Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Adam Febriyanto Nugraha
"Polylactic acid merupakan material biopolimer yang memiliki keunggulan karena kekuatannya yang tinggi namun memiliki kekurangan yakni laju kristalisasinya yang rendah sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam proses. Penambahan plasticizer diketahui memiliki pengaruh dalam meningkatkan derajat kristalinitas polimer dan sifat termalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan diethylene glycol dibenzoate terhadap sifat termal dan derajat kristalinitas polylactic acid. Plasticizer triacetine digunakan sebagai pembanding. Proses pencampuran polylactic acid dilakukan dengan pelarut organik Dichlorometane dengan menggunakan magnetic stirrer selama 2 jam, kemudian ditambahkan plasticizer dengan persentase 0wt%, 5wt%, 10wt% dan 20wt% dengan proses mixing selama 5 menit. Seluruh sampel dilakukan proses hotpress dengan suhu 180°C dan beban 8 ton selama 5 menit.
Interaksi antara molekul polylactic acid dengan plasticizer diamati dengan uji FTIR, sifat termal dan kristalinitas polylactic acid diamati dengan uji DSC dan kristalinitas dikonfirmasi dengan XRD. Perlakuan annealing diberikan untuk melihat laju kristalisasi polylactic acid setelah penambahan plasticizer. Hasilnya, dengan penambahan diethylene glycol dibenzoate 5-20wt% memberikan perubahan sifat termal polylactic acid dengan nilai Tg dari 46,5°C menjadi 39,4-21,1°C, Tcc dari 112,8°C menjadi 107,5-84,6°C, Tm dari 170,6°C menjadi 167-160°C, dan derajat kristalinitasnya dari 5,05% menjadi 7,47-17,20%. Penambahan triacetine 5-20wt% memberikan perubahan sifat termal dengan nilai Tg dari 46,5°C menjadi 42,1-32,4°C, Tcc dari 112,8°C menjadi 100,7-88,4°C, Tm dari 170,6°C menjadi 168,3-163,1°C dan derajat kristalinitasnya 5,05% menjadi 8,38-15,05%.

Polylactic acid is a biopolymer which have an exellence strength but low rate of crystallization so it will take long cycle time in mass production. The addition of plasticizer known to have an influence in increasing the degree of crystallinity of the polymer and its thermal properties. This research aims to study the effect of the addition of diethylene glycol dibenzoate on the thermal properties and the degree of crystallinity of polylactic acid. Triacetine used as plasticizer for comparation. Polylactic acid mixed by organic solvent, Dichloromethane, by magnetic stirrer for 2 hours and then added by 0wt%, 5wt%, 10wt% and 20wt% plasticizer for 5 minutes. All of samples was hot pressed at 180°C by 8 ton load for 5 minutes.
Molecular interaction between polilactic acid and the plasticizers observed by FTIR testing, thermal properties and crystallinity of polylactic acid observed with DSC testing and confirmation by XRD. Annealing treatment given to see the rate of crystallization of polylactic acid after the addition of plasticizer. The result, diethylene glycol dibenzoate change polylactic acid thermal properties with Tg values from 46,5°C to 39,4-21,1°C, Tcc from 112,8°C to 107,5-84,6°C, Tm from 170,6°C to 167-160°C, and the degree of crystallinity from 5,05% to 7,47-17,20%. Triacetine 5-20wt% change polylactic acid thermal properties with Tg values from 46,5°C to 42,1-32,4°C, Tcc from 112,8°C to 100,7-88,4°C, Tm from 170,6°C to 168,3-163,1°C and the degree of crystallinity from 5,05% to 8,38-15,05%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zainudin
"Konsumsi plastik yang terus meningkat tiap tahun turut meningkatkan pertumbuhan sampah kota. Hal ini mendorong peneliti untuk mengembangkan plastik yang dapat terdegradasi secara biologis (biodegradable plastic). Polylactic acid (PLA) merupakan biodegradable plastic dari sumber yang dapat diperbaharui. PLA memiliki sifat mekanik dan biokompatibilitas yang baik dibandingkan plastik konvensional. Akan tetapi PLA bersifat getas sehingga sulit diaplikasikan untuk kemasan fleksibel. Oleh karena itu PLA membutuhkan pemlastis untuk mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini membahas perilaku mekanik PLA dengan penambahan triacetine (TAC) dan diethylene glycol dibenzoate (DEDB). Pengujian micro tensile, SEM, FTIR, dan DSC dilakukan untuk mengetahui mekanisme plastisasi, pengaruh terhadap perilaku mekanik, dan efektivitas kedua pemlastis tersebut terhadap PLA. Penelitian ini menunjukkan adanya indikasi mekanisme lubrikasi dalam plastisasi PLA dengan TAC dan DEDB. Selain itu TAC lebih efektif dibandingkan DEDB dalam meningkatkan keuletan PLA dan tidak ditemukan adanya fenomena antiplastisasi.

