan didapat p value 0,003 dengan alpha 0,05 artinya ada hubungan antara frekuensi berternu dengan tingkat pengetahuan masturbasi. Distribusi rata-rata usia teman dekat menurut keterkaitan peer group, hasil uji didapatkan p value 0,323 dengan alpha 0,05 terlihat tidak ada hubungan yang signifikan. Sedangkan rata- rata jumlah teman dekat menurut keterkaitan peer group, basil uji yang didapat p value 0,136 ( alpha 0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variable tersebut.

Adolescence is a time for identity, which explored his body increased curiosity. No wonder that in adolescence, a person can masturbate. Knowledge masturbation can usually be obtained from electronic media and print media. Moreover, it can also be obtained from peers (peer group).
This study aims to determine linkage relationships with the level of knowledge peer group masturbation among adolescents in vocational Mandiri Depok 2010. Design research by using chi square test. Data analysis was performed with univariate and bivariate. The samples used for as many as 85 people by the criteria of male respondents, aged 14-18 years, has peer group, schooling at SMK Depok.
Independent result research on the distribution of the level of knowledge gained as many as 49 people (57.6%) low knowledge. While peer group attachment on SMK Mandiri students 53 people (62%) with attachment to peer group rendah. Peran in adolescent peer group in as many as 60 people SMK Mandiri (70.6%) showed low peer group role of masturbation knowledge. While the analysis based on the frequency of peer group to meet as many as 53 people (62.4%) had a lower frequency to meet with peer group. Pada respondents age analysis showed the average age of 16:36 years (95% CI: 16.15 to 16.57) with a standard deviation of 0.949. While the analysis for the number of close friends got an average of vocational students have a 9:53 Mandiri close friends (95% CI: 7.85 to 11.12) with a standard deviation of 7.805.
The results of analysis for 0033 with a p value of alpha = 0.05 means there is a relation between the level of linkage peer group know/edge about Masturbation Teen Mandiri Depok on vocational students. Relations role of the peer group while the level of knowledge gained masturbation p value = 0.680 with an alpha of 0.05, meaning there was no correlation between the two. Analysis of the frequency relationship with a peer group met with the level of knowledge gained by alpha 0.003 p value 0.05 means that there is a correlation between the frequency of masturbation met with the level of knowledge. The average age distribution of close friends menutur linkage peer group, test results obtained with p value 0.323 0.05 alpha seen no significant relationship. While the average number of close friends by linkage peer group, test results obtained p value of 0.136 (alpha 0.05), meaning that no significant relationship between these two variables.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5940
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati
"Lansia dalam tugas perkembangan mengalami banyak perubahan (ekonomi, perumahan, sosial, pekerjaan dan kesehatan), yang dapat menjadi stressor bagi lansia. Oleh karena itu, dukungan keluarga sangatlah diperlukan, tak terkecuali untuk lansia di PSTW. Jika tidak, akan menambah stressor lansia. Penelitian ini bertujuan mengidentitikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia di PSTW Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan Cibubur Jak-Tim.
Desain penelitian menggunakan desktiptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, melibatkan 41 responden dengan kriteria berumur 60 tahun keatas, tinggal di PSTW Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan Cibubur Jak-Tim minimal 2 minggu, keadaan sadar, tidak sakit/gangguan ingatan/jiwa, dan memiliki keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan 22 Iansia (53,7%) mendapatkan dukungan keluarga rendah dan 22 lansia (53,7%) mengalami tingkat stres rendah. Tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia di PSTW Yayasan Karya Bakti Ria Pernbangunan Cibubur Jak-Tim (pvalue=0,412; or,=0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor seperti karakteristik lansia, tingkat stresor, persepsi, jurnlah stresor, lama paparan stresor, pengalaman terhadap stres sebelumnya dan koping lansia.

