Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabil Hasnaa Khoirunnisa
"

Pendahuluan: Kelainan kromosom meningkat secara eksponensial pada ibu usia lanjut dan prevalensi dapat mencapai hingga 80% pada wanita usia 40 tahun. Oleh karena itu, PGT-A telah digunakan di rumah sakit pada pasien IVF, untuk mencegah konsekuensi yang timbul dari kelainan genetik dan mengoptimalkan hasil klinis. Faktor ibu dan faktor laki-laki yang berhubungan dengan kesuburan telah dikaitkan dengan penemuan embrio aneuploid di PGT-A, namun data masih sedikit. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh usia ibu, penilaian embrio, konsentrasi sperma, dan motilitas sperma pasangan terhadap hasil PGT-A. Metode: Penelitian cross-sectional ini menggunakan data rekam medis dan buku embriologi Klinik Yasmin Kencana. Sebanyak 35 pasien IVF dengan embrio tunggal yang telah menjalani PGT-A dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis untuk kemungkinan pengaruh usia ibu, penilaian embrio, konsentrasi sperma, dan motilitas sperma pasangan, terhadap hasil PGT-A. Untuk mengidentifikasi faktor terkuat yang terkait dengan tingkat aneuploidi, dilakukan analisis regresi logistik multivariat. Hasil: Usia ibu (p=0,033), penilaian embrio (p=0,002), konsentrasi sperma (p=0,002) dan motilitas sperma (p=0,008), memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan hasil PGT-A. Faktor terkuat dalam memprediksi hasil PGT-A pasien IVF adalah penilaian embrio (B=0.593, OR=1.809, 95% CI, 0.286-0.683, p<0.001). Kesimpulan: Penelitian ini menemukan bahwa usia ibu, penilaian embrio, konsentrasi sperma dan motilitas sperma mempengaruhi hasil PGT-A.


Introduction: Chromosomal abnormality increases exponentially in advanced maternal age and reaches up to 80% prevalence in women ages 40. For this reason, PGT-A has been utilized in hospital settings for IVF patients, to prevent consequences arising from genetic anomalies and optimize clinical outcomes. Maternal factors and fertility-related male factors have been associated with finding an aneuploid embryo in PGT-A, yet data remain scant. The aim of this study was to analyze the influence of maternal age, embryo grading, partner’s sperm concentration and sperm motility on PGT-A results. Method: This cross-sectional study used data from Yasmin Kencana Clinic medical record and embryology book. A total of 35 single-embryo IVF patients who had undergone PGT-A were analyzed using the Kruskal Wallis test, for the possible influence of maternal age, embryo grading, partner’s sperm concentration and sperm motility on PGT-A results. For the identification of the strongest factor associated with aneuploidy rates, multivariate logistic regression analysis was performed. Results: Maternal age (p=0.033), embryo grading (p=0.002), sperm concentration (p=0.002) and sperm motility (p=0.008), have a statistically significant relationship with the PGT-A results. The strongest factor in predicting PGT-A results of IVF patients is embryo grading (B=0.593, OR=1.809, 95% CI, 0.286- 0.683, p<0.001). Conclusion: This study found that maternal age, embryo grading, sperm concentration and sperm motility influence PGT-A results.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Putra Julianno
"Latar belakang: Saat ini prevalensi penyakit tidak menular, salah satunya obesitas, mengalami tren peningkatan. Obesitas dapat menimbulkan berbagai komplikasi dan dapat menjadi penyakit penyulit sehingga menjadi tantangan dalam menata laksana berbagai penyakit. Perubahan fisiologis yang dibawa oleh obesitas dapat menjadi faktor risiko perkembangan kanker endometrium. Obesitas dapat memicu paparan estrogen berlebih dari konversi androgen pada jaringan adiposa perifer. Selain itu, dengan perubahan hormonal akibat menopause, terjadi gangguan keseimbangan hormon yang dapat mencetuskan kanker endometrium. Saat ini masih sedikit sekali penelitian yang meneliti hubungan antara obesitas dan awitan kanker endometrium terutama yang merefleksikan populasi Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mendalami topik tersebut berserta hubungannya dengan menopause pada pasien kanker endometrium di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2019-2021. 