The amount of municipal waste grows along with the increasing of plastic consumption. It motivates researchers to develop a plastic that can be degradated biologically (biodegradable polymer). Polylactic acid (PLA) is biodegradable polymer from renewable raw material. PLA has good mechanical properties and biocompatibility than conventional plastics. However the brittleness of PLA make difficult to aplicated to flexible packaging. Hence PLA need plasticizer to solve that problem.
This research discusses about comparing mechanical behaviour from PLA with adding triacetine (TAC) and diethylene glycol dibenzoate (DEDB). Micro tensile, SEM, FTIR, and DSC testing has been done to investigate mechanism of plastization, effect to mechanical behaviour, and effectiveness both of the plasticizers to PLA. This research show there is indication of lubricating mechanism within plasticized PLA by TAC and DEDB. More over TAC more effective than DEDB to increase ductility of PLA and there is no antiplastization phenomenon.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Khalid
"Perkembangan material komposit ramah lingkungan saat ini tengah menjadi topik yang menarik dikalangan peneliti maupun industri. Serat yang mengandung lignoselulosa menjadi sasaran utama sebagai bahan baku dalam pembuatan komposit ramah lingkungan. Serat tanaman sorghum (Sorghum bicolor) menjadi salah satu sumber yang sangat potensial untuk diolah menjadi bahan baku komposit. Jerami tanaman sorghum mengandung sekitar 32.30% serat kasar, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman padi (28.80%) dan jagung (27.80%). Tantangan utama menggunakan serat alam sebagai penguat adalah bagaimana menghilangkan kandungan lignin dan hemiselulosa yang menyelimuti serat sehingga dihasilkan serat nanokristalin selulosa yang memiliki kompatibilitas yang baik dengan matriks. Metode sacara kimiawi diperlukan untuk mendapatkan serat nanokristalin selulosa dengan kompatibilitas yang baik. Metode yang digunakan meliputi alkalinisasi, pemutihan dan hidrolisis asam. Kondisi serat paling bagus pada proses alkalinisasi yaitu pada konsentrasi pelarut 20% NaOH. Kondisi optimum proses alkalinisasi-pemutihan diperoleh pada konsentrasi NaOH 20% yang dilanjutkan dengan pemutihan (NaClO 5%). Kondisi optimum siklus pemutihan diperoleh pada tiga kali siklus. Dan kondisi optimum proses hidrolisis diperoleh pada konsentrasi NaOH 20% + hidrolisis asam (H2SO4 25%) + alkalinisasi (20% NaOH).

