Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Pataprilia
"Sistem Pemasyarakatan berasumsi bahwa WBP bukan saja obyek melainkan subyek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktuwaktu dapat melakukan kesalahan dan kekhilafan yang dapat dikenakan pidana sehingga tidak harus diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan WBP berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lain yang dapat dikenakan pidana. Oleh sebab itu eksistensi pemidanaan diartikan sebagai upaya untuk menyadarkan WBP agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial dan keagamaan sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai.
Di samping itu, sistem pemasyarakatan juga berasumsi bahwa pada hakekatnya perbuatan melanggar hukum oleh WBP adalah cerminan adanya keretakan hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan antara yang bersangkutan dengan masyarakat sekitarnya.
Hal ini berarti bahwa penyebab terjadinya perbuatan melanggar hukum bertumpu dan diakibatkan oleh "kegagalan" yang bersangkutan dengan ketiga aspek tersebut. Aspek hidup diartikan sebagai hubungan manusia dengan penciptaNya. Aspek kehidupan diartikan sebagai hubungan antara sesama manusia. Sedangkan aspek penghidupan diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya (yang dimanifestasikan sebagai hubungan manusia dengan pekerjaannya). Oleh sebab itu, tujuan dari sistem pemasyarakatan adalah pemulihan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan antara WBP dengan masyarakatnya (Sujatno, 2003).
Untuk mencapai tujuan dimaksud, sistem pemasyarakatan mengenal adanya dua jenis program pembinaan dan pembimbingan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar WBP menjadi manusia seutuhnya, bertakwa dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sedangkan pembinaan kemandirian diarahkan kepada pembinaan bakat dan ketrampilan agar WBP dapat kembali berperan aktif sebagai anggota masyarakat yang baik dan bertanggung jawab (Sujatno, 2004).
Pembinaan kepribadian meliputi :
a. Pembinaan kesadaran beragama.
b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara.
c. Pembinaan kemampuan intelektual.
d. Pembinaan kesadaran hukum
e. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat.
Sedangkan pembinaan kemandirian diberikan melalui program-program:
a. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri.
b. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil.
c. Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing.
d. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian.
Namun, beberapa program pembinaan tadi belum terlaksana/berjalan sesuai dengan tujuan pemasyarakatan karena berbagai faktor. Dalam pelaksanaannya, banyak narapidana yang belum tersentuh program pembinaan tersebut dan andaikan tersentuh pembinaan kepribadian seperti pembinaan rohani sifatnya massal seperti ceramah yang kurang efektif.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi permasalahan yang terdapat pada program kepribadian. Menurut penulis, di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) perlu adanya program pembinaan kepribadian yang bersifat individual karena mengingat latar belakang dan permasalahan yang dihadapi oleh para narapidana tersebut tidaklah sama. Salah satu program yang dapat dijadikan program pembinaan kepribadian adalah Program Self Control.
