Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iven Ganesja
"ABSTRAK
Cekungan Sumatera Selatan merupakan salah satu Cekungan busur belakang (back-arc basin) yang terbentuk akibat proses subduksi antara lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia pada Jaman Pra Tersier hingga Tersier awal (Sarjono dan Sardjito,1989). Formasi AirBenakat yang terdapat pada Cekungan Sumatera Selatan telah terbukti menghasilkan hidrokarbon dan telah dieksplorasi sejak tahun 1979. Target pada Top M, Top N dan Top O merupakan zona prediksi dengan ketebalan 0.69 meter hingga 22.3 meter. Berdasarkan data produksi zona-zona tersebut terbukti terdapat hidrokarbon. Analisa petrofisika dan evaluasi formasi merupakan tahap awal untuk mengkarakterisasi reservoar dengan menganalisa sifat batuan seperti porositas, kandungan lempung, permeabilitas, dan saturasi air. Metode multiatribut seismik merupakan salah satu metode statistika menggunakan lebih dari satu atribut untuk memprediksi beberapa properti fisik dari bumi. Pada analisis ini dicari hubungan antara log dengan data seismik pada lokasi sumur dan menggunakan hubungan tersebut untuk mempredikasi atau mengestimasi volume dari properti log pada semua lokasi pada volum seismik. Inversi sparse-spike digunakan sebagai external attribute, metode neural network digunakan untuk meningkatkan korelasi antara aktual dan log prediksi. Berdasarkan hasil petrofisika porositas pada zona target berkisar 9.6-26% dan reservoar yang berpotensi terdapat gas memiliki saturasi air sebesar 8.9%-39.7, dan reservoar yang berpotensi terdapat oil memiliki saturasi sebesar 40-43%,dengan kandungan lempung sekitar 10.7%-26.9%.

ABSTRACT
South Sumatera Basin is a back-arc basin that was formed by subduction process between Indo-Autralia Plate and Eurasia Plate in Pre-Tersier mass until Early Tersier mass (Sarjono and Sarjito,1989). AirBenakat formation where is located in South Sumatera Basin has been proven that it has produced and it has been producted since 1979. Target zones at Top M, Top N, Top O are prediction zone that have been proven as reservoir zone by production data. Target zones have thickness between 0.69 meter until 22.3 meter. Petrophysical analysis and evaluation formation is first step to characterize reservoir with analyzing rock properties such as porosity, clay volume, permeability, and saturation of water. Multi-attributes seismik is one statistical method that uses more than one attribute to predic earth?s physical properties. In this analysis, we find the the correlation between log data with seismic data in well location, and use this corelation to predict or estimate volume of log property in all seismic volume. Sparse-spike inversion is used as external attribute, neural network method is used to increase corellation between actual and predict log. Based on petrophyscal analysis result, target zones have porosity values 9.6-26% and reservoir that is potential for being gas reservoir have saturation of water values 8.9-39.7% , reservoir that is potential for being oil resevoir have saturation of water values 40-43%, with volume clay values 10.7-26.9%
"
Universitas Indonesia, 2014
S57938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triaji Adi Harsanto
"ABSTRAK
Dalam studi ini, dilakukan identifikasi interkoneksi antar sumur berdasarkan
konsep evaluasi flow unit dan bekerja berdasarkan fungsi bobot dari masing –
masing parameter petrofisika. Terdapat limadata sumur yang mana digunakan
sebagai data utama dalam studi ini. Selain itu juga tersedia data core yang
digunakan sebagai pengontrol dari nilai properti petrofisika yang dihasilkan.
Inversi AI juga tersedia pada penelitian ini sebagai data utama yang digunakan
untuk interpolasi permeabilitas antar sumur. Interpretasi dilakukan pada
penampang seismik composite line dan objek dalam studi ini berupa reservoar
karbonat yang berada pada Formasi Batu Raja, Lapangan X, Jawa Barat Utara.
Studi yang dilakukan meliputi perhitungan nilai properti petrofisika serta analisis
permeabilitas formasi berdasarkan evaluasi flow unit. Hasil pemodelan akan
menunjukkan bahwa sumur yang memiliki koneksi satu sama lain akan berada
pada klaster flow unit 1 dengan rentang permeabilitas 39.24 - 84.06 milidarsi
dengan indikasi aliran fluida yang tinggi.