The development of eco-friendly composite material is currently a topic of
interest among researchers and industry. Lignocellulosic fibers become the main target as a raw material in the manufacture of eco-friendly composite. Sorghum fibers (Sorghum bicolor) is to be one source of potential to be processed into composite materials. Sorghum straw contains about 32.30% crude fiber, the number is more when compared to rice plants (28.80%) and corn (27.80%). The main challenge using natural fibers as reinforcement is how to remove lignin and hemicellulose which surrounds the fiber to produce nanocrystalline cellulose fibers which have good compatibility with the matrix. Chemically methods required to obtain nanocrystalline cellulose fibers with good compatibility. Methods used include alkalinization, bleaching and acid hydrolysis. Conditions finest fibers in the alkalinization is at the solvent concentration about 20% NaOH. Optimum conditions alkalinization-bleaching process is obtained at a concentration of 20% NaOH, followed by bleaching (NaClO 5%). Optimum condition bleaching cycles obtained in three cycles. And the optimum conditions of hydrolysis was obtained at a concentration of 20% NaOH + acid hydrolysis (H2SO4 25%) + alkalinization (20% NaOH).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia Pradita Notoprajitno
"ABSTRAK
Selulosa sebagai bahan dasar untuk perban sedang banyak dipelajari karena kelarutannya dalam air, keberlanjutan, dan ketersediaannya di alam semesta. Nanoselulosa dapat diaplikasikan sebagai rangka pembalut luka hemostatik oleh karena keanekaragaman bentuk struktural, keringanan, dan portabilitas yang dimilikinya. Penelitian ini adalah bagian dari proyek multidisiplin yang bertujuan untuk merancang desain sebuah pembalut luka hemostasik untuk menangani kasus pendarahan yang eksesif. Dalam kasus ini, penelitian yang dilakukan berfokus pada perancangan struktur dan gugus fungsi. Rumput spinifex diolah secara mekanis (menggunakan high-pressure homogenise) dan secara kimiawi (menggunakan larutan campuran asam nitrat dan natrium nitrit) untuk mengisolasi nanoselulosa dengan morfologi dan gugus fungsi yang berbeda. Larutan nanoselulosa yang telah diolah kemudian dikeringkan menggunakan mesin freeze dryer. Proses pengeringan menghasilkan rangka pembalut luka dalam bentuk bulat dengan ketebalan, massa jenis, dan porositas yang bervariasi. Spinifex yang diolah secara mekanis menghasilkan nanofiber dengan fleksibilitas dan aspect ratio yang tinggi. Pemrosesan kimiawi menghasilkan nanofiber dengan struktur crystalline yang lebih kaku dengan gugus fungsi karboksilat. Gugus fungsi ini memiliki sifat hemostatik dan bakterisidal yang diperlukan dalam aplikasi pembalut luka. Dihipotesiskan bahwa perbedaan morfologi sebagai hasil dari kedua metode pemrosesan akan menghasilkan performa penggumpalan darah yang berbeda dalam aplikasi sebagai pembalut luka.

ABSTRACT
Cellulose-based scaffolds are investigated due to their water-solubility, sustainability, safety and abundance as a raw material. Scaffolds constructed of nanocellulose may potentially be applied in wound dressings due to their versatility in structural form, light weight, and portable properties which are essential for this application. This work is a part of a multidisciplinary project, which aims to design a haemostatic wound dressing in cases of severe bleeding. This study focuses mainly on engineering the scaffold and optimising its structure and surface functionality. Spinifex pulp was treated both mechanically (using a high-pressure homogeniser) and chemically (using a mixture of nitric acid and sodium nitrite) to isolate nanocellulose of different morphologies and surface functionalities. Different concentrations of nanocellulose solution were then freeze-dried to form round-shaped scaffolds with different thickness, density and porosity. Mechanically-treated grass resulted in flexible and high aspect ratio nanofibres. Nanofibres obtained from the chemical method are rigid crystalline cellulose nanofibres. Chemically treating the fibres also changed the surface chemistry from hydroxyl to carboxyl groups. These functional groups exhibit haemostatic and bactericidal properties, which is crucial in a wound dressing design. It is hypothesised that the morphologies attained from the two methods may potentially lead to different blood clotting attributes when applied as a haemostatic wound dressing."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Larasati
"ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan zaman non-plastik, kebutuhan akan teknologi ramah lingkungan menjadi perhatian penting. Inovasi berkelanjutan terus mengalami perkembangan, khususnya dengan meningkatnya pemanfaatan nanoselulosa yang berasal dari serat alami. Shorgum adalah tanaman yang secara fisiologis menarik karena ketahanannya terhadap lingkungan yang panas dan kering. Meskipun demikian, belum ada penelitian mengenai isolasi nanoselulosa dari biomasanya dalam literatur. Hal inilah yang mendorong penelitian nanoselulosa yang berasal dari shorgum kali ini melalui metode perlakuan kimia, fibrilasi mekanik, dan pembuatan nanopaper biomasa sorgum. Penelitian ini telah dilakukan dengan penekanan terhadap sifat mekanik nanopaper sorgum yang dihasilkan dari berbagai bagian (daun, selubung, batang) dan tahap pematangan (vegetative, mid-grain, late-grain), serta pengaruh berbagai perlakuan mekanis (ball milling, homeginisation). Hasil uji menunjukan bahwa pada daun cenderung lebih kaku sedangkan pada batangnya memiliki nilai tarik lebih besar. Namun, tidak ada perbedaan signifikan pada sifat mekanis pada bagian tanaman dengan perbedaan tahap pematangan. Selain itu, milling menyebabkan nanopaper menjadi lebih kaku dibandingkan dengan homogenisation. Penelitian dengan jenis shorgum bervariasi dan perlakuan kimia ramah lingkungan disarankan untuk diteliti lebih lanjut.

