Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggita Febrianauli
"Pengendalian penyakit pada ikan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan. Ikan rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri serta stres oksidatif yang dapat dipicu oleh kondisi lingkungan perairan. Senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tanaman dapat dijadikan alternatif antioksidan dan antibakteri yang aman dibandingkan dengan senyawa sintetis. Bacopa monnieri (L.) Wettst. merupakan tanaman akuatik yang telah ditemukan secara luas pada daerah tropis dan subtropis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total, kadar fenol total, dan aktivitas antioksidan serta antibakteri dari herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. yang tumbuh di Indonesia. Herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode Ultrasound Assisted ExtractionUAE). Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar kuersetin. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-ciocalteu dengan standar asam galat. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP dengan standar asam askorbat sebagai kontrol positif. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara kualitatif dengan metode difusi cakram terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dengan antibiotik kloramfenikol standar sebagai kontrol positif. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. sebesar 2,05 mgEK/g dan kadar fenol total sebesar 8,83 mgEAG/g. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada asam askorbat dan ekstrak diperoleh nilai IC50 masing-masing sebesar 2,49 dan 61,47 μg/mL. Pada uji aktivitas antioksidan metode FRAP diperoleh nilai aktivitas antioksidan pada asam askorbat dan ekstrak secara berurutan yaitu 329,09 dan 0,6 g FeSO4.7H2O ekivalen/100 g. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan terbentuknya zona hambat oleh antibiotik kloramfenikol standar dan ekstrak masing-masing sebesar 30,5 dan 7,05 mm.

Disease control in fish is an important aspect that must be considered in fish farming. Fish are susceptible to diseases caused by bacterial infections and oxidative stress that can be triggered by aquatic environmental conditions. Secondary metabolite compounds derived from plants can be used as a safe antioxidant and antibacterial alternative compared to synthetic compounds. Bacopa monnieri (L.) Wettst. is an aquatic plant that has been found widely in the tropics and subtropics region. Previous studies revealed that the extract of Bacopa monnieri (L.) Wetts. herbs have antioxidant and antibacterial activity. This study aimed to determine the total flavonoid content, total phenol content, antioxidant activity, and antibacterial activity of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs growing in Indonesia. Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was extracted with ethanol 70% using the Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-ciocalteu method with gallic acid as standard. Antioxidant activity assay was carried out by DPPH and FRAP methods with ascorbic acid standard as positive control. The antibacterial activity was tested qualitatively by disc diffusion method against Aeromonas hydrophila bacteria with standard chloramphenicol antibiotic as positive control. Total flavonoid content obtained from the extract of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was 2.05 mgQE/g and total phenol content was 8.83 mgGAE/g. The antioxidant activity assay using the DPPH method of ascorbic acid and extract showed IC50 values ​​of 2.49 and 61.47 μg/mL, respectively. In antioxidant activity assay with FRAP method, the antioxidant activity values ​​of ascorbic acid and extract were 329.09 and 0.6 g FeSO4.7H2O equivalent/100 g. The antibacterial activity assay showed inhibition zones by standard chloramphenicol antibiotic and extract were 30.5 and 7.05 mm, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Rosalia
"Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari famili Cichlidae dan genus Oreochromis yang memiliki bentuk adaptasi serta tingkat toleransi yang tinggi terhadap kondisi habitatnya, misalnya pada tingkat salinitas yang tinggi. Danau Laut Mati Oemasapoka di Perairan Pulau Rote merupakan salah satu danau air asin yang menjadi habitat ikan mujair. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kekerabatan spesies ikan mujair yang diperoleh dari Danau Laut Mati Oemasapoka dengan ikan mujair dari danau air tawar, Danau Ledulu yang berada pada perairan yang sama dengan melakukan identifikasi molekuler menggunakan metode DNA barcoding dengan gen CO1. Tahapan DNA barcoding terdiri atas ekstraksi DNA, amplifikasi gen CO1 melalui reaksi PCR, dan sekuensing. Hasil penelitian menunjukkan gen CO1 mampu mengidentifikasi bahwa ikan mujair yang hidup di danau air asin, Danau Laut Mati Oemasapoka merupakan jenis spesies yang sama dengan ikan mujair yang hidup di danau air tawar, Danau Ledulu dengan persentase kemiripan sebesar 99,53—100%. Rekonstruksi pohon filogenetik yang dibentuk dengan metode Maximum Likelihood, model evolusi Kimura 2-Parameter, dan uji bootstrap 1000x menunjukkan bahwa ikan mujair dari Danau Laut Mati Oemasapoka dan Danau Ledulu berada dalam satu klade yang sama dengan jarak genetik sebesar 0,000—0,004. Analisis keragaman haplotipe dari ikan mujair yang diperoleh dari Danau Laut Mati Oemasapoka dan Danau Ledulu terdapat satu haplotipe dengan nilai keragaman sebesar 0,0824. Rendahnya nilai keragaman haplotipe tersebut dapat disebabkan karena ikan mujair Danau Laut Mati Oemasapoka dan Danau Ledulu memiliki tingkat migrasi yang rendah.

