Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susianto
"Beberapa penelitian tentang status gizi anak vegetarian usia sekolah telah pemah dilakukan di luar negeri, namun hanya sedikit sekali penelitian tentang status gizi anak vegetarian pra sekolah (balita vegetarian). Di Indonesia belurn ada penelitian secara resmi tentnng status gizi balita vegetarian (pra sekoiah) dan anak usia sekolah. Mengingat balita merupakan salah satu kelompok yang rawan kekurangan gizi dan berada dalam masa pertumbuhan yang cepat serta akan mempengaruhi status gizi fase kehidupan selanjutnya. maka secara teoritis balita tidak dianjurkan menjalani diet vegetarian karena dikhawatirkan akan menderita gizi kurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi (IMT/U) danfaktor-faktor yang berhubungan pada balita vegetarian dan non vegetarian di DKI Jakarta Tahun 2008, Desain penelitian yang digunakan dalarn penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Total sampel berjumlah 148 balita yang terdiri dari 75 balita vegetarian dan 73 balita non vegetarian berumur 0-59 bulan di DKI Jakarta yang dipilih secara purposive sampling dan mempunyai latar belakang etnis yang sama, geografis dan tingkat ekonomi yang semirip mungkin. Data dikumpulkan di DKI Jakarta sejak Februari sampai dengan Maret 2008. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi balita (IMT/U), sedangkan variabel independen yang diteliti adalah asupan energi, protein, pola diet (vegetarian, non vegetarian), penyakit infeksi, jenis kelamin balita, umur balita, pola asuh, pemberian ASI, anal mencuci tangan, ibu mencuci tangan, pemanfaatan pelayanan kesehatan, status gizi ibu, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga dan jumlah balita. Data yang dikumpulkan mencakup berat badan menggunakan timbangan Seca model 872 dengan ketelitian 0, l kg. panjang/tinggi badan menggunakan length board/microtoice dengan ketelitian 0,1 em, konsumsi makanan menggunakan food recall I x 24 jam, karakteristik ibu dan balita. pola asuh dan kesehatan menggunakan kuesioner. Status gizi dihitung berdasarkan indeks IMTIU menurut baku rujakan WHO 2005, sedangkan asupan energi dan protein dihitung dengan metode food recall l x 24 jam berdasarkan % AKG (Angka Kecakupan Gizi). Ana!isis data hasil univariat, bivariat dan multivariat diiakukan dengan menggunakan komputer, Hasil penelitian menunjukkan prevalensi obesitas pada balita vegetarian sebanyak 5,3% dan balita non vegetarian 12,3%. Terdapat !3,3% ba!ita vegetarian dan 8,2% balita non vegetarian yang gemuk. Walaupun lebih dari separah ba!ita mempunyai status gizi nom1al (56% balita vegetarian dan 57,5% balita non vegetarian), akan tetapi sudah terdapat25,3% balita vegetarian dan 21,9% balita non vegetarian yang berisiko gemuk. Masih terdapat balita vegetarian yang pendek sebanyak 4% dan non vegetarian 2 7%.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang berrnakna antara pola diet (vegetarian, non vegetarian) dengan status gizi (IMTIU), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi (IMT/U) baHta vegetarian lakto ovo dengan non vegetarian. Faktor yang paling dominan hubungannya dengan IMTIU pada balila vegetarian lakto ovo adalah pengbasilan keluarga dan penyakit infeksi pada balita non vegetarian. Penyuluhan tentang pangetahuan gizi perlu dilakakan kepada rnasyarakat terutarna ibu balita atau pengasuh balita oleh petugas kesehatan di posyandu, puskesmas, kiinik atau rumah sakit karena masih banyak ibu balita non vegetarian (42,5%) yang pengetahuan gizinya kurang. Perlu dilakukan kerjasama antara institusi pemerintah (Depkes dan Perguuruan Tinggi) dengan IVS (Indonesia Vegetarian Society) atau sekolah untuk memberikan penyuluhan gizi kepada mesyarakat vegetarian dan non vegetarian guna mencegah dan menanggukangi kejadian obesitas dan gizi lebih di DKI Jakarta.