ABSTRACT
As the anti-plastic era evolves, the imperative for environmentally friendly technology continues to grow. The development of sustainable innovations has been steadily progressing, especially with the rising utilisation of nanocellulose derived from natural fibres. Sorghum is a cereal crop that is physiologically appealing for its resistance to hot and arid environmental conditions, yet there are no widely known reported cases involving the isolation of nanocellulose from its biomass within literature. This has prompted the investigation of sorghum-derived nanocellulose in this project, produced by chemical pre-treatment, mechanical fibrillation and nanopaper fabrication of sorghum biomass. Studies were performed with an emphasis on the mechanical properties of sorghum nanopaper produced from different sections (leaf, sheath, stem) and maturation stages (vegetative, mid-grain, late-grain), as well as the influence of different mechanical treatments (ball milling, homogenisation). Overall, the results revealed that the leaf tends to be stiffer while the stem has a slightly greater tensile index. On the other hand, there are no significant discrepancies in mechanical properties between the different maturation stages. Moreover, milling seems to cause the nanopaper to become stiffer compared to homogenisation. Performing studies on different sorghum varieties and exploring sustainable chemical pre-treatments are suggested to further the research.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyad Abdul Azis
"PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memiliki peran penting dalam upaya memastikan ketahanan energi nasional melalui upaya memperkuat pasokan dan memperluas Pembangunan infrastruktur gas bumi. Upaya yang dilakukan ada dengan terus melakukan terobosan bisnis dan mengembangkan insfrastruktur serta peningkatan pemanfaatan gas bumi. Dengan meningkatnya pertumbuhan kebutuhan gas bumi di Indonesia akan disertai dengan bertambahnya jumlah asset penyalur gas. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan untuk menjaga kehandalan asset penyalur gas demi memastikan keamanan dan keselamatan pengguna gas ataupun masyarakat dari kecelakaan ataupun bencana akibat penyaluran gas bumi. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga kehandalan instalasi penyalur gas salah satunya adalah dengan melakukan inspeksi teknis dengan mengacu pada Permen ESDM Nomor  32  Tahun  2021  tentang  Inspeksi  Teknis  dan  Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan inspeksi yang dilakukan yaitu pengaplikasian metode RBI pada MRS Bitung 3 merupakan bentuk pelaksanaan dari peraturan tersebut. Hasil analisis menggunakan metode RBI menunjukkan bahwa pada MRS Bitung 3 masuk kedalam kategori high risk dengan remaining life 9 tahun. Dengan kategori tersebut, MRS Bitung 3 perlu dilakukan rencana inspeksi dalam 1 tahun kedepan dan perlu pemeliharaan dan pengecekkan rutin pada sistem metering dan regulating agar tidak terjadi kegagalan. Dalam aspek kode etik dan etika insiyur, penerapan dilakukan dengan tetap mematuhi peraturan K3L dan berkoordinasi dengan pihak terkait perihal hasil inspeksi. Penyajian data dilakukan secara transsparan dan objektif agar hasil inspeksi dapat dipertanggung jawabkan untuk melakukan langkah preventif pada MRS Bitung 3. Dalam aspek K3L, penerapan dilakukan pada saat inspeksi dengan mematuhi peraturan K3L yang diberlakukan di Perusahaan seperti penggunaan APD lengkap, pengecekkan kesesuaian alat, dan melakukan toolbox meeting. Aspek K3L juga diterapkan pada instalasi dan peralatan MRS Bitung 3 seperti adanya perlengkapan deteksi dini dan peralatan penanggulangan bahaya.