Elderly in task of growth underwent many alteration (economic, house, social, job, health), that could be stressor for them. Because of that, family support is very important, included elderly in nursing home. If it doesn’t happen, it will increase elderly stressor. The purpose of this study was to identity relationship family support with Stress level in elderly at Nursing Home Katya Bakti RIA Pembangunaxfs Institution Cibubur East Jakarta.
The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The sampling method used simple random sampling, involved 41 respondents, with criteria more 60 old age, no ill/lost of memoryfmad, and have family.
The result showed that 22 elderly (53,7%) got low of family support and 22 elderly (53,7%) have low stress level. There’s no significant relationship between family support with the stress level in the elderly at Nursing Home Karya Balcti RIA Pembangunan’s Institution Cibubur East Jakarta (p value = 0,412; alpha=0,05). It can be happen because of many factors such as characteristics of elderly, stressor level, perception, quantity of stressor, long term stressor, last experience of stress and elderly coping.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5670
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Purbawa Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbandingan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD yang memiliki UKS dengan siswa SD yang tidak memiliki UKS. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang diambil secara cluster. Studi dilakukan di SD yang memiliki dan yang tidak memiiiki UKS. Hasil Studi menunjukkan tidak adanya perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD yang memiliki dengan siswa SD yang tidak memiliki UKS. Penelitian ini sangat menyarankan agar pelaksanaan UKS lebih dioptimalkan. Pembinaan UKS oleh pihak terkait diharapkan tidak hanya pada sekolah berstatus negeri, melainkan diperluas ke sekolah-sekolah dengan status swata."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5891
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nugi Safira
"Semakin banyaknya penderita myopia, sehingga alat bantu penglihatan pun semakin banyak digunakan. Penggunaan kacamata dan lensa kontak dapat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi perbedaan harga diri pada penderita myopia yang menggunakan kacamata dan lensa kontak. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Sampel diambil pada mahasiswa Universitas Indonesia yang menderita myopia. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Metode pengumpulan data menggunakan stratified random sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33 orang (51,6%) pengguna lensa kontak memiliki harga diri yang tinggi dan 31 orang (48,4%) memiliki harga diri rendah. Sedangkan 31 orang (48,4%) pengguna kacamata memiliki harga diri tinggi dan 33 orang (51,6%) memiliki harga diri rendah. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah responden yang menggunakan lensa kontak memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan kacamata. Dari hasil penelitian, peneliti menyarankan sebelum memilih menggunakan kacamata ataupun lensa kontak, sebaiknya penderita myopi mengkaji terlebih dahulu alat bantu yang mana yang sesuai dengan karakter penderita myopi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5563
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Evi Christina Boru
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat pada pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan potong lintang/ cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara motivasi perawat secara keseluruhan dan motivasi ekstrinsik dengan penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat pada pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Pihak manajemen rumah sakit dan bidang keperawatan perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan motivasi perawat dengan mengadakan supervisi, menerapkan sistem reward and punishment untuk meningkatkan motinasi ekstrinsik dan evaluasi perindividu perawat untuk meningkatkan motivasi intrinsik.

This study aims to identify the relationship between motivation and application of therapeutic communication by nurses on patients in Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta mental hospital. This study used descriptive correlative with cross-sectional design. The results showed there was a relationship between overall motivation of nurses and extrinsic motivation with the application of therapeutic communication by nurses on patients in Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta mental hospital. The hospital management and nursing division need to develop policies to improve the motivation of nurses by supervision, to implement the reward and punishment system to increase extrinsic motivation, and individual evaluation among nurses to increase intrinsic motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S1654
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasmila Sari
"ABSTRAK
Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki
seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah
ataupun di hutan. Bireuen menempati urutan pertama untuk kasus pasung terbanyak di
Aceh. Keluarga dengan klien gangguan jiwa yang dipasung seringkali merasakan beban
yang berkaitan dengan perawatan klien. Alasan keluarga melakukan pemasungan adalah
mencegah prilaku kekerasan, mencegah risiko bunuh diri, mencegah klien meninggalkan
rumah dan ketidakmampuan keluarga merawat klien gangguan jiwa. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh FPE terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat
klien pasung dan mengetahui tingkat kemandirian klien pasung dalam perawatan diri
setelah mendapatkan asuhan keperawatan defisit perawatan diri. Desain penelitian quasi
eksperiment dengan pendekatan pre post test without control group. Penelitian dilakukan
di 8 Puskesmas di Kabupaten Bireuen menggunakan total sampling yaitu 20 keluarga yang
terdiri dari 11 keluarga dengan klien pasung dan 9 keluarga dengan klien lepas pasung.
Family Psychoeducation (FPE) merupakan sebuah metode terapi keluarga yang
dikembangkan oleh NAMI (National Alliance for Mentally Ill) untuk memberikan
dukungan kepada keluarga. FPE dilakukan melalui 5 sesi dan asuhan keperawatan defisit
perawatan diri sebanyak 4 sesi. Hasil uji statistik dependen t-Test menunjukkan penurunan
beban keluarga dan peningkatan kemampuan keluarga secara bermakna setelah mendapat
FPE. Aspek kemandirian klien (aktivitas harian, aktivitas sosial, cara mengatasi masalah
dan pengobatan) dalam perawatan diri meningkat secara bermakna setelah mendapat
intervensi defisit perawatan diri. Diharapkan penerapan FPE pada keluarga dengan pasung
dapat dilakukan di pelayanan kesehatan jiwa Puskesmas sehingga pada akhirnya dapat
tercapai ‘Aceh Bebas Pasung’.