There are several studies on the nutritional status of school vegetarian chiidren that have been done in abroad, but only a few ones on the pre school vegetarian children (vegetarian children wtder five). There is no official study on the status of pre school and school vegetarian children in Indonesia. Considering those children are suspectible to malnutrition, especially under nutritionin their fast growing period, that could influence the nutrition status of their next life phase. So by theorythose children are not suggested to have vegetarian diet in order to avoid suffering from under nutrition.
The objective of this study is to understand the factors related to nutritional status (BAZ) of vegetarian and non vegetarian children under five in DKI Jakarta. Cross-sectional design is used in this study with quantitative approach. Samples collected by purposive sampling from the vegetarian and non vegetarian children under five (0-59 months) in DKI Jakarta with the same ethnic, similar geographical and economical background. Total samples collected are 148 children under five consisting of 75 vegetarian and 73 non vegetarian. Data were collected from February to March 2008. The dependent variable is children?s nutritional status (BAZ) and the independent variables are energy and protein intakes, diet pattern (vegetarian, non vegetarian), infectious disease, child?s sex, age, x=child caring, breast-feeding, child?s hand-washing, mother?s hand-washing, health service, mother?s nutritional status, education, nutritional knowledge, job, family income and number of children under five. Data collected include weight by using Seca balance model 872 recommended by WHO with precision of 0,1 kg, length/height by using length board/microtoice with precision of O,1 cm, dietary intake by using food recall I x 24 hours mother and child characterization, child caring and health by using questionnaire. Nutritional Status is calculated by using anthropometry indices of BAZ standard of WHO 2005. Energy, protein, fat and carbohydrate intakes are calculated by using food recall 1 x 24 hours based on% RDA (Recommended Dietary Allowance). Univariate, bivariateand multivariate data are analyzed by using personal computer data processing.
The result shows 5.3% of vegetarian and 12.3% of non vegetarian children under five in DKI Jakarta are obese and I3.3% of vegetarian and 8.2% of non vegetarian chHdren under five are overweight Although there are 56% of vegetarian and 57.5% of non vegetarian children under five are normal. but there are 25.3% of vegetarian and 21.9% of non vegetarian chUdren under five already at risk of overweight Finallythere are still 4% of vegetarian and 2.7% of non vegetarian children under five are stunted. There is no significant relationship between diet pattern (vegetarian, non vegetarian) and nutritional status (BAZ). It means there is no significant difference in nutritional status (BAZ) between vegetarian and non vegetarian children under five. Family income is the most dominant factor which is related to lacto ovo vegetarian's BAZ and infectious disease is the one for the non vegetarian's BAZ. Promoting on nutritional knowledge is necessary for the community especially the children's mother or care taker and should be conducted by nutritionist or mcdieal doctor from the centre of public health (puskesmas), clinics or government's hospitals and universities. Network among inter govemmental institutions are needed {e.g. Ministry of Health and University, etc} and can be extended into co-operation with non profit NGO such as IVS (Indonesia Vegetarian Society) or schools to give lectures on nutrition issues to the vegetarian and non vegetarian communities in order to prevent and overcome to obese and over-nutrition problem in DKI Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20903
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Riana Kismaningrum
"Obesitas disebabkan ketidakseimbangan asupan kalori masuk dan energi keluar yang diukur melalui parameter IMT. Timbulnya ketidakseimbangan ini merupakan peran dari berbagai determinan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi determinan komposisional dan kontekstual terkait IMT pada orang dewasa di 16 propinsi diatas rata-rata prevalensi obesitas nasional. Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan jumlah responden 180.352 orang dewasa usia 19-44 tahun di Indonesia. IMT dihitung dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan responden. Data determinan komposisional didapat dari Riskesdas 2013. Data determinan kontekstual didapat dari Statistik Potensi Desa tahun 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013 dan Statistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga tahun 2013. Penelitian ini menggunakan analisis multilevel regresi linear. Hasil penelitian ini melaporkan bahwa determinan komposisional yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalah status ekonomi pada semua kelompok. Determinan kontekstual yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalah peningkatan akses terhadap penggunaan kendaraan bermotor dan makanan siap saji sejalan dengan peningkatan IMT. Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami hubungan kompleks antara determinan individu dan komunitasnya terkait IMT. Kebijakan yang mendukung peningkatan akses terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik melalui falsilitas yang tersedia di sekitar tempat tinggal dan edukasi pola hidup seimbang diharapkan mampu mengurangi risiko penyakit tidak menular terkait IMT di masyarakat.

Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which is measured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomena accured by complex determinants called compositional and contextual factor. The aim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province in Indonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence. This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesian adults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Data for compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 given by National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextual determinants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013 given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linear regression. Compositional determinant dominant of IMT reported is social economy status. Social economy status have postive associated with BMI. Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fastfood outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people to access healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicable diseases."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Purnawati
"Dimasa lalu pembangunan nasional yang telah dilaksanakan di Indonesia dalam semua aspek kehidupan telah meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat didaerah perkotaan maupun pedesaan. Hal ini berdampak meningkatnya perilaku kehidupan modern antara lain diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat serta kurangnya aktivitas fisik sehingga berakibat pada meningkatnya prevalensi gizi lebih. Seiring dengan meningkatnya gizi lebih meningkat pula prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit diabetes melitus khususnya Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI). Penyakit tersebut sangat merugikan, karena disamping menimbulkan banyak penderitaan dapat juga menurunkan kualitas sumber daya manusia mengingat penyakit tersebut banyak menyerang pada usia produktif. Sementara perawatan dan pengobatannya membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk itu maka diperlukan usaha untuk pengelolaan penyakit tersebut termasuk usaha pencegahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan kejadian penyakit tersebut. Dikatakan status gizi obesitas mempengaruhi kejadian DMTTI. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh antara lain status gizi atau Indek MassaTubuh (IMT), tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat aktivitas dan ada tidaknya riwayat penyakit dalam keluarga. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan matching golongan umur dan jenis kelamin dengan jumlah responden 240 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 120 responden. Pengolahan data menggunakan progam SPSS 6 dan stata 4, dimana analisis yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi.
Hasil penelitian rnenunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara IMT dengan terjadinya DMTTI , dengan OR sebesar 2 yang artinya pada EMT tinggi mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk terkena DMTTI dibandingkan dengan pada EMT rendah. Variabel aktivitas dan riwayat mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian DMTTI. Variabel aktivitas mempengaruhi hubungan antara IMT dengan DMTTI atau disebut sebagai konfounder. Demikian juga variabel riwayat mempengaruhi hubungan antara EMT dengan DMTTI atau disebut sabagai konfounder.
DMTTI dapat terjadi di semua golongan ekonomi dan tingkat pendidikan. Oleh karenanya sebagai tindakan pencegahan perlu adanya informasi tentang DMTTI secara luas kepada masyarakat agar mereka dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit DMTTI. Konsultasi genetik dapat dilakukan pada pasangan yang akan menikah tentang riwayat penyakit pada keluarga dan usaha untuk mengurangi resiko. Pola makan penderita sebelum sakit, dapat menjadi lanjutan penelitian yang sudah dilakukan.

A long time ago the national development has begun in Indonesia generally for all living aspects to improve the standard living and quality of human resources on the community in the urban and rural area. Because of that it can be improving of impact for changing of behavior to modern living among other high calorie diet high fat and low fiber also it can decrease physical activities so it makes an increase in over nutrition prevalence. During with improving of over nutrition can also increase the degenerative disease prevalence such as diabetes mellitus disease especially NIDDM. NIDDM is very detrimental because it can be making more suffering also it can decrease the quality of human resources. Considering that NIDDM mostly attack the productive age. Mean while its care and treatment need high cost. That is why we need an effort to manage including how to prevent the disease.
The aim of this research is to get a lot of information about factors which could be related to NIDDM. It is said that obesity influence NIDDM. Some factors as assumed can influence NIDDM among other nutrition status or BMI, income, education, activity and family history. The research design is matched case control study by using age and sex matching. With 240 respondents, each case and control is 120 respondents. Data analysis uses program of SPSS-6 and strata 4 where analysis conducted including univariate, bivariate and stratification analysis.
