Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo
"Program kebugaran hiperbarik merupakan bagian dari kegiatan hiperbarik center RSAL Dr Mintohardjo Jakarta. Program kebugaran ini dapat memperluas segmen pelanggan hiperbarik centre dimana tidak hanya bermanfaat bagi penderita saja, tetapi juga dapat berguna bagi orang sehat. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui sejauh mana manajemen rumah sakit menjalankan upaya bauran pemasaran hiperbarik dan program kebugaran hiperbarik bagi masyarakat umum, sekaligus membuktikan bahwa bauran pemasaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam setiap industri jasa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada manajer RSAL Berta menggali pendapat pasien dengan questioner tentang pemasaran hiperbarik dan program kebugarannya.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa RSAL sudah melakukan bauran pemasaran meskipun belum terencana dengan baik. Pelaksanaan bauran pemasaran harus dilakukan perbaikan agar pemasaran program kebugaran hiperbarik RSAL dapat berhasil dengan baik.
Disarankan agar pimpinan RSAL membuat surat keputusan atau kebijakan agar rencana rencana yang berguna bagi hiperbarik center dapat terwujud dengan baik. Pelaksanaan program kebugaran hiperbarik dianjurkan untuk dilakukan pada waktu yang berbeda dengan pelayanan hiperbarik untuk pasien. Harga pelayanan hiperbarik perlu dinaikkan disertai peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan pelayanan hiperbarik yang lebih praktis merupakan salah satu upaya memperluas distribusi pelayanan. Sedangkan promosi dilakukan dengan mengutamakan publisitas ilmiah untuk mendapatkan pengakuan dari profesi lain.

Marketing Mix Analysis of Hyper Baric Chamber DR Mintohardjo Marine Hospital Jakarta, 2002.Hyper baric fitness program is apart of Hyper baric center activity from RSAL Dr Mintohardjo Jakarta. This program can extend customer segment of hyper bark center, which is not only usefull for patient but also for the healthy people. Objective of this research is to find out how far the hospital management running effort for hyper bark and its fitness program marketing mix for public, and also to prove that marketing mix is an important thing to be consider in service industry.
This research is a qualitative research by doing depth interview to the hospital manager and explore patient opinion with questioner to get their opinion about marketing activity in hyper bark and its fitness program.
The conclusion base on this research stated that RSAL have doing marketing mix activity even though not planning well. The operation is not perfect yet and there are need correction in several aspect so the RSAL hyper bade marketing can running successfully. There are suggestion that management of RSAL should make some policy or decision letter to support usefull planning for hyper baric center which can be done properly. The operation of hyper baric fitness program suggested to be done in different time with hyper baric services for the patient. The price of hyper baric services should be rising in accordance with the improvement of service quality. The improvement of hyper baric center which more practical is one of the effort to extend service distribution. Meanwhile the promotion activity priorities for science publicity to get confession from other professions.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Fadjar Harijanto
"Untuk dapat mencapai visi Indonesia sehat 2010, telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Strategi yang ditetapkan adalah melalui upaya-upaya promotif dan preventif sebagai kegiatan umum, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pada dasa warsa terakhir ini Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun l995, masih relatif tinggi yaitu sebesar 373/100.000 kelahiran hidup (KH), dan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 AKI di Indonesia sebesar 334/100.000 KH. AKI ini termasuk angka tertinggi sekitar 3-6 kali bila dibanding negara ASEAN lainnya. Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu salah satunya adalah dengan meningkatkan pengelolaan pelayanan antenatal sebagai bagian dari upaya promotif dan preventif sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal di Tingkat Dasar (Depkes RI, 1998).
Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang proses pengelolaan program pelayanan antenatal di Puskesmas Gladag dan Genteng Kulon meliputi proses pengkajian, perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan, serta pemantauan dan penilaiannya. Di samping itu ingin diketahui juga tentang komitmen pimpinan pada kedua Puskesmas terhadap pengelolaan pelayanan antenatal.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gladag dan Genteng Kulon Kabupaten Banyuwangi mulai 19 April sampai dengan 22 Mei 2002. Informan penelitian adalah 2 orang Kepala Puskesmas dan peserta diskusi kelompok terarah (DKT) sebanyak 13 orang bidan dan bidan di desa yang bertugas di Puskesmas tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Dari basil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pengelolaan program pelayanan antenatal di kedua Puskesmas sudah dilakukan dengan baik, tetapi belum dilakukan dengan optimal karena pengelolaannya tidak dilakukan secara menyeluruh dan hanya bersifat insidental yaitu hanya dilakukan pada tahun-tahun tertentu kalau mereka sedang ada kesempatan atau apabila ada instruksi khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
Pengelolaan pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur pada kedua Puskesmas tersebut baru pada tahap pengkajian dan pelaksanaan peIayanan antenatal yang bersifat rutinitas. Dalam pelaksanaannya pelayanan antenatal sudah mencakup pelayanan utama "5T" tetapi untuk pelayanan yang bersifat komprehensif belum dilaksanakan secara optimal, terutama dalam melakukan anamnesa, pemeriksaan umum (fisik dan psikologis), dan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar pengelolaan pelayanan antenatal dilaksanakan menyeluruh dan terpadu yang dilakukan secara teratur setiap tahun. Pelaksanaan pelayanan antenatal sedapat mungkin dilakukan secara komprehensif sehingga deteksi dini ibu hamil resiko tinggi dapat dicapai.