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potong lintang menggunakan rekam medis pasien yang terdiagnosis kanker endometrium di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2019-2021. Terdapat 54 subjek penelitian dari sampel tersedia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 
Hasil: Terdapat 122 kasus kanker endometrium yang ditemukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2019-2021. Sebanyak 48,2% dari seluruh subjek tergolong mengalami obesitas berdasarkan kriteria APAC. Sebanyak 40,7% subjek yang mengalami awitan kanker endometrium sebelum menopause dan terdapat 59,3% dari seluruh subjek yang mengalami awitan kanker endometrium setelah menopause. 
Kesimpulan: Walaupun tidak terdapat hubungan statistik bermakna antara obesitas dan awitan kanker endometrium terhadap menopause, namun perbandingan proporsi menunjukkan bahwa 50% subjek kelompok obesitas mengalami awitan sebelum menopause dibandingkan 32,1% subjek pada kelompok IMT normal.

Introduction: Currently, prevalence of non-communicable diseases, including obesity, is increasing. Obesity can present numerous complications and may be comorbidity that can bring challenges in treatments. Physiological changes provoked by obesity can be a risk factor for precipitating endometrial cancer. Obesity can cause excessive estrogen exposure from androgen conversion conveyed in peripheral adipose tissue. In addition, with hormonal changes attributed to menopause, hormonal imbalance may occur and precipitate endometrial cancer. At present, the availability of study discussing obesity and onset of endometrial cancer is still limited. This study is conducted to delve this topic with respect to menopause in patients with endometrial cancer at RSUPN Cipto Mangunkusumo in 2019-2021. 
Method: This study is based on cross-sectional design study using health record of patients diagnosed with endometrial cancer at RSUPN Cipto Mangunkusumo in 2019-2021. There are 54 subjects from available sample and complying with inclusion and exclusion criteria. 
Result: This study found 122 cases of endometrial cancer diagnosed at RSUPN Cipto Mangunkusumo in 2019-2021. As many as 48,2% of all subjects classified as having obesity in reference to APAC criteria. Proportion of patients with onset before menopause is 40,7% of all subjects while patients with onset after menopause is 59,3% from all subjects. 
Conclusion: While this study suggests that there are no significant statistic association between obesity and onset of endometrial cancer compared with menopause, comparison of proportion of endometrial cancer onset shows that 50% of subjects with obesity experience onset before menopause compared to 32,1% subjects with normal BMI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celina Azhura Harmen
"Duktus arteriosus persisten adalah penyakit jantung bawaan yang terjadi ketika duktus arteriosus gagal menutup tepat waktu. Beberapa faktor termasuk usia prematur, berat badan lahir rendah, sindrom genetik, usia ibu selama kehamilan, diabetes ibu, merokok orang tua dikatakan sebagai faktor risiko duktus arteriosus persisten. Untuk profil klinis, beberapa penelitian telah menunjukkan jenis kelamin, kelompok usia, keluhan utama, komplikasi, dan manajemen duktus arteriosus persisten terisolasi yang umum ditemukan. Namun, informasi faktor risiko dan profil klinis pasien duktus arteriosus persisten terisolasi di RS Cipto Mangunkusumo masih belum jelas, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencari tahu informasi tersebut.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan dengan melibatkan 39 pasien duktus arteriosus persisten yang diisolasi dan 39 pasien kontrol dari RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2020. Setelah dilakukan simple random number sampling, data dikumpulkan dari rekam medis dan/atau melalui wawancara pasien. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 24 untuk Mac. Analisis asosiasi variabel diselidiki menggunakan Pearson Chi-squared Test, Fisher’s Exact Test, and Kruskal-Wallis Test.
Hasil: Profil pasien duktus arteriosus persisten terisolasi memiliki beberapa perbedaan dengan kelompok kontrol. Untuk faktor risiko, kelahiran prematur (p=0,003), berat badan lahir rendah (p=0,01), dan adanya sindrom genetik (p=0,013) dikonfirmasi sebagai faktor risiko duktus arteriosus persisten terisolasi pada populasi ini. Namun, riwayat merokok ibu selama kehamilan (p=0,494), usia ibu saat hamil (p=0,349), ayah yang merokok (p=0,364), dan diabetes ibu (p=1,00) tidak terbukti meningkatkan risiko duktus arteriosus persisten terisolasi dalam populasi ini.
Kesimpulan: Studi ini mengungkapkan hubungan yang signifikan antara kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan sindrom genetik dengan duktus arteriosus persisten terisolasi. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan secara luas profil klinis pasien duktus arteriosus persisten terisolasi pada populasi ini. Namun, penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk membangun bukti yang lebih kuat dan untuk mengeksplorasi faktor risiko yang tidak dapat dianalisis dalam penelitian ini dan penelitian lebih lanjut harus menggunakan populasi yang lebih besar untuk menghasilkan data profil pasien yang lebih baik.