Tilapia fish (Oreochromis mossambicus) is one type of freshwater fish from the family Cichlidae and genus Oreochromis which has a form of adaptation and a high level of tolerance to habitat conditions, for example at high salinity levels. Dead Sea Lake Oemasapoka, Rote Island is one of the saltwater lakes that is a habitat for tilapia fish. This study was conducted to determine the relationship between tilapia species obtained from Dead Sea Lake Oemasapoka and tilapia fish from freshwater lake, Lake Ledulu which are in the same waters by conducting molecular identification using DNA barcoding method with CO1 gene. The DNA barcoding stages consist of DNA extraction, CO1 gene amplification through PCR reactions, and sequencing. The results of this study indicate that the CO1 gene is able to identify that tilapia fish that live in saltwater lakes, Dead Sea Lake Oemasapoka are the same species as tilapia fish that live in freshwater lakes, Lake Ledulu with a similar percentage of 99,53-100%. Reconstruction of the phylogenetic tree using the Maximum Likelihood method Kimura 2-Parameter evolution model, and 1000x bootstrap test showed that tilapia fish from Dead Sea Lake Oemasapoka and Lake Ledulu were in the same clade with a genetic distance of 0.000-0.004. Analysis of haplotype diversity of tilapia fish obtained from Dead Sea Lake Oemasapoka and Lake Ledulu there is one haplotype with a diversity value of 0.0824. The low value of this haplotype diversity can be caused by a low migration rate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidaul Izzah
"Bacopa sp. merupakan genus tanaman air yang umumnya digunakan sebagai tanaman hias akuarium. Sekitar 60 spesies Bacopa tersebar di seluruh dunia. Namun, data molekuler dan analisis filogenetik terhadap spesies-spesies tersebut masih sangat terbatas. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi tujuh spesies Bacopa menggunakan penanda molekuler dan mengetahui hubungan kekerabatan antar spesies melalui nilai jarak genetik. Sebanyak tujuh spesies Bacopa diamati secara morfologi dan diidentifikasi secara molekuler menggunakan sekuens rbcL melalui metode DNA Barcoding dan RAPD marker. Hasil amplifikasi DNA Bacopa sp. divisualisasikan pada gel agarosa dengan konsentrasi 1,5% (rbcL) dan 2% (RAPD marker). Data yang didapatkan kemudian diolah menggunakan aplikasi MEGA (rbcL) dan NTSys (RAPD marker) untuk diketahui hubungan kekerabatannya. Amplifikasi tujuh spesies Bacopa sp. menggunakan rbcL menghasilkan tujuh amplikon yang berukuran sekitar 600 bp. Selain itu, amplifikasi menggunakan delapan primer RAPD juga berhasil dilakukan pada lima spesies Bacopa sp. dan menunjukkan tingkat polimorfisme sebesar 100%. Bacopa rotundifolia dan B. myriophylloides tidak berhasil diamplifikasi oleh delapan primer RAPD karena ketidakcocokan cetakan DNA dengan primer. Analisis filogenetik berdasarkan sekuens rbcL menggunakan metode UPGMA menunjukkan bahwa tujuh spesies Bacopa memiliki rentang jarak genetik 0,000—0,024, sedangkan berdasarkan RAPD, tujuh spesies Bacopa memiliki rentang jarak genetik 0,000—0,625. Identifikasi menggunakan sekuens rbcL lebih dianjurkan karena hasil RAPD sulit untuk diinterpretasikan dan dapat menimbulkan salah tafsir.