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) plays a crucial role in ensuring national energy resilience by strengthening supply and expanding the development of natural gas infrastructure. Efforts undertaken include continuous business innovation and infrastructure development as well as increasing the utilization of natural gas. With the growing demand for natural gas in Indonesia, there will be an increase in the number of gas distribution assets. Therefore, activities are needed to maintain the reliability of gas distribution assets to ensure the safety and security of gas users and the community from accidents or disasters resulting from gas distribution. One of the activities that can be done to maintain the reliability of gas distribution installations is by conducting technical inspections referring to Ministerial Regulation No. 32 of 2021 concerning Technical Inspection and Safety Inspection of Installations and Equipment in the Oil and Gas Business Activities. The inspection activity carried out involves the application of RBI methods at MRS Bitung 3, which is a form of implementation of the regulation. The analysis results using the RBI method indicate that MRS Bitung 3 falls into the high-risk category with a remaining life of 9 years. With this category, MRS Bitung 3 needs to undergo inspection planning in the next 1 year and requires routine maintenance and checking of metering and regulating systems to prevent failures. In terms of ethical codes and engineering ethics, implementation is carried out by adhering to HSE regulations and coordinating with relevant parties regarding inspection results. Data presentation is done transparently and objectively so that inspection results can be accounted for to take preventive measures at MRS Bitung 3. In terms of HSE aspects, implementation is carried out during inspections by adhering to OHS regulations enforced in the Company such as the use of complete PPE, checking equipment compliance, and conducting toolbox meetings. HSE aspects are also applied to the installations and equipment of MRS Bitung 3, such as the availability of early detection equipment and hazard mitigation tools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdian Kartika Sari
"Sesuai Perpres No. 4 tahun 2010 tentang Penugasan kepada PT PLN (Persero) Untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas, maka dibangunlah proyek PLTU Parit Baru Site Bengkayang (2 x 50 MW) dengan kontrak No. 158.PJ/041/DIR/2011 tanggal 30 April 2011. Laporan Praktik Keinsinyuran ini dibatasi hanya membahas tentang perencanaan dan pelaksanaan backfeeding PLTU parit Baru Site Bengkayang 2 x 50 MW. Back feeding itu sendiri telah berhasil dilakukan pada tanggal 7 September 2017. Evakuasi daya PLTU Parit Baru Site Bengkayang 2 x 50 MW pada awalnya direncanakan masuk ke dalam sistem khatulistiwa melalui gardu induk PLTU 2 Kalimantan Barat 2 x 27,5 MW namun dikarenakan proyek ini mengalami kendala maka dilakukan tapping dari jaringan eksisting SUTT 150 kV Senggiring - Singkawang, hal ini menyebabkan adanya perubahan sistem proteksi pada gardu induk yang berhadapan. Prosess backfeeding dilakukan selangkah demi selangkah, mulai dari pemberian tegangan pada bus bar hingga sampai pemberian tegangan ke 6 kV. Pada saat pelaksanaan backfeeding, K3 menjadi hal yang sangat diperhatikan. Proses ini dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi etika keinsinyuran.

Refer to Perpres No. 4 2010 about Penugasan kepada PT PLN (Persero) Untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas, Parit Baru Site Bengkayang CFSS project have been commenced with contract document number 158.PJ/041/DIR/2011 dated 30th April 2011. This report only cover the commencement and planning of the backfeeding. The back feeding it self have been carried out successfully on 7th September 2017. In the beginning, energy evacuation of Parit Baru Site Bengkayang CFSPP 2 x 50 MW as part of Khatulistiwa System Grid has been planned to be transported from Kalimantan Barat 2 2 x 27,5 MW CFSPP, however caused by delayed of the progress of Kalimantan Barat 2 CFSPP, tapping from existing grid Senggiring - Singkawang. has been conducted. This condition lead to protection system alteration. Backfeeeding process conducted step by step, from bus bar energizing to 6 kV transformer. As backfeeding took placed, safety become one of the important concern. This process carried out with fully concern of ethic as basic practice of engineer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfri Kusnadi
"Sistem distribusi & kontrol adalah bagian yang vital pada fasilitas bawah laut. Sistem distribusi & kontrol berfungsi untuk mendistribusikan pengiriman tenaga listrik, tenaga hidrolik dan injeksi kimia ke fasilitas bawah laut. Dalam masa operasinya, sistem distribusi & kontrol bisa mengalami gangguan apakah berupa kerusakan atau turunnya kinerja sistem tersebut. Pembahasan dalam makalah ini terkait investigasi gangguan pada jalur hidrolik LP2 yang mengirimkan tenaga hidrolik dari Topside ke fasilitas bawah laut. Untuk bisa melakukan investigasi gangguan pada system distribusi & kontrol apakah disebabkan oleh kebocoran ataupun kerusakan, selalu melibatkan penggunaan kapal dan ROV dikarena inspeksi visual dan intervensi terhadap fasilitas bawah laut cuma bisa dilakukan dengan mengandalkan ROV. Persiapan investigasi dilakukan dengan melakukan studi literatur dari dokumen-dokumen yang telah tersedia pada tahap perancangan, pemasangan dan pengujian. Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat investigasi. Langkah-langkah investigasi juga menyesuikan kemampuan dari kapal dan ROV yang tersedia.