Introduction: Patent ductus arteriosus (PDA) is a congenital heart disease that happens when the ductus arteriosus fail to close in a timely manner. Several factors including premature age, low birth weight, genetic syndrome, maternal age during pregnancy, maternal diabetes, parental smoking are said to be the risk factors of patent ductus arteriosus. For clinical profile, several studies have shown the commonly found gender, age group, main complains, complications, and managements of isolated PDA. However, the information for risk factors and the clinical profile of isolated PDA patients in Cipto Mangunkusumo Hospital is still unclear, thus a study is needed to explore these information.
Method: This cross-sectional study was conducted involving 39 isolated PDA patients and 39 control patients from Cipto Mangunkusumo Hospital in 2020. After a simple random number sampling, data were gathered from the medical records and/or through patient interview. Next, the data were analyzed using the Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 24 for Mac. Analysis of association of the variables were investigated using the Pearson Chi-squared Test, Fisher’s Exact Test, and Kruskal-Wallis Test.
Results: The profile of isolated PDA patients have several differences with the control group. For the risk factors, preterm birth (p=0.003), low birth weight(p=0.01), and presence of genetic syndrome(p=0.013) are confirmed as the risk factors of isolated PDA in this population. However, maternal smoking history during pregnancy (p=0.494), maternal age during pregnancy (p=0.349), paternal smoking (p=0.364), and maternal diabetes (p=1.00) weren’t proven to increase the risk for isolated PDA in this population.
Conclusion: This study revealed significant association between preterm birth, low birth weight, and genetic syndrome with isolated PDA. In addition, this study also explained extensively the clinical profiles of isolated PDA patients in this population. However, further studies are recommended to establish stronger evidence and to explore risk factors that couldn’t be analyzed in this study and more studies should use bigger population to yield a better patient profile data.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aureilia Calista Zahra
"Pendahuluan: Sindrom polikistik ovarium adalah salah satu gangguan metabolikendokrin yang paling umum yang banyak ditemukan pada wanita dengan usia reproduksi. Sindrom ini ditandai dengan ketidakseimbangan hormon, dan terdapat beberapa tanda klinis seperti ketidakteraturan siklus menstruasi dan hiperandogrenisme yang dapat menyebabkan anovulasi. Sindrom polikistik ovarium merupakan kondisi yang banyak dikaitkan dengan obesitas serta resistensi insulin, yang dapat diukur dengan menghitung rasio gula darah/insulin puasa. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara obesitas dan rasio gula darah/insulin puasa pada pasien dengan sindrom polikistik ovarium. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik yang menggunakan metode crosssectional dengan menggunakan data yang diperoleh dari rekam medis di Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. Variabel independent merupakan index massa tubuh dan variable dependen adalah rasio dari gula darah/insulin puasa. Hasil: Terdapat lebih banyak pasien sindrom polikistik ovarium dengan obesitas jika dibandingkan dengan normal dan overweight. Pasien sindrom polikistik ovarium dengan obesitas memiliki rata-rata rasio gula darah/insulin puasa yang paling rendah, dengan rata-rata 11.484 (SD + 5.325). Terdapat perbedaan yang signifikan jika dibandingkan kelompok index massa tubuh normal dan overweight. Selain itu, terbukti bahwa ada korelasi yang signifikan (P < 0.001) antara index massa tubuh dengan rasio gula darah/insulin puasa, dengan nilai Pearson Correlation -0.408, yang menandakan bahwa jika satu variabel memiliki nilai yang tinggi, maka nilai dari variabel lain akan turun. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan bahwa adanya korelasi negaitf yang signifikan antara index massa tubuh dengan rasio gula darah/insulin puasa. Keduanya memiliki nilai yang tidak sebanding, dimana nilai dari rasio gula darah/insulin puasa akan menjadi lebih rendah jika index massa tubuh pasien dengan sindrom polikistik ovarium tinggi.