Qualitative Study on Management Process of Antenatal Service Program at Gladag and Genteng Kulon Health Centers of Banyuwangi District, 2002To achieve the vision of healthy Indonesia in 2010 it has been decided four missions in health building. One of those missions is to maintain and improve the quality of health service and the coverage to commumcy at all levels. The strategy that decided was through promotive and preventive efforts as general activity, without put aside the curative and rehabilitative efforts.
On the recent years the Maternal Mortality Rate (MMR) based on the Household Health Survey, 1995 it was still high as 3731100.000 live births, and based on Indonesia Health Demographic Survey, I997 the MMR in Indonesia was 334/100.000 live births. It is the highest rate if compared with the ASEAN countries. One of the efforts in reducing the MNIR is by increasing the antenatal service management at he primary health care (MOH RI, 1998).
The objective of this study is to obtain the information on the process of management program on antenatal service at Gladag and Genteng KuIon Health Centers, it coverings the review process, planning, motivating and implementation, and also controlling and its assessment. Besides that, it also to know the commitments of those leaders of the Health Centers.
This study was conducted at Gladad and Genteng Kulon Health Centers of Banyuwangi District since April 19 - May 22, 2002. The informants of this study are two heads of those Health Centers and 13 midwives as the participant of the Focus Group Discussion, and the Village Midwives whose are giving service at those Health Centers. The type of study used qualitative.
Based on the result of this study, it can be concluded that the process of management program on antenatal service at two Health Centers has been conducted in good order, however it has not conducted in optimal yet, since their management are not conducted in entirely. It only conducted on the certain years, if there were opportunities or if there was special instruction from the Local Health Service, Banyuwangi District.
The management program on antenatal service that conducted regularly at those Health Centers, it only on the reviewing phases and implementation of antenatal service. On their implementation of antenatal service it covering the main service in "5T", however on service that comprehensively it has not conducted yet in optimal, especially in doing anarnnesa and general check-up (physic and psychology), and also education to the pregnant mothers.
Based on the result of this study, It is recommended that the management of antenatal service should be conducted in entirely and integrated in regularly and in each year. The implementation of antenatal service as could as possibly comprehensively, so early detection for pregnant mothers with high risk can be achieved.
References: 63 (1968-2001)."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamisah
"Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara- negara ASEAN yaitu 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995). Hasil penilaian "Safe Motherhood" di Indonesia menyebutkan bahwa yang mempengaruhi AKI antara lain kualitas pelayanan antenatal yang masih rendah. Pemerintah telah mencanangkan program Making Pregnancy Safer (MPS) untuk menurunkan AKI, dengan meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal seperti telah ditargetkan, untuk cakupan K1 95% dan cakupan K4 90%. Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya Kota Banda Aceh AKI mencapai 11/4.598 kelahiran hidup, sementara cakupan K1 mencapai 93,3% dan K4 83,1%. Namun bagaimana kualitas pelayanan antenatal yang diberikan masih belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kualitas pelayanan antenatal dan hubungannya dengan kepuasan pasien, karena bila kualitas pelayanan baik dapat mempengaruhi kepuasan pasien.
Penelitian ini dilakukan di puskesmas di wilayah Kota Banda Aceh yang hanya mempunyai enam puskesmas. Desain penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan pendekatan cross-sectional. Unit penelitian adalah ibu hamil, dan populasi yaitu ibu hamil trimester II dan III yang telah berkunjung ke Puskesmas minimal dua kali. Metode pengambilan sampel secara purposive sampling dengan jumlah sampel 100 respoden. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai responden. Kualitas pelayanan yang diukur yaitu hubungan antar manusia, meliputi keramahan, komunikasi petugas dengan pasien serta tindakan pelayanan antenatal yang diberikan.
Hasil penelitian melaporkan, proporsi ibu hamil yang menyatakan puas 44%, petugas ramah 44%, petugas berkomunikasi dengan baik 43 % dan pelayanan antenatal baik sebanyak 41%. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara kualitas pelayanan antenatal yaitu keramahan dan komunikasi dengan kepuasan pasien, sedangkan variabel tindakan pelayanan antenatal secara statistik tidak menunjukkan hubungan bermakna. Sementara karakteristik pasien sebagai variabel kontrol meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan gravida, tidak satupun menunjukkan hubungan bermakna (P > 0,05) dengan kepuasan pasien. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kepuasan pasien adalah keramahan (OR: 3,64) pada CI95 %: (1,58- 8,37).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan antenatal di puskesmas di wilayah Kota Banda Aceh masih sangat rendah. Untuk itu perlu peningkatan kualitas pelayanan antenatal terutama dalam hal keramahan dan komunikasi, dengan cara meningkatkan motivasi dari pimpinan, perbaikan system reward dan pelatihan yang berkelanjutan.