The result shows that there is a significant relationship between BMI and NIDDM with DR-2 which means that the high BMI has risk two times greater to be exposed NIDDM than the low BMI. The variable of activity and family history has a significant relationship to NIDDM. Activity influences the relationship between BMI and NIDDM or it's called as a confounder. Also family history influences the relationship between BMI and NIDDM or it is called as a confounder. NIDDM can attack every economic and education level. Because of that to prevent NIDDM it is necessary information about NIDDM spread out to the community. So that they can lived healthy and prevent NIDDM. Genetic consultation can be done to the couple going to the married, about family history and effort to lessen the risk. A further research about eating behavior before ill can be done."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raharni
"Salah satu sasaran pembangunan millenium adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan target pada th 2015 menurunkan kematian maternal sebesar 75% antara th 1990-2015. Kematian maternal mencakup kematian wanita selama kehamilan, melahirkan dan selama 42 hari setelah melahirkan, masih merupakan masalah dan tantangan bagi kesehatan. Selain faktor obstetrik, kematian maternal juga disebabkan 3 faktor keterlambatan dan 4 terlalu yaitu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu rapat jarak melahirkan.Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi secara diskriptif karakteristik kematian maternal dan mengidentifikasi faktor resiko kematian maternal, berdasarkan variabel utama penolong persalinan.
Desain penelitian adalah kasus kontrol, analisis data dengan univariat, bivariat dengan uji Chi Square dan dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Lokasi penelitian di Kabupaten Karawang dengan subyek penelitian sebanyak 324 responden terdiri dari 108 kasus kematian maternal dan 216 kontrol.
Diperoleh hasil kematian maternal sebagian besar termasuk kelompok ibu umur resiko tinggi <20 th dan ≥ 35 th, dengan paritas 1kali, dan berpendidikan rendah.Faktor resiko yang berperan terhadap kematian maternal adalah ibu yang terlambat mengenal tanda bahaya dan mencari pertolongan mempunyai resiko kematian maternal 7,51 (CI 2,551-22,124), komplikasi kehamilan/persalinan resiko 5,59 (CI 2,634-11,148), Ibu yang terlambat mencapai fasilitas kesehatan mempunyai resiko kematian maternal 5,59 (CI 2,634-11,856), rujukan mempunyai resiko 3,12 (CI 1,330-7,344), umur ibu mempunyai resiko 2,33 (CI 1,185-4,603).Kematian maternal pada ibu yang penolong persalinan awal oleh non nakes tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kematian maternal.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pengelola program untuk optimalisasi implementasi kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam menekan kematian maternal seperti program KB, preventif dengan Program P4K, serta intervensi pada faktor keterlambatan mengenal tanda bahaya/mencari pertolongan dan terlambat mencapai faskes, dengan mendekatkan akses ke faskes termasuk menjamin transportasinya, serta meningkatkan kualitas tenaga kesehatan.

One of the millennium development goals is to improve maternal health by reducing the target three fourth of the maternal mortality between 1990-2015. Maternal mortality which includes deaths of women during pregnancy, childbirth and for 42 days after chilbirth, is still a problem and a challenge for health. In addition to obstetric factors, maternal mortality are also caused by 3 delays factors and 4 too much, too early or too late for giving birth,d and too frequent give birth and to many children. The objective of the study was to identify the descriptive characteristics of maternal mortality and identify risk factors of maternal mortality, and measure the probabilityof maternal mortalitybased on the main variables of the birth attendant.
The study design was a case-control study. We used Chi Square test for bivariate analysis and multiple logistic regression for multivariate analysis. The study was performed toward 324 respondents, consisted of 108 cases of maternal deaths and 216 controls in Karawang distric.
The result showed that maternal mortality mostly were in high risk groups of women aged <20 years and ≥ 35 years old, parity with 1 child or ≥ 4 and lower education. Other factors that had significant corelation with maternal mortality were mother who late in recognizing the danger , signs and late in seeking help with an OR = 7,51 (CI 2.551 - 22,124), women aged had an OR 2,33 (CI 1,185-4,603), complications of pregnancy/ childbirth had an OR 5,62 (CI 2,838-11,148), mothers who late in reaching health facilities had an OR= 5.58 (CI 2.624 - 11.856), refferal had an OR 3,12 (CI 1,330-7,344). Birthattendants by non health workers had no significant association with maternal mortality.