Introduction: Polycystic ovary syndrome is one of the most common metabolicendocrine disease that can be found in women in reproductive age. This syndrome is characterized by hormonal imbalance, and will give rise to several clinical manifestations such as irregular menstrual cycle and hyperandrogenism, which is one of the cause of anovulation. Polycystic ovary syndrome is a condition that is closely correlated to obesity and insulin resistance, which can be measured by counting the fasting glucose/insulin level ratio. Thus, this study aims to analyse the correlation of obesity and fasting glucose/insulin level ratio in polycystic ovary syndrome patients. Methods: This research is an analytical study that uses cross-sectional method and utilize medical records from patients in Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. The independent variable is the body mass index, meanwhile the dependent variable is the ratio of fasting glucose/insulin level. Results: There are more obese than lean and overweight polycystic ovary syndrome patients. PCOS patients with obesity present the lowest average fasting glucose/insulin level ratio, with value of 11.484 (SD + 5.325). The difference is significant when compared to lean and overweight patients. Additional to that, it is found that there is a significant correlation (P < 0.001) between body mass index and fasting glucose/insulin level ratio. This result have Pearson Correlation value of -0.408, which means when one variable value is high, the other variable value will be low. Conclusion: This research has found that there is a significant negative correlation between body mass index and fasting glucose/insulin level ratio, with both values are disproportionate to one another. This can be seen by the lower the fasting glucose/insulin level ratio is, the higher the body mass index will be."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haikal Irsyadi Hasbillah
"Latar Belakang Defek septum atrium (DSA) adalah kelainan jantung bawaan yang memengaruhi efisiensi jantung saat septum atrium tidak menutup saat lahir. Umum terjadi pada anak-anak dan terkait dengan faktor risiko seperti Sindrom Down, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, usia ibu muda, riwayat keluarga penyakit jantung bawaan, paparan rokok dan paparan alkohol ibu. Meskipun berbagai profil klinis anak dengan DSA terisolasi telah diteliti namum faktor risiko DSA di RSCM belum banyak diteliti. Metode Penelitian potong lintang ini melibatkan 39 pasien DSA terisolasi berusia 0-18 tahun di RSCM, bersama dengan 39 pasien pediatrik umum sebagai kontrol. Rekam medis dipilih secara acak, dan wawancara dilakukan untuk melengkapi data. SPSS versi 27 digunakan untuk analisis data melalui uji statistik, termasuk analisis univariat dan bivariat. Hasil Kelompok DSA terisolasi umumnya terdiri dari perempuan muda dengan berat badan rendah dan bising jantung derajat-III, dan berasal dari keluarga berpenghasilan menengah-rendah. Sindrom Down (nilai-p=0,007) dan kelahiran prematur (nilaip= 0,001) merupakan faktor risiko yang signifikan secara statistik untuk DSA terisolasi dalam populasi ini. Kesimpulan Sindrom Down dan kelahiran prematur terdapat hubungan signifikan dengan DSA. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk memperkuat bukti faktor risiko yang tidak signifikan secara statistik.

Introduction Atrial septal defect is a congenital heart defect that affects the efficiency of the heart when the atrial septum does not close at birth. It is common in children and is associated with risk factors such as Down Syndrome, premature birth, low birth weight, young maternal age, family history of congenital heart disease, smoking exposure and maternal alcohol exposure. Although various clinical profiles of children with isolated ASD have been studied, the risk factors for ASD in dr.Cipto-Mangunkusumo Hospital have not been widely studied. Method This cross-sectional study involved 39 isolated ASD patients aged 0-18 years at dr.Cipto- Mangunkusumo Hospital, along with 39 general pediatric patients as controls. Medical records were selected randomly, and interviews were conducted to complete the data. SPSS version 27 was used for data analysis through statistical tests, including univariate and bivariate analysis. Results The isolated ASD group generally consisted of young women with low body weight and grade-III heart murmurs, and came from middle/low-income families. Down syndrome (p-value=0.007) and preterm birth (p-value=0.001) were statistically significant risk factors for isolated ASD in this population. Conclusion Down syndrome and premature birth are significantly associated with isolated ASD. Further research with a larger sample is needed to strengthen the evidence for risk factors that are not statistically significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyanti Prima Putri