The Relationship of Antenatal Care Quality with Patient Satisfaction at the Health Center of Banda Aceh City, 2002The Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high if it compared with the ASEAN countries that are 373/100,000 live births (Household Health Survey, 1995). The result of assessment on Safe Motherhood in Indonesia mentioned that the one influence on MMR is the quality of antenatal care was still low. The government has decided a program on Making Pregnancy Safer (MPS) to lowering the MMR, by increasing the coverage and the quality of antenatal care such as targeted, for first visit of antenatal care / K1 the coverage was 95% and for fourth visits of ANC / K4 was 90%0. In Aceh Province, especially Banda Aceh City the MMR reached 11/4.598 live births, while the coverage of K1 reached 93% and K4 was 83,1%. However, how about the antenatal care quality that given is still unknown. The objective of this study was to obtain information on antenatal care quality and its relation with patient satisfaction, since if the quality is good, it can influence to patient satisfaction.
This study was conducted at the Health Center of Banda Aceh City, which only has six Health Centers. The study designs that use was non-experimental by cross-sectional approach. Research unit was pregnant mothers, and the population was pregnant mothers who's having trimester II and III that visiting those Health Centers at least twice. The method of collecting sample was purposive sampling, with the number of sample 100 respondents. The data collected by interviewing the respondents. The quality of service that measured was the relation between human being, covering: kindness, health worker communication with the patient and also the action that given on ANC.
The result of study shows that the proportion of pregnant mothers that mentioning satisfaction was 44%, ones whose saying that health worker was kind 44%, ones whose mentioned that the health worker have good communication was 43%, and ones whose mentioned that ANC service was good only 41%. The result of chi square test shows that there was significant relationship (p < 0,05) between the quality of ANC service, that were the kindness and communication with patient's satisfaction, while variable of action on ANC service based on statistic was not showing the significant relationship. Whereas patient characteristic as control variable, covering: age, education, profession and gravida, was not showing the significant relationship (p > 0,05) with the patient satisfaction. The result of logistic regression multivariate analysis shows that the factor which is the most dominant influence to patient satisfaction was kindness (OR: 3,64) on Cl 95%: (1,58-8,37).
Based on the result of this study it can be concluded that the patient satisfaction to the quality of ANC service at the Health Center of Banda Aceh City is still very low. It is needed to improve the quality of ANC service, especially on the kindness and communication, by increasing the motivation from the leader, make better the reward system and training continually.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T3617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Pudjiastuti
"Analysis on the Compliance Rate of Health Personnel towards the Integrated Management of Childhood Illness at DKI Jakarta Health Center Year 2001The Ministry of Health Republic of Indonesia in collaboration with the World Health Organization, since 1997, has developed an approach in managing sick child under-five at the primary health services known as Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). Today, IMCI has been implemented in 26 provinces (of 30 provinces present) covering 128 districts/municipalities in Indonesia.
The province of DKI Jakarta, using regional budget 2000, has started socializing the IMCI to 14 health centers in 5 regions of Jakarta. How is the compliance of health worker in implementing the IMCI has never been studied.
The objective of this study is to have a outline information on factors related to the health worker's compliance towards IMCI implementation at HC in Jakarta. The study will use "cross-sectional" design with quantitative and qualitative approach and total sample of 23 IMCI-implement health workers. Data collection is conducted by direct observation to the health workers during sick child examination using a checklist. After the observation, the health workers will fill in a questionnaire. Some secondary data will also be collected using the checklist for Monitoring IMCI record and checklist for supporting facilities.
The result of the study shows that of 23 IMCI-implement health workers in DKI Jakarta 21.72% comply with interval value 58.61% - 90.28%, with cut off point value 80. The Internal factors is proven to have significant correlation with health worker's compliance with p = 0.04. While the external factors is proven to have significant correlation with human resources/MMCI facilities with p = 0.02 and leader's commitment with p = 0.009.
In conclusion, the compliance rate of HC personnel in DKI Jakarta towards IMCI has not adequate. It is suggested to the Provincial Health Services DKI Jakarta to provide a health policy in managing sick child under-five using IMCI approach and at the same time improving quality of its monitoring and supervision.
Health Center needs to have a clear task description for each of their personnel and a continued monitoring/supervision. A reward system should also be considered. The Ministry of Health needs to review the IMCI Monitoring and Supervision Checklist also considers Cut of Point of IMCI compliance rate and finalizing the Essential Drug for IMCI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Dewiki
"Kebijakan untuk meningkatkan pendidikan dan wawasan berfikir tenaga Gerakan Keluarga Berencana Nasional (GKBN) Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) yang masih berpendidikan SLTA merupakan tindakan yang positif bagi pengembangan sumber daya manusia.
Upaya untuk meningkatkan pendidikan tenaga penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB) dan pengawas (PLKB) sejalan dengan kebijakan Mental Aparatur Negara RI. (Menpan RI)) untuk meningkatkan jabatan mereka menjadi jabatan fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi (pelaksanaan) kebijakan kerjasama di bidang pendidikan jarak jauh antara BKKBN dengan UT.