Menurut Shapiro (dalam Franken, 2003)), pengendalian diri (self control) penting untuk kesehatan fisik dan mental. Kehilangan kendali dihubungkan dengan timbulnya berbagai gangguan, seperti stress, depresi, kecemasan, mengkonsumsi obat-obatan sampai kecanduan obat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aribowo Abdurrahman
"Jl. Kali Besar Barat dan Timur merupakan cikal bakal perkembangan kota Jakarta ke arah Selatan yang dimulai sejak Abad ke 15. Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta menetapkan daerah ini termasuk ke dalam Kawasan Wisata Budaya dan Sejarah karena memiliki ciri khusus berupa deretan bangunan tua dan plaza Iinier kota berupa arkade dan trotoar. Untuk itu akan dilaksanakan progam revitalisasi di daerah ini dengan meningkatkan kualitas ruang Iuar (open space) dan menghidupkan suasana kota di malam hari. Program ini melibatkan penghuni lahan dan masyarakat setempat dalam bentuk Public Private Partnership. Menurut Canter, keterlibatan ini akan efektif bila masyarakat diminta pendapatnya berupa persepsi dan preferensi yang obyektif dalam menentukan alternatif manajemen, perencanaan dan penilaian terhadap pembangunan tersebut. Untuk itu digunakan kuesioner user survey yang merupakan langkah efektif untuk mendapatkan gambaran sikap terhadap revitalisasi berupa sikap terhadap kualitas ruang luar dan preferensi terhadap peningkatan kualitas ruang luar. Skala yang dikembangkan terdiri dari aspek-aspek architectural features yang menjadi obyek program revitalisasi, yaitu aspek arkade/trotoar, bangunan bersejarah, tepi kali, jalan/lalulintas dan utilitas. Menurut Gifford, pengamat (dalam penelitian ini ialah penghuni atau user) dapat menilai arsitektur pada sejumlah kota tidak saja menilai kualitas, tapi juga melakukan preferensi terhadap bentuk-bentuk arsitektural. Hasilnya berupa gambaran respon subyek penelitian terhadap kondisi kualitas ruang luar dan preferensi tindakan yang diharapkan dari pelaksana program revitalisasi di JI. Kali Besar Barat dan Timur. Metode analisis deskriptif ini dipilih karena menurut Canter tidak ada penelitian atau studi (pendekatan psikologi) yang memberikan gambaran secara deskriptif yang dapat langsung memberikan rekomendasi desain spesifik yang diinginkan dari responden. Penggunaan user survey berupa kuesioner ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi pemda DKI Jakarta dalam merumuskan model pembangunan yang mengikutkan partisipasi masyarakat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilia Tri Rahayu Setyaningrum
"Praduga mempakan dugaan awal terhadap seseorang atau sesuatu, baik yang bersifat positif, maupun negatif. Praduga yang bersifat negatif biasanya disebut prasangka atau prejudice. Praduga dapat terjadi pada siapa saja, dalam skripsi ini penulis membahas praduga petugas polisi, khususnya pemeriksa tersangka dalam proses pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Polri. Penelitian ini mengangkat masalah bagaimana dan mengapa praduga tersebut dapat terjadi di kalangan pemeriksa.
Untuk itu, penelitian berfokus pada pemeriksa tersangka yang telah berpengalaman menangani kasus kejahatan yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya, dengan harapan dapat diperolah gambaran mengenai proses yang terjadi sebelum dan ketika pemeriksaan dilakukan. Tujuannya untuk memperoleh gambaran tentang proses praduga, dengan demikian dapat diketahui secara jelas penyebab praduga di kalangan pemeriksa BAP. Pemeriksa di Polda Metro Jaya merupakan subyek yang tepat untuk diambil datanya sebab di sana merupakan pusat pemeriksaan segala kasus, termasuk kasus yang tidak dapat ditangani oleh Polres atau Polsek.
Dalam penelitian ini dipilih pendekatan kualitatif, agar gambaran dan dinamika serta proses yang diceritakan subyek terlihat jelas dan unik sehingga dapat dipahami Iebih baik, sesuai makna yang diberikan dari sudut pandang individu yang bersangkutan. Dapat dikatakan pula bahwa penelitian ini bersifat deskriptif, karena berusaha menggambarkan gejala, keadaan, dan proses yang terjadi pada diri individu. Data untuk penelitian ini didapat dari wawancara mendalam terhadap beberapa pemeriksa tersangka di Polda Metro Jaya. Wawancara dilakukan di rumah kediaman mereka.
Pembahasan dimuiai dengan pemberian contoh praduga positif dan negatif pada pemeriksaan terhadap tersangka. Selanjutnya pembahasan kasus yang dialami subyek pertama. Bagian kedua membahas kasus subyek kedua. Kedua bagian tersebut membahas 4 proses yang masing-masing adalah: Pengaruh kontekstual, impression formation, attribution, dan faktor penyebab praduga pada setiap subyek. Bagian ketiga, berisi pembahasan antar subyek yang membandingkan antara hasil yang diperoleh pada subyek 1 dan 2. Bagian keempat merupakan rangkuman pembahasan, berisi proses-proses kognisi sosial yang terjadi sehingga menghasilkan praduga, baik positif maupun negatif. Proses-proses tersebut antara Iain schema dan prototypes, heuristic, dan automatic vigilance.