"Pendahuluan: Ventricular septal defect (VSD) adalah penyakit jantung bawaan (PJB) ditandai dengan terdapatnya lubang atau foramen di dinding yang memisahkan bilik kiri dan kanan. Profil pasien antara lain umur, berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital, jumlah anggota keluarga, keluhan utama, ukuran VSD, klasifikasi VSD, adanya kardiomegali, komplikasi, riwayat penyakit jantung bawaan di keluarga, dan tata laksana VSD. Terdapat pula beberapa faktor risiko dari VSD antara lain jenis kelamin, berat lahir, usia kehamilan, status nutrisi, status sosio-ekonomi, kondisi genetik seperti sindrom Down, usia ibu ketika hamil, riwayat ibu merokok selama kehamilan, kebiasaan ibu minum-minuman beralkohol selama kehamilan, riwayat ayah merokok, dan riwayat diabetes ibu selama kehamilan. Namun, faktor risiko dan profil dari VSD di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo masih belum diketahui. Maka dari itu, penelitian ini diperlukan untuk menginvestigasi informasi ini. Metode: Studi potong lintang ini melibatkan 40 pasien VSD terisolasi dan 40 pasien kontrol yang datang ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2020. Data diperoleh dari rekam medis dan/atau wawancara pasien setelah dilakukan pemilihan sampel dengan metode acak sederhana. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 24 untuk Mac. Pearson Chi-squared test dan Fisher's exact test, digunakan untuk menyelidiki asosiasi variabel. Hasil: Dari 40 pasien VSD mayoritas balita, median berat badan 8,4 kg, rerata tinggi badan 85 cm, rerata tekanan darah, laju nadi dan laju napas dalam batas normal, keluhan utama tersering adalah berat badan sulit naik, jenis VSD terbanyak perimembranosa, ukuran VSD terbanyak ukuran besar, tidak ada komplikasi, tidak ada PJB dalam keluarga, dan terapi utama adalah operasi. Untuk faktor risiko, keberadaan kondisi genetik seperti sindrom Down terbukti secara bermakna [RP 2,143 (95% IK: 1,682-2,729), P= 0,02] sebagai satu-satunya faktor risiko VSD pada penelitian ini. Namun, beberapa faktor risiko lain termasuk status sosio-ekonomi (P=0,491), usia ibu saat hamil (P= 0,745), merokok ayah (P= 0,370), diabetes ibu saat hamil (P= 0,494), riwayat merokok ibu selama kehamilan (P= 1), dan riwayat asupan alkohol ibu selama kehamilan (P = 1) tidak terbukti sebagai faktor risiko VSD pada penelitian ini. Simpulan: Studi ini menemukan hubungan antara kondisi genetik seperti sindrom Down dengan VSD. Penelitian ini juga menemukan profil pasien VSD yang datang ke RSCM selama tahun 2020. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencari faktor risiko yang belum terbukti bermakna dan untuk menyelidiki faktor risiko lain yang tidak dieksplorasi dalam penelitian ini. Studi di masa depan harus mencakup populasi yang lebih besar untuk menghasilkan data profil pasien yang lebih baik.

Introduction: Ventricular septal defect (VSD) is a congenital heart disease (CHD) caused by a hole or foramen in the septum between the left and right ventricles. For profile, there are age, body weight, body height, vital signs, family size, main complaint, VSD size, VSD classification, presence of cardiomegaly, complications, familial congenital heart disease, and treatments of isolated VSD. There are also several risk factors of isolated VSD including gender, birth weight, gestational age, nutritional status, socio-economic status, genetic syndrome such as Down syndrome, maternal age when pregnant, maternal smoking history during pregnancy, maternal alcohol intake history during pregnancy, paternal smoking, as well as maternal gestational diabetes. However, the risk factors and profile of isolated VSD patients at Cipto Mangunkusumo Hospital are still unknown. As a result, research is required to investigate this information. Method: This cross-sectional study included 40 isolated VSD patients and 40 control patients from Cipto Mangunkusumo Hospital in 2020. Data were obtained from medical records and/or patient interviews following a simple random number sampling. The data was then analyzed using the Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 24 for Mac. The Pearson Chisquared Test and Fisher's Exact Test were used to investigate the variables' association. Results: From 40 patients, the majority was toddler, median body weight was 8.4 kg, mean body height was 85 cm, mean blood pressure, heart rate and respiratory rate were normal, the main complaints was difficulty gaining weight, types of VSD was perimembranous, most of patient had large VSD, there was no complications, there was no the presence of familial congenital heart disease and surgery was a most prevalent definitive VSD. For the risk factors, the presence of genetic syndrome such as Down syndrome [PR 2.143 (CI 95%: 1.682-2.729), P= 0.02] is confirmed as the only risk factor of isolated VSD in this population. However, several other parameters including socio-economic status (P= 0.491), maternal age when pregnant (P= 0.745), paternal smoking (P= 0.370), maternal gestational diabetes (P= 0.494), maternal smoking history during pregnancy (P= 1), and maternal alcohol intake history during pregnancy (P= 1) have not been shown to raise the risk of isolated VSD in this population. Conclusion: This study found a relation between genetic conditions like Down syndrome and isolated VSD. Furthermore, this study detailed the profile of isolated VSD patients in this population. However, more research is needed to establish stronger evidence and to investigate risk factors that were not explored in this study, and future studies should include a larger population to produce better patient profile data."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahnaz Quamila