Metoda penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam di bidang pendidikan jarak jauh (PJJ), telaahan dokumen sebagai data sekunder dan diskusi kelompok terarah (DKT) dengan peserta didik program kerja sama (PLKB dan PPLKB).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kamponen masukan yang berkaitan dengan kebijakan kerjasama yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan Universitas Terbuka untuk meningkatkan pendidikan PLKB dan PPLKB yang bertempat tinggal dan bekerja di seluruh pelosok Indonesia dapat dilakukan dengan baik. Kedudukan tim pembina yang terdiri dari unsur satuan tugas BKKBN propinsi/kabupaten/kota dan unit pelaksana belajar jarak jauh (UPBJJ) dapat digunakan dengan baik oleh peserta didik, namun uraian tugas dan fungsi belum terinci akibat belum adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang jelas yang semestinya dibuat oleh UT. Komponen proses yang berkaitan dengan koordinasi antara tim pengelola (BKKBN pusat dan UT pusat) dengan tim pembina BKKBN propinsifkabupatenfkota (satgas dan UPBJJ) cukup dilaksanakan per semester, namun hail koordinasi belum diinformasikan/dikomunikasikan ke seluruh sektor terkait. Selain itu perlu memberikan pemahaman lebih dalam dan rinci serta berulang (untuk mengingatkan kembali) tentang sistem belajar jarak jauh (SBJJ) kepada tim pembina di daerah. Perekrutan peserta didik selain berdasarkan prestasi kerja, tetapi juga atas dasar keinginan yang besar untuk meningkatkan diri dalam pendidikan. Saran dalam melakukan kerjasama dengan instansi lain atau mitra kerja lainnya, diperlukan naskah kerjasama, naskah perjanjian/kontrak kerjasama juga ada petunjuk pelaksanaan dan teknis yang rinci dan jelas dan terdokumentasi dengan baik agar mudah menemukannya bila diperlukan. Informasi yang akan disampaikan kepada peserta didik diberikan pada waktu yang khusus yang tidak disatukan dengan pertemuan-pertemuan lain yang membahas masalah lain sehingga tidak ada persaingan dengan informasi lain (informasi tentang pekerjaan rutin).

The Analysis of the Implementation of Policy on Providing Higher Learning at a Distance Cooperation in for Family Planning Advisors and their Supervisors in Jakarta and Bogor in the Year 2000The policy to improve the education and broaden the mind of the family planning advisors and supervisors who still have high school diploma seems to be necessary for human resources development.
The effort to improve their education as well as their supervisor's coincides with the policy of the State Minister for Control of Machinery of the state which is to promote them to have functional position. The main purpose of this research is to know the extent to which the policy implemented between the Coordinating Body of the Family Planning (BKKBN) and Indonesian Open Learning University (Universitas Terbuka/UT)
The method used is qualitative approach. The data collection technique is in depth interview in the field of distant education, books or documents review as secondary data, and focus group discussion will be participants of the cooperation programs. The research result shows that the variable input which has something to do with the policy done by BKKBN and Universitas Terbuka can be done well.
The participants can take advantage the task force of the coordinating body in provinces, districts and cities and of UT's regional centers (UPBJJ). However their job descriptions are not clear yet because there is no standard operating procedure which UT is supposed to give the component process connected with the coordination between central BKKBN and UT or as the working team and the development team, BKKBN in provinces/districts/cities (the task forces and UPBJJ) is enough to be once per semester. However, the coordination result has not been informed or communicated to whole relevant sectors. Besides it is necessary to give a deeper more detail and repeated understanding of distant learning system to the development team in regions. The recruitments of the participants are not only based on their working performance, but also on big intention to improve their education. I suggest that in doing cooperation with other parties or working partner, it is necessary to have MOU and SOP that are clear, detail and well documented so that they are easily found when needed. Information for the participants should be given on a separate occasion, not at same time as other meeting that discus other matters so that there will be misinformation (especially on routines).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrina Yenni
"Youth Ending Hunger (YEH) Indonesia melalui kerjasama dengan WFP --yang bertindak sebagai donor-- menyelenggarakan program peningkatan gizi dalam bentuk pendidikan gizi bagi ibu-ibu dan distribusi makanan tambahan Delvita untuk baduta (bayi dibawah dua tahun). Delvita merupakan produk pangan yang dibuat dari kedele dan difortifikasi sehingga dapat memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) harian untuk anak-anak antara 4-24 bulan khususnya bagi keluarga yang kurang mampu di perkotaan.