Based on our finding, it is suggested to optimize the implementation of policies that have been regulated by the government in suppressing the maternal mortality, such as family planning, preventif program P4K, as well as interventions in the delay factors which are recognizing danger signs/ seek help and not late reaching health facility with nearer access to facility including transportation, as well as improving the quality of health personnel.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D1436
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Kristanto Mulyantoro
"Kekurangan gizi pada awal kehidupan (1000 hari pertama) terutama masa prenatal akan memberikan multiple effect yang bersifat irreversible yaitu hambatan pertumbuhan linier yang direpresentasikan oleh pendek, pertumbuhan dan perkembangan organ termasuk pancreas yang direpresentasikan oleh diabetes mellitus dan tumbuh kembang otak yang direpresentasikan oleh kemampuan kognitif. Tingginya pendek pada populasi dewasa dan tingginya penyakit diabates mellitus di perkotaan berdasarkan survei Riskesdas 2007 mengindikasikan bahwa gangguan pertumbuhan linier dan perkembangan organ terjadi secara parallel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah pendek usia dewasa mewakili stunting awal kehidupan dalam menjelaskan risiko penyakit diabetes mellitus usia dewasa.
Penelitian ini memanfaatkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross sectional yang mewakili daerah perkotaan di 33 propinsi di Indonesia. Subyek penelitian adalah 12.639 laki-laki dan perempuan berumur 20 - 49 tahun. Penyakit diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan kadar gula darah puasa 2 jam post prandial sedangkan hambatan pertumbuhan linier awal kehidupan diukur dengan pencapaian tinggi badan (pendek) di usia dewasa.
Analisis dilakukan 2 level yaitu : (1) melakukan uji bivariat, stratifikasi, multivariat pada kondisi saat ini (subyek dewasa). (2) Melakukan analisis risiko kekurangan gizi awal kehidupan terhadap penyakit diabetes mellitus menggunakan teori dan bukti ilmiah hasil penelitian sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini cukup memadai yang ditunjukkan dengan konsistensi antar variabel dan konsisten dengan hasil penelitian lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi diabetes mellitus sebesar 3,8% dan proporsi pendek sebesar 37,7%. Pendek usia dewasa pada IMT<23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus OR adjusted 1,52 (CI 95% : 1.08-2.12). Bertambahnya umur meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes mellitus dengan OR 3,05 (CI 95% : 1,82-5,09) pada umur 30-39 tahun dan OR 7,58 (CI 95% : 4,69-12,27) pada umur 40-49 tahun. Keluarga kaya mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dengan OR 1.90 (CI 95% : 1.36-2.66). Minum minuman berkafein ≥1 x/hr dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dengan OR 0,48 (CI 95% : 0,33-0,71).
Kesimpulan penelitian ini adalah pendek usia dewasa pada kelompok IMT < 23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

Malnutrition in early life (1000 first day), especially during pregnancy would cause multiple effect which were irreversible, such as obstruction in linear growth were represented by short stature, growth and development of organs, including the pancreas represented by diabetes mellitus, and brain growth is represented by deficiency in cognitive abilities. The high prevalence of short stature in adult and the high prevalence of diabetes mellitus disease in urban population based on Riskesdas 2007 survey data indicated that disruption of linear growth and organ development occured in parallel.
The purpose of this study was to assess whether short stature in adulthood represent stunting in their early life, in order to explain the risk of diabetes mellitus in adult. This study was utilized data from Indonesian Basic Health Research 2007 with a cross-sectional design representing urban areas in 33 provinces in Indonesia. Subjects were 12,639 men and women aged 20-49 years. Diabetes mellitus was diagnosed based on fasting blood glucose levels, 2 hours post prandial, while linear growth retardation in early life is measured by the attainment of height (short stature) in adulthood. Analysis was done in 2 levels:
(1) Worked on bivariate, stratified, multivariate testing on current conditions (adult subjects). (2) Performed a risk analysis of malnutrition in early life towards diabetes mellitus disease using theories and scientific evidence based on previous researches. The data used in this analysis were sufficient, indicated by consistency between variables and consistency with the results of other related studies.