Bacopa sp. is a genus of aquatic plants commonly used as aquarium ornamental plants. About 60 species of Bacopa are distributed throughout the world. However, data on molecular identification and phylogenetic analysis of this species are still limited. This study was conducted to identify seven species of Bacopa using molecular markers and determine the relationship among species through the value of genetic distance. A total of seven species of Bacopa were observed morphologically and identified molecularly using rbcL sequences through DNA barcoding and RAPD marker methods. The results of Bacopa DNA amplification were visualized on agarose gel with a concentration of 1.5% (rbcL) and 2% (RAPD marker). The data obtained then processed using the MEGA (rbcL) and NTSys (RAPD marker) applications to determine the relationship among them. Amplification of seven species Bacopa sp. using rbcL resulted in an amplicon measuring about 600 bp. In addition, amplification using eight RAPD primers was also successfully carried out on five species of Bacopa and showed a polymorphism rate of 100%. Bacopa rotundifolia and B. myriophylloides were not successfully amplified by eight RAPD primers due to a mismatch of DNA templates with primers. Phylogenetic analysis based on rbcL sequences using the UPGMA method showed that seven Bacopa species had a genetic distance range of 0.000-0.024, while based on RAPD, seven Bacopa species had a genetic distance range of 0.000-0.625. Identification using the rbcL sequence is recommended because RAPD results are difficult to interpret and can lead to misinterpretation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissatul Fitria
"Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri sering menimbulkan wabah penyakit pada ikan budidaya. Lingkungan yang buruk juga dapat menyebabkan stres oksidatif pada ikan. Ipomoea aquatica mengandung senyawa fenol dan flavonoid yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total, serta untuk menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap ekstrak etanol 80% daun, batang, dan akar I. aquatica secara terpisah yang diekstraksi dengan metode ekstraksi UAE. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil penetapan kadar fenol total pada bagian daun sebesar (210,33 mg EAG/g ekstrak), batang (83,76 mg EAG/g ekstrak), dan akar (93,62 mg EAG/g ekstrak), sedangkan penetapan kadar flavonoid total memberikan hasil pada bagian daun sebesar (46,67 mg EK/g ekstrak), batang (14,43 mg EK/g ekstrak), dan akar (21,63 mg EK/g ekstrak). Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan nilai IC50 pada daun sebesar (9,93 μg/mL), batang (18,10 μg/mL), dan akar (17,91 μg/mL), sedangkan hasil pengujian aktivitas antioksidan FRAP pada bagian daun sebesar (74,17 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), batang (26,44 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), dan akar (46,47 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak). Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat sebesar 10,95 mm pada daun dan 9,35 mm pada batang, sedangkan ekstrak akar kangkung air tidak memiliki aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun, batang, dan akar kangkung air memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan aktivitas antibakteri hanya dimiliki oleh ekstrak daun dan batang kangkung air.