Sejauh ini penggunaan/konsumsi Delvita belum mencapai target yang diharapkan, oleh karena itu penelitian ini mencoba menganalisis bauran pemasaran sosial Delvita (yang terdiri dari produk, harga, tempat/saluran distribusi, dan promosi) yang mempengaruhi konsumsi Delvita. Aspek produk yang dilihat adalah: kualitas, kemasan, bau dan rasa Delvita. Aspek harga: jumlah uang yang harus dibayar serta pengorbanan lainnya untuk memperoleh Delvita. Aspek tempat: keterjangkauan dan kemudahan memperoleh Delvita. Dan aspek promosi: pesan dan media yang digunakan untuk mengkomunikasikan dan menginformasikan Delvita.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sebagai informannya adalah ibu baduta (sasaran program), kader (relawan), Nutrition Educator, dan Nutrition Project Officer (pelaksana program). Untuk menjaga validitas data maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Hasil penelitian menunjukkan bauran pemasaran yang ada belum optimal untuk meningkatkan penggunaan/konsumsi Delvita. Rendahnya konsumsi Delvita terkait dengan aspek produk, harga, dan promosi. Sedangkan dari aspek tempat/saluran distribusi tidak terlihat adanya kendala. Rendahnya konsumsi antara lain disebabkan: cara pengolahan Delvita yang tidak instan, bau dan rasa yang murni kedelai (aspek produk), waktu dan tenaga yang diperlukan untuk mengolah Delvita (aspek harga), serta kurangnya kualitas penyampaian pesan terutama yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan anak yang dikaitkan dengan penggunaan/konsumsi Delvita (aspek promosi).
Ke depan perlu dilakukan perubahan dan modifikasi terhadap Delvita yang meliputi tiga aspek yang dijelaskan di atas. Selain itu perlu juga dilakukan upaya-upaya strategis untuk meningkatkan penggunaan Delvita di khalayak sasaran salah satunya dengan membuat strategi pemasaran sosial Delvita (baik produk, harga, tempat, dan promosi).

Youth Ending Hunger Indonesia, an Indonesian NGO in cooperation with World Food Programme --as donor-- has conducted Nutrition Programme in the form of nutrition education for mothers and fortified food through the consumption of Delvita among infants under two-years (baduta). Delvita is food product made of fortified soy bean in order to achieve adequate rate of daily nutrition for aged 4-24 month infants mainly for the poor living in city.
For these times the consumption of Delvita has not achieved an expected target, this study therefore tries to analyse the Delvita social marketing-mix (that consists of product, price, place/channel of distribution, and promotion) influencing Delvita consumption. The product aspect that can be seen is quality, packaging, smell and taste of Delvita. The price aspect is total of money that must be spent and other costs to get Delvita the place aspect is short distance and availability to obtain Delvita. And the promotion is message style and media used to communicate and inform Delvita.
This study constitutes qualitative study. And the person resources for this are baduta mothers (as target adopters), volunteers, Nutrition Educator, and Nutrition Project Officer. To maintain the validity of data, we make triangulations of resources and method.
Result of study shows that the existing marketing-mix is still not optimal to enhance the consumption of Delvita. The lower consumption to Delvita is related to the aspects of product, price, and promotion. Meanwhile, place/channel of distribution aspect does not show any problem. Lower consumption is caused by the processing style of Delvita not instant, original smell and taste of soy bean (product aspect), timing and manpower utilized to process Delvita (price aspect), and the lower quality of message delivery mainly in relation to the growth and development of children regarded with the consumption of Delvita.
For future it needs to do development and modification towards Delvita with covering three aspects explained above. In addition, it needs to make strategic efforts to enhance the use of Delvita to public target; one of ways is by making Delvita social marketing strategy (in product, price, place, and promotion).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Razad
"Rumah sakit Moh. Ridwan Meuraksa adalah rumah sakit tentara Tk. II Kodam Jaya yang memberikan pelayanan kesehatan di wilayah kesehatan Kodam Jaya dan termasuk rujukan dari sarana pelayanan kesehatan yang ada di bawah Kodam Jaya. Dengan banyaknya prajurit yang harus dilayani (meliputi prajurit dan keluarganya yang berada di wilayah Kodam Jaya), maka rumah sakit memerlukan dukungan infrastruktur sumber daya manusia, sarana/prasarana dan sistem yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan, termasuk ketersediaan perbekalan farmasi yang berkesinambungan.
Pengelolaan perbekalan farmasi sebagai suatu sistem memegang peranan yang cukup penting dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit, baik dilihat dari sudut kepentingan pasien maupun kepentingan rumah sakit sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengelolaan perbekalan farmasi pasien dinas di rumah sakit Moh. Ridwan Meuraksa. Metode penelitian yang dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan data primer, data sekunder, wawancara mendalam dan pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit Mohamad Ridwan Meuraksa belum dilaksanakan secara optimal dan masih ditemukannya keterbatasan-keterbatasan antara lain struktur organisasi yang tidak sesuai dengan instalasi farmasi pada umumnya, ketenagaan yang kurang dalam kualitas maupun kuantitas serta tidak adanya prosedur secara tertulis.