Results of this study showed that the proportion of diabetes mellitus was 3.8% and the proportion of short stature was 37.7%. Short stature in adults with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus with adjusted OR of 1.52 (CI 95%: 1:08-2:12). Increasing age increased the risk of diabetes mellitus with 3.05 OR (95% CI: 1.82 to 5.09) at the age 30-39 years and 7.58 OR (95% CI: 4.69 to 12.27) at the age of 40-49 years. Wealthier families have a higher risk of developing diabetes mellitus with OR 1.90 (95% CI: 1.36-.66). Drinking caffeinated beverages ≥1 x / day could prevent diabetes mellitus with OR 0.48 (95% CI: 0.33 to 0.71).
Conclusion of this study was short stature in adult with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Dhian Probhoyekti Dipo
"ABSTRAK
Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Ibu hamil sudahditetapkan sejak tahun 1992, dengan kegiatan utama pemberian Tablet TambahDarah TTD selama hamil. Pemberian TTD dilakukan di fasilitas kesehatantermasuk Puskesmas dan jaringannya. Cakupan pemberian TTD secara nasionaldilaporkan meningkat dari 68,7 pada tahun 2009 menjadi 85,1 tahun 2014tetapi prevalensi anemia pada ibu hamil tidak banyak beranjak, masih berkisarantara 37-40 . Situasi ini mengundang kebutuhan asesmen mencari rangkaianpenyebab masih tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil.Penelitian ini merupakan penelitian operasional menilai pengembangan danaplikasi sistem informasi online ndash; SI-CANTIK ndash; dalam menguatkan fungsiasesmen program penanggulangan anemia pada ibu hamil. Pengembangan sisteminformasi termasuk proses penentuan data serta sistem pengumpulan danpelaporan data melibatkan para penanggungjawab program di semua tingkatanmanajemen program, sampai fasilitas layanan. Data mencakup informasi tentangketersediaan TTD, jumlah sasaran ibu hamil dan jumlah ibu hamil yang periksadarah Hb menurut usia kehamilan. SI-CANTIK diterapkan pada semuapuskesmas dan jaringannya di Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi dan KotaSukabumi Provinsi Jawa Barat. Pencatatan data secara elektonik dan pelaporandata dari fasilitas layanan ke pusat manajemen melalui SMS Short MessageSystem . Penyajian data di semua tingkatan program dapat dilakukan setiap waktudilengkapi dengan sensor kesalahan data ndash; ketersediaan TTD, jumlah ibu hamildan pemeriksaan Hb.Hasil penelitian menunjukkan aplikasi SI-CANTIK berjalan lancar danmenguatkan secara nyata fungsi asesmen program penanggulangan anemia padaibu hamil. Aplikasi SI-CANTIK tidak membebani dan justru mengurangi bebanpetugas kesehatan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan data. Penguatanfungsi asesmen terlihat melalui peningkatan kemampuan program menyediakandan memudahkan akses data tepat waktu yang relevan di tingkat manajemen danlayanan program, dan peningkatan penggunaan data dalam pengembangankebijakan dan manajemen program layanan. Penyajian data yang dilengkapidengan sistem sensor membuat program mampu mendeteksi dan memperbaikikesalahan data, dan dengan demikian mendorong peningkatan kualitas data.Aplikasi SI-CANTIK juga mendorong komunikasi, koordinasi dan integrasiberbagai program yang terkait dengan upaya penanggulangan anemia pada ibuhamil.Kata Kunci: fungsi asesmen program, sistem informasi online, pemberian TTD,data tepat waktu, sistem sensoring data

ABSTRACT
Name Rr. Dhian Probhoyekti DipoStudy Program Doctoral Program of Public HealthTitle Strengthen the Assesment Function in Health Program Online of Information System ndash SI CANTIK ndash Controlling Anemia Program in Pregnant MotherControlling of Anemia in Pregnant Mother Policy is assigned since 1992, which isprovided Iron Folic Acid IFA tablets in pregnancy period. The providing IFA isconducted in Puskesmas and its networking. Trend of the coverage is increasedsince 2009 to 2014 that are 68,7 to 85,1 . However, the increasing is not inlineto the anemia prevalence, which is stagnant around 37 40 . The situation is leadto seeking the path of the causes as the high of anemia prevalence.The study is included in operational research to assess the development