Aeromonas hydrophila is a bacterium that often causes disease outbreaks in cultured fish. A bad environment can also cause oxidative stress in fish. Ipomoea aquatica contains phenolic and flavonoid compounds that have been shown to have antioxidant and antibacterial activity. This study aims to determine the total phenol and flavonoid levels, as well as to test the antioxidant and antibacterial activity of the 80% ethanol extract of the leaves, stems, and roots of I. aquatica which were extracted using the UAE extraction method. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-Ciocalteu method, while the determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method. Antioxidant activity testing was carried out using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity was tested by disc diffusion method. The results of the determination of total phenol levels in the leaves (210.33 mg EAG/g extract), stems (83.76 mg EAG/g extract), and roots (93.62 mg EAG/g extract), while the determination of total flavonoid levels gave results in the leaves (46.67 mg EK/g extract), stem (14.43 mg EK/g extract), and roots (21.63 mg EK/g extract). The results of the DPPH antioxidant activity test showed IC50 values in leaves (9.93 g/mL), stems (18.10 g/mL), and roots (17.91 g/mL), while the results of testing for FRAP antioxidant activity in leaves of (74.17 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), stem (26.44 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), and roots (46.47 g Fe2SO4equivalent/ 100 g extract). The results of the antibacterial activity test using the disc diffusion method showed antibacterial activity with an inhibition zone diameter of 10.95 mm on leaves and 9.35 mm on stems, while water spinach root extract had no antibacterial activity. Based on the results of these studies, it can be concluded that the extracts of water spinach leaves, stems, and roots have antioxidant activity, while the antibacterial activity is only possessed by water spinach leaf and stem extracts."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ni’amatul Muallifah
"Infeksiloleh bakteri Aeromonas hydrophila diketahui merupakanlpenyebab kematian massal yang tinggi pada sebagian besar spesies ikan air tawar. Ketidaksehatan ikan juga dapat dipengaruhi oleh stres oksidatif yang utamanya diinduksi oleh paparan polusi air. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman seperti senyawa fenolat telah diketahui secara signifikan berkontribusi pada kapasitas antioksidan dan terdapat hubungan dengan aktivitas antibakteri. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa ekstrak Pothos tener Wall. memiliki aktivitas antioksidan yang sedang dan mengandung senyawa polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk menguji fraksi dari ekstrak etanol herba Pothos tener Wall. yang difraksinasi dengan metode fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol terkait aktivitas antioksidan dan antibakteri, serta mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder pada fraksi teraktifnya dan melakukan penetapan kadar fenol dan flavonoid total. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian antibakteri dilakukan terhadap bakteri patogen ikan Aeromonas hydrophila menggunakan metode difusi cakram. Fraksi teraktif diidentifikasi kandungan metabolit sekundernya dengan KLT menggunakan pereaksi semprot. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu dan penetapan kadar flavonoid total dengan metode kolorimetri dengan AlCl3. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif namun tergolong lemah denganlnilai IC50 sebesar 175,0104 μg/mL dan nilai FeEAC didapat sebesar 40,4823 μmol/g. Pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan semua fraksi tidak memiliki penghambatan terhadap bakteri patogen ikan Aeromonas hydrophila. Hasil penapisan fitokimia secara KLT dengan penyemprotan, fraksi teraktif (etil asetat) mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid dan terpenoid dengan kadar fenol total sebesar 64,7461 mgEAG/g dan kadar flavonoid total sebesar 34,7265 mgEK/g.

Infection by Aeromonas hydrophila known to be the cause of high mass mortality in most freshwater fish species. Fish unhealthy can also affected by oxidative stress which is mainly induced by air pollution exposure. Secondary metabolites in plants such as phenolic compounds has been known having significant effect in antioxidant capacity and has a relationship with antibacterial activity. Previous studies revealed that Pothos tener Wall. extract has moderate antioxidant activity and contains polyphenolic compounds. This study aimed to examine the fractions from the Pothos tener Wall. herbs ethanolic extract which fractionated by liquid-liquid fractionation method using n-hexane, ethyl acetate, and methanol related to antioxidant and antibacterial activity, identifying the secondary metabolite compounds in the most active fraction and determining the total phenol and flavonoid content. Antioxidant activity was tested using DPPH and FRAP methods. Antibacterial testing was carried out on the fish pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila using disc diffusion method. The most active fraction was identified its phytochemical content by TLC using spraying reagent. Determination of total phenol content was carried out by the Folin-Ciocalteu method and determination of total flavonoid content by colorimetric method with AlCl3. The antioxidant activity test results showed that the ethyl acetate fraction was the most active fraction but have weak antioxidant activity with an IC50 value of 175.0104 g/mL and FeEAC value of 40.4823 mol/g. Antibacterial test showed that all fractions had no inhibition against the Aeromonas hydrophila bacterium. The results of phytochemical screening by TLC with spraying reagent, the most active fraction (ethyl acetate) contains phenolic compounds, flavonoids and terpenoids with a total phenol content of 64.7461 mgGAE/g and a total flavonoid content of 34.7265 mgQE/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library