Upaya peningkatan/mengoptimalkan pengelolaan perbekalan farmasi yang disarankan meliputi :
1. Membuat struktur organisasi pengelolaan perbekalan farmasi satu pintu.
2. Penambahan tenaga farmasi, tenaga administrasi dan juru resep.
3. Penggunaan formularium rumah sakit yang ada dalam membuat perencanaan kebutuhan.
4. Membuat prosedur sacara tertulis untuk semua kegiatan manajemen logistik farmasi.

System Analysis of Management Logistic of Pharmacy for Official Patient at Hospital Mohammad Ridwan MeuraksaHospital Mohammad Ridwan Meuraksa is a soldier hospital Grade II of Jakarta District Military Command (Kodam Jaya) that is providing health services in the area of Kodam Jaya including referral service for sub health service managed by Kodam Jaya. The increasing number of soldiers who are need to be served (consist of soldiers and their families in Kodam Jaya region), so the hospital needs appropriate support of infra structure, human resources, facility, and system in order to increase its quality of services, including continuing availability of logistic of pharmacy.
Management of logistic of pharmacy is system that has important role in improving hospital services, either from the patient point of view or the hospital it self. This research aims at getting the description of management of logistic of pharmacy for official patient at Hospital Mohammad Ridwan Meuraksa. The method of research was done using qualitative descriptive method, using primary and secondary data, in depth interview, and observation.
The result of research shows that the management of logistic of pharmacy at the Hospital Mohammad Ridwan Meuraksa is not yet implemented in an optimum process and some limitation is still found such are structure of organization that is not fit with general style of pharmacy unit, lack of human resources in terms of quality and quantity, and not written procedure.
To improve/optimize the management it is suggested to: develop a one door structure of organization management of logistic of pharmacy; add number of pharmacy worker, administration, and prescription worker; utilize the existing hospital formulary in developing hospital need plan; develop written procedure for all management logistic of pharmacy."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 10920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salmi Sabirin
"Rumah sakit sebagai suatu sarana penyelenggaraan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik dan bermutu. Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan fannasi dengan baik, maka diperlukan pengelolaan obat dan alat kesehatan habis pakai dengan baik
Pengelolaan obat dan alat kesehatan habis pakai memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit, baik dilihat dari sudut kepentingan pasien maupun kepentingan rumah sakit. Pengelolaan obat dan alat kesehatan habis pakai perlu dilaksanakan dengan baik supaya ketersediaan obat dan alat kesehatan habis pakai dalam jenis, jumlah dan waktu yang tepat dapat terlaksana dengan baik. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP Bukittinggi yang mempunyai masalah dibidang logistik farmasi vaitu terjadinya penumpukan dan kadaluwarsa obat dan alat kesehatan habis pakai dalam jumlah yang cukup besar.
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan metode telaah kasus dan pendekatan pemecahan masalah secara kualitatif, Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, FGD, observasi langsung dan telaah dokumen yang berhubungan dengan siklus logistik (perencanaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian) obat dan alat kesehatan habis pakai. Validasi data dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan metode.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil penelitian bahwa yang menyebabkan terjadinya penumpukan dan kadaluwarsa obat dan alat kesehatan habis pakai adalah tidak terdapatnva Formularium, metode dan prosedur perencanaan yang kurang tepat, pengendalian dan pengawasan yang lemah serta tidak adanya sistem informasi manajemen yang terpadu.
Sebagai saran untuk memperbaiki hal tersebut adalah pihak rumah sakit perlu sesegera nungkin menetapkan Formularium untuk dijadikan standar perencanaan dan pemakaian obat dan alat kesehatan habis pakai, metode perencanaan dilengkapi dengan memasukan indika[or-indikator epidemiologi prosedur perencanaan perlu bersifat bottom up dan melihatkan unit-unit yang terkait, perlu peningkatan pengendalian dan pengawasan serta pelaksanakan sistem informasi manajemen yang terpadu.

Analysis on Drug and Consumable Health Equipment Management in Pharmacy Installation of Bukittinggi General Hospital year 2004.Hospital as health service facility is demanded to provide good and high quality service. Pharmacy service is an integral part of hospital activities and services. In order to provide high quality pharmacy service, good management of drug and consumable health equipment is necessary.
Management of drug and consumable health equipment is important not only for the patient, but also for the hospital itself in order to improve the services offered. Good management is important as to maintain the availability of drug and health equipment in term of type, quantity, and appropriate timing. This study was conducted in Pharmacy Installation of Bukittinggi General Hospital which faced problems in pharmacy logistic i.e. the accumulation of and the expiration of drugs and consumable health equipments in large numbers.
This study was descriptive using case study and qualitative approach. Data was collected by in-depth interview, FGD, direct observation, and studying documents related to logistical cycle (planning, storing, distributing, and controlling) of drugs and consumable health equipment. Data was validated through source and method triangulation.
The study reveals that the causes of accumulation and expired drugs and consumable health equipment were unavailability of formula, inappropriate method and procedure, weak controlling and monitoring, and lack of integrated management information system.
To improve the situation, it is suggested to the hospital to set the formula to be used as planning and implementation standard of drug and consumable health equipment, to complement planning method with epidemiologic indicators, to make the planning in bottom up style, to involve related units, to improve controlling and monitoring system, and to conduct integrated management information system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, John Sihar Tony
"Pelayanan gawat darurat merupakan upaya penaggulangan terhadap keadaan yang gawat dan darurat di bidang kesehatan, yang dilaksanakan kepada individu atau kelompok masyarakat yang berada dalam keadaaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam jiwanya. Upaya penanggulangan ini dilaksanakan secara cepat dan tepat, sehingga dapat menolong jiwa si penderita sehingga terhindar dari kematian dan kecacatan.