Penelitian ini menemukan bahwa praduga terjadi karena manusia memiliki proses berpikir yang dilandasi oleh berbagai faktor, antara lain pengaruh kontekstual yang termasuk di dalamnya kehidupan masa lalu, pembentukan impresi saat pertama kali pemeriksa bertemu tersangka dan proses selama pemeriksaan, atribusi yang merupakan sikap pemeriksa untuk dapat mengerti penyebab sikap dari tersangka, dan faktor penyebab praduga Iain seperti stereotypes, Iingkungan kerja, desakan tugas dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut melandasi proses terjadinya praduga yang dapat diterangkan melalui proses skema dan prototip dimana telah terbentuk suatu framework dalam kognisi pemeriksa saat bertemu tersangka, proses heuristik yaitu jalan pintas yang diambil dalam praduga negatif atau positif, proses yang menimbulkan kesalahan kognisi seseorang yang disebut automatic vigilance dimana seseorang lebih memperhatikan informasi negatif dari tersangka dibanding informasi lainnya sehingga mengakibatkan kesalahan dalam menarik kesimpulan, dan faktor afektif yang dapat mempengaruhi praduga pemeriksa terhadap tersangka.
Praduga yang terjadi pada tersangka tidak selamanya merupakan hal yang buruk, karena berguna agar proses pemeriksaan berjalan Iebih lancar tanpa mengesampingkan asas praduga tidak bersalah. Tentunya harus terdapat toleransi pada diri masing-masing pemeriksa agar praduga yang terjadi tetap pada batas-batas yang diperkenankan. Semoga skripsi ini berguna."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Deddy
"Seringkali dijumpai berbagai sarana fisik yang tidak digunakan sebagaimana
rencana pembangunannya. Tangga penyeberangan dijadikan tempat berjualan,
trotoar pejalan kaki dijadikan tempat parkir kendaraan dan jalan bagi pengendara
motor, serta berbagai sarana fisik lainnya termasuk pula yang ada di terminal bus
Blok M. Beberapa sarana, seperti tangga turun yang menurut rancangan
pembangunan hanya digunakan untuk turun penumpang dari trotoar kedatangan
menuju lobi dalam kenyataan justru disalahgunakan oleh beberapa penumpang.
Mereka menggunakannya juga untuk naik sehingga trotoar kedatangan yang
tadinya hanya berfungsi sebagai tempat bus menurunkan penumpang digunakan
juga sebagai tempat menaikkan penumpang. Padahal tempat untuk naik bus telah
disediakan terpisah yakni di trotoar keberangkatan yang dapat dicapai melalui
tangga naik jalur yang ada di dalam lobi. Perbedaan antara perancang bangunan
dengan pengguna bangunan terhadap pemanfaatan sarana yang ada dapat terjadi
karena adanya perbedaan persepsi.
Persepsi seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya oleh nilai yang dianut orang tersebut (Robbins, 1983; Gifford,
1997). Nilai terbentuk sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan budayanya. Nilai-nilai yang dianut kemudian membentuk
suatu sistem nilai yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Menurut Rokeach
(1973), nilai instrumental dan nilai terminal digunakan dalam menentukan pilihan
terhadap suatu hal yang dianggap oleh seseorang lebih baik dari hal lainnya. Nilai
selanjutnya akan mengarahkan orang tersebut mencapai hal yang diinginkannya
dengan cara melakukan tingkah laku tertentu. Nilai-nilai yang dianut oleh
penumpang bus akan mengarahkan mereka pada penggunaan berbagai fasilitas
terminal yang ada sesuai dengan apa yang mereka anggap paling baik bagi dirinya
masing-masing, termasuk dalam menggunakan tangga naik jalur.