"Latar Belakang Sejumlah penelitian telah menunjukkan dampak negative obesitas pada fertilitas dan hasil kehamilan pada pasien sindrom ovarium polikistik (SOPK) yang menjalani in vitro fertilization (IVF) atau juga umumnya dikenal sebagai program bayi tabung. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara obesitas sebagaimana direpresentasikan oleh indeks massa tubuh (IMT) dan angka kehamilan pada pasien SOPK di Klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSM). Metode Sejumlah 45 pasien SOPK obese dan 45 pasien non-obese dikumpulkan dari rekam medis. Analisis chi-square dilakukan untuk meneliti hubungan obesitas dengan angka kehamilan biokimia dan klinis. Terlebih dari itu, dilakukan analisis perbedaan kelompok rata-rata untuk melihat perbedaan perlakuan program bayi tabung yang diberikan pada dua kelompok pasien SOPK yang dapat memengaruhi hasil dan menjelaskan hasil tingkat kehamilan. Hasil Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas, sebagaimana direpresentasikan oleh IMT, dan angka kehamilan baik secara biokimia maupun klinis pada pasien SOPK yang menjalani program bayi tabung di Klinik Yasmin RSCM. Kesimpulan Meskipun tidak teridentifikasi hubungan yang signifikan antara IMT dan angka kehamilan pada pasien SOPK dalam populasi penelitian kami, hal ini menunjukkan adanya kemungkinan adanya faktor lain yang berkontribusi pada infertilitas dan patofisiologi SOPK. Maka dari itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelajahi faktor-faktor tersebut.

Introduction Previous studies have suggested the negative impact obesity on fertility and pregnancy outcomes in polycystic ovary syndrome (PCOS) patients undergoing in vitro fertilization (IVF). Therefore, this study aims to investigate the significance of obesity in PCOS pregnancy outcomes by identifying the association between body mass index (BMI) and pregnancy rates in obese and non-obese (lean) PCOS patients undergoing IVF at Klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Method Ninety patient records were collected and analyzed (obese N = 45; lean N = 45). The study mainly focused on assessing the association between BMI and both biochemical and clinical pregnancy rates in obese patient group using chi-square analysis. We also conducted a supplementary analysis of mean group differences to explore variations in IVF intervention between the two patient groups that could possibly account for pregnancy rate outcomes. Results No statistically significant association between obesity, as denoted by BMI, and biochemical as well as clinical pregnancy rates in PCOS patients undergoing IVF in Klinik Yasmin RSCM. Conclusion Although we were unable to identify a statistically significant association between BMI and pregnancy rates in PCOS patients undergoing IVF within our study population, our findings suggest the possible role of additional factors that may contribute to infertility in this syndrome. Further research is needed to explore other factors that may strongly contribute to pregnancy outcomes in women with PCOS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kieran Pasha Ivan Sini
"Latar Belakang: Preeklamsia digeneralisasikan sebagai gangguan multisimtomatik yang marak pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu. Wanita berisiko mengalami preeklamsia jika mereka memiliki faktor termasuk riwayat keluarga atau gangguan hipertensi terkait kehamilan, dan penyakit ginjal kronis, nulipara, obesitas (IMT lebih dari> 35), riwayat keluarga preeklamsia, riwayat atau kehamilan multifetal saat ini, dan interval kehamilan 10 tahun dari kehamilan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan faktor risiko, semoga menjelaskan pencegahan dan metodologi baru untuk mengurangi risiko, atau mungkin mencegah kondisi tersebut muncul. Metode: Penelitian ini menggunakan rekam medis yang diperoleh dari tahun 2021 dimana rekam medis tersebut berasal dari fokus studi demografi yaitu Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan dianalisis melalui program SPSS. Data yang akan dikumpulkan terkait profil demografi dan factor risiko pasien meliputi usia pasien, risiko penyakit kardiovaskular yang terkonfirmasi, kehamilan sebelumnya, dan level pendidikan. Hasil: Studi ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok usia (c2(2) = 7.9, p = 0.019, Cramer's V = 0.152), riwayat penyakit kardiovaskular (c2(2) = 17.32, p < 0.001, Cramer's V = 0.226) dengan kejadian dari preeklampsia. Perbedaan yang signifikan secara statistik pada usia rata-rata juga diamati antara mereka yang menderita preeklampsia dan mereka yang tidak menderita preeklamsia (t(338) = 3,08, p = 0,002). Sementara itu, kehamilan sebelumnya (p = 0,296) dan level pendidikan (p = 0,614) secara statistik tidak berbeda signifikan dengan terjadinya preeklampsia di antara kedua kelompok sampel. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa usia, riwayat penyakit kardiovaskular merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya preeklampsia.