Dalam pelaksanaan pelayanan gawat darurat Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta berperan sebagai regulator, yang mengatur mekanisme, arah kebijakan dan pedoman-pedoman pelayanan, suku dinas di tingkat kotamadya berperan sebagai auditor yang melaksanakan fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pelayanan dan puskesmas berperan sebagai operator yang melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan di puskesmas dan di luar gedung puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja petugas pelayanan gawat darurat dan factor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas pelayanan gawat darurat, dengan menggunakan desain Cross Sectional. Yang dilaksanakan di Puskesmas di Wilayah Kota Madya Jakarta Barat tahun 2003. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar petugas dengan kinerja buruk dan ada faktor-faktor yang berhubungan yaitu: pendidikan, pelatihan, imbalan dan pembinaan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pendidikan, pelatihan, imbalan dan pembinaan berhubungan dengan kinerja petugas pelayanan gawat darurat.
Dan 96 responden diperoleh gambaran kinerja 18 responden kinerjanya baik (18,8%) dan 78 responden kinerjanya buruk (81,2%). Yang memiiikli pendidikan perguruan tinggi (PT) sebanyak 57 responden (59,4%) danSLTA 39 responden (40,6%), 58 responden (60,4%) sudah pernah dilatih dan 38 responden (39,6%) belum pernah mendapat pelatihan. Dari 96 responden 38 responden memperoleh imbalan yang baik (72,9%), dan 58 responden (27,1%) memperoleh imbalan yang buruk, yang memperoleh pembinaan baik sebanyak 33 responden (34,4%) dan yang memperoleh pembinaan yang buruk sebanyak 63 responden atau (65,6%).
Dan berdasarkan ini pula disarankan agar upaya-upaya perbaikan kinerja lebih mengutamakan 4 faktor di atas. Faktor pendidikan lebih berorientasi kepada kesempatan untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi, melalui proses izin belajar atau tugas belajar dengan perencanaan anggaran yang matang. Faktor pelatihan dilaksanakan secara intensif melibatkan semua petugas pelaksana pelayanan gawat darurat. Imbalan diberikan berupa materi dan penghargaan mengingat kualifikasi dan sifat tugas yang dilaksanakan. Seharusnya pembinaan dari atasan langsung dalam bentuk pertemuan-pertemuan teknis dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan.

Emergency services represent the handling efforts toward the critical and emergent condition in health area, performed to the individual or community group which are in critical condition or about to become critical and their lives are threatened. This handling effort carrier out fast and accurately, so it can help the lives of the patients so they can be prevented from the death and disability.
In performing the emergency service the Health Agency of Greater Jakarta province plays a role as regulator, regulating the mechanisms, the direction of the policies and the service guidelines, the sub agencies in municipal level play a role as auditor conducting the functions of development, supervision, and controlling toward the service implementation and the public health center plays a role as an operator undertaking the service activities mot; public health center and outside the public health enter.
This research is aiming to know the emergency service officers' performance and factors related to the emergency service officer's performance, by using Cross Sectional design. Performed at public health in West Jakarta Municipality area in 2003. The data collection was performed by interview and observation.
The research found that majority of the officers with the bad performance and there were factors related factors namely education, training, reward, and development. From this research results it is concluded that education, training, reward and development relate to the emergency service officers' performance.
From 96 respondents is obtained the performance picture of 18 respondents with good performance (18.8%) and 78 respondents with bad performance (81.2%). Those with college education is 57 respondents (59.4%) and < Senior High School education 39 respondents (40.6%), 58 respondents (60.4%) have been trained and 38 respondents (39.6%) have never been trained. From 96 respondents, 38 respondents obtain good compensation (72.9%) and 58 respondents (27.1%) obtain bad compensation, as for those having good education are 33 respondents (34.4%) and those having bad education are 63 respondents or 65.6%.
And based on these also it is suggested in order that the performance improvement efforts are more to prioritize the above factors. The educational factor is more oriented to the opportunity to attend the higher education, thorough learning permit process or learning assignment by mature budget planning. The training factor held intensively involving all the emergency service officers. The reward was given in form of material and appreciation considering the qualification and the nature of the duties they carry out. It should be the development from the superiors directly in form of the technical meeting held routinely and sustainable.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T 12798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo
"Pendidikan diploma III keperawatan . merupakan salah satu jenis pendidikan tenaga keperawatan profesional pemula, yang akan mengambil bagian dalarn pelayanan kesehatan, sehingga kualitasnya perlu mendapat perhatian penyelenggara pendidikan. Pendidikan diploma III keperawatan merupakan bagian terbesar (61,74 %) dari jenjang pendidikan diploma III di bidang kesehatan. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional tahun 1999, yang sebelumnya adalah kurikulum 1984.