ABSTRACT
Pasung represent an action which installing a log wood at hand or feet, bound or enchained
is then detached at one particular separate place within doors and or in the forest. Bireuen
has the most pasung cases number in Aceh. Usually a lot of problems, subjective or
objective burden related to client treatment got by family. The reasons given for pasung
were often multiple, including violence, concern about the person wandering off or running
away and coming to harm, concern about possibility of suicide, and the unavailability of a
caregiver. Family Psychoeducation is a therapy method developed by NAMI (National
Alliance for Mentally Ill) to give fully support to the family. The aim of this research is to
find out the FPE influence towards burden and family ability in taking care of pasung
client. Also expand the research about client independence after getting deficit self care
treatment. This quasi experiment did with pre post test without control group. The samples
was taken to 20 families (11 families of client pasung and 9 families of ex client pasung)
spread in 8 Puskesmas of Bireuen District with total sampling method. FPE conduct in 5
sesion and 4 sesion for deficit self care treatment. The statistic result of dependent t-Test
showed that there was a significant effect in decreasing the family burden and increasing
the family ability. The aspect of client independence (daily activity, social activity, solved
the problems and medication) in self care also increased significantly after getting
intervention of self care deficit. After all the research result, it’s strongly recommended
especially for Puskesmas should be a facilitating unit in implementing Family
Psychoeducation to families which has pasung client to achieve better life “ Free Aceh
From Pasung”."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T32847
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafidz
"Perawat IGD merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Faktor penyebab perawat IGD stres antara lain kematian pasien, konflik dengan dokter, kurangnya persiapan, masalah dengan sesama profesi, masalah dengan supervisor, beban kerja yang berlebihan, ragu-ragu dalam memberikan treatment, serta masalah yang disebabkan oleh pasien dan keluarganya. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini bertujuan untuk menggambarkan stres kerja perawat di ruang IGD (emergency setting) RSUD Cibinong. Sampel penelitian berjumlah 21 perawat (total sampling). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 61,9% perawat mengalami stres rendah dan 38,1% perawat mengalami stres tinggi.
Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada para perawat IGD agar mampu mengidentifikasi penyebab stres kerja dan mampu meminimalisasi stres kerja.

Emergency Room Nurse is one of the professions that is susceptible to job stress. Factors causing stress among the emergency room nurses were patient's death, conflict with physicians, inadequate preparation, problems with fellow profession, problems with supervisors, workload, uncertainty in giving treatment, and problems caused by patients and their families. This descriptive research designed in cross sectional study that aimed to describe nurse stress in the emergency room (emergency setting) of Cibinong Public Hospital. The sample were 21 nurses (total sampling). The results showed that 61.9% of nurses had lower stress and
38.1% of nurses experiencing high stress.
This study provided recommendations to the emergency room nurses to be able to identify the causes of workplace stress and to minimize the work stress."
2013
S52884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>