Gibson (dalam Bell et.al, 1996) rnengemukakan bahwa persepsi individu
terhadap suatu obyek terkait dengan setting lingkungan dimana obyek tersebut
ditempatkan. Setting lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
Lingkungan sosial diantaranya meliputi tingkat pengenalan individu terhadap orang-orang disekelilingnya, kesesakan, dan kepadatan. Sedangkan lingkungan
fisik diantaranya seperti suhu ruangan, pencahayaan ruangan, pewarnaan ruangan,
iklim, tata letak perabotan, dan keadaan geografis. Tujuan memahami persepsi
individu terhadap obyek dalam setting lingkungan tertentu menurut Barker (dalam
Stokols & Altman, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995) adalah untuk menciptakan
keselarasan antara individu dengan lingkungan dimana individu tersebut berada.
Dalam konteks penelitian ini adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan fisik
Iobi dan terminal yang sesuai dengan keinginan penumpang sebagai penggunanya.
Subyek penelitian adalah penumpang bus yang berdasarkan jenis pekerjaan,
menuntut aktivitas rutin (lima hingga enam hari perminggu). Rutinnya mereka
melakukan aktivitas membuat mereka menggunakan tangga naik yang ada di lobi
sebagai sarana naik bus dalarn menunjang kelancaran mereka beraktivitas.
Alat pengumpul data penelitian terdiri dari dua bagian, yakni Rokeach Value
Survey dimana subyek diminta untuk meranking nilai-nilai berdasarkan
keinginannya sendiri dan skala berbentuk semantik diferensial yang memuat tiga
faktor yakni aktivitas, potensi dan evaluasi, Skor-skor yang diperoleh kemudian
diolah dengan Spearman's rho untuk melihat hubungan antara sistem nilai dengan
persepsi melalui bantuan komputer menggunakan program SPSS PC+ versi 9.0.
Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa nilai instrumental tidak
mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat 0,05 dengan persepsi ketiga
faktor pada skala semantik, sedangan pada nilai terminal menunjukkan hasil yang
signifikan hanya pada faktor potensi. Hasil tambahan penelitian menunjukkan
bahwa ranking pertama maupun rangking ke-18 dari nilai instrumental tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan ketiga faktor yang ada dalam
skala semantik. Pada nilai terminal, hanya ranking pertama, yakni nilai
kebahagiaan yang merniliki hubungan yang signifikan dengan faktor potensi.
Penelitian perlu dilanjutkan kearah melihat hubungan antarbeberapa variabel
dengan persepsi penumpang terhdap pemanfaatan tangga naik jalur. Hal ini
dikarenakan bahwa secara umum nilai tidak bisa dijadikan satu-satunya variabel
independen yang berdiri sendiri dalam mempengaruhi pembentukan persepsi di
kalangan populasi penumpang bus. Dengan demikian hubungan antarbeberapa
variabel independen dengan beberapa fakor akan lebih bervariasi.
Agar mendapat gambaran lebih konprehensif tentang hubungan antara
sistem nilai, yang dianut penumpang dengan persepsi mereka terhadap
pemanfaatan tangga naik maka instrumen pengukuran tidak hanya menggunakan
Rokeach Value Survey. Hal ini karena nilai-nilai yang dianut suatu komunitas
sangat dipengaruhi oleh kultur dan keadaan demografis. Nilai-nilai yang dimiliki
masyarakat Indonesia mempunyai kekhasan dan keunikan sendiri dibanding nilai-
nilai yang dianut masyarakat Amerika seperti tercermin dalam alat tersebut.
Pengelola dapat rnelakukan manipulasi terhadap ruang lobi agar tangga naik
maupun tangga turun jalur dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu
bentuk manipulasi adalah dengan membangun eskalator yang betujuan
?memaksa? penumpang menggunakannya hanya untuk turun atau naik.
Penggunaan sarana sebagaimana mestinya akan melancarkan mobilisasi
penumpang dan bus yang di terminal tersebut."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Yuswanto
"Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengembangkan program pembinaan narapidana untuk mengurangi kekerasan verbal antar narapidana, dengan cara memberikan pelatihan LVE (Living Values Education) sebubungan dengan adanya pennasalahan tindakan kekerasan verbal yang dilakukan narapidana selama menjalani masa pidananya di dalam Rumah Tahanan Negara Jakarta Timur.