Introduction: Preeclampsia is generalized as a multisymptomatic disorder that is prevalent within pregnancies of 20 weeks’ gestation. Women are at risk of preeclampsia if they have factors including a history of familial or pregnancy-related hypertensive disorder, chronic kidney disease, nulliparity, being obese (a BMI over >35), a family history of preeclampsia, history or a current multifetal pregnancy, and a pregnancy interval of 10 years from the previous pregnancy. This study aims to identify possible causes and risk factors, hopefully shedding light towards new preventions and methodologies to somewhat reduce risks, or possibly prevent the condition from ever emerging. Methods: This research uses medical records obtained from the year 2021, where the records originate from the Department of Obstetrics and Gynecology, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and later analyzed through SPSS. Data that will be collected relating to the patients’ demographic profiles and risk factors includes the age of the patient, confirmed risk of cardiovascular diseases, previous pregnancies, and educational level. Results: This study found that there are statistically significant differences between age groups (c2(2) = 7.9, p = 0.019, Cramer’s V = 0.152), history of cardiovascular disease (c2(2) = 17.32, p < 0.001, Cramer’s V = 0.226) with the occurrence of preeclampsia. A statistically significant difference in mean ages were also observed between those that had preeclampsia and those that did not (t(338) = 3.08, p = 0.002). Meanwhile, previous pregnancies (p = 0.296) and educational level (p = 0.614) was not statistically significantly different to the eventual occurrence of preeclampsia in between the two groups of samples. Conclusion: This study shows that age, history of cardiovascular disease, are significant risk factors towards the occurrence of preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anselma Prasti Keishani
"Latar Belakang Masa remaja perempuan krusial untuk persiapan kehamilan di kemudian hari, namun isu gizi tetap persisten, terutama keterbatasan variasi dan keberagaman. Kualitas diet yang buruk, yang terkait dengan kebiasaan makan yang tidak sehat, dapat memengaruhi kesehatan mental, termasuk harga diri remaja putri Meskipun demikian, hubungan antara kualitas diet dan harga diri masih belum terungkap. Metode Penelitian ini melibatkan 340 remaja putri bersekolah dari tiga kabupaten terpilih di Provinsi Jawa Barat di Indonesia. Peserta melengkapi pengumpulan data tentang asupan makanan menggunakan 2-days repeated 24-hour recall. Data mengenai asupan makanan dimasukkan kedalam NutriSurvey versi 2007, program yang menyediakan analisis nutrisi terperinci. Hasil analisis digunakan untuk menghitung skor Healthy Eating Index-2015 (HEI-2015), sebuah penilaian yang mengukur sejauh mana asupan makanan peserta mengikuti pedoman diet. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), merupakan instrument pengukur harga diri yang terdiri dari sepuluh item. Hasil Analisis regresi berganda dilakukan untuk menilai hubungan antara skor HEI-2015 dan skor RSES, dengan menyesuaikan faktor perancu. Skor median HEI-2015 adalah 26.9(26.2-25.6)yang jauh dibawah skor yang direkomendasikan ≥ 80, sementara skor rata-rata RSES adalah 16.72 ± 2.88. Uji linear berganda menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara skor HEI-2015 dan RSES pada remaja putri (β = -0.03; 95%CI = -0.07 – 0.03; p = 0.54). Kesimpulan Penelitian ini menampilkan tidak adanya hubungan antara kualitas diet dan harga diri pada remaja putri yang bersekolah di Jawa Barat, tahun 2018. Temuan ini menegaskan pentingnya mengatasi kualitas diet yang buruk dan menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut.