ABSTRACT
In this study , identification the interconnections between wells based on flow unit
evaluation concept were performed and work on each petrophysical parameter
function. There are five wells data which used as the main data in this study. Core
data is also available as controller of calculated petrophysical property. Acoustic
Impedance Inversion is also available as main data to do the permeability
interpolation between wells. Interpretation performed on a cross section of
seismic composite line and the object in this study is carbonate reservoir located
in North West Java, Baturaja Formation, X Field. Study was conducted on the
petrophysical property and formation permeability analysis based on flow unit
evaluation by FZI calculation from permeability and porosity core which is
derived from conventional core analysis. Modeling result will show that the wellconnected
to each other will be on flow unit 1 cluster with 39.24 – 84.06
millidarcy permeability interval with high fluid flow indicated."
Universitas Indonesia, 2014
S57201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Wolter Juan Arens
"Penelitian ini terletak di lapangan X, tepatnya di Jambi. Reservoar gas pada lapangan ini merupakan bagian dari sub cekungan Jambi, dimana litologinya berupa sandstone pada Formasi Air Benakat. Metoda Atribut Dekomposisi Spektral sangat baik untuk mengidentifikasi lapisan tipis berdasarkan parameter frekuensi. Pada penelitian ini menggunakan CWT (Continuous Wavelet Transform) dengan menggunakan wavelet Mexican Hat sebagai wavelet input. Frekuensi dominan dari reservoar gas ditunjukan pada 30 Hz. Metode lain yang digunakan adalah Spectral Ratio yang berfungsi untuk menghitung besar Q Factor. Berdasarkan hasil perhitungan, analisis nilai Q Factor menunjukan nilai yang kecil yaitu 140,75 , pada zona M, 184,89 pada zona N, dan 89,10 pada zona O relatif terhadap zona referensi. Nilai Q Factor yang kecil pada zona reservoar menunjukan koefisien atenuasi yang besar.

This research is located in Field X, the South side of Sumatra. Gas Reservoirs in the field were formed at Air Benakat Formation. The spectral decomposition method is very good tool to identify the thin layers based on frequency parameters. In this research, the author using CWT (Continuous Wavelet Transform) with respect to Mexican Hat wavelet type as wavelet. From gas reservoir, it was found the frequency dominant around 30 Hz. Spectral Ratio method is used to estimate Q Factor value. Based on calculation, Q Factor values is 140,75 for M zone, 184,89 for N zone, and 89,10 for O zone, relative to reference zone. Q factor that is small in reservoir, represent a large attenuation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Lail Mukarom
"

Cekungan Kutai merupakan cekungan terluas di Indonesia. Secara fisiografis, terdapat 3 zona berorientasi utara ke selatan yang membagi Cekungan Kutai pada bagian barat hingga timur. Penelitian biostratigrafi terhadap sedimen berumur tersier di cekungan Kutai penting untuk dilakukan karena dapat meningkatkan akurasi pembatasan umur relatif bagi masing-masing satuan batuan dan peristiwa-peristiwa penting seperti sejarah pembentukan cekungan Kutai. Penelitian terdahulu mengenai sedimen Tersier yang lebih tua daripada Miosen Tengah masih sangat sedikit, terutama penelitian mengenai stratigrafi khususnya biostratigrafi yang dinilai sangat penting. Maka dari itu penelitian ini akan membahas biostratigrafi cekungan Kutai yang berada di pulau Kalimantan bagian Timur dan berumur lebih tua daripada Miosen Tengah, tepatnya pada umur Eosen Akhir hingga Oligosen. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kandungan fosil foraminifera yang terdapat pada perconto batuan sedimen dari sumur pengeboran ILM untuk mengetahui zonasi umur, persebaran fosil, dan lingkungan pengendapan batuan yang terdapat dalam sumur pengeboran tersebut. Analisis fosil foraminifera juga akan dilengkapi oleh data fosil nanoplankton sebagai data pelengkap yang dapat meningkatkan ketelitian dari studi biostratigrafi yang dilakukan.


Kutai Basin is the largest sedimentary basin in Indonesia. Physiographically, there are three zones with N-S orientation that divide Kutai Basin from the west side until the east side. Researches related to biostratigraphy of tertiary Kutai basin is important to do because it can enhance the accuracy of age determination within sediment layers and it can help reconstruct the history of Kutai Basin. Previous researches related to biostratigraphy in tertiary Kutai Basin which is older than Middle Miocene is very limited, so the goal of this research is to explain the biostratigraphy of Kutai Basin older than Middle Miocene, from Late Eocene to Oligocene to be exact. This research will be based on foramifera fossils contained in sedimentary rocks of ILM drilling well to explain age zonation, fossil distribution, and sediment depositional environment of the drilling well. Foraminifera fossil analysis will also be complemented with nannoplankton fossil as the secondary data to increase the accuracy of this biostratigraphy research.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library