Teuri yang dirujuk sebagai dasar dalam pembuatan rancangan program pelatihan untuk mengurangi kekerasan fisik melalui pelatiban LVE adalah teori pembinaan narapidana, teori agresifitas, teori Kognitif, teori Cognitif behaviorisme dan teorl masa perkembangan manusia.
Analisis pemecahan masalah berangkat dari adanya sejumlah pennasalahan, permasalahan yang ada di dalam Rumah Tahanan Negara Jakarta Timur. Salah satu permasalahan yang menjadi minat untuk diselesaikan oleh penulis adalah masalah tindakan kekerasan verbal yang dilakukan narapidana. Karena biasanya dimulai dari tindakan kekerasan verbal, kemudian dapat berakibat, tindakan kekerasan fisik, kekerasan domestik, dan meluas menjadi anarkis, cacat fisik dan bahkan bisa meninggal dunia.
Sebagai salah satu langkah untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada di Rutan, diantaranya adalah melalui pelatihan untuk mengurangi tindakan kekerasan verbal antar narapidana, dengan cara memberikan pelatihan LVE selama 6 hari kerja kepada 20 orang narapidana sebagai contoh dengan latar belakang tindak pidana dengan kekerasan. Untuk dapat terlaksananya pelatihan LVE tersebut maka dibuatlah rancangan program pelatihan LVE begi narapidana.
Program pelatihan LVE ini, sangat memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan kebutuhan suatu pelatihan, seperti : identifikasi kebutuhan pelatihan, sasaran pelatiban, pelatih/instruktur pelatihan, materi, metode, alat bantu, durasi pelaksanaan, tempat pelaksanaan, biaya dan evaluasi pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Trikartiko
"ABSTRAK
Pemberian sejumlah uang kepada petugas / polisi oleh
si pelanggar lalulintas agar ia dibebaskan dari tuntutan hukum
atau yang sering disebut sebagai tingkahlaku denda damai sudah
diakui keberadaannya oleh masyarakat. Sebenarnya Tingkahlaku
ini tergolong kedalam tindakan penyuapan yang melanggar hukum
dan idealnya tidak boleh dilakukan, namun berdasarkan fakta
dilapangan tingkahlaku ini ternyata sering dilakukan oleh
pengemudi kendaraan bermotor dan sudah menjadi alternatif yang
lebih menguntungkan daripada mengikuti prosedur Tilang, bahkan
kelompok mahasiswa yang seharusnya menjadi panutan dalam
masyarakat ternyata merupakan kelompok yang tergolong
mayoritas dalam melakukan pelanggaran lalulintas dan pada
penelitian yang dilakukan-terhadap mahasiswa Universitas
Indonesia (U.I) ditemukan bahwa mahasiswa U.I memiliki sikap
yang toleran pada penyuapan kecil.
Pada awalnya sikap dianggap sebagai antesenden yang
terdekat dengan tingkahlaku, namun setelah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli ternyata peramalan sikap terhadap
perilaku kurang akurat. Beberapa ahli kemudian mengemukakan
teori yang menyatakan bahwa tingkahlaku dapat diramalkan
melalui besarnya intensi yang mereka miliki, intensi ini
sendiri dipengaruhi oleh sikap, Norma Subyektif (SN) dan PBC.
Kemudian para ahli lain berpendapat bahwa adanya Prior
Behavior pada individu dapat mempengaruhi sikap, SN, PBC dan
intensi yang dimiliki individu, jadi seseorang yang pernah
menampilkan suatu tingkahlaku akan memiliki variabel intensi
yang berbeda dengan orang lain yang tidak pernah melakukannya.
Berdasarkan asumsi tersebut penelitian ini mencoba untuk
mengetahui pengaruh Prior Behavior terhadap intensi mahasiswa
U.I untuk melakukan denda damai, bagaimana intensi mereka saat
ini dan diantara sikap, SN dan PBC variabel mana yang paling
berpengaruh terhadap intensi mereka.
Subyek yang di ikutsertakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa U.I yang mengendarai kendaraan bermotor dan
rumus Statistik yang dipakai adalah t-tes dan regresi berganda.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada intensi, sikap, SN dan PBC antara kedua
kelompok subyek dan variabel yamg paling berpengaruh adalah
PBC ."