Persyaratan mahasiswa diploma III keperawatan adalah dari Sekolah Menengah umum, Madrasah Alliyah dan Sekolah Perawat Kesehatan. Program Studi Keperawatan Tangerang menyelenggarakan kelas dengan dasar SMUTAliyah dan SPK dengan jumlah 40 mahasiswa dari SMU/Alliyah dan 40 mahasiswa dad SPK. Untuk menghasilkan kinerja yang adekuat dalam suatu profesi keperawatan, diperlukan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan. Pencapaian kompetensi yang tidak mencapai target akan menyebabkan kurangnya kemandirian, kurang mampu bersaing dan mutu lulusan kurang baik. Pada tahun 2000 sampai dengan 2002 pencapaian kompetensi mahasiswa D III Keperawatan Program studi keperawatan Tangerang rata-rata berkisar pada 90%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
persepsi mahasiswa tentang pengajaran klinik dengan pencapaian kompetensi di Program Studi Keperawatan Tangerang tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi mahasiswa D III Keperawatan tk III pada Program Studi Keperawatan Tangerang. Pengumpulan data melalui penyebaran angket dengan menggunakan kuesioner dan observasi pencapaian kompetensi oleh tim pengamat (observer). Data diolah dengan program komputer dan dianalisis secara statistik dengan teknik chi square dan Uji r dengan derajat kemaknaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (68,76%) mempunyai persepsi yang baik terhadap pengajaran klinis dan (31,24%) berpersepsi kurang baik terhadap pengajaran klinis. Dan hasil analisis bivariat didapatkan 5 variabel yaitu tempat tinggal, persepsi tentang tujuan pengajaran klinis, persepsi tentang metoda pengajaran klinis, persepsi tentang evaluasi pengajaran klinis dan persepsi tentang pengajaran klinis secara keseluruhan mempunyai hubungan secara statistik bermakna dengan pencapaian kompetensi. Sedangkan variabel-variabel umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, persepsi tentang media pengajaran klinis, persepsi tentang materi pengajaran klinis dan persepsi tentang pengajaran klinis tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pencapaian kompetensi.
Dengan diketahuinya terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran klinis dengan pencapaian kompetensi, maka penelitian ini memberikan saran sebagai berikut : (a) untuk institusi pendidikan, hendaknya dalam pemberian pengajaran klinis tidak membedakan kepada mahasiswa yang berlatar belakang SMA maupun SPK, perlunya institusi memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mau tinggal di asrama dan memberikan fasilitas yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran. (b) Bagi para pengajar terutama pengajar klinik, perlu meningkatkan strategi pengajaran klinik yang dapat menambah minat mahasiswa terhadap pengajaran klinik yang dapat menunjang pencapaian kompetensi yang baik, perlunya mempersingkat jarak antara pemberian materi dengan praktik klinik sehingga mahasiswa tidak lupa dengan teorinya, perlunya pemberian metoda dan media yang bervariatif serta memberikan evaluasi untuk melihat pencapaian tujuan dan memberikan reward berupa nilai bagi mahasiswa pada seluruh proses pembelajaran.

Analysis Relation Students Perception About Teaching Clinical With Students' Competence Achievement In D III Nursing Program Study Healthy Politecnic Bandung In Tangerang.In Diploma III Nursing Education Constitute is one of education for a professional nurse that will take part in health serve, so they need more attention in education quality. Diploma III Nursing Education is biggest {51,74%) in health. It used national curriculum 1999 before it used curriculum 1984.
The requirement for Diploma III Nursing Student are High school, Islamic School, and SPK. Nursing Program Study in Tangerang, they have two classes, 40 students graduated from high school/Islam School and the other class, 40 students graduated from SPK. It produced hard working in nursing profession; they need competence knowledge and skill. If the competence is not get reach target, caused it is not independent, not competitive and the quality is not good.
In 2000 until 2002 got reach student competence D III Nursing Program Study average 90%. The purpose of researcher to know relation of teaching clinical between students perception with competence reach in Nusrsing Study Program in Tangerang 2004.
The research use plan crossed sectional. Research sample took all students population D III Nursing at third semester in Nursing Study Program in Tangerang. The researcher distributed questionnare and observed to take data for reach competence by observer. Data processing with computer and analysis in a statistics chi square technique and Uji t with 95% degree purpose.
The research result indicated that more than half respondents (68,76%) had good perception about teaching clinical and (31,24%) had not good perception about it. From bivariat analysis result got 5 variabels are: place to live, purpose of teaching clinical, perception of teaching clinical method, perception of teaching clinical that has relation meaning in a statistic with competence reaching. In age, sex, education background variabel, perception of teaching clinical aid, perception of teaching clinical material and perception of teaching clinical is not relation meaning in a statistic with competence reaching.
It is known get relation students' perception with teaching clinical to competence reaching, so this research gave some suggestions; a. For education institution , in teaching clinical, we cannot discriminate students background education SM.] or SPK, we must give them motivation to live in dormitory and give competence facility in learning support. B. For teaching clinic teacher he/she needs increase teaching clinic strategy for students inters in teaching clinic that can support to reach good competence, need short time to given material with clinic practices so students cannot forget it, given method and variation media to given evaluation for purpose reach and give values reward to students as a whole laerning process.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>