Distribution & control systems are critical parts of the subsea facilities. The distribution & control system functions to distribute the delivery of electric power, hydraulic power and chemical injection to the subsea facilities. During operational period, the distribution & control system can experience disruption, whether in the form of damage or a decrease in the system's performance. The discussion in this paper concerns the investigation of disturbances in the LP2 hydraulic line which transmits hydraulic power from Topside to the subsea facilities. In order to be able to investigate disturbances in the distribution & control system, whether caused by leaks or damage, always involves the use of vessel and ROVs since the visual inspections and interventions on underwater facilities can only be done by the ROV. Preparation for the investigation was carried out by conducting a literature study of the documents available at the design, installation and testing stages. Based on these documents, the steps that must be taken during the investigation are determined. Investigation steps also adjust the capabilities of the available ships and ROVs. Details of the leak investigation work are discussed in this engineering report."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiki Syahbana Putra
"Poliuretan merupakan senyawa polimer tersegmentasi oleh hard segment dan soft segment. Modifikasi lanjut dari poliuretan memungkinkan untuk dijadikan produk busa, dengan berbagai macam sifat. Busa poliuretan memiliki kecenderungan bersifat rigid maupun fleksibel, dengan pengaturan oleh rasio segmen serta penambahan chain extender selama proses sintesis. Bahan dasar yang digunakan dalam sintesis busa bio-poliuretan yaitu Polipropilen Glikol (PPG) 2000, Toluene Diisosianat 80 (TDI 80), katalis Amina, katalis Tin, surfaktan, dan penambahan biomassa lignin sebagai chain extender dan sebagai variabel bebas dari penelitian ini dengan variasi penambahan 1, 2, 3 pbw. Metode sintesis yang digunakan ialah one shot method. Untuk mengetahui sifat penambahan chain extender lignin, maka dilakukan pengujian antara lain uji tarik, uji morfologi, uji kandungan senyawa dan uji stabilitas termal. Dari sintesis yang dilakukan, didapat busa bio-poliuretan dengan bentuk pori tertutup. Memiliki kekuatan tarik meningkat, namun sifat elongasi yang cenderung menurun seiring dengan bertambahnya biomassa lignin yang ditambah. Dari pengujian stabilitas termal, didapat bahwa, penambahan biomassa lignin memberikan efek stabilitas termal yang lebih baik dari PUF-Virgin jika dilihat dari perilaku degradasi yang terjadi selama pemanasan.

Polyurethane is a polymer compound segmented by hard segment and soft segment. Further modifications of polyurethane make it possible to make foam products, with a variety of properties. Polyurethane foam has a tendency to be rigid and flexible, by adjusting the segment ratio and adding chain extenders during the synthesis process. The basic ingredients used in bio-polyurethane foam synthesis are Polypropylene Glycol (PPG) 2000, Toluene Diisocyanate 80 (TDI 80), Amine catalyst, Tin catalyst, surfactant, and the addition of lignin biomass as a chain extender and as independent variables of this study with variations addition of 1, 2, 3 pbw. The synthesis method used is one shot method. To determine the nature of the addition of the lignin chain extender, tests were carried out including tensile test, morphological test, compound content test and thermal stability test. From the synthesis carried out, bio-polyurethane foam with closed pore shape was obtained. It has increased tensile strength, but the nature of elongation tends to decrease with increasing lignin biomass. From testing thermal stability, it was found that, the addition of lignin biomass had a better thermal stability effect than PUF-Virgin when viewed from the degradation behavior that occurred during heating.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>