andapplied online system information ndash SI CANTIK ndash in strengthening assessmentfunction of Program to Control Anemia in Pregnant Mother. The development ofinformation system are started by determining the data, system collecting andreporting, which contributed by stakeholder in all stages of management program.The data that covered information about availability of IFA tables, target ofpregnant mother and pregnant mother who received hemoglobin Hb blood testas gestation. SI CANTIK is applied to all Puskesmas in Muara Jambi District andSukabumi City. Recording the data is done by electronic and reporting isconducted from Puskesmas and its networking to management centre throughSMS Short Messaging System . Data is presented in all stages of programs, andcould be accessed anytime that completed by error censoring availability of IFAtables, target of pregnant mother and Hb blood test.The result showed that SI CANTIK application is piloted adequately, and in factstrengthening the assessment function of Program to Control Anemia in PregnantMother. SI CANTIK application makes the reporting and recording data is easierthan before. The strengthening assessment function has seen increasing ofcapability program to provide and access data on time in service and managementstages, and improving of using data in development of policy and managementprogram. The data presentation is equipped by censoring system to detect theerror data and restore the data, then drive the manager to improve the quality ofprogram. SI CANTIK application is to motivate communication, coordination andintegration among programs related controlling anemia in pregnant mother.Keywords assessment function of program, online information system, providingIFA, real time data, data censoring system"
2016
D2241
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entos
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyimpangpositif positive deviants yang berhubungan dengan status gizi normal tidakstunting dan tidak wasting pada anak usia baduta dari keluaga termiskin, denganpendekatan penyimpangan positif positive deviance . Penelitian ini menggunakandata Riskesdas tahun 2010 dari Kementerian Kesehatan RI, dengan sampel anak usia0-11 bulan dan 12-23 bulan dari keluarga termiskin yaitu dengan pengeluaran perkapita per bulan pada 10 terbawah atau maksimal < Rp 176.009.-. Status gizididasarkan kepada TB/U untuk menentukan status gizi normal dan stunting pendek dan BB/TB untuk menentukan status gizi normal dan wasting kurus .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyimpang positif positivedeviants yang berhubungan dengan status gizi normal pada anak usia 0-11 bulan darikeluarga termiskin adalah : 1 pemberian ASI dengan frekuensi > 8 kali sehari;status gizi normal bayi diberikan ASI > 8 kali sehari 68,0 , dan < 8 kali sehari53,0 p = 0,03< 0,05 OR 1,88 1,09 ndash; 3,25 , dan 2 penimbangan berat badan diPosyandu setiap bulan; status gizi normal bayi ditimbang setiap bulan di Posyandu66,7 ,dan tidak setiap bulan 52,9 p = 0,05 = 0,05 OR 1,78 1,03 ndash; 3,10 .Faktor penyimpang positif positive deviants yang berhubungan denganstatus gizi normal pada anak usia 12-23 bulan dari keluarga termiskin adalah : 1 tingkat konsumsi energi > 70 AKG; status gizi normal konsumsi energi > 70 AKG 57,6 , < 70 AKG 39,8 p = 0,014 < 0,05 , OR 2.05 1,19 ndash; 3,54 , 2 kepemilikan sarana Buang Air Besar BAB ; status gizi normal keluarga yangmemiliki sarana BAB 48,4 , tidak memiliki 33,3 p = 0,01 < 0,05 , OR 1,88 1,17 ndash; 3,02 , 3 kualitas fisik air minum kategori layak; status gizi normal pada keluargatermiskin yang memiliki kualitas fisik air minum kategori layak 46,3 , tidak layak30 p = 0,03 < 0,05 OR 2,01 1,10 ndash; 3,67 , dan 4 riwayat sakit anak saatneonatal; status gizi normal pada anak tidak pernah sakit saat neonatal 66,0 , anakpernah sakit 47,5 p = 0,03 < 0,05 OR 2,14 1,10 ndash; 4,18 .Kata kunci: Status Gizi Normal, Penyimpang Positif Positive Deviants , KeluargaTermiskin."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
D1713
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library