1995
S2325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudin Ali
1995
S2391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ade Yuanita
"ABSTRAK
Pertambahan penduduk yang sangat besar di kota menyebabkan semakin
sempitnya lahan yeng tersedia untuk pemukiman. Oleh karena itu pembangunan
rumah susun merupakan alteraatif terbaik untuk pembangunan pemukiman di
perkotaan.
Kehidupan penghuni rumah susun berbeda dengan penghuni di lingkungan
perumahan biasa yang tidak bertingkat. Salah satu ciri yang menonjol pada penghuni
rumah susun adalah kebersamaan penghuni. Setiap penghuni rumah susun tidak
dapat menghindarkan diri dari hak dan kewajibannya terhadap pemilikan bersama
atas fasilitas bersama yang tersedia, seperti tangga bersama, koridor, pipa-pipa
saluran, taman, sarana jalan, lampu penerangan, dan sebagainya. Fasilitas bersama
tersebut merupakan milik mereka bersama yang digunakan dan dipelihara secara
bersama pula.
Pemeliharaan fasilitas bersama di rumah susun merupakan hal yang penting.
Fasilitas yang tidak terpelihara akan menjadi kotor dan rusak, serta dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi penghuninya, misalnya dapat membuat penghuni
merasa tidak betah. Oleh karena itu perlu adanya partisipasi dari para penghuni
dalam memeiihara fasilitas bersama di rumah susun.
Menurut White (1981) partisipasi terdiri atas tiga dimensi yaitu : dimensi
pengambilan keputusan, dimensi kontribusi, dan dimensi turut menikmati hasil
kegiatan (p. 18).
Dalam literatur disebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi partisipasi seseorang adalah kohesi kelompok (Festinger et al., 1963;
Johnson & Johnson, 1994; Kuppuswamy, 1979). Yang dimaksud dengan kohesi
kelompok yaitu sejauh mana anggota-anggota suatu kelompok merasa tertarik satu
sama lain sehingga mereka ingin tetap bersama dalam kelompok itu.
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut;
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan
dimensi pengambilan keputusan dari partisipasi penghuni dalam pemeliharaan
fasilitas bersama di rumah susun ?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan
dimensi kontribusi dari partisipasi penghuni dalam pemeliharaan fasilitas bersama
di rumah susun ?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan
dimensi turut menikmati hasil kegiatan dari partisipasi penghuni dalam
pemeliharaan fasilitas bersama di rumah susun ? Penelitian yang bersfat deskriptif ini dilakukan di rumah susun Klender,
Jakarta Timur. Subyek penelitian adalah para penghuni rumah susun yang
dikelompokkan berdasarkan blok dan jenis kelamin.
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kohesi
kelompok dan kuesioner partisipasi penghuni dalam pemeliharaan fasilitas bersama
di rumah susun. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan digunakan rumus
korelasi Kendall-tau (x).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan dimensi
pengambilan keputusan dari partisipasi penghuni dalam pemeliharaan fasilitas
bersama di rumah susun.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan dimensi
kontribusi dari partisipasi penghuni dalam pemeliharaan fasilitas bersama di
rumah susun.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kohesi kelompok dengan dimensi
turut menikmati hasil kegiatan dari partisipasi penghuni dalam pemeliharaan
fasilitas bersama di rumah susun.
Ada beberapa saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini. Penelitian
ini menunjukkan bahwa kohesi kelompok berhubungan dengan dimensi pengambilan
keputusan dan dimensi kontribusi dari partisipasi penghuni dalam pemeliharaan
fasilitas bersama di rumah susun. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan
dalam perencanaan dan pengelolaan rumah susun disarankan untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung timbulnya kohesi kelompok, serta melibatkan para
penghuni dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan interaksi sosial dan
keija sama di antara mereka. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya diantaranya
adalah melakukan penelitian serupa secara kontinyu mulai dari proses pengambilan
keputusan, palaksanaan kegiatan, sampai pada evaluasi kegiatan yang melibatkan
partisipasi penghuni rumah susun."
1997
S2577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>