Introduction The adolescence period for girls is crucial for maternal preparation, yet nutritional issues persist in the limited variety and diversity of dietary intake. Poor dietary quality, associated with unhealthy eating habits, may impact mental health, including self-esteem of adolescent girls. Though the relationship between dietary quality and self-esteem remains unclear. Methods A total of 340 school going adolescent girls from 3 chosen district sin West Java province in Indonesia, in the year 2018 was analysed in this study. Participants completed a 2-days repeated 24-hour dietary recall, and the results were entered into Nutrisurvey2007, before used to calculate dietary quality score using HEI-2015, to measure how well dietary intake follow dietary guidelines. Measure of self-esteem was conducted using the Rosenberg Self-Esteem Scale, consisting of 10 items. Results A multiple regression analysis was performed to assess the association between the HEI- 2015 score and RSES score, adjusting for potential confounders. The median HEI-2015 score was 26.9(26.2-25.6), which was far below the recommended score of ≥ 80, while the mean RSES score was 16.72±2.88. Multiple linear regression testing showed no statistically significant association between HEI-2015 and RSES in adolescent girls (β = -0.03; 95%CI = -0.07 – 0.03; p = 0.54). Conclusion The study features no association between dietary quality and self-esteem among adolescent girls in West Java, in 2018 These findings underscore the importance of addressing poor dietary quality and highlight the need for further research to elucidate the underlying factors and potential interventions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaniya Meidini Tahsya Hermawan
"Latar Belakang Sindrom Polikistik Ovarium (SAPK) adalah salah satu penyakit metabolic-endokrin yang paling sering ditemui pada Wanita dalam usia reproduktif. Sindrom Polikistik Ovarium merupakan kondisi yang banyak dikaitkan dengan obesitas dan meningkatnya jaringan adiposa, yang bisa diukur dengan lingkar pinggang dan tingkat lemak viseral. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menganalisis korelasi dari obesitas dengan jaringan lemak viseral pada pasien sindrom polikistik ovarium dan kontrol pada klinik Yasmin, RSCM Kencana Metode Penelitian ini merupakan studi retrospektif analitik yang menggunakan metode cross-sectional dengan menggunakan data yang diperoleh dari rekam medis di Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. Variabel independent merupakan index massa tubuh, sedangkan variable dependen adalah lingkar pinggang dan tingkat lemak viseral pada pasien SOPK dan kontrol. Hasil Penelitian ini menemukan perbedaan yang signifikan pada Lingkar pinggang (LP) dan Tingkat lemak viseral antar parameter IMT yang berbeda. Ketika membandingkan SOPK dan kelompok tidak SOPK pada kelompok yang disesuaikan dengan IMT, hanya kelompok obesitas yang memiliki perbedaan signifikan pada LP dan tingkat lemak viseral. Selain itu, ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara indeks massa tubuh dan lingkar pinggang (p<0,000), serta lemak viseral (p<0,000) pada pasien PCOS. Hasilnya memiliki nilai Korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,892 dan 0,871 yang berarti variabel lainnya akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya salah satu variabel. Kesimpulan Hasil dari penelitian ini menemukan adanya korelasi signifikan positif antara jaringan lemak viseral dan IMT pada pasien SOPK.

Introduction Polycystic ovary syndrome (PCOS) is one of the most common metabolic-endocrine disease that can be found in women in reproductive age. Polycystic ovary syndrome is a condition that is closely correlated to obesity and increase of adipose tissue, which can be measured by waist circumference and visceral fat level. Thus, this study aims to analyse the correlation of obesity with waist circumference and visceral fat in polycystic ovary syndrome and control patients. . Method This research is a retrospective analytical study that uses cross-sectional method and utilize medical records from patients in Klinik Yasmin, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana. The independent variable is the body mass index, meanwhile the dependent variable is the waist circumference and visceral fat level. Results This research has found a significant difference in WC and VF among different BMI parameters. When comparing PCOS and the control group in their BMI-matched group, only the Obese group had a significant difference in WC and VF. Additionally, it is found that there is a significant correlation between body mass index and waist circumference (p<.000), as well as visceral fat (p<.000) in PCOS patients. The result has Pearson Correlation values of 0.892 and 0.871, respectively, which means the other will be higher as one variable increases. . Conclusion This research has found that there is a significant positive correlation between visceral adipose tissue and body mass index in PCOS patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>